Anda di halaman 1dari 88

PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN ROM

(RANGE OF MOTION) PADA PASIEN STROKE DENGAN GANGGUAN


MOBILITAS FISIK DI KELUARGA WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS TANJUNG REJO

PROPOSAL

Oleh :

WAHYUNI SIMAHATE

18.042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINALITA SUDAMA MEDAN
2021
PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN ROM
(RANGE OF MOTION) PADA PASIEN STROKE DENGAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DI KELUARGA WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS TANJUNG REJO

PROPOSAL

Oleh :

WAHYUNI SIMAHATE

18042

Menyetujui :
Pembimbing

WIDYAWATI,S.Kep,Ners,M.Kes

Mengetahui :
Ketua Program Studi

Ns. JUWI ATHIA RAHMINI, M.Kep., Sp.Kep.KMB


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas Berkah,Nikmat serta Karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang diajukan

sebagai salahsatu persyaratan untuk mengikuti Ujian Akhir program studi D-III

Keperawatan STIKes Binalita Sudama Medan.

Adapun judul yang penulis ambil dalam karya tulis ilmiah ini adalah

“Penerapan pendidikan kesehatan ROM pada pasien stroke dengan gangguan

mobilitas fisik di keluarga Tanjung Rejo “

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari

sempurna, baik dari isi serta bahasa yang digunakan, hal ini dikarenakan

pengetahuan dan kemampuan penulis masih terbatas. Oleh karna itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun agar

penyusunan proposal ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Ismi Dian Rochimah Siregar, M.Kes, selaku Ketua STIKes Binalita

Sudama Medan.

2. Ibu Arya Novika Naulista Siregar RO,M,Pd, selaku Ketua STIKes Binalita

Sudama Medan.

3. Ibu Ns, Juwi Athia Rahmini,M,Kep,Sp,Kep,MB, selaku Ketua Program Studi

D-III Keperwatan STIKes Binalita Sudama Medan.


4. Ibu Widyawati,S.Kep,Ners,M.Kes selaku pembimbing KTI dan pembimbing

akademik selama penulis mengikuti pendidikan di program Studi D-III

Keperawatan STIKes Binalita Sudama Medan.

5. Bapak Ns. Ambia Kep S. Pd M. Kep. selaku pembimbing akademik selama

penulis mengikuti pendidikan di program studi D-III Keperawatan STIKes

Binalita Sudama Medan.

6. Seluruh dosen staff pengajar di STIKes Binalita Sudama Medan yang selama 3

tahun telah banyak memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, selama penulis

mengikuti pendidikan di Program Studi D-III Keperawatan Stikes Binalita

Sudama Medan.

7. P_ada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih banyak dan rasa

hormat, penghargaan yang sebesar-besarnya Kepada:Alm. Ayah saya yang

terlebih dahulu dipanggil oleh yang Maha Kuasa (Bpk. Gazali), dan kepada

Ibunda saya ( Ibu Hadijah) karena berkat do’a dan dukungan serta jerih payah

beliau, kerja banting tulang untuk memenuhi moral dan moril dan selalu

memberi semangat kepada penulis sampai saat ini.

8. Terima kasih juga penulis mengucapkan kepada kakak dan abang tersayang:

_Lena, Hanova, Maulida, dan Sultan, yang telah banyak memberikan motivasi,

dorongan dan bantuan kepada penulis.

9. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada teman-teman D-III

Keperawatan angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

10. Dan tak lupa pula kepada klien dan keluarga, sebagai pasien atas kerja sama

yang telah diberikan selama penyusunan karya tulis ilmiah.


Dalam penyusunan proposal ini, penulis telah berusaha dengan segala

kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa penyusunan

proposal ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan proposal ini. Semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan umumnya dan lembaga

kesehatan pada khususnya.

Medan, Maret 2021

Penyusun

( Wahyuni Simahate )
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PROPOSAL..............................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1.........................................................................................Latar Belakang
...............................................................................................................1
1.2....................................................................................Rumusan Masalah
...............................................................................................................2
1.3.......................................................................................Tujuan Makalah
...............................................................................................................2
1.4....................................................................................Manfaat Penulisan
...............................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4


2.1 konsep dasar medis...............................................................................4
2.2. Konsep dasar asuhan keperawatan stroke...........................................13
2.3. konsep Range Of Motion....................................................................25
2.4 Konsep keluarga ..................................................................................30
2.5 konsep Pendidikan kesehatan...............................................................35

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................42


3.1. Jenis Penelitian....................................................................................42
3.2. Desain Penelitian................................................................................42
3.3 populasi,sampel,Teknik Penelitian......................................................43
3.4 Lokasi penelitin dan waktu penelitian.................................................43
3.5 Metode Pengumpulan Data.................................................................44
3.6 Pertimbangan Etik............................................................................... 45
3.7. Analisa Data........................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KONSUL
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang

paling umum dari cacat. Sekitar 15 juta orang menderita stroke yang pertama kali

setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan

kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki-laki). Stroke merupakan masalah

besar di negara-negara berpenghasilan rendah daripada di negara berpenghasilan

tinggi. Lebih dari 81% kematian akibat stroke terjadi di negara-negara

berpenghasilan rendah Presentase kematian dini karna stroke naik menjadi 94%

pada orang dibawah usia 70 tahun. (WHO, 2016).

Data dari puskesmas Tanjung Rejo Percut Sei Tuan, Sumatera Utara,

mulai tanggal 1 Januari 2021 sampai 23 Maret 2021, ada sebanyak 15 orang

pasien stroke. ( Medical Record Puskesmas, 2021).

Disebutkan bahwa dari 10 penyebab kematian utama berdasarkan Sample

Regristrasi Sistem (SRS) diantaranya adalah penyakit tidak menular (PTM) yaitu

stroke di nomor pertama, urutan kedua penyakit jantung koroner dan ketiga

diabetes melitus (Depkes, 2016).

Salah satu akibat pada pasien stroke adalah Penurunan kemampuan

dalam menggerakkan otot pada anggota tubuh dikarenakan mengalami kelemahan


pada satu sisi anggota tubuh. Menurut Chaidir & Zuardi. (2014), Pemberian dua

kali latihan ROM setiap hari pada pasien stroke iskemik lebih meningkatkan

kemampuan otot daripada satu kali sehari. Ketergantungan ini akan berlanjut

sampai pasien pulang dari rumah sakit, oleh karena itu diperlukan manajemen

yang baik agar kondisi yang dialami oleh pasien dapat teratasi dan pasien dapat

beraktivitas mandiri pasca stroke nanti. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan

untuk mengatasi masalah hemiparese pada ekstremitas atas pasien stroke adalah

dengan melakukan latihan ROM baik aktif maupun pasif. Menurut Astrid (2011).

Latihan ROM yang diberikan kepada pasien stroke terjadi peningkatan kekuatan

otot.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu:

bagaimana penerapan pendidikan kesehatan tentang ROM (Range Of Motion)

pada pasien Stroke dengan gangguan mobilitas di keluarga wilayah kerja UPT

puskesmas Tanjung Rejo.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien stroke dengan gangguan

mobilitas fisik.
1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis mampu:

1. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami stroke

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami stroke

3. Membuat intervensi keperawatan pada klien yang mengalami stroke.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pendidikan kesehatan tentang

ROM pada klien yang mengalami stroke

5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Untuk Ilmu Keperawatan

Untuk perkembangan ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dengan Kebutuhan mobilitas fisik di Desa Tanjung Rejo.

1.4.2 Manfaat untuk Penderita

Bagi Penderita Gangguan Kebutuhan Mobilitas Fisik Karya ilmiah akhir ini

sebagai informasi keperawatan yang dapat di terapkan secara mandiri pada

pasien stroke dengan gangguan mobilisasi fisik di Desa Tanjung Rejo.

1.4.3 Manfaat untuk Puskesmas Tanjung Rejo

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi pelayanan keperawatan

khususnya di bidang keperawatan keluarga dalam melakukan penyuluhan

tentang penerapan Pendidikan kesehatan latihan ROM ( Range Of

Motion ) pada pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik di keluarga

wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjung Rejo.


1.4.4 Manfaat untuk Penulis

Agar penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan belajar, meningkatkan

keterampilan bagi mahasiswa dan dasar penelitian lebih lanjut tentang

penerapan Pendidikan kesehatan latihan ROM ( Range Of Motion) pada

pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik di keluarga wilayah kerja

UPT Puskesmas Tanjung Rejo.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian Stroke

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan

neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian

otak. Stroke adalah kumpulan gejala klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi serebral lokal atau global yang berlangsung lebih dari 24

jam atau mengarah ke kematian. (Sari dan Retno, 2014).

Stroke adalah keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang

berkembang cepat berupa defisit fokal dan global, yang dapat memberat dan

berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan

kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular (WHO,

2019).

2.1.2 Penyebab stroke dan Faktor Resiko

Menurut Siti, Tarwoto, Wartonah. (2014) adapun berbagai penyebab

dari stroke yaitu :

1. Trombosis Penggumpalan (thrombus)

Terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotelial dari pembuluh

darah. Aterosklerosis merupakan penyebab utama karena zat lemak

tertumpuk dan membentuk otak pada dinding pembuluh darah. Plak ini
terus membesar dan menyebabkan penyempitan (stenosis) pada arteri.

Stenosis menghambat aliran darah yang biasanya lancar pada arteri. Darah

akan berputar-putar dibagian permukaan yang terdapat plak, menyebabkan

penggumpalan yang akan melekat pada plak tersebut. Akhirya rongga

pembuluh darah menjadi tersumbat.

Trombus bisa terjadi di semua bagian sepanjang arteri karotid atau pada

cabang-cabangnya. Bagian yang biasa terjadi penyumbatan adalah pada

bagian yang mengarah pada percabangan dari karotid utama ke bagian

dalam dan luar dari arteri karotid. Bagian endotelium dari pembuluh darah

kecil dipengaruhi sebagian besar oleh kondisi hipertensi, yang

menyebabkan penebalan dari dinding pembuluh darah dan penyempitan.

