Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

PENGARUH INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU CUCI TANGAN
PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR INPRES
BORONG JAMBU I KOTA MAKASSAR

MUHAMMAD ZAFWAN

K 111 13 333

Pembimbing I : Dr. Ridwan M. Thaha, M.sc

Pembimbing II : Dr. Mappeaty Nyorong, MPH

DEPARTEMAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
MAKASSAR, APRIL 2018

MUHAMMAD ZAFWAN
PENGARUH INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU CUCI TANGAN PADA ANAK
KELAS V SEKOLAH DASAR INPRES BORONG JAMBU I KOTA
MAKASSAR

Permasalahan kesehatan mempunyai dimensi yang sangat kompleks, mulai


dari tahap pengetahuan, pemahaman dan kesadaran, sampai perilaku masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah kesehatan yang paling sederhana
adalah masalah kebersihan diri terkait Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
khususnya pada anak-anak usia sekolah.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi promosi


kesehatan berupa advokasi dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan,
sikap, dan praktek mencuci tangan dengan sabun pada anak kelas 5 sekolah dasar
Borong Jambu I Kota Makassar.

Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental dengan desain one


group pre test and post test. Populasi pada penelitian ini sebanyak 42 siswa kelas
5 tahun ajaran 2017-2018. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling, sehingga sampel yang digunakan adalah seluruh populasi yang ada
yakni sebanyak 42 orang. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah intervensi terhadap variabel pengetahuan (p=0,015) dan
variabel perilaku (p=0,000).Sedangkan tidak terdapat perbedaan terhadap variabel
sikap sebelum dan sesudah intervensi (p=0,134). Ada dua faktor yang mengalami
peningkatan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi promosi kesehatan
terkait cuci tangan pakai sabun (CTPS) yaitu variabel pengetahuan dan perilaku,
sedangkan faktor yang tidak mengalami peningkatan adalah variabel sikap.

Oleh karena itu, staf guru berperan aktif dan menggunakan metode yang
menarik dalam memberikan informasi dan membimbing para siswa untuk
senantiasa mencuci tangan pakai sabun.

Kata kunci: Intervensi, CTPS, promosi kesehatan

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad.

Atas Nama-Nya yang Rahman dan Rahim. Segala puji hanya bagi-Nya

Pengayom Alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua. Shalawat dan salam senatiasa tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SA       

pengikut setia beliau hingga akhir zaman. Alhamdulillah atas segala kemudahan-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

PENGARUH INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU CUCI TANGAN PADA ANAK

KELAS V SEKOLAH DASAR INPRES BORONG JAMBU I KOTA

MAKASSAR        

Masyarakat pada Departeman Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Dengan penuh kerendahan hati perkenankan pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Drs. ABDULLAH

RAHMAN, SE., MM dan ibunda HJ. ROSDIANA yang telah memberikan

dukungan moril maupun materi selama penulis menjalani studi di bangku

vi
kuliah serta kakak dan adik-adikku yang tercinta yang selalu

menyemangati penulis.

2. Bapak Prof. Dr Drg Andi Zulkifli,M.Kes. ,selaku Dekan fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, para pembantu dekan

beserta seluruh jajarannya yeng telah memberikan bantuan selama penulis

mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Dr. Suriah, SKM, M.Kes.selaku Ketua Departemen Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin beserta seluruh jajarannya yeng telah memberikan bantuan

selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Ucapan terima kasih peneliti berikan kepada bapak Dr. Ridwan M. Thaha,

M.sc sebagai dosen pembimbing utamadan bapak Dr. Mappeaty Nyorong,

MPH sebagai pembimbing kedua atas waktu yang diluangkan untuk

membimbing, memberikan saran, dan masukan kepada penulis selama

menjalankan masa studi hingga perampungan skripsi ini.

5. Dosen penguji Bapak Muh. Yusran Amir, SKM, MPH, Rismayanti SKM,

M.Kes, dan Muh. Arsyad Rahman, SKM, M.Kes yang telah memberikan

saran dan nasehat dalam penyusunanan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf dan karyawan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

7. Ibu Kepala Sekolah beserta staf guru SD Inpres Borong Jambu 1 Makassar

yang telah memberikan izin dan bantuannya selama penulis melaksanakan

penelitian.

vii
8. Fajrin, Iqbal, inayah, seli, adhinda dan Ria atas bantuan dan support kalian

selama masa-masa kuliah hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat sahabat penulis: Anci, Amna, Ulfa, Adi dan Akram yang senang

tiasa memberikan motivasi dan masukan positif serta bantuan hingga

penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan

2013 (Rempong). Terima kasih atas dukungan moral dari kalian semua.

11. Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan yang telah

diberikan pada penulis selama ini. Semoga semua pihak mendapat

kebaikan dari Allah SWT dan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi

bapak, ibu, dan saudara yang telah berbuat baik untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

walaupun telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Apabila terdapat

kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab

penulis dan bukan para pemberi bantuan. Oleh sebab itu, diharapkan bagi peneliti

yang akan datang untuk dapat mengembangkan lagi skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kelemahan penulis, penulis mempersembahkan

Skripsi ini dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Makassar, 02 Maret 2018

Muhammad Zafwan

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................... iv

RINGKASAN ................. ............................................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI ................. .............................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................. ..................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................. ................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

1.4. Manfaat Penelitian ........... ..................................................... 6

1.5. Sistematika Penulisan ........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang PHBS ........................................... 9

2.2. Tinjauan Umum Tentang Promosi Kesehatan ....................... 16

2.3. Promosi Kesehatan diekolah ................................................. 18

2.4. Hakikat Siswa Sekolah Dasar ................................................ 20

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................ 25

3.2. Kerangka Teori ..................................................................... 27

ix
3.3. Kerangka Konsep ................................................................. 28

3.4. Definisi Operasional .....................................................  9

3.5. Hipotesis .........................................................................  3

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penilitian ............................................................ 34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 35

4.3. Populasi Penelitian ............................................................... 35

4.4. Metode Intervensi .................................................................. 36

4.5. Pengumpulan Data ................................................................ 39

4.6. Pengolahan Data .................................................................... 40

BAB V HASIL DAN PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................... 43

5.2. Hasil Penelitian ..................................................................... 45

5.3. Pembahasan .......................................................................... 54

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ........................................................................... 68

6.2. Saran ..................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar penyakit tertinggi di Puskesmas Tamanggapa ......................... 4

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel kelompok Intervensi Berdasarkan Jenis


Kelamin Siswa kelas V A SD Inpres Borong Jambu 1 ....................................... 45

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi variabel pengetahuam,sikap dan perilaku


berdasarkan jenis kelamin. ................................................................................. 46

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan CTPS Siswa kelas v SD Inpres


Borong Jambu 1. ................................................................................................. 47

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sikap CTPS Siswa kelas v SD Inpres Borong
Jambu 1. ............................................................................................................. 49

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku CTPS Siswa kelas v SD Inpres Borong
Jambu 1. .............................................................................................................. 50

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi kategori variabel pengetahuan, siswa-siswi kelas V


SD Inpres Borong Jambu 1. ................................................................................ 51

Tabel 5.7 Distribusi nilai rata-rata Pengetahuan CTPS Siswa kelas V SD Inpres
Borong Jambu 1. ................................................................................................. 52

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi kategori variabel sikap siswa-siswi kelas V SD


Inpres Borong Jambu 1. ...................................................................................... 52

Tabel 5.9 Distribusi nilai rata-rata Sikap CTPS Siswa kelas V SD Inpres Borong
Jambu 1 . ............................................................................................................. 53

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi kategori variabel perilaku siswa-siswi kelas V SD


Inpres Borong Jambu 1. ...................................................................................... 53

Tabel 5.11 Distribusi nilai rata-rata Perilaku CTPS Siswa kelas V SD Inpres
Borong Jambu 1. ................................................................................................. 54

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Teori ............................................................................... 27

Gambar 3.2. Kerangka Konsep ........................................................................... 28

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan perkataan lain

bahwa masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku dalam

pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan sendiri, serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. (Kemenkes RI 2011)

Anak usia sekolah merupakan cikal bakal masa depan bangsa. Dalam

tujuan pembangunan nasional anak usia sekolah merupakan harapan untuk

memajukan bangsa. Mengingat pentingnya anak usia sekolah sebagai asset

terciptanya sumber daya yang lebih baik untuk masa depan bangsa, maka

perlu ditanamkan sikap dan perilaku yang baik pada anak. Peran guru sangat

penting dalam merencanakan, mengawasi, membina serta mengembangkan

berbagai potensi yang dimiliki anak, sehingga dapat tercapai keadan yang

harmonis dan setiap peserta didik mempunyai kesempatan tumbuh dan belajar

secara optimal.Kegiatan belajar dapat terlaksana dengan optimal apabila siswa

dalam keadaan sehat, baik sehat jasmani maupun rohani.Keadaan sehat pada

hakekatnya merupakan kebutuhan pokok semua orang. Menurut Undang-

Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, kesehatan merupakan keadaan

sejahtera badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup
2

produktif secara social dan ekonomi. Namun pada kenyataanya keadaan sehat

tidak mungkin didapat secara otomatis.Keadaan sehat memerlukan

pemeliharaan dan pembinaan pada semua factor yang

mempengaruhinya.Permasalahan kesehatan sendiri mempunyai dimensi yang

sangat kompleks, mulai dari tahap pengetahuan, pemahaman dan kesadaran,

sampai perilaku masyakarat dalam kehidupan sehari-hari serta pada masalah

fasilitas dan layanan kesehatan.(kurniawan 2016)

Kegiatan yang tercakup dalam program PHBS untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat sangat banyak, salah satunya adalah mencuci

tangan dengan sabun. Mencuci tangan dengan sabun adalah cara yang sangat

murah dan efektif untuk mencegah berbagai macam penyakit infeksi. Di

Indonesia kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) perlu terus

ditingkatkan.Fokus cuci tangan di bidang pendidikan adalah anak  anak

sekolah dasar, karena anak  anak merupakan komponen penting sebagai

pembawa perubahan.

Ada 6 langkah dalam mencuci tangan yang baik dan benar, dengan

durasi pada prosedurnya yaitu 20-30 detik, Menurut WHO (2016):

Sebelum memulai terlebih dahulu basahi telapak tangan menggunakan

air yang mengalir kemudian beri sabun secukupnya.

1) Langkah pertama: ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.

2) Langkah kedua: telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan

menggosok punggung tangan kiri serta sela-sela jari tangan kiri,

begipula sebaliknya.
3

3) Langkah ketiga: gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan.

4) Langkah keempat: jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

5) Langkah kelima: gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan

kanan dan lakukan sebaliknya.

6) Langkah keenam: gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan

kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.

Selanjutnya bilas tangan dengan menggunakan air yang mengalir, lalu

keringkan dengan handuk.Setelah itu menutup kran air menggunakan tangan

yang dilapisi dengan handuk untuk menghindari kontak langsung tangan

dengan kran.(WHO 2016)

CTPS merupakan cara yang sederhana, mudah, murah dan bermanfaat

untuk mencegah beberapa penyakit. Sebab ada beberapa penyakit penyebab

kematian yang dapat dicegah dengan cuci tangan yang benar.Seperti penyakit

Diare dan ISPA yang sering menjadi penyebab kematian anak 

anak.Demikian juga penyakit hepatitis, Typhus, Flu Burung.(Kemenkes RI

2015)

Dari hasil observasi langsung di kecematan manggala kota Makassar

tepatnya di SD Negeri Borong Jambu I, terdapat Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) tak jauh dari lokasi sekolah, yang dapat mengakibatkan berbagai

macam penyakit seperti Diare, ISPA, dan Cacingan. Selain itu didapatkan

masih kurangnya pengetahuan siswa-siswi tentang pentingnya cuci tangan hal

ini dilihat berdasarkan tingkah laku siswa-siswi setelah bermain dan

memakan jajanan sekolah tanpa mencuci tangan, dan belum adanya


4

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehaan mengenai cuci tangan pakai

sabun disekolah tersebut.

