Anda di halaman 1dari 88

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA, SPIRITUALITAS


INDIVIDU DAN EKONOMI TERHADAP KUALITAS
HIDUP LANSIA PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WAWOTOBI KECAMATAN
WAWOTOBI

FINA ANWAR S
P201901017

PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-
ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MANDALA WALUYA 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL
Proposal ini telah disetujui untuk diajukan pada seminar proposal pada

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas

Mandala Waluya.

Kendari, April 2023

Tim Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Lodes Hadju, SKM., M.Kes Azlimin, SKM., M.Kes


NIDN. 0917058303 NIDN : 0902078802

Mengetahui :

Ketua Program Studi Keperawatan Universitas Mandala Waluya

Dewi Sari Pratiwi S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN : 0927068605

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul

“Hubungan Dukungan Keluarga, Spiritualitas Individu dan Ekonomi

Terhadap Kualitas Hidup Lansia Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan Wawotobi” guna memenuhi salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan pada jurusan SI Keperawatan di

Universitas Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa pula mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Lodes Hadju, SKM., M.Kes selaku Pembimbing

I dan kepada Bapak Azlimin, SKM., M.Kes selaku pembimbing II atas semua

waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing,

mengarahkan, memberi saran maupun kritik proposal ini menjadi lebih baik.

Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari

2. Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Para wakil rektor (Akademik, Non Akademik dan Kemahasiswaan) Universitas

Mandala Waluya.

4. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPJM, LPPKA) Universitas Mandala Waluya.

5. Ketua Prodi SI Keperawatan Universitas Mandala Waluya.

iii
6. Tim Penguji (masing-masing) : Ibu Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si., M.Se selaku

penguji I, Ibu Wa Ode Nova Noviyanti, S.Psi., M.Kes selaku penguji II, dan

Ibu Ari Novitasari, S.KM., M.KM selaku penguji III.

7. Seluruh dosen dan staff/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah

banyak membantu penulis semasa Pendidikan.

8. Seluruh teman-teman khususnya jurusan SI Keperawatan yang telah

memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya proposal

ini.

Demikian proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

terutama Penulis dalam menyelesaikan Pendidikan di Univeristas Mandala

Waluya.

Kendari, Juni 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL.......................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL..............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
E. Kebaruan Penelitin...................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A Tinjauan Umum Tentang Lansia..............................................................9
B. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi.......................................................13
C. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup................................................19
D. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga.......................................33
E. Tinjauan Tentang Spiritualitas Individu..................................................39
F. Tinjauan Tentang Ekonomi......................................................................41
G. Kajian Empiris.........................................................................................42
BAB III. KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pikir Penelitian..............................................................................44
B. Bagan Kerangka Konsep.........................................................................45
C. Variabel Penelitian...................................................................................45
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif.............................................46

v
E. Hipotesis Penelitian.................................................................................48
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.....................................................................49
B. Waktu dan Lokasi Penelitian...................................................................50
C. Populasi dan Sampel................................................................................51
D. Instrumen Penelitian................................................................................52
E. Cara Pengumpulan Data..........................................................................52
F. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data................................................53
G. Etika Penelitian........................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebaruan Penelitian.......................................................................9

vi
DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Kerangka Konsep...........................................................................45

2. Bagan Desain Penelitian............................................................................49

vi
DAFTAR SINGKATAN

DepKes : Departemen Kesehatan


Ho : Hipotesis Nol
Ha : Hipotesis Alternatif
KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia KepMenKes : Keputusan Mentri Kesehatan
Lansia : Lanjut Usia
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
WHO : World Health Organization

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi

Responden Lampiran 3 : Lembar Kuisioner

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari perkembangan hidup

manusia. Masa lansia ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk

hidup dan kepekaan secara individual. Lanjut usia menyebabkan seseorang

mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Semakin

bertambahnya usia seseorang beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut

mengalami kemunduran fungsional. Perubahan ini akan memberikan pengaruh

pada seluruh aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan (Indrayani dan

Sudarto, 2018). Salah satu penyakit yang muncul akibat penuaan adalah

hipertensi (Yuliana, 2020).

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) saat ini prevalensi

hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Prevalensi

hipertensi tertinggi di Wilayah Afrika sebesar 27% sementara yang terendah

di wilayah Amerika sebesar 18%. Sedangkan Asia Tenggara sendiri berada di

posisi ke-3 tertinggi dengan 25% dari total penduduk. WHO juga

memperkirakan 1 diantara 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki

hipertensi. Jumlah ini lebih besar diantara kelompok laki-laki yaitu 1 diantara

4 orang mereka memiliki hipertensi (WHO, 2022).

Menurut data Riskesdas 2022 menunjukkan prevalensi hipertensi di

Indonesia sebesar 34,11%, Kalimantan Selatan menempati urutan pertama

sebanyak 44,1% sementara yang terendah di Papua sebanyak 22,2%. Menurut

data hipertensi pada wanita sebesar 36,9% lebih tinggi dibandingkan dengan

1
pria sebesar 31,3%. Hipertensi di perkotaan sebesar 34,4% sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan pedesaan sebesar 33,7%. Kejadian hipertensi ini terus

meningkat seiring bertambahnya usia (Riskesdas, 2022). Berdasarkan profil

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, penyakit Hipertensi merupakan

penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak di

Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2018 angka kejadian Hipertensi sebesar

31.817 kasus dengan prevalensi (14,60%) dan 8% di antaranya meninggal.

Pada tahun 2021 penderita Hipertensi di Sulawesi Tenggara mengalami

peningkatan sebanyak 54.127 orang atau 33,62% dan tahun 2022 mengalami

penurunan menjadi 21,39%. (Profil Kesehatan Sultra, 2022).