Infark lakunar juga sering terjadi pada penderita diabetes melitus.

2. Embolisme

Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus

menyebabkan stroke embolik. Embolus terbentuk di bagian luar otak,

kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai

embolus tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat arteri.

Embolus yang paling sering terjadi adalah plak. Trombus dapat terlepas

dari arteri karotis bagian dalam pada bagian luka plak dan bergerak ke

dalam sirkulasi serebral. Kejadian fibralasi atrial kronik dapat

berhubungan dengan tingginya kejadian stroke embolik, yaitu darah

terkumpul didalam atrium yang kosong.


Gumpalan darah yang sangat kecil terbentuk dalam atrium kiri dan

bergerak menuju jantung dan masuk kedalam sirkulasi cerebral. Pompa

mekanik jantung buatan memiliki permukaan yang lebih kasar

dibandingkan otot jantung yang normal dan dapat menyebabkan

peningkatan risiko terjadinya pengumpalan. Endokarditis yang

disebabkan oleh bakteri maupun nonbakteri dapat menjadi sumber

terjadinya emboli. Sumber-sumber penyebab emboli lainnya adalah

tumor, lemak, bakteri, dan udara. Emboli bisa terjadi pada seluruh bagian

pembuluh darah serebral. Kejadian emboli pada serebral meningkat

bersamaan dengan meningkatnya usia.

3. Perdarahan (Hemoragik)

Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya ruptur

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah, yang bisa menyebabkan

perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral paling sering

terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan umumnya terjadinya setelah

usia 50 tahun. Akibat lain dari perdarahan adalah aneurisme

(pembengkakan pada pembuluh darah). Stroke yang disebabkan oleh

perdarahan sering kali menyebabkan spasme pembuluh darah serebral

dan iskemik pada serebral karena darah yang berada diluar pembuluh

darah membuat iritasi pada jarinngan. Stroke hemoragik biasanya

menyebabkan terjadinya kehilangan fungsi yang paling banyak dan

penyembuhannya paling lambat dibandingkan dengan tipe stroke yang

lain. Keseluruhan angka kematian karena stroke hemoragik berkisar


antara 25%-60%. Jumlah volume perdarahan merupakan satu-satunya

predikator yang paling penting untuk melihat kondisi klien. Oleh sebab

itu, tidak mengherankan bahwa perdarahan pada otak penyebab paling

fatal dari semua jenis stroke.

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang

menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :

a. Faktor risiko medis

1. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)

2. Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)

3. Migraine (sakit kepala sebelah)

b. Faktor risiko pelaku

1. Kebiasaan merokok

2. Mengkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol

3. Suka menyantap makanan siap saji

4. Kurangnya aktifitas gerak/olahraga

5. Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan

yang jelas

c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

1. Hipertensi (tekanan darah tinggi). Tekanan darah tinggi merupakan

peluang terbesar terjadinya stroke. Hipertensi mengakibatkan adanya

gangguan aliran darah yang mana diameter pembuluh darah akan

mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang.


Dengan pengurangan aliran darah ke otak, maka otak kekurangan

suplai oksigen dan glukosa, lamakelamaan jaringan otak akan mati

2. Penyakit jantung. Penyakit jantung seperti koroner dan infark

miokard (kematian otot jantung) menjadi factor terbesar terjadinya

stroke. Jantung merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat

pengaturan mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun

menjadi terganggu, termasuk aliran darah menuju otak. Gangguan

aliran darah itu dapat mematikan jaringan otak secara mendadak

ataupun bertahap.

3. Diabetes mellitus. Pembuluh darah pada penderita diabetes melitus

umumnya lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya

peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba

sehingga dapat menyebabkan kematian otak.

4. Hiperkolesterlemia. Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana

kadar kolesterol dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan

mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi

seperti ini lama-kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk

aliran darah ke otak.

5. Obesitas. Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah

satu faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar

kolesterol dalam darah. Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar

LDL (LowDensity Lipoprotein) lebih tinggi disbanding kadar HDL

(HighDensity Lipoprotein).
6. Merokok. Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang

yang merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi

dibanding orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar

fibrinogen mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah

sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Karena

pembuluh darah menjadi sempit dan kaku, maka dapat menyebabkan

gangguan aliran darah.

d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1. Usia. Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya

stroke. Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi

secara alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih

kaku karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak yang

berlebih akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh,

termasuk otak..

2. Jenis kelamin. Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung

beresiko lebih besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki

cenderung merokok, Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak

lapisan pembuluh darah pada tubuh. Pada perempuan usia lanjut juga

dapat beresiko besar terkena stroke karena kadar esterogennya yang

menurun.

3. Riwayat keluarga. Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke,

maka kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat

mengalami stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga


memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding dengan

orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

4. Perbedaan ras. Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang

Afrika-Karibia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-

Karibia. Hal ini dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan

diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika-karibia dari pada

orang non-Afrika Karibia. Hal ini dipengaruhi juga oleh factor

genetic dan faktor lingkungan.

2.1.3 Gejala stroke

Gejala tergantung luas dan area otak yang mengalami gangguan stroke.

Gejala stroke secara umum sebagai berikut :

1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang timbul

mendadak.

2. Gangguan kepekaan pada satu atau lebih anggota tubuh.

3. Perubahan mendadak status mental ( bingung,mengigau,koma).

4. Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan).

5. Disatria ( bicara pelo dan cadel).

6. Gangguan penglihatan atau diplopia (penglihatan dobel).

7. Ataksia (kesulitan Gerakan)

8. Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala

2.1.4 Komplikasi Stroke

Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat

terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:


a. Bekuan darah (Trombosis), mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh

menyebabkan penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga

dapat menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk

dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.

b. Dekubitus, bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat,

sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan

terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.

c. Pneumonia, pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal

ini menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan

pneumoni.

d. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur), hal ini disebabkan karena kurang

gerak dan immobilisasi.

e. Depresi dan kecemasan. Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan

menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi

perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.

2.1.5 Patofisiologi

Menurut Sari dan Retno (2014), yaitu otak kita sangat sensitif terhadap

kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah. Hipoksia dapat menyebabkan

iskemik serebral karena tidak seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya

otot, otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan

oksigen dan glukosa. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang

tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak atau infark dalam hitungan menit.
Luasnya infark bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan

kekuatan sirkulasi kolateral ke area yang disuplai.

Iskemik dengan cepat bisa menganggu metabolisme. Kematian sel dan

perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Aliran draah

dapat terganggu oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau gangguan

perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Dalam waktu

yang singkat, klien yang sudah kehilangan kompensasi autoregulasi akan

mengalami manifestasi dari gangguan neurologis.

Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di arteri

serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan

iskemik pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu

dan karena adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel-sel dibagian

tengah atau utama pada lokasi stroke akan mati dengan segera setelah kejadian

stroke. Hal ini dikenal dengan istilah cedera sel-sel saraf primer.

Hemiparesis dan menurunnya kekuatan otot pula yang menyebabkan

gerakan pasien lambat. Penderita stroke mengalami kesulitan berjalan karena

gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga

kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Latihan gerak mempercepat

penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak diotak

(menurut Irdawati (dalam Nengsi Olga Kumala Sari, 2012).


2.1.6 Pathway

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke

meliputi:

a. Identitas pasien
Nama, Umur, Jenis, Kelamin, Pendidikan, Alamat, Pekerjaan, Agama, Suku,

Bangsa, Tanggal/Jam, MRS, Nomor, Register, Diagnosa Medis.

b. Keluhan utama

Keluhan yang didapatkan gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah

badan, dan sulit berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang,

penurunan kesadaran

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke infark didahului dengan serangan awal yang tidak disadari

oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa lemah

pada salah satu anggota gerak. Pada serangan stroke hemoragik seringkali

berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien melakukan aktifitas. Terjadi

nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping

gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti

koagulan,aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus.

f. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,

pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga


faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan

keluarga.

g. Pemeriksaan fisik

1. Kesadaran

Pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran somnolen, apatis, sopor,

soporo coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke.

Sedangkan pada saat pemulihan memiliki tingkat kesadaran letargi dan

composmetis dengan GCS 13-15.

Nilai tingkat kesadaran GCS orang dewasa. Berikut nilai acuan dalam penilaian

GCS pada orang dewasa:

1. Eye (respon membuka mata)

(4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang

(3) : dengan rangsang suara, ddilakukan dengan menyuruh pasien untuk

membuka mata)

(2) : dengan memberikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari

(1) : tidak ada respon meskipun sudah dirangsang.

2. Verbal (respon verbal atau ucapan)

(5) : orientasi baik, bicaranya jelas

(4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang), disorientasi tempat dan

waktu

(3) : mengucapkan kata-kata yang tidak jelas

(2) : suara tanpa arti (mengerang

(1) : tidak ada respon


3. Motorik (gerakan)

(6) : mengikuti perintah pemeriksa

(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi

rangsang nyeri

(4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk menjauhi stimulus

saat diberi rangsang nyeri

(3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk saat diberi

rangsang nyeri

(2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya bergerak lurus

(ekstensi) di sisi tubuh saat diberi rangsang nyeri

(1) : tidak ada respon

Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :

 Nilai GCS (15-14) : Composmentis

 Nilai GCS (13-12) : Apatis

 Nilai GCS (11-10) : Delirium

 Nilai GCS (9-7) : Somnolen

 Nilai GCS (6-5) : Sopor

 Nilai GCS (4) : Semi-coma

 Nilai GCS (3) : Coma

Oleh karena itu maka tingkat kesadaran ini dibedakan menjadi:

1. Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap


dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan pemeriksa dengan baik.
2. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
3. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan,
siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi serta meronta-ronta.
4. Somnolen, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat
sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
5. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri,
tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
6. Semi-coma, yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap
rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.
7. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons
terhadap rangsang nyeri.
2. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan darah : Pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat

tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80.

b. Nadi : Biasanya nadi normal

c. Pernafasan : Pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada

bersihan jalan napas

d. Suhu : Tidak sering ditemukan masalah pada suhu pasien dengan stroke

hemoragik

e. Rambut : Biasanya tidak ditemukan masalah

f. Wajah : Tidak simetris, wajah pucat


g. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,

kelopak mata tidak edema.