Tabel 1.1
Daftar 10 Penyakit Tertinggi di Puskesmas Tamangapa
No Nama Penyakit Jumlah
1 Common Cold (CC) 1249 orang
2 ISPA 602 orang
3 Diare 318 orang
4 Dermatitis 283 orang
5 Abses, Furunkel 218 orang
6 Gastritis 215 orang
7 Luka Bakar, Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) 170 orang
8 Konjungtivitis 163 orang
9 Pruritus (Alergi, Gatal) 146 orang
10 Penyakit Pulpa dari jaringan periapikal 138 orang
Sumber: Data Sekunder, 2016

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat penyakit ISPA diurutan kedua

dengan jumlah kasus 602 orang dan penyakit diare berada diurutan ketiga

sebanyak 318 orang yang menderita penyakit tersebut di wilayah kerja

puskesmas tamangapa.

Dari latar belakang tersebut penelti tertarik untuk meneliti tentang

       

Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Kelas V Sekolah Dasar Inpres Borong

   .

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan siswa-siswi mengenai tata cara

mencuci tangan mengunakan sabun?.


5

2. Apakah terdapat pengaruh sikap siswa-siswi mengenai tata cara mencuci

tangan mengunakan sabun ?.

3. Apakah terdapat pengaruh perilaku siswa-siswi mengenai tata cara

mencuci tangan mengunakan sabun.

4. Apakah terdapat pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa advokasi

dan penyuluhan tentang cuci tangan mengunakan sabun terhadap siswa-

siswi sebelum dan sesudah intervensi.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa

advokasi dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan

praktek mencuci tangan dengan sabun pada anak kelas v sekolah dasar

inpres borong jambu I kota Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai mencuci tangan

mengunakan sabun sebelum dan sesudah intervensi.

b. Untuk mengetahui sikap mengenai mencuci tangan mengunakan

sabun sebelum dan sesudah intevensi.

c. Untuk mengetahui prilaku mengenai mencuci tangan mengunakan

sabun sebelum dan sesudah intervensi.


6

d. Untuk mengetahui pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa

advokasi dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan

praktek mencuci tangan mengunakan sabun.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Pada penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sebagai bahan

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kesehatan

masyarakat dan dapat dijadikan refrensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat institusi

Sebagai bahan masukan di sekolah dasar borong jambu I kota Makassar

dalam upaya meningkatkan indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk

menilai perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

3. Manfaat bagi peneliti

Sebagai bahan pembelajaran dalam mengaplikasikan ilmu dan teori yang

didapatkan dibangku kuliah dan sebagai proses belajar bagi peneliti dalam

menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin.

1.5.Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini akan disusun berdasarkan seistematika

sebagai berikut:
7

Bab I : Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah mengenai financial distress dan struktur

modal serta kaitannya dengan harga saham. Dengan latar belakang tersebut

dilakukan perumusan masalah penelitian. Selanjutnya dibahas mengenai

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi pendapat para ahli dan kajian-kajian teori yang

digunakan peneliti dalam menjelaskan penelitian yang dilakukan.

Bab III : Kerangka Pemikiran\

Menjelaskan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran serta defini

operasional variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini juga

diajukan hipotesis sementara.

Bab IV : Metode Penelitian

Menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian. Dibahas

pula rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian,

populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan definisi operasional

variabel serta metode analisis dari data yang diperoleh.

Bab V : Hasil dan Pembahasan

Bab keempat memnjelaskan tentang gambaran umum objek

penelitian, hasil statistik deskrip tif dan deskripsi data penelitian, hasil uji
8

asumsi klasik, hasil analisis regresi dan analisis path, hasil pengujian

hipotesis, dan interpretasi hasil dari penelitian yang dilakukan.

Bab VI : Penutup

Bab kelima menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian,

implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran atas penelitian ini.

Dengan keterbatasan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat

disempurnakan pada panelitian-penelitian selanjutnya.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.1.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau

keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Promkes 2016)

PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran.

Menurut (Sulistiyowati 2011) Perilaku hidup bersih dan sehat

adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)

dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Sedangkan menurut Atikah Proverawati & Eni Rahmawati

(2012: 2), perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup

keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh

anggota keluarga.Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri

dibidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

kesehatan di masyarakat. Lebih lanjut Atikah Proverawati & Eni

Rahmawati (2012: 29), menjelaskan bahwa pola hidup sehat adalah suatu
10

gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang

mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga.

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku-perilaku yang

berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan

dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Becker yang dikutip oleh

(Natoatmodjo 2003) perilaku kesehatan ini terdiri dari :

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu

seimbangdisini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang

diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup

untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak

lebih) dengan kata lain sering disebut dengan istilah empat sehat

lima sempurna.

b. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan

kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk

olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung

dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.

c. Tidak merokok, Merokok adalah kebiasaan jelek yang

mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironianya kebiasaan

merokok ini, khususnya di Indonesia, seolah-olah sudah

membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa

merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian , sekitar 15% remaja

telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.


11

d. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum

miras dan mengkonsumsi narkoba, cenderung meningkat. Sekitar

1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai

kebiasaan minuman keras.

e. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup

akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan.

f. Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan

akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stres tidak dapat

kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan

gangguan pada kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau

mengelola stress e`3dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,

misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks,

penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan sebagainya Dari

berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku hidup bersih dan sehat adalah segala tindakan

atau perilaku seseorang yang disadari dan diterapkan untuk

mencapai keadaan sehat, baik sehat secara jasmani dan rohani

yang didapat dari hasil pembelajaran sehingga seseorang tersebut

mampu menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Perilaku hidup sehat bersih (PHBS) adalah tindakan yang

dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau masyarakat yang sesuai


12

dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya sendiri dan berperan

aktif dalam membangun kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan

setinggi-tingginya.Ada beberapa indikator PHBS di sekolah dasar yaitu :

a) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun,

b) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,

c) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat,

d) Olahraga yang teratur dan terukur,

e) Memberantas jentik nyamuk,

f) Tidak merokok di sekolah,

g) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan,

h) Membuang sampah pada tempatnya(Promkes, 2016).

2.1.2. Cuci tangan pakai sabun

a. Pengertian Cuci Tangan Pakai Sabun

Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis

melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan

menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir (Depkes RI, 2007)

dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-UNPAD

(Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

suatu kebiasaan membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi

untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan

kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti


13

sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang

bersih.(Murwaningsih 2016).

b. Waktu yang dianjurkan untuk mencuci tangan

Kedua tangan kita selalu terlibat dalam setiap aktifitas kita.

Tangan yang kotor akan memudahkan mikroorganisme pathogen

masuk ke tubuh kita. Ada beberapa aktifitas kita yang mengharuskan

kita untuk melakukan cuci tangan setelah maupun sebelum kita

melakukan aktifitas tersebut.Dalam program PHBS waktu yang tepat

untuk mencuci tangan adalah (Kemenkes RI, 2011).

1) Sebelum dan sesudah makan

2) Sebelum memgang makanan

3) Setelah buang air besar dan juga air kecil

4) Setelah menyentuh unggas/hewan, termasuk ungags/hewan

piaraan

5) Setelah bermain/berolahraga

6) Sebelum mengobati luka

7) Sebelum melakukan kegiatan apapun memasukkan jari-jari ke

dalam mulut atau mata

8) Setelah membuang ingus dan membuang sampah

9) Setelah memegang uang

10) Setelah memegang sarana umum

11) Sebelum masuk kelas


14

12) Sebelum masuk kantin. Beberapa waktu tersebut perlu kita

biasakan kepada anak sekolah agar menjadi kebiasaan yang baik

setelah mereka dewasa nanti(Warsiti 2015).

c. Tujuan mencuci tangan

Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk

menghalangi transmisi pathogen-patogen kuman dengan cepat dan

secara efektif (carl A Osbome, 2008). Kebersihan tangan yang tidak

memenuhi syarat juga berkonstribusi menyebabkan penyakit terkait

makanan, seperti Salmonella dan Infeksi E.Coli (CDC and The

American Society for Microbiology, 2005).

Mencuci tangan dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting dan mudah dilakukan.

Untuk menwujudkan Indonesia sehat 2010 (Iswara, 2007)

Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari :

1) Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan

lingkungan

2) Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit kelapa tangan

3) Kontak mulut dan tangan saat makan/minum

4) Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna(Listyowati 2012).

Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara

mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air

mengalir (Kusmiyati, 2010). Jika tangan bersifat kotor, maka tubuh sangat

beresiko terhadap masuknya mikroorganisme.Mencuci tangan dengan air


15

dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara

mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah

mikrooganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit

lainnya pada kedua tangan. Masalah-masalah yang sering muncul karena

kuragnya kepedulian terhadap cuci tangan pakai sabun akan dapat timbul

penyakit seperti diare, ISPA, kolera, cacingan, flu, dan Hepatitis A

(Proverawati dan Rahmawati, 2012).

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang

tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosocomial yang menular di

pelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah

diakui sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya

wabah(Prihatin 2015).

Ada 6 langkah dalam mencuci tangan yang baik dan benar, dengan

durasi pada prosedurnya yaitu 20-30 detik, Menurut WHO (2016):

Sebelum memulai terlebih dahulu basahi telapak tangan menggunakan air

yang mengalir kemudian beri sabun secukupnya.

1) Langkah pertama: ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.

2) Langkah kedua: telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan

menggosok punggung tangan kiri serta sela-sela jari tangan kiri,

begipula sebaliknya.

3) Langkah ketiga: gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan.

4) Langkah keempat: jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.


16

5) Langkah kelima: gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan

kanan dan lakukan sebaliknya.

6) Langkah keenam: gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan

kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.

Selanjutnya bilas tangan dengan menggunakan air yang mengalir,

lalu keringkan dengan handuk. Setelah itu menutup kran air menggunakan

tangan yang dilapisi dengan handuk untuk menghindari kontak langsung

tangan dengan kran(WHO 2016).

2.2. Tinjauan Umum Tentang promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan(Kemenkes RI 2011).

1. Peran promosi kesehatan

Promosi kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan

batasan ini tersirat unsur-unsur :


17

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat,

dan pendidik pelaku pendidikan).

b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain).

c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

Hasil (output) yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. (Notoatmojo 2012)

2. Metode promosi kesehatan

Promosi kesehatan tidak terlepas dari kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada mesyarakat, kelompok, atau

individu.Berikut ini diuraikan beberapa metode pendidikan atau

promosi kesehatan.

a. Metode Individual (perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual

digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang

yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

b. Metode Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dan

sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan

kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula

pada besarnya sasaran pendidikan.


18

c. Metode Massa

Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditunjukan kepada masyarakat. Oleh

karena sasaran ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social eakonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan

yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat ditangkap oleh massa tersebut. (Notoatmojo 2012)

3. Media Promosi Kesehatan

Yang simaksud dengan media promosi kesehatan pada hakikatnya

adalah alat bantu untuk menyampaikan informasi kesehatan dank arena

alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-

pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya

sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi tiga,

yakni media cetak, media elektronik dan media papan(Notoatmojo

2012).

2.3. Promosi kesehatan disekolah

Promosi kesehatansebagai perpanjangan tangan keluarga dalam

meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk

perilaku kesehatan.Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu

komunitas cukup besar, antara 40%-50%.Oleh sebab itu, promosi atau

pendidikan kesehatan disekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),


19

dan sekaligus UKS merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat di

sekolah. Komunitas sekolah yang terdiri dari murid, guru dan karyawan

sekolah, baik di tingkat sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat

pertama (SLTP), dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) adalah

merupakan sasaran dari promosi kesehatan di sekolah.

Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis

dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan

pada pemikiran bahwa :

a. Sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk

membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik,

mental, moral maupun intelektual.

b. Promosi kesehatan melalui komunikasi sekolah ternyata paling efektif

diantara upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam

pengembangan perilaku hidup sehat, karena :

1) Anak usia sekolah (6 tahun  18 tahun) mempunyai persentase

yang paling tinggi dibandungkan dengan kelompok umur yang

lain.

2) Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisai, sehingga

mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan kesehatan usaha

masyarakat.

3) Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk

menerima perubahan atau pembahuruan, karena kelompok anak

sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan


20

perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap

stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan

kebiasaan  kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat.

Dari uraian tersebt dapat dirumuskan bahwa tujuan promosi

kesehatan di sekolah sekurang-kurangnya sebagai berikut :

a) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya

masyarakat sekolah.

b) Mencegah dan memberantas penyakit menular di kalangan

masyarakat sekolah dan masyarakat umum.

Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah

menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan

keehatannya (health promotion school). Oleh sebab itu, program

promosi kesehatan sekurang-kurangnya mencakup 3 usaha pokok,

yakni :

1) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (Healthful School

Living).

2) Pendidikan kesehatan (Health Education)

3) Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah (health Services

in School). (Listyowati 2012).

2.4. Hakikat Siswa Skolah dasar

2.4.1 Pengetian Anak Usia Sekolah

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang

selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia


21

yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sekolah

merupakan salah satu wadah formal yang berusaha melaksanakan proses

perubahan perilaku melalui pendidikan. Sekolah dasar merupakan awal

dari pendidikan selanjutnya, masa ini adalah masa perpindahan anak dari

lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah, yaitu lingkungan yang besar

pengaruhnya terhadap perkembangan jasmani dan rohani. Mereka lebih

banyak teman dalam lingkungan sosial yang lebih luas, sehingga peranan

sosialnya makin berkembang, ia ingin mengetahui segala sesuatu di

sekitarnya sehingga bertambah pengalamannya. Semua pengalaman itu

baru akan membantu dan mempengaruhi proses perkembangan

berpikirnya (Rinandanto 2015).

Pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar keberhasilan

pendidikan selanjutnya, anak merupakan tunas bangsa yang masih dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohaninya

sehingga diharapkan di kemudian hari menjadi anak yang tumbuh dewasa

dengan keadaan yang sehat serta mempunyai rasa tanggungjawab dan

berguna bagi bangsa dan negaranya, untuk itu anak sekolah dasar harus

disiapkan sesuai dengan tahap perkembangan dan kematangannya. Pada

umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya

sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-

mata.Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk

memasuki sekolah dasar (Desmita, 2009: 13).


22

2.4.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Masa anak usia sekolah dasar dalam usia (sekitar 6-12 tahun) dan

siswa kelas atas berusia 10-12 tahun merupakan tahap perkembangan

selanjutnya. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda

dimana ia lebih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja

kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Menurut Havighurst yang dikutip Desmita (2009: 35) menjelaskan tugas

perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

a. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan

aktivitas fisik.

b. Membina hidup sehat.

c. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin

e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi

dalam masyarakat.

f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif.

Mengembangkan kata hati dan moral.

g. Mencapai kemandirian pribadi.

Melihat karakteristik anak-anak sekolah dasar yang masih suka

bermain, meniru, serta mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi maka

sangatlah diperlukan pengawasan serta pemberian contoh yang baik dari

seorang guru agar anak dapat terdidik dengan konsep yang benar. Suatu

hal yang penting dalam hal ini ialah sikap anak terhadap otoritas
23

kekuasaan, khususnya dari orang tua dan guru sabagai suatu hal yang

wajar. Anak dalam usia ini cenderung menunjukkan untuk dapat berkuasa

dan mencari teman sebaya untuk berkelompok dan menjadi dorongan

untuk be      competitive

socialization

2.4.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar

sekolah.Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah

yang mendukung hasil belajar disekolah.Aspek perilaku banyak dibentuk

melalui penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan, dan

identifikasi.Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas

perkembangan yaitu.

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan

yang umum.

b. Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri.

c. Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-teman

seusianya.

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

e. Mengembangkan keterampilan dasar, membaca, menulis, dan

berhitung.

f. Mengembangkan pengertian atau konsep yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari.
24

g. Mengembangkan hati nurani, nilai moral, tata dan tingkatkan nilai

sosial.

h. Memperoleh kebebasan pribadi.

i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sesuai dan

lembaga-lembaga. (Gunarsa, S, 2010).


25

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Dasar Pemikiran variable yang diteliti

Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku

kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang

menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi

kesehatan harus disesuaikan dengan diterminan (faktor yang mempengaruhi

perilaku itu sendiri).

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah menggunakan model

Lawrence Green (1980) yang menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi

perilaku sehat seseorang dari 3 faktor yaitu : faktor prediposisi (predisposing

factor), faktor penguat (reinforcing factor),dan faktor pemungkin (enabling

factor).

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
26

kesehatan.Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan, baik

dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.

3. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasaran atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah,

tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan

sebagainya.Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,

rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan

praktik swasta, dan sebagainya.


27

3.2. Kerangka Teori

Keturunan

Pelayanan Status
Lingkungan
kesehatan kesehatan

Perilaku

Presdiposing Enabling Reinforcing


Factors Factors Factors
(pengetahuan, (ketrsediaan (sikap dan
sikap, kepercayaan, Sumber- perilaku petugas,
tradisi, nilai,dsb. Sumber/fasilitas peraturan UU dll.

Pemberdayaan
Komunikasi
Masyarakat Training
(Penyuluhan
(pemberdayaan Advokasi, dll
Edukasi)
Sosial)

Promosi
kesehatan

Sumber : Lawrence Green& HL. Blum, Notoadmojo (2012)

Gambar 1. Kerangka Teori


28

3.3. Kerangka Konsep



  

 

 

  

 
 
  
  
  
  


   
   
  
  
   
   
 
 

Gambar 2. Kerangka Konsep


29

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Pengetahuan

a. Definisi Operasional

Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui responden mengenai

cuci tangan pakai sabun. Adapun Panduan penilaian dan skoringnya

adalah sebagai berikut :

Jumlah pilihan =2

Jumlah pertanyaan = 10

Skoring terendah = 0 (pilihlah jawaban yang salah)

Skoring tertinggi = 1 (pilihan jawaban yang benar)

Jumlah skor terendah = skoring terendah x jumlah pertanyaan

= 0 x 10 = (50%)

Jumlah skor tertinggi = skoring tertinggi x jumlah pertanyaan

= 1 x 10 = (100%)

Rumus umum

Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi  skor terendah = 100  0 = 100%

Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun pada

kriteria objektif suatu variable.

Kategori yang cukup dan kurang

Interval (I) = 100/2 = 50%

b. Kriteria penilaian = skor tertinggi  interval = 100  50 = 50%

sehingga Baik = jika skor > = 50%Buruk = jika skor < = 50%
30

3.4.2 Sikap

a. Definisi oprasional

Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dan

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Panduan penilaian

dan pemberian skoring dengan menggunakan pendekatan skala

likert, dimana item jawaban dari setiap pertanyaan diberi skor,

maka variabel tersebut diukur melalui jawaban kuesioner dengan

jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 8 pertanyaan dengan 4

alternatif jawaban. Setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 4

dengan kategori :

Sangat setuju (SS) = 4

Setuju (S) =3

Tidak setuju (TS) = 2

Sangat tidak setuju (STS) = 1

b. Skoring

Jumlah pilihan = 4

Jumlah pertanyaan = 8

Skor tertinggi : jumlah pertanyaan x skor tertinggi

: 8 x 4 = 40

: 40/40 x 100% = 100%

Skor terendah : jumlah tertinggi  skor terendah

:8x1=8

: 8/40 x 100% = 20%


31

Range (R) : skor tertinggi  skor terendah

: 100% - 20% = 80%

Kategori (K) :4

Interval : R/K = 80/4 = 20

Skor standar : 100% - 20% = 80%

c. Kriteria objektifnya

Baik : jika persentase total jawaban responden memiliki nilai, >

80%

Buruk : jika persentase total jawaban responden memiliki nilai, <

80%

3.4.3. Perilaku

a. Definisi oprasional

Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Panduan penilaian dan

pemberian skoring dengan menggunakan pendekatan skala likert,

dimana item jawaban dari setiap pertanyaan diberi skor, maka

variabel tersebut diukur melalui jawaban kuesioner dengan jumlah

pertanyaan yang diajukan sebanyak 8 pertanyaan dengan 3

alternatif jawaban. Setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 3

dengan kategori :

Selalu (S) =3

Kadang - kadang (KK) = 2

Tidak pernah (TP) =1


32

b. Skoring

Jumlah pilihan = 3

Jumlah pertanyaan = 8

Skor tertinggi : jumlah pertanyaan x skor tertinggi

: 8 x 3 = 24

: 24/24 x 100% = 100%

Skor terendah : jumlah tertinggi  skor terendah

:8x1=8

: 8/24 x 100% = 33,33%

Range (R) : skor tertinggi  skor terendah

: 100% - 33,33% = 66,6%

Kategori (K) :3

Interval : R/K = 66,6/3 = 22,2

Skor standar : 100% - 22,2% = 77,8%

c. Kriteria objektifnya

Baik : jika persentase total jawaban responden memiliki nilai, >

77,8%

Buruk : jika persentase total jawaban responden memiliki nilai, <

77,8%
33

3.4.3 Hipotesis

1. Hipotesis Nol ( Ho )

a) Tidak ada pengaruh pengetahuan siswa-siswi mengenai tata cara

mencuci tangan mengunakan sabun.

b) Tidak ada pengaruh sikap siswa-siswi mengenai tata cara mencuci

tangan mengunakan sabun.

c) Tidak ada pengaruh perilaku siswa-siswi mengenai tata cara

mencuci tangan mengunakan sabun.

d) Tidak ada pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa advokasi

dan penyuluhan tentang cuci tangan mengunakan sabun terhadap

siswa-siswi sebelum dan sesudah intervensi.

2. Hipotesis Alternatif

a) Ada pengaruh pengetahuan siswa-siswi mengenai tata cara

mencuci tangan mengunakan sabun.

b) Ada pengaruh sikap siswa-siswi mengenai tata cara mencuci

tangan mengunakan sabun.

c) Ada pengaruh perilaku siswa-siswi mengenai tata cara mencuci

tangan mengunakan sabun.

d) Ada pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa advokasi dan

penyuluhan tentang cuci tangan mengunakan sabun terhadap

siswa-siswi sebelum dan sesudah intervensi.


34

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra Eksperimental dengan

rancangan one group pre test and post test design.Penulis memilih desain

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuaan, sikap dan

praktek anak sekolah dasar kelas 5 mengenai cuci tangan pakai sabun baik

sebelum dan sesudah intervensi.

Desain ini merupakan perkembangan dari desain one shot case study

(meneliti pada suatu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan

pengukurannya dilakukan satu kali).Pada desain ini pengukuran dilakukan

sebanyak dua kali.Pengukuran pertama dilakukan didepan (pre test) sebelum

adanya perlakuan (treatment) dan pengukuran yang kedua (post test)

dilakukan setelah diberikan perlakuan atau intervensi.(Sugiyono 2010)

Diagrammnya berbentuk :

Pengukuran awal X1 Y (Interpensi) Pengukuran akhir X2

Gambar 3. Rancangan penelitian

Keterangan :

X1 & X2 merupakan kelompok yang diberikan pre-test dan post-

test tetapi diberikan intervensi.

Y merupakan interpensi promosi kesehatan adalah intervensi yang

dilakukan atau perlakuan berupa promosi kesehatan dengan metode


35

penyuluhan, advokasi, pembagian media poster dan leaflet penayangan

video mengenai cuci tangan pakai sabun dan simulasi.

Pengukuran pengetahuan, sikap dan praktek dilakukan dalam dua

waktu yang berbeda.Pengukuran awal (pre-test) dilakukan sebelum adanya

perlakuan (treatment) atau intervensi.Kemudian diberikan intervensi

berupa promosi kesehatan dan pengukuran akhir (post-test) yang

dilakukan setelah adanya perlakuan (treatment) atau intervensi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei  Juli tahun 2017 di SDN

Borong Jambu I kota Makassar yang dipilih secara purposif. Alasan

pemilihan SDN Borong Jambu I kota Makassar sebagai tempat penelitian

adalah karena belum adanya penelitian mengenai pengaruh promosi

kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anak sekolah dasar

kelas 5 mengenai cuci tangan pakai sabun.

4.3. Populasi

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sisiwa kelas 5 SDN

Borong Jambu I kota Makassar Tahun Ajaran 2017-2018 dan masih

terdaftar yang berjumlah 42 siswa. Alasan dipilihnya anak sekolah dasar

sebagai sampel penelitian adalah karena menurut Tri Karianto mereka

merupakan kelompok umur yang mempunyai rasa keingintahuan cukup


36

besar dan ingin mempraktekan secara langsung atas ilmu yang baru saja

mereka dapatkan. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh murid

kelas 5 SDN Borong Jambu I yang memenuhi kriteria inklusi :

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Semua siswa-siswi kelas 5 yang masih terdaftar di SDN Borong Jambu

I kota Makassar.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian dan menjadi responden.