3. Rambut : Biasanya tidak ditemukan masalah

4. Wajah : Tidak simetris, wajah pucat.

5. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak

mata tidak edema.

6. Hidung : Simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan

cuping hidung.

7. Mulut dan gigi : Pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan

mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering.

8. Telinga : Daun telinga kiri dan kanan sejajar.

9. Leher

10. Thorak

11. Paru-paru

Palpasi : fremitus sama antara kiri dan kanan

Perkusi : bunyi normal (sonor)

Auskultasi: suara normal (vesikuler)

12. Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis teraba

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi:suara vesikuler

13. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada asites

Palpasi : tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : terdapat suara tympani

Auskultasi: biasanya bising usus pasien tidak terdengar. Pada pemeriksaan

reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores pasien tidak merasakan

apa-apa.

14. Ekstremitas

15. Test diagnostic

a. Radiologi

1. Angiografi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Pada stroke

perdarahan akan ditemukan adanya aneurisma

2. Lumbal fungsi

Pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka

terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan

menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada

intracranial

3. CT-Scan

Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya

jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.

Hasil pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk


ke ventrikel atau menyebar ke permukaan otak, Evelina,

Simangunsong (2011).

4. Macnetic Resonance Imaging (MRI)

Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak.

5. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

karotis)

6. EEG (Elektroensefalografi)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik

dalam jaringan otak.

16. Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit.

Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia.

Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar

leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang

menyerang pasien.

2. Test darah koagulasi

Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu:

1. Prothrombin Time, yaitu pemeriksaan hemostatis untuk menguji

factor pembekuan pada jalur ekstrinsik dan jalur Bersama. Bahan


pemeriksaan yang digunakan adalah plasma sitrat yang dibuat

dengan mencampurkan 9 bagian darah dengan 1 bagian

antikoagulan natrium sitrat.

2. Partial Thromboplastin Time (PTT), yaitu waktu yang dibutuhkan

untuk terbentuknya bekuan darah.

3. International Normalized Ratio (INR), yaitu rasio normal

berstandar internasional rekomendasi oleh WHO yang sering

digunakan untuk pengukuran masa prothrombin dan sebagai

pedoman terapi antikoagulan.

4. Agregasi trombosit, yaitu platelet menunjukkan tingkat

kemampuan darah Anda untuk menggumpal, apakah kurang,

normal, atau justru berlebih.

Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien

menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau

pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer

darah seperti warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu

diberikan dalam dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati

heparin, PTT bermanfaat untuk melihat dosis yang diberikan benar atau tidak.

3. Test kimia darah

Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat,

dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi

pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit

ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke. (Robinson, 2014).


17. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola kebiasaan

Pada pasien pria, adanya kebiasaan merokok dan penggunaan minuman

beralkhohol.

b. Pola makan

Terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan menelan pada pasien

stroke hemoragik sehingga menyebabkan penurunan berat badan.

c. Pola tidur dan istirahat

Pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena adanya kejang otot/

nyeri otot

d. Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami kelemahan, kehilangan

sensori, hemiplegi atau kelumpuhan.

e. Pola eliminasi

Terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya terjadi

konstipasi akibat penurunan peristaltik usus

f. Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami

kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara

g. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak

kooperatif

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Nanda NIC NOC ( 2015) diagnosa keperawatan pada pasien

stroke adalah sebagai berikut :

a. Gangguan mobilitas berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan

keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis, embolisme)

c. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

d. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting

berhubungan kerusakan neurovaskuler

2.2.3 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Gangguan mobilitas 1. Gerakan sendi :aktif Perawatan Tirah Baring


berhubungan dengan 2. Tingkat mobilitas - 1. Berikan latihan : pergerakan
hemiparesis, kehilangan perawatan diri : ADLs sendi
keseimbangan dan 3. Kinerja transfer 2. Lakukan perawatan rambut dan
koordinasi, spastisitas kulit kepala
3. Lakukan pemeliharaan
dan cedera otak. Kriteria Hasil : kesehatan mulut
1. Klien meningkat dalam
aktivitas fisik Pengaturan Posisi
2. Mengerti tujuan
dari peningkatan 1. Berikan pengaturan posisi :
mobilitas neurologi
3. Memverbalisasikan 2. berikan bantuan perawatan diri :
perasaan dalam mandi/kebersihan
meningkatkan kekuatan 3. berikan bantuan perawatan diri :
dan kemampuan berpakaian/berdandan
berpindah 4. berikan bantuan diri : ADL
4. Memperagakan 5. Berikan perawatan diri :
penggunaan alat Bantu eliminasi
5. untuk mobilisasi (walker)
2. Ketidakefektifan perfusi 1. Status sirkulasi Perawatan sirk
jaringan perifer 2. Perfusi jaringan : otak ulasi : insufisiensi vena
berhubungan dengan 1. Monitor status neurologi
penurunan aliran darah Kriteria Hasil : klien
ke otak (aterosklerosis, 2. Monitor tingkat kesadaran
embolisme) 1. Mendemonstrasikan klien.
status sirkulasi yang 3. Berikan terapi oksigen untuk
ditandai dengan klien.
2. Tekanan systole dan 4. Sesuaikan kepala tempat
diastole dalam tidur untuk
rentang yang mengoptimalkan perfusi
diharapkan serebral
3. Tidak ada ortostatik 5. Letakan kepala dan leher
hipertensi klien dalam posisi
4. Tidak ada tanda- 6. netral, hindari fleksi
tanda peningkatan pinggang yang berlebihan.
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15 Manajemen Sensasi Perifer
mmHg)
5. Mendemonstrasikan 1. Atur posisi klien
kemampuan kognitif 2. Monitor perbedaan terhadap
yang ditandai dengan: tajam/tumpul
Berkomunikasi dengan 3. atau panas/dingin.
jelas dan sesuai 4. paresthesia (mati rasa
dengan kemampuan. dan kesemutan)
5. Monitor indra penciuman klien
1. Menunjukan 6. Monitor respon babinski klien
perhatian, 7. Hindrari kegiatan yang bisa
konsentrasi dan meningkatkan tekanan
orientasi intracranial
2. Memproses informasi
3. Membuat keputusan Pengecekan Kulit
dengan benar 1. Monitor tanda-tanda vital
4. Menunjukan fungsi klien (suhu,tekananan darah,
sensori motori nadi, dan respirasi)
cranial yang utuh : 2. Berikan terapi intravena
tingkat kesadaran 3. Berikan obat sesuai order
membaik, tidak ada dokter
gerakan-gerakan 4. Manajemen pengobatan
involunter 5. Atur suhu klien.
3. Ketidakseimbangan Nutritional Nutrition Management
nutrisi Kurang dari status 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh 1. Status nutrisi : makanan 2. Kolaborasi dengan ahli
dan cairan gizi untuk menentukan jumlah
2. pemasukan kalori dan nutrisi yang
3. status nutrisi : asupan dibutuhkan klien
nutrisi 3. Anjurkan klien untuk
4. pengendalian berat meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan klien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan vit C
1. Adanya peningkatan 5. Berikan subtansi gula
berat badan sesuai 6. Yakinkan diet yang dimakan
dengan tujuan. mengandung tinggi serat untuk
2. Berat badan ideal mencegah konstipasi
sesuai dengan tinggi 7. Monitor jumlah nutrisi dan
badan. kandungan kalori
3. Tidak ada tanda-tanda 8. Berikan informasi tentang
malnutrisi. kebutuhan nutrisi
4. Mampu 9. Kaji kemampuan klien untuk
mengidentifikasi mendapatkan nutrisi yang
kebutuhan nutrisi. dibutuhkan
5. Menunjukan fungsi .
pengecapan dari Nutrition Monitoring
menelan. 1. BB klien dalam batas normal
6. Tidak terjadi penurunan 2. Monitor adanya penurunan berat
berat badan yang berarti badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orang tua
5. selama makan
6. Monitor lingkungan selama
makan
7. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
8. Monitor kulit kering dan
pigmentasi
9. Monitor turgor kulit
4. Defisit perawatan diri: NOC : NIC :
makan,mandi 1. Intoleransi aktivitas Memandikan
berpakaian,toileting 2. mobilitas :gangguan
berhubungan kerusakan fisik 1. Berikan perawatan rambut dan
neurovaskuler 3. perawatan diri : deficit kulit kepala klien
kebersihan 2. Berikan pemeliharaan
4. persepsi sensorik, kesehatan mulut klien
pendengaran terganggu
Bantuan Perawatan
Diri : Mandi/Kebersihan
Kriteria Hasil :
1. Lakukan peningkatan latihan
1. Perawatan diri ostomi : kepada klien
tindakan pribadi 2. Lakukan pencegahan resiko
2. mempertahankan jatuh pada klien
ostomi untuk eliminasi 3. Berikan bantuan klien untuk
3. Perawatan diri : mengontrol pemberian analgesic
Aktivitas kehidupan 4. Berikan pengaturan posisi klien
sehari-hari (ADL) 5. Berikan bantuan perawatan diri
mampu untuk klien
melkukan aktivitas
perawatan fisik dan 6. Berikan bantuan perawatan diri :
4. pribadi secara mandiri IADL
atau dengan alat bantu
5. Perawatan diri mandi
: mampu untuk
6. membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri
dengan tanpa alat bantu
7. Perawatan diri hygine:
mampu untuk
mempertahankan
kebersihan dan
penampilan yang rapi
secara mandiri atau
dengan tanpa alat bantu

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah


pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka
perawat dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan, (Nanda NIC NOC, 2015).
2.2.4 Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi


dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan
planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan
rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi, (Nanda NIC NOC,
2015)

2.3 Konsep Range Of Motion

2.3.1 Pengertian Range Of Motion


Range Of Motion (ROM) adalah gerakan-gerakan sendi dalam kisaran

maksimum dimana setiap sendi pada tubuh dapat melakukannya dalam kondisi

normal, ( Craven & Himle, 2011)

2.3.2 Klasifikasi ROM

Menurut Marlina (2011), latihan ROM dapat diklasifikasikan menjadi 5

yaitu:

a. latihan ROM Pasif yaitu latihan atau gerakan yang diberikan pada sendi

tubuh dilakukan oleh perawat.

b. latihan ROM Aktif, yaitu latihan gerakan sendi tubuh dilakukan oleh

pasien secara mandiri.

c. aktif asistif, yaitu gerakan sendi tubuh dilakukan oleh pasien dengan

bantuan dari orang lain (perawat).

d. aktif resistif, dimana gerakan volunter sendi tubuh dilakukan dengan

melawan suatu tahanan.

e. Isometrik,yaitu latihan yang dicapai dengan cara mengencangkan dan

mengendurkan otot tanpa gerakan sendi.