Kriteria eksklusi merupakan responden yang tidak dapat mewakili sampel

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yaitu :

a. Responden yang sedang sakit atau tidak masuk sekolah

b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian dan menjadi responden.

4.4. Metode Intervensi

4.4.1 Advokasi

Komponen  komponen promosi kesehatan di sekolah menurut

WHO dapat diterapkan melalui advokasi terhadap pihak sekolah mengenai

cuci tangan pakai sabun pada murid  murid sekolah dasar terutama kelas

5.Dan sebagai sarana promosi kesehatan advokasi yaitu dengan

memaparkan kebiasaan perilaku cuci tangan siswa-siswi sebelum

dilakukan intervensi ataupun data penunjang pelayanan kesehatan

mengenai penyakit, terkait praktek cuci tangan pakai sabun.

Salah satu hasil yang diharapkan melalui advokasi yaitu

penyediaan sarana dan prasarana CTPS yang disediakan oleh sekolah


37

berupa tersediannya tempat cuci tangan dan kelengkapan cuci tangan

seperti sabun dan lap pengering tangan, kebijakan dukungan yang dapat

menumbuhkan perilaku CTPS yang benar dalam kegiatan sehari-hari

seluruh masyarakat sekolah. Selain itu, bekerja sama dengan pihak sekolah

dalam menyediakan lingkungan yang sehat agar tercipta kebiasaan

perilaku CTPS yang benar.

4.4.2 Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada seluruh siswa-siswi

kelas 5 di SDN Borong Jambu I Kota Makassar. Media yang digunakan

sebagai sarana promosi kesehatan yaitu penyuluhan dengan mengunakan

laptop, LCD proyektor yang menjelaskan tentang pengertian, manfaat,

akibat perilaku tidak melakukan CTPS dengan benar serta tata cara

melakukan CTPS dengan benar, pembagian leaflet dan poster serta

penayangan video mengenai cuci tangan pakai sabun.

4.4.3. Simulasi

Sebelum dilaksanakannya praktek CTPS, dilakukan kegiatan

simulasi terlebih dahulu dengan menampilkan metode 5 cara mencuci

tangan pakai sabun dengan benar menurut anjuran kesehatan yaitu dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun untuk

memutuskan mata rantai kuman dan membersihkannya dari kotoran

menempel. Adapun langkah-langkah cuci tangan pakai sabun yang benar

yaitu :

1. Basahi tangan seluruhnyan dengan air mengalir,


38

2. Gosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela jari,

3. Bersihkan bagian bawah kuku,

4. Bilas tangan dengan air bersih mengalir,

5. Keringkan tangan dengan handuk/tisu atau keringkan dengan

udara/dianginkan.

Saat simulasi ini, siswa-siswi memperhatikan peragaan yang

dilakukan dan kemudian siswa-siswi ikut berpartisipasi dalam peragaan.

Pada pelaksanaanya siswa-siswi dibagi menjadi beberapa kelompok,

dipandu oleh seorang siswa/i tiap kelompoknya kemudian siswa/i yang

lain ikut memperagakan praktek cuci tangan pakai sabun yang benar.

Salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok tersebut dipilih

secara acak untuk memperagakan cara memperagakan praktek cuci tangan

pakai sabun yang benar.

4.4.4. Praktek

Praktek dilakukan setelah penyuluhan didalam kelas.Praktek

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dilakukan d kran yang ada

diluar kelas. Kemudian siswa-siswi melakukan praktek cuci tangan secara

pergantian adapun perlengkapan praktek berupa sabun dan tissu atau lap

tangan akan disediakan oleh peneliti.


39

4.5. Teknik Pengumpulan Data

4.5.1. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer berupa data

mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku murid sekolah dasar dalam

mencuci tangan dengan sabun yang dikumpulkan oleh peneliti.Data

sekunder pada penelitian ini adalah data mengenai gambaran umum

lokaasi penelitian, pola penyakit yang terkait dengan cuci tangan pakai

sabun.

4.5.2. Cara Pengumpulan Data

Peneliti melakukan survei ke beberapa lokasi penelitian yang

dianggap perlu untuk dilakukannya intervensi tersebut.Dan kemudian

mendatangi sekolah dan meminta ijin kepada kepalah sekolah untuk

mengadakan penelitian di lokasi yang telah dipilih. Peneliti menjelaskan

maksud kedatangannya kepada kepala sekolah dan pembimbing lapangan

yang ditunjuk sekolah mengenai jenis penelitian, kegiatan yang akan

dilaksanakan, menjelaskan apa manfaatnya dan meminta dukungan dan

perhatian dari pihak sekolah. Setelah mendapat persetujuan secara lisan

dari pihak sekolah, barulah peneliti melakukan penelitian tersebut.

4.5.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan ang ket

pre-test dan post-test kepada responden yang telah ditentukan. Pembagian


40

ang ket pre-test di lakukan di awal, sebelum adanya perlakuan (intervensi)

dan setelah adanya pelakuan (intervensi) dilakukan lagi post-test yang

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pengetahuan,

sikap dan perilaku cuci tangan pakai sabun di sekolah.

a. Data Pre test

Data pre-test merupakan hasil pengukuran awal untuk mengetahui

tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku cuci tangan pakai sabun

pada siswa-siswi kelas 5 di SDN Borong Jambu I Kota Makassar.

Pengisian pre-test ini akan dipandu oleh peneliti.

b. Data pos-test

Data pos-test ini merupakan hasil pengukuran akhir untuk

mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan praktek cuci tangan

pakai sabun di SDN Borong Jambu I setelah diberikan intervensi.

Pengisian post-test ini akan dipandu oleh peneliti.

4.6. Pengolahan Data

4.6.1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo

(2012), adalah:

a. Editing
41

Editing yaitu melakukan pengecekan dan perbaikan isi kuesioner

(lembar pertanyaan) serta memastikan data yang diperoleh telah

lengkap.

b. Coding

Setelah penyuntingan dilakukan pengkodean atau coding, yaitu

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan.

c. Processing

Data yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam

program komputer yaitu SPSS for Windows.

d. Cleaning

Apabila semua data telah dimasukkan, maka perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode

kemudian dilakukan perbaikan.

4.6.2 Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat pada karakteristik responden dan masing-masing variable

pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai cuci tangan pakai

sabun.
42

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh

yang bermakna bagi pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai

cuci tangan pakai sabun antara sebelum dan sesudah intervensi

promosi kesehatan. Analisis dilakukan guna melihat perbedaan

hasil pengukuran awal (pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum

intervensi) dangan pengukuran akhir (pengetahuan, sikap dan

perilaku sesudah intervensi) yaitu dengan mengunakan uji paired t

test.
43

BAB V

HASIL & PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Inpres Borong Jambu 1 terletak di kelurahan Bangkala,

Kecamatan Manggala, kotaMakassar. Secara geografis keberadaan sekolah

dasar inpres borong jambu 1 cukup srategis karena sekolah berada di tengah-

tengah pemukiman warga yang tidak bising sehingga terciptanya suasana

yang kondusif pada kegiatan belajar mengajar siswa-siswi sd inpres borong

jambu 1.

Namun Sekolah Dasar Borong Jambu 1 berada di sekitar Tempat

Pembuangan Sampah yang dimana berada di sebelah Timur, dan Selatan

serta di sebelah barat dan utara merupakan pemukiman warga, seinggah

peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian di karenakan siswa Sekolah

Dasar Borong Jambu 1 merupakan mayoritas masyarakat sekitar, sehingga

siswa perlu di ajarkan untuk mengetahui tata cara cuci tangan yang baik dan

benar.

5.1.2. Gambaran sarana prasarana

Sekolah Dasar Inpres Borong jambu 1 mempunyai fasilitas, pendidikan

sebagai berikut :

a. Bangunan meliputi

 Ruang belajar / kelas


44

 Perpustakaan

 Ruang kepala sekolah

 Ruang majelis guru

 Ruang tata usaha

 Ruang UKS

 Kantin

b. lapangan olahraga

Lapangan olahraga terdiri dari lapangan volley yang masih berupa

tanah dan lapangan tersebut digunakan sebagai lapangan upacara pada

hari senin.

c. Peralatan dan perlengkapan sekolah dalam kelas :

 Papan tulis

 Meja dan kursi guru siswa

 Spidol

 Alas meja

 Daftar piket siswa

 Daftar mata pelajaran

d. Profil sekolah

 Nama sekolah : SDN Inpres Borong Jambu 1 Makassar

 Alamat sekolah :Jl.Tamangapa Raya Iv No.13, Bangkala,

Kec. Manggala, Kota Makassar, Sul-Sel

 Nama kepala sekolah : PATAHANIKA.AM.S,Pd


45

 Status : Negeri

 Bentuk pendidikan : SD

 Kepemilikan : Pemerintah Daerah

 Tanggal Pendirian : 1983-12-31

5.2. Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada februari 2017Metode pengumpulan

data dengan menggunakan alat bantu kuesioner kepada 42 siswa kelas v

sekolah dasar inpres borong jambu 1.

5.2.1. Karakteristik Responden

a) Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Sampel kelompok Intervensi Berdasarkan
Jenis Kelamin Siswa kelas V ASD Inpres Borong Jambu 1.
Jenis Kelamin N %
Laki- laki 21 50.0
Perempuan 21 50.0
Total 42 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1 distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis

kelamin responden siswa-siswi SD Inpres borong jambu 1 sebanyak 42

orang jenis kelamin siswa-siswi kelas v di SD Inpres borong jambu 1

seimbang antara perempuan dan laki-laki yaitu dengan perempuan

sebanyak 21 orang (50,0%), laki laki sebanyak 21 orang (50,0%)

b). Distribusi frekuensi variabel pengetahuan,sikap dan perilaku

berdasarkan jenis kelamin


46

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi variabel pengetahuam,sikap
Dan perilaku berdasarkan jenis kelamin
Jenis Pre-test Post-test
Variabel
Kelamin Baik % Buruk% Baik% Buruk%
Pengetahuan Laki-Laki 81.0 19.0 90.5 9.5
Perempuan 85.7 14.3 100.0 0.0
Sikap Laki-Laki 28.6 71.4 33.3 66.7
Perempuan 61.9 38.1 66.7 33.3
Perilaku Laki-Laki 71.4 28.6 90.5 9.5
Perempuan 95.2 4.8 95.2 4.8
Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi variabel sikap

berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebelum intervensi kategori baik

sebesar 81,0 % pada kategori buruk sebesar 19,0% sedangkan setelah

dilakukan intervensi jenis kelamin laki  laki pada kategori baik

90,5% pada kategori buruk 9,5%. pada jenis kelamin perempuan

sebelum intenversi pada kategori baik sebesar 85,7% pada kategori

buruk ssebesar 14,3%. Sedangkan setelah dilakukan intervensi jenis

kelamin perempuan pada kategori baik sebesar 100,0 % pada

kategori buruk sebesar 0,0%.

Pada variabel sikap berdsarkan jenis kelamin laki-laki sebelum

dilakukan intervensi dalam kategori baik sebesar 28,6% dalam

kategori buruk sebesar 71,4 setelah dilakukan intervensi pada kategori

baik sebesar 33,3% pada kategori buruk sebesar 66,7%. Berdasarkan

jenis kelamin perempuan sebelum dilakukan intervensi dengan

kategori baik sebesar 61,9%pada kategori buruk sebesar 38,1%.


47

Setelah dilakukan intervensi pada kategori baik sebesar 66,7% pada

kategoriburuk sebesar 33,3%.

Sedangkan pada variabel perilaku berdasarkan jennies kelamin

laki-laki sebelum intervensi pada kategori baik sebesar 71,4% pada

kategori buruk sebesar 28,6%. Setelah dilakukan intervensi pada

kategori baik sebesar 90,5% pada kategori buruk sebesar 9,5%.

Berdasarkan jenis kelamin perempuan sebelum intervensi pada

kategori baik sebesar 95,2% pada kategori buruk 4,8% setelah

dilakukan intervensi dengan jumlah yang sama pada ktegori baik

sebesar 95,2% pada kategori buruk sebesar 4,8%.

5.2.2. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku.

a). Distribusi Frekuensi pengetahuan CTPS

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan CTPS
Siswa kelas v SD Inpres Borong Jambu 1.
Peningkatan
Pengetahuan N Pre-test Post test
%

Apakah mencuci tangan


dengan menggunakan air
42 98.0 100.0 1.04
mengalir dan sabun dapat
membersihkan tangan

Apakah setelah bermain


merupakan waktu yang
42 86.0 100.0 1.35
tepat untuk melakukan cuci
tangan pakai sabun

Apakah setelah membuang


air kecil/besar merupakan
waktu yang tepat untuk 42 90.0 98.0 8.89
melakukan cuci tangan
pakai sabun
48

Apakah dengan mencuci


tangan dapat membunuh 42 90.0 95.0 5.55
kuman penyebab diare

Apakah mencuci tangan


dapat membunuh kuman 42 74.0 79.0 6.76
penyakit

Apakah jika tidak


menggunakan sabun
42 64.0 69.0 7.81
mencuci tangan dapat
membunuh kuman penyakit

Apakah dengan mengosok


telapak tangan saja
42 48.0 48.0 0.0
merupakan cara cuci tangan
yang benar

Apakah penyakit cacingan


timbul akibat tidak mencuci 42 74.0 93.0 25.6
tangan

Apakah sebelum dan


sesudah makan wajib
42 98.0 98.0 0.0
mencuci tangan dengan
sabun

Apakah setelah memegang


bintang tidak perlu mencuci 42 67.0 48.0 -28.4
tangan
Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan tabel diatas beberapa variabel pengetahuan

mengalami peningkatan. Pada variabel pengetahuan peningkatan

tertinggi yaitu pengetahuan penyakit cacingan timbul karena tidak

mencuci tangan sebesar 25,6%. Sedangkan pada variabel pengetahuan

yang tidak mengalami peningkatan yaitu kewajiban mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan sebesar 0,0%.Sedangkan variabel

pengetahuan mengalami penurunan yaitu memegang binatang tidak

perlu mencuci tangan sebesar -28.4%.


49

b). Distribusi Frekuensi Sikap CTPS

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan CTPS
Siswa kelas v SD Inpres Borong Jambu 1.
Sikap N Pre-test Post test Peningkatan

Menurut saya mencuci


tangan pakai sabun, 42 97.4 98.5 1.13
pekerjaan merepotkan.

Menurut saya ketika


sebelum makan lupa untuk
cuci tangan pakai sabun,
42 97.0 97.1 0.11
bisa langsung makan tanpa
harus cuci tangan pakai
sabun

Menurut saya sebaiknya


setelah makan mencuci 42 96.2 97.5 1,35
tangan pakai sabun

Menurut saya sebaiknya


sesudah BAB mencuci 42 96.5 97.5 1.03
tangan pakai sabun

Menurut saya sebaiknya


sesudah BAK mencuci 42 96.4 97.9 1.55
tangan pakai sabun

Menurut saya setelah


bermain tidak perlu
42 96.6 97.5 0.93
mencuci tangan pakai
sabun

Menurut saya setelah


memegang hewan perlu
42 96.6 97.5 0.93
mencuci tangan pakai
sabun

Menurut saya sebaiknya


setelah membuang ingus
dari hidung tidak perlu 42 98.5 98.8 0.30
mencuci tangan pakai
sabun
Sumber: Data primer 2017
50

Berdasarkan tabel diatas semua variabel sikap mengalami

peningkatan. Pada variabel sikap peningkatan tertinggi yaitu sikap

memcuci tangan setelah buang air kecil sebesar 1,55 %.Sedangkan

pada variabel sikap dengan peningkatan terendah yaitu mencuci

tangan setelah membuang ingus sebesar 0,30%.

c). Distribusi Frekuensi Perilaku CTPS

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan CTPS
Siswa kelas v SD Inpres Borong Jambu 1.
Perilaku N Pre-test Post test Peningkatan

Mencuci tangan pakai


42 97.2 99.0 1.85
sabun sebelum makan

Mencuci tangan pakai


sabun setelah membuang 42 97.4 98.2 0.82
sampah

Mencuci tangan pakai


sabun sesudah BAB 42 97.2 98.5 1.34
(Buang Air Bersih)

Mencuci tangan pakai


42 98.4 98.5 0.10
sabun setelah bermain

Mencuci tangan pakai


sabun setelah memegang 42 97.3 99.0 1.75
hewan

Mencuci tangan pakai


sabun setelah membuang
ingus dari hidung
42 97.2 98.0 0.82

Mencuci tangan pakai


sabun setelah menutup
42 97.6 97.9 0.31
mulut karena batuk
bersin
51

Mencuci tangan pakai


sabun sesudah BAK 42 98.0 98.4 0.41
(Buang Air Kecil)
Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan tabel diatas semua variabel perilaku mengalami

peningkatan. Pada variabel perilaku peningkatan tertinggi yaitu sikap

mencuci tangan sebelum makan sebesar 1,85%. Sedangkan variabel

yang mengalami peningkatan terendah yaitu mencuci tangan pakai

sabun setelah bermain sebesar 0.10%.

5.2.3. Distribusi Kategori dan Nilai rata-rata pengetahuan, sikap dan

perilaku CTPS Siswa SD Inpres Borong Jambu 1

I. Pengetahuan

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi kategori variabel pengetahuan
siswa-siswi kelas V SD Inpres Borong Jambu 1
Variabel Kategori Pre-test % Post-test %
Pengetahuan Baik 35 83.3 40 95.2
Buruk 7 16.7 2 4.8
Sumber: data primer diolah 2017

Berdasarkan tabel 5.2 Distribusi frekuensi kategori variabel

pengetahuan,sikap dan perilaku dapat dilihat pada variabel pengetahuan

dalam kategori baik sebelum dilakukan intervensi sebanyak 35 orang

(83,3%)sedangkan dalam kategori buruk sebelum intervensi sebanyak 7

orang (16,7%). Setelah intervensi variabel pengetahuan dalam ketegori

baik sebanyak 40 orang (95,2%) dalam kataegori buruk sebanyak 2 orang

(4,8%).
52

Tabel 5.7
Distribusi nilai rata-rata Pengetahuan CTPS
Siswa kelas v SD Inpres Borong Jambu 1.
Variabel Kategori Mean SD SE Paired P
difference Value
Pengetahuan Sebelum intervensi 7,8 1,5 0,2 0,62 0,015
Setelah Intervensi 8,3 1,3 0,2
Sumber: data primer diolah 2017

Dari tabel 5.7 distribusi nilai rata-rata pengetahuan, sikap dan

perilaku CTPS siswa SD Inpres borong jambu 1 . Pada variabel

pengetahuan nilai rata-rata sebelum intervensi sebesar 7,8 dengan standar

deviasi sebear 1,5 dan standar eror sebesar 0,2. Setelah dilakukan

intervensi nilai rata-rata sebesar 8,3 dengan standar deviasi sebesar 1,3 dan

standar eror sebesar 0,2. Dari tabel diatas terlihat perbedaan sebesar 0,62

dan hasil uji statistik Paired T test dengan p value 0,015 di mana kurang

dari batas kritis penelitian 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan

variabel pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi.

II. Sikap

Tabel 5.8
Distribusi frekuensi kategori variabel sikap
siswa-siswi kelas V SD Inpres Borong Jambu 1
Variabel Kategori Pre-test % Post-test %
Sikap Baik 19 45.2 21 50.0
Buruk 23 54.8 21 50.0
Sumber: data primer diolah 2017

Pada variabel sikap dalam kategori baik sebelum intervensi sebanyak

19 orang(45,2%) pada kategori buruk sebanyak 23 orang (54,8%). Setelah

intervensi padavariabel sikap dengan kategori baik seabanyak 21orang

(50,0%), kategori buruk sebanyak 21 orang (50,0%).


53

Tabel 5.9
Distribusi nilai rata-rata Pengetahuan CTPS
Siswa kelas v SD Inpres Borong Jambu 1.
Variabel Kategori Mean SD SE Paired P
difference Value
Sikap Sebelum intervensi 24,7 3,3 0,5 0,69 0,134
Setelah Intervensi 25,4 3,7 0,5
Sumber: data primer diolah 2017

Pada variabel sikap nilai rata-rata sebelum intervensi sebesar 24,7

dengan standar deviasi sebesar 3,3 dan standar eror sebesar 0,5. Setelah

dilakukan intervensi nilai rata-rata sikap sebesar 25,4 dengan standar

deviasi sebesar 3,7 dan standar eror sebesar 0,5. Dari tabel diatas terlihat

perbedaan sebesar 0,69 dengan hasil uji statistik. Paired T test p value

0,134 dimana lebih besar dari baras kritis penelitian 0,05 artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan variabel sikap antara sebelum dan

sesudah intervensi.

III. Perilaku

Tabel 5.10
Distribusi frekuensi kategori variabel Perilaku
siswa-siswi kelas V SD Inpres Borong Jambu 1
Variabel Kategori Pre-test % Post-test %
Perilaku Baik 35 83.3 39 92.9
Buruk 7 16.7 3 7.1
Sumber: data primer diolah 2017

Pada variabel Perilaku dalam kategori baik sebelum intervensi

sebanyak 35 orang (83,3%), dalam kategori buruk sebanyak 7 orang

(16,7%). Setelah intervensi dalam kategori baik sebanyak 39 orang

(92,9%) dalam kategori buruk sebanyak 3 orang (7,1%).


54

Tabel 5.11
Distribusi nilai rata-rata Perilaku CTPS
Siswa kelas v SD Inpres Borong Jambu 1.
Variabel Kategori Mean SD SE Paired P
difference Value
Perilaku Sebelum intervensi 21,3 2,9 0,4 0,89 0,000
Setelah Intervensi 22,2 2,2 0,3
Sumber: data primer diolah 2017

Pada variabel perilaku sebelum dilakukan intervensi nilai rata-rata

perilaku sebesar 21,3 dengan standar deviasi sebesar 2,9 dan standar eror

sebesar 0,4. Setelah intervensi nilai rata-rata perilaku sebesar 22,2 dengan

standar deviasi 2,2 dan standar eror sebesar 0,3 dari tabel diatas terlihat

perbedaan sebesar 0,89 dengan hasil uji statistic Paired T testp value

0,000 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 artinya terdapat

perbedaan yang pada variabel perilaku sebelum intervensi dan setelah

intervensi.

5.3. Pembahasan

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh setelah

dilakukan pengolahan, penyajian data, maka akan dibahas sesuai dengan

variabel yang diteliti sebagai berikut :

5.3.1. Perbedaan pengetahuan , sikap dan perilaku berdasarkan jenis

kelamin.

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan yang

bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku cuci tangan pakai sabun

setelah dilakukan intervensi baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun


55

responden yang memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku cuci tangan yang

baik, lebih banyak dijumpai pada responden berjenis kelamin perempuan

dibandingkan dengan yang berjenis kelamin laki-laki.

Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perhatian yang diberikan

responden saat dilakukan penyuluhan kesehatan, dimana siswa perempuan

lebih memberikan perhatian dibandingkan dengan siswa laki-laki selama

pemberian penyuluhan. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang

menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (Suryabrata, 2006). Perhatian

sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik dan hal ini akan

berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam menerima penyuluhan yang

diberikan.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di tujuh kota di Korea

Selatan dengan 2800 responden yang diobservasi, Jeong et al. (2007)

menemukan bahwa 63,4% responden mencuci tangannya setelah

menggunakan kamar mandi umum. Salah satu faktor signifikan yang terkait

dengan peningkatan cuci tangan adalah jenis kelamin wanita. Penelitian lain

oleh Johnson et al. (2003) memasang tanda peringatan yang mengingatkan

orang untuk mencuci tangannya di kamar mandi umum. Observasi terhadap

individu (95 wanita dan pria) menyatakan bahwa 61% wanita dan 37% pria

mencuci tangannya, tanpa adanya peringatan. Sedangkan 97% wanita dan

35% pria mencuci tangannya pada keadaan ada tanda peringatan. Penelitian

Cahyani (2010) menemukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara

jenis kelamin dengan tahap cuci tangan dan terdapat perbedaan rerata skor
56

tahap cuci tangan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan, dimana

skor tahap cuci tangan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Adanaya perbedaan berdasarkan jenis kelamin dikarenakan faktor

latar belakang (Background factors). Fsktor latar belakang sendiri pada

dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model

Kurt Lewin (1948) dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Menurut

Ajzen, 1980 (dalam Cahyani 2010), faktor utama yang mempengaruhi

perilaku kesehatan seseorang dan menyebabkan orang tersebut mencuci

tangan dengan baik adalah latar belakang. Ajzen membagi latar belakang

menjadi 3 yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap

umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai

hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara

lain adalah usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama.

Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspos pada media.

Selain itu, antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan

mengenai pola hidup bersih (Tones dan Tilford, 2011). Hal tersebut juga

dapat menyebabkan kebiasaan cuci tangan antara laki-laki dan perempuan

dapat berbeda.
57

5.3.2. Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam CTPS siswa

SD Inpres borong jambu 1.

a) Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan

tentang mencuci tangan siswa SD Inpres borong jambu 1.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal itu terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar

pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui mata dan telinga10

Hasil pengelompokan berdasarkan tinggi rendahnya tingkat

pengetahuan menunjukkan kategori baik sebelum dilakukan intervensi

sebanyak 35 orang (83,3%), sedangkan dalam kategori buruk sebelum

intervensi sebanyak 7 orang (16,7%). Setelah intervensi variabel

pengetahuan dalam ketegori baik sebanyak 40 orang (95,2%) dalam

kataegori buruk sebanyak 2 orang (4,8%). Masih terdapatnya siswa yang

berpengetahuan buruk tentang cuci tangan disebabkan karena selama

proses masih kurang memperhatikan dan memahami pesan kesehatan

yang disampaikan sehingga tidak terjadi peningkatan pengetahuan pada

2 siswa tersebut sesudah dilakukan intervensi

Masa anak usia sekolah adalah masa pembentukan karakter. Pola

pikir anak SD berkembang secara berangsur-angsur. Disamping

keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap

pembentukan pengetahuan anak. Daya ingat anak mencapai intensitas


58

yang paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan memori ingatan

adalah paling kuat. Hal ini dapat digunakan untuk memberikan

pengetahuan pada anak SD untuk bisa belajar menerapkan kebiasaan

cuci tangan pakai sabun pada kehidupan sehari-hari.

Hasil pre test terhadap pengetahuan siswa SD kelas V di SD

Inpres borong jambu 1 menunjukkan rata-rata nilai (mean) sebesar 7,8

dengan standar deviasi 1,5. Sedangkan rata-rata nilai (mean) post test

sebesar 8,3 dengan standar deviasi 1,3. Hasil ini menunjukkan rata-rata

pengetahuan responden meningkat menjadi pengetahuan baik setelah

diberikan intervensi promosi kesehatan. Dan dari hasil penelitian dan uji

statistik Paired T test menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dengan

p value 0,015 < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan variabel

pengetahuan tentang mencuci tangan siswa kelas V SD Inpres Borong

Jambu 1 antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi promosi

kesehatan

Promosi kesehatan melibatkan Penginderaan terhadap objek

tertentu dengan adanya aktivitas mendengar, berbicara dan melihat yang

membuat metode ini efektif. Dari promosi kesehatan dengan model

penyuluhan, simulasi dan praktek ini terdapat proses belajar bagi siswa.

Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

individu dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Proses inilah yang


59

menyebabkan mereka yang tadinya tidak atau kurang mengetahui apa-

apa menjadi tahu, sehingga setelah dilakukan intervensi, pengetahuan

para siswa tentang cuci tangan pakai sabun semakin meningkat.

Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu yang terjadi sesudah

individu melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan

tentang suatu objek dapat diperoleh dari pengalaman, guru, orang tua,

teman, buku dan media massa. Pengetahuan merupakan hasil stimulus

informasi yang diperhatikan dan diingat, informasi dapat berasal dari

pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Hasil dan bukti belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku, bukti bahwa seseorang telah

belajar ialah telah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti. Keberhasilan promosi kesehatan ini juga tidak lepas

dari pemilihan metode dan media yang tepat

Hasil penelitian yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan

oleh Ratna Wati (2011) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh

pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan terhadap

pengetahuan tentang mencuci tangan pada siswa kelas V di SDN

Bulukantil. Demikian juga penelitian Fitianingsih (2010) dan

Maulidawati (2011) yang menemukan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna/ signifikan antara pengetahuan PHBS sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi promosi kesehatan pada siswa Sekolah dasar

diantaranya kelas 5, 4, dan 3.


60

b) Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap Sikap tentang

mencuci tangan siswa SD Inpres borong jambu 1.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata

menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik dan tidak

baik)(Notoadmojo, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap seseorang antara lain pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi

pendidikan dan agama serta faktor emosi dalam diri.

Sikap juga sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau

menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-

tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan

tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan

mengacu kepada orang lain. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu

tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Hasil variabel sikap dalam kategori baik sebelum intervensi

sebanyak 19 orang(45,2%) pada kategori buruk sebanyak 23 orang

(54,8%). Setelah intervensi padavariabel sikap dengan kategori baik

seabanyak 21orang (50,0%), kategori buruk sebanyak 21 orang (50,0%).

Dari hasil tersebut Perubahan sikap yang terjadi setelah dilakukan


61

intervesi berupa penyuluhan, simulasi dan praktek sangat kecil masih

terdapat 21 siswa yang memiliki sikap kategori buruk. Hal ini

disebabkan stimulus yang diberikan belum mampu menyentuh ranah

emosional dari para siswa.

Peningkatan sikap yang sangat kecil yang terjadi pada

responden kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan yang diperoleh

belum mampu memunculkan pemahaman dan keyakinan terhadap

kebutuhan mereka sebagai seorang responden yang harus berperilaku

hidup bersih dan sehat dan memiliki kebiasaan untuk mencuci tangan

pakai sabun. Sehingga Variabel sikap tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini dibuktikan dari

Hasil uji variabel sikap yang menunjukkan nilai rata-rata sebelum

intervensi sebesar 24,7 dengan standar deviasi sebesar 3,3 dan standar

eror sebesar 0,5. Setelah dilakukan intervensi nilai rata-rata sikap sebesar

25,4 dengan standar deviasi sebesar 3,7 dan standar eror sebesar 0,5.

Dari tabel diatas terlihat perbedaan sebesar 0,69 dengan hasil uji

statistik. Paired T test p value 0,134 dimana lebih besar dari batas kritis

penelitian 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan variabel sikap sebelum

dan sudah intervensi.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sitorus, N. dan Luci Fransisca. (2014) menyatakan hasil penelitian sikap

cuci tangan menunjukkan bahwa dari 71 responden diperoleh hasil pre

test sikap cuci tangan siswa yang buruk yaitu 46 (64,8%)


62

responden. Setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan, sebagian

besar responden menunjukkan hasil baik pada post test yaitu 41 (57,7%)

responden. Perubahan sikap ini disebabkan siswa tersebut mau

memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan melalui pendidikan

kesehatan. Hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon menunjukkan ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap cuci tangan pakai sabun

siswa SD N 157 Kota Palembang dengan signifikasi p = 0,001 dengan a

= 0,05. Begitupun dengan hasi penelitian yang dilakuakn Fitrianingsih

(2010), Mulidawati (2011), dan Fatimah (2012) yang mengatakan

adanya perbedaan yang bermakna atau signifikan variabel sikap setelah

dilakukan intervensi promosi kesehatan.

Adanya perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang telah

dilakuakan karena menurut peneliti seseorang yang berpengetahuan baik

tidak menjamin akan mempunyai sikap yang baik. Karena seseorang

dalam menentukan sikap yang utuh selain ditentukan oleh pengetahuan,

juga dipengaruhi oleh pikiran, keyakinan dan emosi yang memegang

peranan penting (Notoadmojo, 2010) . Individu yang bersangkutan harus

mampu menyerap, mengolah dan memahami informasi yang diterima

sebagai stimulus.

Ketidak mampuan Individu untuk menyerap, mengolah dan

memahami informasi menyebabkan keenganan untuk merubah sikap

setelah mendapatkan informasi yang tidak konsistenten dengan

sikapnya. Hal ini disebabkan karena Pertama, seseorang selalu berupaya


63

melindungi kebebasannya. Mereka tidak ingin memiliki sikap tertentu

karena hasil persuasi atau bujukan orang lain. Sikap yang dihasilkan dari

persuasi orang lain berarti menandakan ketidakbebasan seseorang dalam

menentukan sikapnya sendiri. Kedua, seseorang menolak informasi

karena tahu bahwa pesan yang dia terima memang dibuat untuk

merubah sikapnya. Ketiga, menghindar dari informasi yang tidak

konsisten dengan sikap. Biasanya secara otomatis seseorang akan lebih

memperhatikan informasi yang konsisten dengan sikapnya dan

mengabaikan yang tidak konsisten (Mendatu,(2007). Oleh karena itu,

intervensi promosi kesehatan yang dilakukan dalam bentuk komunikasi

persuasif tidak memiliki pengaruh terhadap sikap terkait CTPS pada

siswa SD Inpres Borong Jambu 1.

c) Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap Perilaku

mencuci tangan siswa SD Inpres borong jambu 1.

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan suatu upaya yang

mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar bagi pencegahan

penyakit  penyakit seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan

pada anak usia sekolah. Padahal anak diusia tersebut rentang terhadap

penyakit seperti diare dan ISPA.

PHBS disekolah adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara


64

mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan serta

berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat (Depkes RI,

2008). UKS di SD Borong Jambu 1 belum berjalan secara optimal,

mengingat UKS merupakan elemen kunci untuk meneruskan informasi-

informasi kesehatan dari peer teaching ke anak usia sekolah dasar.

Sehingga perlu upaya promosi kesehatan berkelanjutan untuk

meningkatkan perilaku cuci tangan pakai sabun pada siswa.

Pada penelitian ini uji statistik yang dihasilkan pada variabel

perilaku sebelum dilakukan intervensi nilai rata-rata perilaku sebesar 21,3

dengan standar deviasi sebesar 2,9 dan standar eror sebesar 0,4. Setelah

intervensi nilai rata-rata perilaku sebesar 22,2 dengan standar deviasi 2,2

dan standar eror sebesar 0,3 dari tabel diatas terlihat perbedaan sebesar

0,89 dengan hasil uji statistic Paired T testp value 0,000 di mana kurang

dari batas kritis penelitian 0,05 artinya terdapat perbedaan pada variabel

perilaku sebelum intervensi dan setelah intervensi.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fatimah (2012) yang

menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel

praktek tentang PHBS antara kelompok yang mendapati intervensi dengan

kelompok kontrol. Namun dalam penelitian yang dilakukan Rahmawati

(2014) menemukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak di TK Tirtosisi Janturan Melati

Sleman Yogyakarta sejalan dengan panelitian ini.


65

Perilaku pada diri seseorang tidak terlepas dari faktor-faktor

predisposisi yang didalamnya ada pengetahuan sikap, kepercayaan, tradisi,

nilai dan persepsi, terkait dengan tujuan seseorang atau kelompok untuk

bertindak. Pada intervensi promosi kesehatan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini berpengaruh pada perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Informasi yang diterima melalui media cetak, elektronik,

pendidikan/penyuluhan, buku-buku dan sebagainya akan meningkatkan

pengetahuan seseorang sehingga ia akan bisa memperbaiki atau merubah

perilakunya menjadi lebih baik (Ali, 2011).

d) Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan,

Sikap dan Perilaku mencuci tangan siswa SD Inpres borong

jambu 1.

Intervensi promosi kesehatan berpengaruh signifikan terhadap

pengetahuan dan perilaku CTPS pada siswa kelas V SD Inpres Borong

Jambu 1. Hal ini dibuktikan dengan pengetahuan siswa dalam CTPS

menjadi lebih baik setelah mendapatkan promosi kesehatan.

Pengetahuan CTPS yang ditelah dimiliki oleh siswa tidak terlepas dari

perilaku yang dilakukan.