2.3.3 Tujuan ROM

Latihan ROM bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan

kelemahan pada otot. Selain itu, latihan ROM dilakukan untuk mempertahankan

fleksibilitas dan mobilitas sendi,mengembalikan control motorik, membantu

sirkulasi dan nutrisi synovial, meningkatkan/mempertahankan integritas ROM

sendi dan jaringan lunak, serta menurunkan pembentukan kontraktur terutama

pada ekstremitas yang mengalami paralisis.


2.3.4 Melatih ROM (Range Of Motion)

Perawat membantu pasien membangun kekuatan dan mempertahankan

rentang gerak dan tonus otot di bagian otot yang tidak terkena stroke, dan juga

membangun ROM dan tonus serta melatih kembali otot yang terkena stroke.

Pasien juga melatih keseimbangan dan keterampilan untuk kemampuan

merasakan posisi, lokasi, dan orientasi, serta gerakan dari tubuh dan bagian-

bagiannya. Hal ini bisa memungkinkan pasien, dengan adanya peningkatan yang

berlanjut, untuk duduk pada ujung tempat tidur dan pada akhirnya berjalan.

Latihan dan keterampilan mobilitas ditempat tidur juga diajarkan, seperti juga

mobilitas dengan kursi roda dan berpindah.

Pasien yang mungkin terbantu dengan menggunakan kaki palsu akan

diidentifikasi dan diajarkan bagaimana memasang dan melepaskanna. Pasien

dengan hemiplegia biasanya bisa berjalan dengan menggunakan alat bantu

berjalan setelah berlatih memakainya.

2.3.5 Demonstrasi ROM

Berdasarkan bagian tubuh, gerakan ROM (Hasanah, 2015)

1. Leher

a. Fleksi, yaitu menggerakkan dagu menempel ke dada.

b. Ekstensi, yaitu mengembalikan kepala ke posisi tegak,

c. Hiperekstensi, yaitu menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.

d. Fleksi Lateral, yaitu memiringkan kepala sejauh mungkin kearah

setiap bahu.

e. Rotasi, yaitu memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.


2. Bahu

a. Fleksi, yaitu menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan

ke posisi diatas kepala.

b. Ekstensi yaitu mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.

c. Hiperekstensi, yaitu menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku

tetap lurus.

d. Abduksi, yaitu menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala

dengan telapak tangan jauh dari kepala.

e. Adduksi, yaitu menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh

sejauh mungkin.

f. Rotasi dalam, yaitu dengan siku fleksi, memutar bahu dengan

menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke

belakang.

g. Rotasi luar yaitu dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu

jari ke atas dan samping kepala.

h. Sirkumduksi yaitu menggerakan lengan dengan gerakan penuh.

3. Siku

a. Fleksi yaitu menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan

sendi bahu dan tangan sejajar bahu.

b. Ekstensi yaitu meluruskan siku dengan menurunkan lengan.

4. Lengan Bawah

a. Supinasi yaitu memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas.


b. Pronasi yaitu memutar lengan bawah sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah.

5. Pergelangan Tangan

a. Fleksi yaitu menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan

bawah.

b. Ekstensi yaitu menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari tangan dan

lengan bawah berada dalam arah yang sama,

c. Hiperekstensi yaitu membawa permukaan tangan dorsal ke belakang

sejauh mungkin.

d. Abduksi, yaitu menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari.

e. Adduksi yaitu menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari.

6. Jari-Jari Tangan

a. Fleksi yaitu membuat genggaman.

b. Ekstensi yaitu meluruskan jari-jari tangan.

c. Hiperekstensi yaitu menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh

mungkin.

d. Abduksi yaitu meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang

lain.

e. Adduksi yaitu merapatkan kembali jari-jari tangan.

7. Ibu Jari

1. Oposisi yaitu menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada

tangan yang sama.

8. Pinggul
a. Fleksi yaitu menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas.

b. Ekstensi yaitu menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain.

c. Hiperekstensi yaitu menggerakkan tungkai ke belakang tubuh.

d. Abduksi yaitu menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh.

e. Adduksi yaitu menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan

melebihi jika mungkin.

f. Rotasi dalam yaitu memutar ky8aki tungkai ke arah tungkai lain.

g. Rotasi luar yaitu memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain.

h. Sirkumduksi yaitu menggerakkan tungkai memutar.

9. Kaki

a. Inversi yaitu memutar telapak kaki ke samping dalam (medial).

b. Eversi yaitu memutar telapak kaki ke samping luar (lateral).

10. Jari-Jari Kaki

a. Fleksi yaitu melengkungkan jari-jari kaki ke bawah.

b. Ekstensi yaitu meluruskan jari-jari kaki.

c. Abduksi yaitu merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain.

d. Adduksi yaitu merapatkan kembali bersama-sama.

2.4 Konsep Keluarga

2.4.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung bersama

oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu rumah tangga

yang sama (Friedman, 2010).


2.4.2 Bentuk Keluarga

Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :

1. Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari

nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman,

2010).

2. Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang tua

adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan

baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi

mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya,

sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3. Keluarga besar ( Extended Family ).

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan

rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /

adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan

oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan

membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010).

4. Keluarga dengan orang tua tunggal.

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).


5. Keluarga binuclear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan

anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga

inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat

kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga

(Friedman, 2010).

2.4.3 Tahap perkembangan keluarga

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru

dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan

intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas

perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang

memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan

jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga (Friedman, 2010).

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30

bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci

menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II

adalah membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil

(menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki

hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan

kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan

yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan


keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi

kakek/nenek (Friedman, 2010).

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga

saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi

pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-

saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah

memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan

keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak

kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam

keluarga dan diluar keluarga (Friedman, 2010).

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu

penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai

pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga

maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah

menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman,

2010).

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung

selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap

tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama

pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan

keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang

lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda

(Friedman, 2010).

f. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah

satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan

pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan

perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan

kehidupan yang memuaskan (Friedman, 2010).

2.4.4 Peran keluarga dalam penerapan ROM

Stroke dapat menyisihkan kelumpuhan, terutama pada sisi yang terkena,

timbul nyeri, sublukasi pada bahu, pola jalan yang salah dan masih banyak

kondisi yang perlu dievaluasi oleh perawat. Perawat mengajarkan cara

mengoptimalkan anggota tubuh sisi yang terkena stroke melalui suatu aktivitas
yang sederhana dan mudah dipahami pasien dan keluarga Menurut Smeltzer and

Bare,(dalam dalam Budi, Hendri dan Agonwardi, (2016).

Keluarga sangat berperan penting dalam proses pemulihan dan

pengoptimalkan kemampuan motorik pasien pasca stroke. Keluarga merupakan

sistem pendukung utama memberikan pelayanan langsung pada setiap keadaan

(sehat-sakit) anggota keluarga. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan yang

berfokuspada keluarga bukan hanya pemulihan keadaan pasien, tetapi juga

bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut.

Menurut Suratun (dalam Budi, Hendri dan Agonwardi, (2016)) latihan

ROM adalah latihan yang dilakukan pasien pasca stroke dan keluarga. Oleh

karena itu, sebagai pendidik, perawat perlu membantu kemandiriaan keluarga

dalam membantu rehabilitasi awal pasien stroke berupa latihan ROM pasif

sebagai upaya keluarga untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

kesehatan keluarga dan berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarga yang

nantinya dapat digunakan oleh keluarga di rumah setelah pasien pulang dari

rumah sakit.

2.5 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.5.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pengertian Pendidikan Kesehatan Menurut WHO dalam Depkes (2006),

mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah proses pemberdayaan individu dan

masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan


kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka.

2.5.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan Pendidikan Kesehatan Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

Tahun 1992 bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,

baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun

sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan

penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayananan kesehatan,

maupun program kesehatan lainnya (Wahid Iqbal M & Nurul Chayatin, 2009).

Menurut Green. L (1980) dalam tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari 3

tingkatan, yaitu:

1. Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam

periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

2. Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat

mengatasi masalah kesehatan yang ada.

3. Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus

tercapai (perilaku yang diinginkan). Tujuan perilaku berhubungan dengan

pengetahuan dan sikap.

Strategi Pendidikan Kesehatan dalam Subaris (2016), strategi pendidikan

kesehatan meliputi:

1. Advokasi (advocacy)

Tujuannya agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang

menguntungkan kesehatan.
2. Dukungan sosial (social support)

Tujuannya agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh

masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

Tujuannya agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan

kesehatannya.

Sedangkan menurut piagam Ottawa (1986), Strategi pendidikan

kesehatan adalah:

1) Kebijakan Berwawasan Kesehatan

2) Lingkungan yang Mendukung

3) Reorientasi Pelayanan Kesehatan

4) Keterampilan Individu

5) Gerakan Masyarakat

Menurut Machfoedz & Suryani (2013) strategi pendidikan kesehatan

diarahkan untuk: pertama mengembangkan kebijakan guna mewujudkan

masyarakat yang sehat. Kedua membina suasana, iklim dan lingkungan yang

mendukung. Ketiga memperkuat, mendukung dan mendorong kegiatan

masyarakat. Keempat meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan.