Keberhasilan promosi kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan dan perilaku siswa tidak lepas dari beberapa faktor seperti

penyuluhan tentang pengertian, manfaat, akibat perilaku tidak

melakukan CTPS dengan benar serta tata cara melakukan CTPS dengan
66

benar, pembagian leaflet dan poster serta penayangan video mengenai

cuci tangan pakai sabun yang menarik, baik lagu maupun gerakan senam

cuci tangan yang membuat para siswa menjadi tertarik untuk

memperhatikan. Proses inilah yang menyebabkan mereka yang tadinya

tidak atau kurang mengetahui apa-apa menjadi tahu, sehingga setelah

dilakukan intervensi pengetahuan dan perilaku para siswa tentang cuci

tangan pakai sabun semakin meningkat.

Ketersediaan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk

mendukung keberhasilan intervensi promosi kesehatan yang dilakukan.

Adanya saran dan prasarana yang mendukung dapat menarik responden

untuk meperrhatikan sehingga respoden kooperatif terhadap pendidikan

kesehatan yang diberikan. Tersedianya kran saluran air bersih dan sabun

sangat penting sehingga siswa-siswa menjadi terbiasa untuk melakukan

tindakan cuci tangan pakai sabun. Karena salah satu cara membentuk

perilaku siswa adalah dengan conditioning atau kebiasaan. Dengan cara

membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya

akan terbentuklah perilaku tersebut misalnya membiasakan siswa untuk

mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum makan.

Namun intervensi tidak memiliki pengaruh bermakna pada

variabel sikap CTPS. Hal ini dikarenakan sikap melibatkan pikiran,

perasaan dan emosi seseorang yang sulit untuk dilakukan kontrol sehingga

diperlukan upaya lebih untuk mengubah sikap seseorang. Peran

lingkungan sekolah harus ditopang peran lingkungan rumah khususnya


67

peran orang tua untuk dapat mengubah sikap anak untuk melakukan

praktik cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan kesehariannya.

Sayangnya dalam penelitian ini tidak dilakukan penelusuran yang

mendalam terkait kehidupan keluarga para siswa sehingga tidak dapat

dilihat hubungan antara faktor keluarga dalam mempengaruhi sikap siswa

setelah dilakuakn intervensi promosi kesehatan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dewi (2012) yang menemukan bahwa ada perbedaan yang sigifikan pada

pengetahuan, sikap dan praktek cuci tangan pakai di sekolah berdasarkan

dukungan guru baik sebelum dan sesudah intervensi promosi kesehatan.

Pada penelitian ini intervensi promosi kesehatan hanya dapat

mempengaruhi pengetahuan dan perilaku para siswa di SD Inpres Borong

Jambu 1 dan intervensi tidak dapat merubah sikap para siswa hanya dalam

kurung waktu penelitian. Sehingga perlu untuk melakuakn penelitian

lanjutan terkait Sikap untuk dapat mengetahui upaya yang dapat dilakukan

untuk mengubah sikap perilaku CTPS pada siswa.


68

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Terdapat perbedaan yang signifikan variabel pengetahuan antara

sebelum dan sesudah intervensi karena p value 0,015<0,05terhadap

siswa dalam melakukan cuci tangan pakai sabun di sekolah dasar

inpres borong jambu 1

6.1.2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan variabel sikap antara

sebelum dan sesudah intervensi karenap value 0,134 > 0,05 terhadap

siswa dalam melakukan cuci tangan pakai sabun terhadap siswa di

sekolah dasar inpres borong jambu 1

6.1.3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel perilaku sebelum

intervensi dan setelah intervensi karenap value 0,000 < 0,05terhadap

siswa dalam melakukan cuci tangan pakai sabun terhadap siswa di

sekolah dasar inpres borong jambu 1

6.1.4. Intervensi dilakukan berupa penyuluhan dan praktek cucitangan

pakai sabun dengan terbuktinya hasil penelitian bahwa terdapat

perbedaan sebelum dan sesudah intervensi cuci tangan pakai sabun

terhadap siswa di sekolah dasar inpres borong jambu 1

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang

perlu di lakukan adalah :

6.2.1 Bagi Pihak SD Inpres Borong Jambu 1 Kota Makassar


69

a) Menyediakan beberapa fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan

sabun dan air mengalir serta lap pengering di sekolah

b) Staf guru berperan aktif dan menggunakan metode yang menarik

dalam memberikan informasi dan membimbing para siswa untuk

senantiasa mencuci tangan pakai sabun.

c) Mengoptimalkan fungsi kerja UKS sebagai sarana penyalur informasi

dan berkordinasi dengan puskesmas untuk program kesehatan

disekolah.

d) Berkordinasi dengan orang tua siswa untuk melakukan pembimbingan

perilaku hidup bersih dan sehat khusunya praktik CTPS di

lingkungan luar sekolah.

6.2.2 Bagi para siswa

a) Siswa senantiasa belajar dan mencari tahu tentang pentingya

melakukan cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari-hari dan

mau membagi ilmu yang telah diperoleh.

b) Siswa dapat membudidayakan cuci tangan pakai sabun

6.2.3 Bagi para peneliti selanjutnya

a) Jika ingin melakukan penelitian yang sejenis dapat mengkaji lebih jauh

terkait pengaruh intervensi terhadap sikap CTPS dan faktor-faktor di

luar lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap pengetahuan,

sikap dan perilaku CTPS Siswa


70

b) Kurun waktu penelitian yang singkat serta objek yang terbatas

menyebabkan hasil yang diperoleh juga terbatas sehingga diharapkan

penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jangka

waktu yang cukup dengan jumlah objek yang lebih besar misal pada

dua sekolah atau lebih.

.
71

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2011. Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Pustaka.
Cendekia Utama

Atikah Proverawati, dkk. (2012). PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Cahyani, C. (2010). Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan


Mahasiswa Saat Praktikum Di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta : (skripsi). FK UNS.

Depkes RI, (2008). Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan :Dalam


Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),Pusat Promosi
Kesehatan; Jakarta

Depkes RI, (2008). Promosi Kesehatan di Sekolah, Pusat Promosi Kesehatan;


Jakarta

Desmita.(2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Fatimah, Siti (2012). Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap


Pengetahuan, Sikap dan Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa
Kelas 4 dan 5 SDN Kembaran Kecamatan Loanan Kabupaten Purworejo
Provinsi Jawa Tengah. Skripsi FKM UI ; Depok.

Fitrianingsih, (2010). Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap


Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Praktek PHBS Siswa Kelas 4 dan 5 SDN
Ciruncung Kecamatan Ciruncung Kabupaten Sukabumi Tahun 2010, Skripsi
FKM UI ; Depok.

Green, Lewrence and M. W. Kreuter, (2005). Health Program Planning An


Educational and Ecological Approach Fourth Edition, The Mc Graw Hill
Company: New York

Gunarsa, S. (2010). Seri Psikologi : psikologi perkembangan. PT BPK Gunung


Mulia.

Ilham dkk.(2014) Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan


Kejadian Diare Di SD Advent Sario Kota Manado, . Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik: Volume 2 Nomor 3 .

Kemenkes RI (2011). Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan. Jakarta,


kementrian kesehatan.
72

Kemenkes RI (2011). Panduan pembinaan dan penilaian PHBS rumah tangga.


Jakarta.
Kemenkes RI (2015). "Ayo biasakan cuci tangan pakai sabun."

Kurniawan, A. a. (2016). Perilaku hidp bersih dan sehat siswa kelas IV-VI SD
negeri ngentak banturetno banguntapan bantul tahun ajaran 2015-2016.
jurusan pendidikan olahraga. Jogja, Universita Negeri Yogyakarta.
Listyowati, D. (2012). Pengaruh intervensi promkes terhadap pengetahuan sikap
dan praktek cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 5 di SD
pengasinan kota bekasi Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Maulidyawati; (2011). Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan dalam
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Kelas 3 dan 4 SD/MI Attahiriyah
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, Skripsi FKM UI; Depok
     
 
   

Murwaningsih, S. (2016). "Penerapan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Sdn Ii Kota


Karang Bandar Lampung." VII.
Natoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehata. Jakarta, Rineka Cipta
Natoatmodjo, Soekidjo. (2005). promosi kesehatan, teori dan aplikasi. Jakarta,
Rineka Cipta.
Nurul, A. R. (2014). Hubungan perilaku cuci tangan terhadap penyakit diare pada
siswa sekolah dasar negeri Ciputat 02.
Prihatin, L. (2015). Tingkat pengetahuan siswa tentang cuci tangan pakai sabun di
SMP N 2 Mojolaban sukoharjo. Kebidanan. Surakarta, STIKES
Kusuma Husada.
Promkes (2016). "Perilaku Hidup Bersih Sehat Diakses dari
http://promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-
sekolah.".
Rahmawati (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun Pada anak di Janturan Mlatisleman Yogyakarta.
Skripsi Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Aisyiyah: Yogyakarta.
Rinandanto Anang, (2015). sikap siswa terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
disd negeri balangan 1 kecamatan minggir kabupaten sleman.
73

Sitorus, N. dan Luci Fransisca. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN 157
Kota Palembang Tahun 2014. Penerbit: Poltekkes Kemenkes
Palembang Jurusan Keperawatan, Palembang.

Sugiyono, P. D. (2010). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D.
Sulistiyowati, L. S. (2011). Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Jakarta Kementerian Kesehatan RI.

Suryabrata. (2006). " Psikologi Pendidikan". Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


Suryaningsih,widya(2009). Intervensi peningkatan perilaku cuci tangan pakai
sabun pada siswa kelas 5 SDN pengasinan kota bekasi tahun 2012
.Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Sarayati safirah (2016). Analisis faktor perilaku seksual pada anak di SDN Dukuh
Kupang II-489 kecamatan dukuh pakis kelurahan dukung kupang
Surabaya.

Warsiti (2015). Gambaran Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada siswa mi
muhammadiyah godog polokarto sukoharjo, Stikes Kusuma Husada.
Wati, Ratna. (2011). Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS tentang Mencuci
Tangan terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan pada Siswa
Kelas V di SDN Bulukantil Surakarta.Skripsi Program Studi Kebidanan
FK Univ. Sebelas Maret; Surakarta.
Tones K., Tilford S., Robinson Y., (1990) Health Education. Effectiveness and
efficiency,T J Presss Ltd., Great Britain

WHO (2016). "Clean hands protect against infection."(2016). Clean hands protect
against infection. World Health Organization Web Site.
LAMPIRAN


Frequency Table
Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 21 50.0 50.0 50.0


Valid perempuan 21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

pre_Kategori_Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Baik 35 83.3 83.3 83.3

Valid Buruk 7 16.7 16.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

post_Kategori_Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 40 95.2 95.2 95.2

Valid Buruk 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

pre_Kategori_sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Baik 19 45.2 45.2 45.2
Valid Buruk 23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

post_Kategori_sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 21 50.0 50.0 50.0


Valid Buruk 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
pre_Kategori_Perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 35 83.3 83.3 83.3

Valid Buruk 7 16.7 16.7 100.0


Total 42 100.0 100.0

post_Kategori_Perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Baik 39 92.9 92.9 92.9

Valid Buruk 3 7.1 7.1 100.0


Total 42 100.0 100.0

Crosstabs
Jenis Kelamin * pre_Kategori_Pengetahuan Crosstabulation

pre_Kategori_Pengetahuan Total

Baik Buruk

Count 17 4 21
laki-laki
% within Jenis Kelamin 81.0% 19.0% 100.0%
Jenis Kelamin
Count 18 3 21
perempuan
% within Jenis Kelamin 85.7% 14.3% 100.0%
Count 35 7 42
Total
% within Jenis Kelamin 83.3% 16.7% 100.0%

Jenis Kelamin * post_Kategori_Pengetahuan Crosstabulation

post_Kategori_Pengetahuan Total

Baik Buruk
Count 19 2 21
laki-laki
% within Jenis Kelamin 90.5% 9.5% 100.0%
Jenis Kelamin
Count 21 0 21
perempuan
% within Jenis Kelamin 100.0% 0.0% 100.0%
Total Count 40 2 42
% within Jenis Kelamin 95.2% 4.8% 100.0%

Jenis Kelamin * pre_Kategori_sikap Crosstabulation

pre_Kategori_sikap Total

Baik Buruk

Count 6 15 21
laki-laki
% within Jenis Kelamin 28.6% 71.4% 100.0%
Jenis Kelamin
Count 13 8 21
perempuan
% within Jenis Kelamin 61.9% 38.1% 100.0%
Count 19 23 42
Total
% within Jenis Kelamin 45.2% 54.8% 100.0%

Jenis Kelamin * post_Kategori_sikap Crosstabulation

post_Kategori_sikap Total

Baik Buruk
Count 7 14 21
laki-laki
% within Jenis Kelamin 33.3% 66.7% 100.0%
Jenis Kelamin
Count 14 7 21
perempuan
% within Jenis Kelamin 66.7% 33.3% 100.0%
Count 21 21 42
Total
% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%

Jenis Kelamin * pre_Kategori_Perilaku Crosstabulation

pre_Kategori_Perilaku Total

Baik Buruk
Count 15 6 21
laki-laki
% within Jenis Kelamin 71.4% 28.6% 100.0%
Jenis Kelamin
Count 20 1 21
perempuan
% within Jenis Kelamin 95.2% 4.8% 100.0%
Count 35 7 42
Total
% within Jenis Kelamin 83.3% 16.7% 100.0%
Jenis Kelamin * post_Kategori_Perilaku Crosstabulation

post_Kategori_Perilaku Total
Baik Buruk

Count 19 2 21
laki-laki
% within Jenis Kelamin 90.5% 9.5% 100.0%
Jenis Kelamin
Count 20 1 21
perempuan
% within Jenis Kelamin 95.2% 4.8% 100.0%
Count 39 3 42
Total
% within Jenis Kelamin 92.9% 7.1% 100.0%

Descriptive Statistics (Pre Test) Pengetahuan

N Mean

Apakah mencuci tangan


dengan menggunakan air
42 98.0
mengalir dan sabun dapat
membersihkan tangan
Apakah setelah bermain

merupakan waktu yang tepat


42 86.0
untuk melakukan cuci tangan
pakai sabun

Apakah setelah membuang air


kecil/besar merupakan waktu
42 90.0
yang tepat untuk melakukan
cuci tangan pakai sabun
Apakah dengan mencuci
tangan dapat membunuh 42 90.0
kuman penyebab diare
Apakah mencuci tangan dapat
42 74.0
membunuh kuman penyakit
Apakah jika tidak menggunakan
sabun mencuci tangan dapat 42 64.0
membunuh kuman penyakit
Apakah dengan mengosok
telapak tangan saja merupakan 42 48
cara cuci tangan yang benar
Apakah penyakit cacingan
timbul akibat tidak mencuci 42 74.0

tangan
Apakah sebelum dan sesudah
makan wajib mencuci tangan 42 98.0

dengan sabun
Apakah setelah memegang
bintang tidak perlu mencuci 42 67.0

tangan
Valid N (listwise) 42

Descriptive Statistics (Post Test) Pengetahuan

N Mean

Apakah mencuci tangan


dengan menggunakan air
42 100.0
mengalir dan sabun dapat
membersihkan tangan
Apakah setelah bermain

merupakan waktu yang tepat


42 100.0
untuk melakukan cuci tangan
pakai sabun

Apakah setelah membuang air


kecil/besar merupakan waktu
42 98.0
yang tepat untuk melakukan
cuci tangan pakai sabun
Apakah dengan mencuci
tangan dapat membunuh 42 95.0
kuman penyebab diare
Apakah mencuci tangan dapat
42 79.0
membunuh kuman penyakit
Apakah jika tidak menggunakan
sabun mencuci tangan dapat 42 69.0
membunuh kuman penyakit

Apakah dengan mengosok


telapak tangan saja merupakan 42 48.0
cara cuci tangan yang benar

Apakah penyakit cacingan


timbul akibat tidak mencuci 42 93.0
tangan
Apakah sebelum dan sesudah
makan wajib mencuci tangan 42 98.0

dengan sabun
Apakah setelah memegang
bintang tidak perlu mencuci 42 48.0

tangan
Valid N (listwise) 42

Descriptive Statistics (Pre Test) Sikap

N Mean

Menurut saya mencuci


tangan pakai sabun, 42 97.4
pekerjaan merepotkan.
Menurut saya ketika
sebelum makan lupa untuk
cuci tangan pakai sabun,
42 97.0
bisa langsung makan tanpa
harus cuci tangan pakai
sabun
Menurut saya sebaiknya
setelah makan mencuci 42 96.2
tangan pakai sabun
Menurut saya sebaiknya
sesudah BAB mencuci 42 96.5
tangan pakai sabun
Menurut saya sebaiknya
sesudah BAK mencuci 42 96.4
tangan pakai sabun
Menurut saya setelah
bermain tidak perlu mencuci 42 96.6
tangan pakai sabun
Menurut saya setelah
memegang hewan perlu
42 96.6
mencuci tangan pakai
sabun
Menurut saya sebaiknya
setelah membuang ingus
dari hidung tidak perlu 42 98.5
mencuci tangan pakai
sabun
Valid N (listwise) 42

Descriptive Statistics (Post Test) Sikap

N Mean

Menurut saya mencuci


tangan pakai sabun, 42 98.5
pekerjaan merepotkan.
Menurut saya ketika
sebelum makan lupa untuk
cuci tangan pakai sabun,
42 97.12
bisa langsung makan tanpa
harus cuci tangan pakai
sabun
Menurut saya sebaiknya
setelah makan mencuci 42 97.5
tangan pakai sabun
Menurut saya sebaiknya
sesudah BAB mencuci 42 97.5
tangan pakai sabun
Menurut saya sebaiknya
sesudah BAK mencuci 42 97.9
tangan pakai sabun
Menurut saya setelah
bermain tidak perlu mencuci 42 97.5
tangan pakai sabun
Menurut saya setelah
memegang hewan perlu
42 97.5
mencuci tangan pakai
sabun
Menurut saya sebaiknya
setelah membuang ingus
dari hidung tidak perlu 42 98.8
mencuci tangan pakai
sabun
Valid N (listwise) 42

Descriptive Statistics (Pre Test) Perilaku

N Mean
Mencuci tangan pakai
42 97.2
sabun sebelum makan
Mencuci tangan pakai
sabun setelah membuang 42 97.4
sampah
Mencuci tangan pakai
sabun sesudah BAB (Buang 42 97.2
Air Bersih)
Mencuci tangan pakai
42 98.4
sabun setelah bermain
Mencuci tangan pakai
sabun setelah memegang 42 97.3
hewan
Mencuci tangan pakai
sabun setelah membuang 42 97.2
ingus dari hidung
Mencuci tangan pakai
sabun setelah menutup 42 97.6
mulut karena batuk bersin
Mencuci tangan pakai
sabun sesudah BAK (Buang 42 98.0
Air Kecil)
Valid N (listwise) 42
Descriptive Statistics (Post Test) Perilaku

N Mean
Mencuci tangan pakai
42 99.0
sabun sebelum makan
Mencuci tangan pakai
sabun setelah membuang 42 98.2
sampah
Mencuci tangan pakai
sabun sesudah BAB (Buang 42 98.5
Air Bersih)
Mencuci tangan pakai
42 98.5
sabun setelah bermain
Mencuci tangan pakai
sabun setelah memegang 42 99.0
hewan
Mencuci tangan pakai
sabun setelah membuang 42 98.0
ingus dari hidung
Mencuci tangan pakai
sabun setelah menutup 42 97.9
mulut karena batuk bersin
Mencuci tangan pakai
sabun sesudah BAK (Buang 42 98.4
Air Kecil)
Valid N (listwise) 42

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 6 11.67 70.00
b
Positive Ranks 18 12.78 230.00
POST_B - PRE_B c
Ties 18
Total 42
a. POST_B < PRE_B
b. POST_B > PRE_B
c. POST_B = PRE_B
a
Test Statistics

POST_B -
PRE_B
b
Z -2.361
Asymp. Sig. (2-tailed) .018
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 11 18.45 203.00
b
Positive Ranks 22 16.27 358.00
POST_C - PRE_C c
Ties 9

Total 42

a. POST_C < PRE_C


b. POST_C > PRE_C
c. POST_C = PRE_C

a
Test Statistics

POST_C -
PRE_C
b
Z -1.402
Asymp. Sig. (2-tailed) .161

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 2 13.00 26.00
b
Positive Ranks 22 12.45 274.00
POST_D - PRE_D c
Ties 18
Total 42
a. POST_D < PRE_D
b. POST_D > PRE_D
c. POST_D = PRE_D

a
Test Statistics

POST_D -
PRE_D
b
Z -3.604
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
A. Identitas Responden
1. Nama Responden : ......................................................
2. Alamat : ......................................................
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
B. Pertanyaan pengetahuan tentang praktek cuci tangan pakai sabun

1) Apakah mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun


dapat membersihkan tangan.?
a. Ya
b. Tidak
2) Apakah setelah bermain merupakan waktu yang tepat untuk melakukan
cuci tangan pakai sabun.?
c. Ya
d. Tidak
3) Apakah setelah membuang air kecil/besar merupakan waktu yang tepat
untuk melakukan cuci tangan pakai sabun.?
a. Ya
b. Tidak
4) Apakah dengan mencuci tangan dapat membunuh kuman penyebab diare.?
a. Ya
b. Tidak
5) Apakah cuci tangan dengan air saja dapat membunuh kuman penyakit.?
a. Ya
b. Tidak
6) Apakah jika tidak menggunakan sabun mencuci tangan dapat menbunuh
kuman penyakit.?
c. Ya
d. Tidak

7) Apakah dengan mengosok telapak tangan saja merupakan cara cuci tangan
yang benar.?
a. Ya
b. Tidak
8) Apakah penyakit cacingan timbul akibat tidak mencuci tangan.?
a. Ya
b. Tidak
9) Apakah sebelum dan sesudah makan wajib mencuci tangan dengan
sabun.?
a. Ya
b. Tidak
10) Apakah setelah memegang bintang tidak perlu mencuci tangan.?
a. Ya
b. Tidak

C. Pertanyaan sikap mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun


Petunjuk : isilah salah satu      di dalam kotak
di bawah ini.
No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat
setuju setuju tidak setuju
1 Menurut saya mencuci tangan
pakai sabun, pekerjaan
merepotkan.
2 Menurut saya ketika sebelum
makan lupa untuk cuci tangan
pakai sabun, bisa langsung makan
tanpa harus cuci tangan pakai
sabun
3 Menurut saya sebaiknya setelah
makan mencuci tangan pakai
sabun
4 Menurut saya sebaiknya sesudah
BAB mencuci tangan pakai sabun
5 Menurut saya sebaiknya sesudah
BAK mencuci tangan pakai sabun
6 Menurut saya setelah bermain
tidak perlu mencuci tangan pakai
sabun
7 Menurut saya setelah memegang
hewan perlu mencuci tangan
pakai sabun
8 Menurut saya sebaiknya setelah
membuang ingus dari hidung
tidak perlu mencuci tangan pakai
sabun

E. Pertanyaan perilaku mengenai cuci tangan pakai sabun


           
kotak di bawah ini.

No Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


kadang pernah
1 Mencuci tangan pakai sabun sebelum
makan
2 Mencuci tangan pakai sabun setelah
membuang sampah
3 Mencuci tangan pakai sabun sesudah
BAB (Buang Air Bersih)
4 Mencuci tangan pakai sabun setelah
bermain
5 Mencuci tangan pakai sabun setelah
memegang hewan
6 Mencuci tangan pakai sabun setelah
membuang ingus dari hidung
7 Mencuci tangan pakai sabun setelah
menutup mulut karena batuk bersin
8 Mencuci tangan pakai sabun sesudah
BAK (Buang Air Kecil)
Lembar Observasi

NO Fasilitas Cuci Tangan Tersedia Tidak Keterangan


Tersedia
1 Air bersih

2 Kerang air

3 Sabun cuci tangan

4 Lap tangan / tissue

5 Saluran air

*keterangan :

Kondisi fasilitas cuci tangan Sekolah Dasar Negeri Borong Jambu Satu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

( Curriculum vitae )

DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Zafwan

Jenis kelamin : laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Pinrang, 05  07  1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Kesehatan : Sehat

Alamat : PERDOS UNHAS Tamalanrea Blok BG/81

No Telpon : 085342760607

PENDIDIKAN FORMAL

2001  2007 : SDN 189 Pinrang

2007  2010 : SMP 2 Pinrang

2010  2013 : SMAN 1 Pinrang

PENGALAMAN ORGANISASI

 Ketua Palang Merah Remaja SMAN 1 Pinrang 2011  2012

Anda mungkin juga menyukai