Kelima mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan

masyarakat.

2.5.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Machfoedz & Suryani (2013) sasaran pada pendidikan kesehatan

yaitu perorangan atau keluarga, masyarakat, lembaga 12 pemerintah / lintas sektor


/ politisi / swasta dan petugas / pelaksana program. Sedangkan menurut Sari

(2013) dimensi sasaran pendidikan terdiri dari tiga dimensi yaitu pendidikan

kesehatan individu dengan sasaran individu, pendidikan kelompok dengan sasaran

kelompok, pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

Sedangkan, sasaran pendidikan kesehatan itu sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sasaran primer (Primary Target)

Yaitu sasaran langsung pada masyarakat berupa segala upaya

pendidikan/promosi kesehatan.

2. Sasaran sekunder (Secondary Target)

Lebih ditujukan pada tokoh masyarakat dengan harapan dapat memberikan

pendidikan kesehatan pada masyarakatnya secara lebih luas.

3. Sasaran tersier (Tersiery Target)

Sasaran ditujukan pada pembuat keputusan/penentu kebijakan baik ditingkat

pusat maupun ditingkat daerah dengan tujuan keputusan yang diambil dari

kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok sasaran sekunder

yang kemudian pada kelompok primer.

2.5.4 Metode dan Teknik Pendidikan Kesehatan

Menurut Subaris (2016) metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu

kombinasi antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang

digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Menurut

Notoatmodjo (2010) dalam Subaris (2016) metode dan teknik pendidikan

kesehatan berdasarkan sasarannya dibagi 3 yaitu:

1. Metode pendidikan kesehatan individual


Metode ini digunakan apabila antara promotor kesehatan dan sasaran atau

kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka maupun melalui

sarana komunikasi lainnya misalnya telepon. Cara ini paling efektif karena

antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, merespon

dalam waktu bersamaan. Metode dan teknik pendidikan kesehatan individual

ini yang terkenal adalah councelling.

2. Metode pendidikan kesehatan kelompok

Sasaran kelompok ini dibagi menjadi dua, yaitu kelompok kecil yang terdiri

dari 6 sampai 15 orang dan kelompok besar terdiri antara 15 sampai dengan

50 orang.

Metode pendidikan kesehatan pada kelompok ini dibedakan, yaitu:

1) Pada kelompok kecil metode dan teknik yang digunakan misalnya

diskusi kelompok, metode curah pendapat, bola salju, bermain peran,

metode permainan simulasi dan sebagainya.

2) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar,

misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan

tanya jawab, seminar loka karya dan sebagainya. Untuk memperkuat

metode ini perlu dibantu dengan alat bantu misalnya overhead

projector, soundsystem dan film.

3. Metode pendidikan kesehatan masal

Apabila sasaran pendidikan kesehatan adalah masal atau publik maka

metode-metode dan teknik pendidikan kesehatan tersebut tidak akan efektif

karena itu harus digunakan metode pendidikan kesehatan masal.


Metode dan teknik pendidikan kesehatan yang sering digunakan adalah:

1) Ceramah umum.

2) Penggunaan media massa elektronik seperti radio dan televisi.

Penyampaian pesan melalui media elektronik dirancang dengan

berbagai bentuk misalnya talkshow.

3) Penggunaan media cetak misalnya koran, majalah, buku, leaflet

ataupun selembaran.

4) Penggunaan media di luar ruang, misalnya: billboard, spanduk dan

umbul-umbul.

2.5.5 Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Machfoedz & Suryani (2013) yang dimaksud media pendidikan

kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media

pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk

menyampaikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan

kesehatan (media) dibagi menjadi 3, yakni:

1. Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat

bervariasi antara lain:

1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan

dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2) Leaflet adalah bentuk peyampaian informasi atau pesanpesan melalui

lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun

gambar, atau kombinasi.


3) Flyer (selembaran) adalah seperti leaflet tetapi, tidak dalam bentuk lipatan

4) Flip chart (lembar balik) adalah penyampaian pesan atau informasi-

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik seperti dalam bentuk buku.

5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di temboktembok, di tempat-tempat

umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan antara lain:

1) Televisi adalah penyampain pesan atau informasi kesehatan melalui

media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, forum diskusi, diskusi

masalah kesehatan dan sebagainya.

2) Radio adalah penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio

dalam bentuk obrolan, ceramah dan sebagainya.

3) Video adalah penyampain informasi atau pesan kesehatan dapat melalui

video.

4) Slide juaga dapat digunakan menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

3. Media Papan (Bill board)


Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan

atau informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan yang ditulis

pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus atau taksi).

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif, Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan

peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa

dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada

penyimpulan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan


yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi (Kartiningrum, 2015)

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Penelitian studi kasus

merupakan penelitian dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu

kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat berarti satu orang,

kelompok penduduk yang terkena suatu masalah. Unit yang menjadi masalah

tersebut secara mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan

kasusnya sendiri, faktor resiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan

dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan

atau pemaparan tertentu, meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya

berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam (Kartiningrum, 2015).

3.3 Populasi, Sampel, Tekhnik sampling Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi dari suatu objek atau subjek yang

memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2017).

Di dapatkan data dari puskesmas Tanjung Rejo, Percut Sei Tuan,Sumatera

Utara, sejak 1 Januari sampai 23 Maret 2021, pasien stroke berjumlah 15 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengidap penyakit stroke

dengan gangguan mobilitas fisik di salah satu keluarga wilayah kerja UPT

puskesmas Tanjung Rejo sebanyak 1 orang.

3.3.3 Teknik Sampling

Tekhnik yang digunakan untuk pengambilan sampel digunakan dengan

menggunakan teknik pengambilan sampel sampling probabilitas dimana :

a. Kriteria Inklusi

1. Pasien gangguan mobilitas fisik yang telah bersedia untuk dijadikan

responden.

2. Pasien tidak mengalami gangguan sulit menelan

3. Pasien sedikit sulit ketika berkomunikasi

4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran atau penderita stroke

yang tidak bisa melakukan oral hygiene sendiri.

5. GCS: 10-11 ( Delirium).

b. Kriteria Eklusi

1. pasien tidak aktif saat dilakukan pengambilan data.

2. pasien tidak kooperatif.

3. Pasien tidak mengalami komplikasi

3.4 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitan

Penelitian ini dilakukan di keluarga wilayah kerja UPT puskesmas Tanjung

Rejo Medan Tahun 2021.

3.4.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan April 2021.

3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti meminta izin kepada bagian akademik Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Binalita Sudama untuk melakukan penelitian.

b. Perohmonan izinpenelitian ditujukan ke puskesmas Tanjung Rejo

c. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti , kemudian memperkenalkan diri kepada kliem

a. Peneliti kemudian memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat

dan prosedur pada mahasiswa sebagai responden yang bersedia

menjadi responden tentang maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan

b. Kemudian peneliti memberikan Informed Consent untuk bersedia

nya menjadi responden (Terlampir).

c. Penerapan melalui pengkajian pada pasien dan keluarga dengan

metode wawancara,observasi,pemeriksaan fisik.

d. Setelah semua selesai peneliti melakukan pengolahan data.

3.6 Pertimbagan Etik

Selama Penelitian, responden dilindungi dilindungi dengan memperhatikan

aspek-aspek self determination, privacy and anonmymity, benefience


maleficience, justice (Polit & Beck, 2015). Penelitian ini dilakukan setelah

mendapatkan persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut:

1. Tekad Individu (Self determination)

Prinsip self determination dijelaskan bahwa responden diberi kebebasan oleh

peneliti untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam

penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden bersedia,

maka langkah selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta

manfaat penelitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden,

setelah setuju respon di minta untuk menandatangani lembar persetujuan

menjadi subjek penelitian atau informed consent yang disediakan.

2. Kerahasiaan (Privacy and anonmymity)

Prinsip etik privacy anonmymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi

responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode

inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

3. Kebaikan (Benefience)

Benefience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi

peneliti maupun responden sendiri. Peneliti ini menjelaskan kepada

responden tentang manfaat peneliti.

4. Tidak Merugikan ( Non Malefience)

Peneliti ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi

responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti

meyakinkan responden bahwa ini tidak merugikan responden dan peneliti.


5. Persetujuan (Informend Consent)

Informend Consent merupakan persetujuan atau izin yang di berikan oleh

responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau

perlakuan.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dari awal penelitian sampai akhir penelitian, yang

diawali dengan wawancara,observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Hasil

peneliti dibuat dalam bentuk textular/narasi tentang asuhan keperawatan pada

pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik yang dimulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Hendri dan Agonwardi. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Latihan


Range Of Motion terhadap keterampilan keluarga melakukan ROM pasien
stroke. Dikutip dari ejournal.kopertis10.or.id.

Chaidir & Zuardi,(2014). Pengaruh Latihan Range Of Motion pada Ekstremitas


Atas dengan Bola karet terhadap Kekuatan Otot di Ruang Rawat Stroke
RSSN Bukit Tinggi.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset Teori,dan Praktek.


Edisi ke-5. Jakarta.

Kartiningrum, E. (2015). Panduan penyusunan Studi Literatur. Mojokerto:


Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan
Majapahit.
Machfoedz,I & Suryani, E. (2013). Pendidikan kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan. F tranaya: Yogyakarta.

Marlina, 2011, Dukungan keluarga terhadap tindakan mobilisasi dini pada


pasien stroke iskemik di Ruang rawat inap Geulima I RSUD Dr.Zainoel
Abidin. Banda Aceh.

NANDA, 2015-2017, Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi.


Jakarta : penerbit Buku kedokteran: EGC.

Polit, D.F. dan Beck,C.T. (2012). Etika dalam penelitian. Retrevied.

Pudiastuti. (2011). Penyakit pemicu stroke. Yogyakarta.

Purwanto, Edi. 2012. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI. Jakarta.

Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Kelumpuhan Hemiplegia dan Hemiparesis Akibat


Stroke

Sari,Arum, Wulan Retno. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:


PT Salemba Emban Patria.

Sari.Kumala, Nengsi Olga. (2012). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan


Kebutuhan Mobilisasi Pada Tn. J Dengan Stroke Diruang Anggrek 2 RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
Simangunsong,Evelina. (2011). Peran perawat dala pencegahan Dampak
Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan. Medan.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

Subaris, H. 2016. Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, Dan Modal


Sosial. Nuha Medika

Suryati Eros Siti, Tarwoto, Wartonah. (2014). Keperawatan Medikal Bedah


Gangguan Sistem Persyarafan. Yogyakarta Rapha Publishing: Yogyakarta.

Tarwoto, Wartonah & Suryati, E.S. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta:cv Sagung Seto.

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.


World Health Organization. (2016). Global Report on Stroke. France: World
Health Organization.

Lampiran 1 : Informend Consent

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth : Sdr/i Calon Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wahyuni Simahate

NIM : 18042
Adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Binalita

Sudama Medan yang bermaksud mengadakan penelitian dengan judul

“penerapan pendidikan kesehatan tentang latihan ROM ( Range Of Motion)

pada pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik di keluarga wilayah

kerja UPT puskesmas Tanjung Rejo . Dengan ini meminta kesediaan saudara/i

untuk menjadi responden yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

pasien dan keluarga tentang cara mengurangi resiko komplikasi pada pasien

stroke Manfaat penelitian ini yaitu agar peneliti dapat menambah

pengetahuan.Tidak ada paksaan dalam penelitian ini, kerahasiaan dan semua

informasi yang diberikan dijaga dan dijamin dan hanya peneliti yang tahu.

Apabila saudara/i menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan

untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas perhatian

dan kesediaan Saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya
Peneliti

Wahyuni Simahate

Lampiran 2 : Format Pengkajian Keluarga

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian tanggal ....................................

I. Data Umum
1. Kepala Keluarga (KK) :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur/ tanggal lahir :
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
II. Susunan Anggota Keluarga

Status Imunisasi Status


N0 Nama Umur Sex Hub Pendd Pekerjaan Kes
Dg KK B Polio DPT Hepatitis Campak
C
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1.      Genogram
2.      Tipe Keluarga :
3.      Suku Bangsa :
4.      Agama :

III. Kebutuhan Dalam Hidup Sehari-Hari


A.    Kebutuhan Nutrisi

1. Pengadaan makanan keluarga sehari-hari :


( ) Membeli ( ) Memasak sendiri ( ) Lain-lain..................

2.      Komposisi jenis makanan

Jenis Makanan Tidak Pernah Kadang-kadang Selalu Ada

Makanan pokok
Lauk pauk :
Protein Hewani
Protein nabati
Sayur, buah, susu

3.      Cara penyajian makanan


( ) Terbuka ( ) Tertutup ( ) Kadang-kadang tertutup

4.      Pantangan terhadap makanan dalam keluarga


( ) Tidak ada ( ) Ada,
sebutkan.......................................................

5.      Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum


( ) Tidak dimasak ( ) Kadang-kadang dimasak ( ) Dimasak

6.      Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan


( ) Tidak dicuci ( ) Dipotong-potong baru dicuci
( ) Dicuci baru dipotong

7.      Bagaimana kebiasaan makan dalam keluarga


( ) Bersama ( ) Sendiri-sendiri ( ) Lain-lain.......................

B. Istirahat dan Tidur

1. Apakah setiap anggota keluarga mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari
( ) Ya ( ) Tidak

2.Apakah setiap anggota keluarga memiliki kamar tidur masing-msing ?


( ) Ya ( ) Tidak
Bila tidak, bagaimana cara pembagian kamarnya .................................

3.      Bila ada anggota keluarga sulit tidur bagaimana cara


mengatasinya ? ..............................................................................................
..........................

C. Aktifitas Olahraga

1. Apakah keluarga senang olah raga ?


( ) Tidak ( ) Ya, Sebutkan jenisnya...................................

2. Kapan olah raga biasa dilakukan ?


( ) Setiap hari ( ) Tidak tentu ( ) Setiap minggu
( ) Lain-lain..........................

3. Apakah sumua anggota keluarga mengikutinya


( ) Ya ( ) Tidak, alasannya.............................................
D. Kebersihan Diri

1. Mandi : ...............................X per hari


2. Sikat gigi : ................................X per hari
3. Cuci rambut : ................................X per hari

IV. Status Sosial Ekonomi

1.      Apakah setiap anggota keluarga sudah mempunyai penghasilan sendiri


( ) Ya ( ) Tidak

2.      Apakah penghasilan digunakan untuk kepentingan keluarga


( ) Ya ( ) Tidak

3.      Bila digabung pendapatan keluarga sebulan


( ) Kurang dari Rp. 500.000,- ( ) Rp. 500.000,- s/d Rp.
8000.000,-
( ) Lebih dari Rp. 800.000,-

4.      Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari


( ) Ya ( ) Tidak

5.      Bila tidak apa yang dilakukan...................................................................

6.      Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai tabungan


( ) Tidak ( ) Ya, Siapa ?

7.      Siapakah pengelola keuangan dalam keluarga


( ) Ayah ( ) Ibu ( ) Lain-lain.........................

V.    Aktivitas rekreasi anggota keluarga

1.      Apakah keluarga mempunyai kebiasaan rekreasi yang teratur ?


( ) Ya, frekwensi perbulan..........................................................................
( ) Tidak, Karena.......................................................................................

2.      Lokasi yang sering dikunjungi keluarga untuk rekreasi


( ) Luar Kota ( ) Dalam kota
( ) Lain-lain, sebutkan................................................

3. Apakah setiap anggota keluarga menggunakan waktu senggangnya dengan hal


yang bermanfaat
( ) Ya ( ) Tidak, siapa..........................
Berapa usianya,............. kegiatan apa yang dilakukannya...........................

4. Apakah kegiatan tersebut berpengaruh tidak baik untuk dirinya


( ) Tidak ( )Ya, terhadap aspek apa....................

5. Apakah kegiatan tersebut berpengaruh tidak baik terhadap kehidupan


keluarganya?
( ) Tidak ( ) Ya, apa bentuknya................................................

VI. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1.      Tahap perkembangan keluarga saat ini.


.......................................................................................................................

2.      Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................
3.      Riwayat kesehatan keluarga inti
........................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..........................................

4.      Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


........................................................................................................................
........................................................................................................................
............................

VII.          Data Lingkungan

A. Rumah
1.      Jenis rumah
( ) Paviliun ( ) Petak ( ) Tersendiri
( ) Lain – lain

2.      Jenis bangunan


( ) Non permanen ( ) semi permanen ( ) Permanen

3.      Luas pekarangan :..........................................m2


Luas bangunan : .........................................m2

4.      Status rumah :


( ) Sewa bulanan ( ) Milik pribadi ( ) Kontrakan
( ) Lain-lain.....................................
5.      Adakah ventilasi dirumah
( ) Ya ( ) Tidak

6.      Bila ya berapa luasnya


( ) > 10% luas lantai ( ) < 10% luas lantai ( ) Cukup

7.      Apakah cahaya dapat masuk rumah pada siang hari ?


( ) Ya ( ) Tidak

8.      Penerangan
( ) Lampu tempel ( ) Listrik ( ) Petromak

9.      Lantai
( ) Tanah ( ) Plaster ( ) Papan ( ubin)

10.  Denah Rumah ( lengkap dengan ukurannya )

B. Pengolahan Sampah

1. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah


( ) Ya dan tertutup ( ) Ya, terbuka ( ) Tidak
( ) Lain – lain ...........................................................

2.      Bila ya bagaimana kondisi tempat sampah tersebut


( ) Terbuka ( ) Tertutup

3.      Bila tidak bagaimana pengolahan tempat sampah rumah tangga


( ) Dibuang ke kali ( ) Diambil Petugas ( ) Ditimbun
( ) dibakar ( ) Lain-lain.............................................

4.      Apakah keluarga mempunyai sumber air


( ) Tidak ( ) Ya,
jenisnya......................................................
Bila tidak darimana sumber airnya ?...............................................................

5.      Jika ya apa jenis sumber airnya ?


( ) Sumur gali ( ) Pompa listrik ( ) SPT
( ) PAM ( ) Sungai
( ) Lain – lain ...............................................................................................

6.      Apakah air untuk minum diambil dari sumber air tersebut
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Bila tidak bagaimana memperolehnya ?...................................................

7.      Bagaimana keadaan fisiknya ( perlu diobservasi )


( ) Berasa ( ) Tidak berasa ( ) Berbau ( ) Tidak berbau
( ) Berwarna ( ) Tidak berwarna
( ) Ada pengendapan ( ) Tidak ada pengendapan
8.      Apakah keluarga mempunyai WC sendiri
( ) Ya ( ) Tidak
Bila tidak, dimana tempat BAB keluarga.........................................................

9.      Bila ya apa jenis jambannya


( ) Leher angsa ( ) Cemplung ( ) Lain – lain ..............................

10.  Berapa jarak tempat penampungan dengan sumber air?


( ) < 10 meter ( ) > 10 meter

C. Pembuangan limbah

11.  Apakah rumah ini mempunyai saluran pembuangan air kotor ?


( ) Ya, bagaimana kondisinya.......................................................................
Kemana pembuangannya..................................................................................
( ) Tidak, dimana pembuangannya................................................................

D. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


........................................................................................................................
........................................................................................................................
............................

E.     Mobilitas geografis keluarga.


........................................................................................................................
........................................................................................................................

F.     Hubungan keluarga dengan Masyarakat

1.        Apakah anggota keluarga ikut dalam organisasi kemasyarakatan khususnya


dalam bidang kesehatan
( ) Tidak, alasannya.......................................................................................
( ) Ya, Sebutkan.............................................................................................

2.        Adakah penghargaan yang diterima dari masyarakat karena keikutsertaannya


dalam kegiatan kesehatan dimasyarakat
( ) Tidak ada ( ) Ada, Sebutkan.................................................

3.        Apakah keluarga cukup berpengaruh dimasyarakat


( ) Tidak ( ) Ya, contohnya..................................................

4.        Adakah konflik keluarga dengan masyarakat


( ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan..................................................
VIII. Struktur Keluarga

A. Struktur Peran
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................

B. Nilai Atau norma keluarga

1. Suku Ayah..........................
Suku Ibu...............................
Budaya yang dominan dalam keluarga ..............................................................

2. Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut yang bertentangan dengan kesehatan


( ) Tidak ( ) Ya, sebutkan mengapa.................................................

3. Apakah keluarga mengikuti kegiatan keagamaan :


( ) Tidak ( ) Ya, sebutkan...............................................................

C. Pola komunikasi keluarga

1. Cara komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga


( ) Langsung ( ) Tidak langsung

2. Sifat komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga


( ) Terbuka ( ) Tertutup

3. Siapa anggota keluarga yang paling dominan berbicara


( ) Ayah ( ) Ibu ( ) Anak ( ) Mertua

4. Bahasa yang sering digunakan aleh anggota keluarga


( ) Bahasa ibu ( ) Bahasa Indonesia
( ) Lain – lain, sebutkan.................................................................................

5. Kapan paling sering terjadi interaksi dalam keluarga


( ) Pagi hari ( ) Siang hari ( ) Malam hari
( ) Tidak tentu

6. Dalam situasi apa interaksi terjadi ?


( ) Makan bersama ( ) Nonton TV
( ) Rekreasi ( ) Lain-lain
D. Struktur kekuatan keluarga
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................

IX. Fungsi Keluarga

A.    Fungsi ekonomi


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................

B.     Fungsi sosial


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.................................................................
C.     Fungsi pendidikan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.................................................................

D.    Fungsi pemenuhan ( perawatan/ pemeliharaan ) kesehatan

1.      Mengenal masalah kesehatan


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
......................................

2.      Mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
................................................................

3.      Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
................................................................
4.      Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
........................................

5.      Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.......................................

E.     Fungsi religius


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...........................

F.      Fungsi reproduksi


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................

G.    Fungsi Afeksi


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................

X. Stress dan koping Keluarga

A.    Stress jangka pendek dan panjang


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...............................................

B.     Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................

C.     Strategi koping yang digunakan


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...............................................
D.    Strategi adaptasi disfungsional
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...............................................

XI.       Pemeriksaan Fisik


Lakukan pemeriksaan semua anggota keluarga dengan menggunakan metode
“head to toe “

II. Harapan Keluarga


...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...............................................................

Tanda tangan mahasiswa

(.....................................................)

Lampiran 3 : SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN

WIDYAWATI,S.Kep,Ners,M.Kes

DOSEN PEMBIMBING

DISUSUN OLEH :

WAHYUNI SIMAHATE

18042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN

2020/2021
A. Identitas

Pokok pembahasan : Latihan ROM pada pasien stroke

Sasaran : pasien stroke

Hari/Tanggal :

Jam/Waktu :

Tempat : keluarga

Penyuluh : Wahyuni Simahate

B. Latar belakang

Latihan ROM dilakuan secepat mungkin ketika pasien stroke berada dalam

kondisi stabil. Latihan ini direncanakan secara individual untuk mengakomodasi

keragaman yang luas dalam tigkat gerakan yang dapat dicapai oleh berbagai

kelompok usia, menurut (dalam Smeltzer and Bare, (2011).

C. Diagnosa keperawatan

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuannya cara

melakukan latihan ROM dengan benar.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Latihan ROM pada pasien stroke

Pada Pasien stroke selama 30 menit, diharapkan seluruh masyarakat terkhusus

untuk pasien penderita stroke dapat mengerti tentang melatih otot dengan latihan

ROM dan mengaplikasikannya.


2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan ROM

2. Menjelaskan klasifikasi ROM

3. Menjelaskan tujuan ROM

4. Mendemonstrasikan latihan ROM

E. Isi Materi

1. Pengertian ROM

2. Klasifikasi ROM

3. Tujuan ROM

4. Demonstrasi ROM

F. Metoda

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Simulasi/demonstrasi

G. Media

1. Laptop dan LCD (Power Point )

2. Video

3. Leafleat

H. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan
Waktu Penyuluh Sasaran
Penyuluhan
Pembukaan : 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
1. Salam 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3 menit
2. Perkenalan 3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
3. Tujuan penyuluhan
10 menit Menjelaskan 1. Memberikan penjelasan 1. Menyimak dan
materi tentang latihan ROM, apa mendengarkan
tujuannya.Klasifikasi ROM. 2. Menyimak dan
mendengarkan
9 menit Pemutaran video 1. Memutarkan video Belajar 1.Menyimak dan
Tentang Gerakan ROM mendengarkan
2. Mendemonstrasikan latihan 2.Ikut melakukan
ROM latihan ROM

3 menit Evaluasi : 1. Memberikan kesempatan 3. Memberikan


Tanya jawab kepada ibu untuk bertanya pertanyaan
2. Memberikan kesempatan 4. Menyampaikan
kepada ibu untuk kesimpulan hasil
menjelaskan/menyebutkan penyuluhan
kembali kesimpulan dari
materi yang telah disampaikan
5 menit Penutup 1. Membacakan kesimpulan 1. Mendengarkan
 Kesimpulan kepada pasien stroke
 Terima kasih 2. Membagikan leaflet tentang 2. Menerima leaflet
 Saran Gerakan latihan ROM dengan antusias
3. Mengucapkan terima kasih 3. Mendengarkan
atas peran serta ibu setempat 4. Menjawab salam
4. Mengucapkan salam penutup

I. Evaluasi

1. Evaluasi Struktural

1. Penyelenggaraan dilaksanakan di rumah

2. Semua kegiatan terlaksana dengan lancar

2. Evaluasi Proses

1. Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan

2. Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai acara

berakhir

3. Sasaran mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil

penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
No Evaluasi Lisan Respons Audiens Nilai
1 Sebutkan Pengertian ROM !
2 Sebutkan Klasifikasi ROM !
3 Sebutkan Tujuan ROM !
4 Demonstrasikan ROM!

MATERI

1. Pengertian Range Of Motion


Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang

diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit atau

trauma.

2. Klasifikasi ROM

Menurut Marlina ( 2011 ), latihan ROM dapat diklasifikasikan menjadi 5

yaitu:

1. latihan ROM Pasif yaitu latihan atau gerakan yang diberikan pada sendi

tubuh dilakukan oleh perawat.

2. latihan ROM Aktif, yaitu latihan gerakan sendi tubuh dilakukan oleh

pasien secara mandiri.

3. aktif asistif, yaitu gerakan sendi tubuh dilakukan oleh pasien dengan

bantuan dari orang lain (perawat).

4. aktif resistif, dimana gerakan volunter sendi tubuh dilakukan dengan

melawan suatu tahanan.

5. Isometrik,yaitu latihan yang dicapai dengan cara mengencangkan dan

mengendurkan otot tanpa gerakan sendi.

3. Tujuan ROM

Latihan ROM bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan

kelemahan pada otot. Selain itu, latihan ROM dilakukan untuk mempertahankan

fleksibilitas dan mobilitas sendi,mengembalikan control motorik, membantu

sirkulasi dan nutrisi synovial, meningkatkan/mempertahankan integritas ROM


sendi dan jaringan lunak, serta menurunkan pembentukan kontraktur terutama

pada ekstremitas yang mengalami paralisis.

4. Demonstrasi ROM

Berdasarkan bagian tubuh, gerakan ROM (Hasanah, 2015)

1. Leher

a. Fleksi, yaitu menggerakkan dagu menempel ke dada.

b. Ekstensi, yaitu mengembalikan kepala ke posisi tegak,

c. Hiperekstensi, yaitu menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.

d. Fleksi Lateral, yaitu memiringkan kepala sejauh mungkin kearah

setiap bahu.

e. Rotasi, yaitu memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.

2. Bahu

a. Fleksi, yaitu menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan

ke posisi diatas kepala.

b. Ekstensi yaitu mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.

c. Hiperekstensi, yaitu menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku

tetap lurus.

d. Abduksi, yaitu menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala

dengan telapak tangan jauh dari kepala.

e. Adduksi, yaitu menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh

sejauh mungkin.
f. Rotasi dalam, yaitu dengan siku fleksi, memutar bahu dengan

menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke

belakang.

g. Rotasi luar yaitu dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu

jari ke atas dan samping kepala.

h. Sirkumduksi yaitu menggerakan lengan dengan gerakan penuh.

3. Siku

a. Fleksi yaitu menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan

sendi bahu dan tangan sejajar bahu.

b. Ekstensi yaitu meluruskan siku dengan menurunkan lengan.

4. Lengan Bawah

a. Supinasi yaitu memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas.

b. Pronasi yaitu memutar lengan bawah sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah.

5. Pergelangan Tangan

a. Fleksi yaitu menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan

bawah.

b. Ekstensi yaitu menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan

lengan bawah berada dalam arah yang sama,

c. Hiperekstensi yaitu membawa permukaan tangan dorsal ke belakang

sejauh mungkin.

d. Abduksi, yaitu menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari.


e. Adduksi yaitu menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari.

6. Jari-Jari Tangan

a. Fleksi yaitu membuat genggaman.

b. Ekstensi yaitu meluruskan jari-jari tangan.

c. Hiperekstensi yaitu menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh

mungkin.

d. Abduksi yaitu meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain.

e. Adduksi yaitu merapatkan kembali jari-jari tangan.

7. Ibu Jari

a. Oposisi yaitu menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada

tangan yang sama.

8. Pinggul

a. Fleksi yaitu menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas.

b. Ekstensi yaitu menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain.

c. Hiperekstensi yaitu menggerakkan tungkai ke belakang tubuh.

d. Abduksi yaitu menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh.

e. Adduksi yaitu menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan

melebihi jika mungkin.

f. Rotasi dalam yaitu memutar kaki tungkai ke arah tungkai lain.

g. Rotasi luar yaitu memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain.

h. Sirkumduksi yaitu menggerakkan tungkai memutar.

9. Kaki

a. Inversi yaitu memutar telapak kaki ke samping dalam (medial).


b. Eversi yaitu memutar telapak kaki ke samping luar (lateral).

10. Jari-Jari Kaki

a. Fleksi yaitu melengkungkan jari-jari kaki ke bawah.

b. Ekstensi yaitu meluruskan jari-jari kaki.

c. Abduksi yaitu merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain.

d. Adduksi yaitu merapatkan kembali bersama-sama.


Lampiran 4 : SOP

SOP

Range Of Motion (ROM)

1. Pengertian

Range Of Motion (ROM) adalah gerakan-gerakan sendi dalam kisaran

maksimum dimana setiap sendi pada tubuh dapat melakukannya dalam

kondisi normal. ( Craven & Himle, 2011)

2. Tujuan

Latihan ROM bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan

kelemahan pada otot. Selain itu, latihan ROM dilakukan untuk

mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi,mengembalikan control

motorik, membantu sirkulasi dan nutrisi synovial,

meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak,

serta menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas

yang mengalami paralisis.

3. Persiapan pasien

1. Memberikan salam, memperkenalkan diri dan mengidentifikasi

pasien dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.

2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,

memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan

menjawab seluruh pertanyaan pasien.

3. Meminta pengunjung/keluarga untuk meninggalkan ruangan,

memberi privasi pasien.


4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman.

4. Persiapan alat

1. Selimut/handuk kecil

2. Minyak penghangat ( bila perlu)

5. Prosedur pelaksanaan

A. Tahap Pra Interaksi

1. Melakukan verifikasi program terapi

2. Cuci tangan

3. Membawa alat didekat pasien

B. Tahap Orientasi

1. Memberi Salam

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3. Menanyakan kesiapan pasien

4. Jaga privasi klien

C. Tahap Kerja

1. Membaca Tasmiyah/ Basmalah

2. Mengatur posisi

3. Melatih sendi secara bergantian

a. Leher, Spina, Serfikal

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan dagu menempel ke dada 45 derajat

Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak 45 derajat

Hiperektasi Menekuk kepala kebelakang sejauh 40-45 derajat


mungkin
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin
kea rah setiap bahu 180 derajat
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam
Gerakan sirkuler 180 derajat

b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikkan lengan dari posisi di 180 derajat
samping tubuh ke depan ke posisi di
atas kepala
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di 45 derajat
samping tubuh
Hiperektasi Menggerakkan lengan ke belakang 180 derajat
tubuh, siku tetap lurus
Abduksi Menaikkan lengan ke posisi samping
diatas kepala dengan telapak tangan 180 derajat
jauh dari kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan 320 derajat
menyilangkan tubuh sejauh mungkin
Rotasi dalam Dengan siku fleksi, memutar bahu
dengan menggerakkan lengan sampai 90 derajat
ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakkan
lengan sampai ibu jari ke atas dan 90 derajat
samping kepala
Sirkumduksi Menggerakkan lengan dengan lingkaran 300 derajat
penuh

c. Siku

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan 150 derajat


bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu
Ekstensi Meluruskan siku dengan menurunkan 150 derajat
tangan
d. Lengan Bawah

Gerakan Penjelasan Rentang

Supinasi Memutar lengan bawah dan lengan 70-90 derajat


sehingga telapak tangan menghadap ke
atas
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga 70-90 derajat
telapak tangan menghadap ke bawah

e. Pergelangan Tangan

Fleksi Menggerakkan telapak tangan ke sisi 80-90 derajat


bagian dalam lengan bawah
Ekstensi Menggerakkan jari-jari tangan sehingga
jari-jari, tangan, lengan bawah berada 180 derajat
dalam arah yang sama.
Hiperektens Membawa permukaan tangan dorsal ke 90 derajat
i belakang sejauh mungkin
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke
ibu jari 90 derajat
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring kea
rah lima jari 30-50 derajat

f. Jari-jari tangan

Fleksi Membuat genggaman 90 derajat


Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan 90 derajat
Hiperekstensi Menggerakkan jari-jari tangan ke 30-60 derajat
belakang sejauh mungkin
Abduksi Merenggangkan jari-jari tangan yang
satu dengan yang lain 30 derajat
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan 30 derajat

g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang 90 derajat
permukaan telapak tangan
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus 90 derajat
menjauh dari tangan
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping 30 derajat
Adduksi Menggerakkan ibu jario ke depan
tangan 30 derajat
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari- 30 derajat
jari tangan pada tangan yang sama

h. Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakkan tungkai ke depan dan 90-120 derajat


atas
Ekstensi Menggerakkan kembali ke samping 90-120 deraja
tungkai yang lain
Hiperektasi Menggerakkan tungksi ke belakang 30-50 derajat
tubuh
Abduksi Me nggerakkan tungkai ke samping 30-50 derajat
menjauhi tubuh
Adduksi Tungkai kembali ke posisi media dan 30-50 derajat
melebihi jika mungkin
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai kea rah
tungkai lain 90 derajat
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
tungkai lain 90 derajat
Sirkumduksi Menggerakkan tungkai melingkar

i. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakkan tumit ke arah belakang 120-130 derajat


paha
Ekstensi Mengembalikan tungkai ke lantai 120-130 derajat

j. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang

Inversi Memutar telapak kaki samping dalam 10 derajat

Eversi Memutar telapak kaki kesamping luar 10 derajat


k. Jari-jari kaki

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Melekukkan jari-jari kaki ke bawah 30-60 derajat


Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki 30-60 derajat

Abduksi Menggerakkan jari-jari kaki satu 15 derajat


dengan yang lain
Adduksi Erapatkan kembali Bersama-sama 15 derajat

D. Tahap Terminasi

a. Mengevaluasi hasil tindakan

b. Berpamitan dengan pasien

c. Memberikan dan kembalikan alat ke tempat semula

d. Mencuci tangan

e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan


DAFTAR BIMBINGAN PROPOSAL KTI
NAMA MAHASISWA : Wahyuni Simahate
PRODI :D3 Keperawatan
JUDUL KTI : Penerapan pendidikan kesehatan tentang
latihan ROM pada pasien Stroke dengan
gangguan mobilisasi di Keluarga Tanjung Rejo
DOSEN PEMBIMBING : WIDYAWATI,S.Kep,Ners,M.Kes

N HARI/TGL/TH MATERI YANG SARAN T.T


O N DIDISKUSIKAN DOBING
1. Senin,22 februari Pengajuan judul ACC Judul
2021
2. Selasa,23 maret Materi bab 1 Melengkapi bab 2 dan
2021 sampai bab 3 bab 3

3. Rabu,24 maret Materi bab 2 Perbaiki bab 2


2021 masih banyak
salah
4 Rabu,7 april 2021 Materi bab 2 dan 3 - Pendidikan
kesehatan
- Masukkan Lampiran
5 Kamis, 8 april Materi bab 2 dan 3 - Perbaiki isi lampiran
2021
6 Jum’at, 9 april Bab 2,bab 3, dan
2021 lampiran
DAFTAR PERBAIKAN KTI

NAMA MAHASISWA : WAHYUNI SIMAHATE


PRODI : D3 KEPERAWATAN
JUDUL KTI : PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG LATIHAN ROM ( RANGE OF
MOTION) PADA PASIEN STROKE DENGAN
GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI KELUARGA
WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TANJUNG
REJO
DOSEN PENGUJI 1 : Ns.JUWI ATHIA RAHMINI, M.Kep,Sp.Kep.MB

N HALAMAN BAB PERBAIKAN / KETERANGAN TTD


O GARIS MIRING PENGUJI
1
1. 1 1 Sample registrasi Sudah diperbaiki
system ( SRS )
dicetak miring
2. 2 1 Pesisir Desa Sudah di perbaiki
diganti

3. 2 1 Range Of Motion Sudah di perbaiki


dicetak miring
4. 3 1 Manfaat Sudah di perbaiki
penulisan
ditambah
5. 15 2 GCS ditambahkan Sudah di perbaiki
materinya
6. 20 2 Urutan diagnosa Sudah di perbaiki
disesuaikan
7. 42 3 Sampel Sudah di perbaiki
penelitiannya
diubah isinya
8. Daftar pustaka penulisan daftar Sudah di perbaiki
pustaka salah
9. Lampiran Format Keluarga Sudah di perbaiki
diganti
DAFTAR PERBAIKAN KTI

NAMA MAHASISWA : WAHYUNI SIMAHATE


PRODI : D3 KEPERAWATAN
JUDUL KTI : PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG LATIHAN ROM (RANGE OF
MOTION) PADA PASIEN STROKE DENGAN
GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI
KELUARGA WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS TANJUNG REJO
DOSEN PENGUJI 2 : SANTHI MARLINA SIDAURUK, S.Kep, Ners

N HALAMAN BAB PERBAIKAN/ KETERANGAN TTD


O GARIS MIRING PENGUJI
2
1. 2 1 Cari prevalensi dari Sudah di perbaiki
data puskesmas
yang benar
2. 14 2 1. Pathway diedit Sudah di perbaiki
lebih bagus .
2. Pemakaian tanda
koma diedit lebih
bagus
3. 16 2 Perhatikan Sudah di perbaiki
spasinya, before
dan afternya masih
salah
4. 17 2 Penulisan huruf Sudah diperbaiki
tebal diubah
menjadi miring
5. 24 2 Intervensi diedit Sudah diperbaiki
lebih bagus
6. 27 2 Tambahkan Sudah di perbaiki
pengarangnya di
Impmentasi dan
evaluasi
7. Lampiran diedit Sudah diperbaiki
lebih bagus

Anda mungkin juga menyukai