Berdasarkan data Primer Puskesmas Wawotobi diketahui prevalensi

hipertensi terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat ahun 2020 sebanyak 915

kasus, tahun 2021 sebanyak 978 kasus, tahun 2022 sebanyak 1011 kasus.

Berdasarkan jumlah kasus tersebut diketahui hipertensi masih merupakan

penyakit yang banyak diderita oleh masyrakat yang berada di Wilayah kerja

Puskesmas Wawotobi

Pada lansia, kondisi pembuluh darah mulai melemah dan dindingnya

sudah menebal. Semakin usia bertambah maka kondisi sistem kardiovaskuler

akan semakin berkurang, Kondisi tersebut menyebabkan lansia rentan terhadap

hipertensi (Kumala 2017). Lansia penderita hipertensi akan mengalami

beberapa gangguan, diantaranya gangguan fungsi sosial dan psikologi, hal

tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas hidup lansia (Manik

2020).

2
Kualitas hidup dalam penelitian Dewi et al., (2022) didefinisikan sebagai

status kesehatan yang dirasakan, fungsi fisik, persepsi kesehatan, gejala,

kepuasan akan kebutuhan, dan kesejahteraan yang signifikan. Kualitas hidup

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Lansia dengan kualitas hidup

yang menurun pada umumnya disebabkan oleh kemampuan fisik ataupun

psikisnya yang juga menurun. Lansia dengan hipertensi akan memberi dampak

negatif terhadap kualitas hidupnya, hal ini dikarenakan gejala-gejala yang

ditimbulkan oleh hipertensi tersebut dapat menghambat lansia dalam

melakukan aktivitas seperti biasanya. Selain itu, kondisi psikologis, sosial dan

lingkungan juga ikut memberi pengaruh terhadap kualitas hidup lansia, dimana

semakin baik kondisi psikis, sosial dan lingkungan, maka semakin baik pula

kualitas hidup lansia.

Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia penderita hipertensi dibutuhkan

dukungan keluarga. Dukungan keluarga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dukungan keluarga ialah bentuk perilaku

melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk informasi, penilaian/

penghargaan, instrumental dan emosional (Hasanudin dkk., 2018). Dengan

adanya dukungan dari keluarga, lansia akan merasa puas dengan apa yang

dicapai dalam kehidupannya dan mendapatkan kesempatan untuk dicintai dan

mencintai. serta lansia akan merasa terus diperhatikan oleh keluarga dan

terpenuhi kebutuhan sehariharinya sehingga tercapai kualitas hidup lansia yang

baik (Panjaitan and Agustina 2020).

3
Faktor lain yang berhubungan dengann kualitas hidup lansia penderita

hipertensi adalah spiritualitas individu. Spiritualitas yang matang dapat

membantu lansia dalam menghadapi kenyataan serta berperan dalam

kehidupan maupun dalam mengartikan keberadaannya di dunia, lansia yang

memiliki tingkat spiritualitas yang kurang baik, akan menunjukkan rasa tidak

berharga, rasa tidak percaya diri, tidak dicintai, rasa takut akan kematian serta

kurang memiliki tujuan hidup, begitupun sebaliknya lansia dengan tingkat

spiritualitas yang baik, ia tidak akan takut akan kematian, dan lebih mampu

dalam menerima kehidupan dan kenyataan yang dialaminya (Anitasari dan

Fitriani, 2021).

Perubahan spiritualitas pada lansia ditandai dengan semakin matangnya

lansia dengan kehidupan beragama dan kepercayaan lansia. Perubahan dalam

aspek spiritual lansia menjadi salah satu parameter yang mempengaruhi

kualitas hidup. Kualitas hidup yang baik ditandai dengan kondisi fungsional

lansia yang optimal, apabila aspek spiritual dapat terpenuhi, diharapkan

kualitas hidup lansia menjadi lebih baik, sehingga mereka bisa menikmati masa

tuanya dengan penuh makna dan kebahagiaan (Ucar dan Aylaz, 2019).

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penunjang yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup lansia pennderita hipertensi. Hal ini dikarenakan

dalam prosesnya, kesejahteraan ekonomi memudahkan lansia melakukan

apapun yang diinginkannya. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh sumbara dkk (2019) yang menyatakan terdapat hubungan antara

tingkat kemandirian Dengan Kualitas Hidup Lansia. Hal ini sesuai dengan teori

yang menyatakan alah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah

4
tingkat

5
kemandirin yang merupakan kemampuan atau keadaan dimana individu

mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya tanpa bergantung dengan

orang lain (Sumbara dkk., 2019).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji

Hubungan Dukungan Keluarga, Spiritualitas Individu dan Ekonomi Terhadap

Kualitas Hidup Lansia Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Wawotobi Kecamatan Wawotobi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah

a. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi?

b. Bagaimana hubungan spiritualitas individu dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi?

c. Bagaimana hubungan ekonomi dengan kualitas hidup lansia penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan Wawotobi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi.

6
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

b. Mengetahui hubungan spiritualitas individu dengan kualitas hidup

lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi

Kecamatan Wawotobi.

c. Mengetahui hubungan ekonomi dengan kualitas hidup lansia penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat meningkatkan pemahaman peneliti tentang faktor yang

berhubungan dengan kualitas hidup pada lansia hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan lansia dapat meningkatkan

kualitas hidupnya dengan melakukan aktivitas produktif dan aman.

b. Bagi peneliti

Menjadi pengalaman berharga dan memperluas wawasan keilmuan,

cakrawala pengerahuan dan pemngembangan keterampilan.

7
c. Bagi Keperawatan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

pemikiran dan informasi dalam mengembangkan program pembelajaran

komunitas dan gerontik.

d. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mmperkaya kepustakaan dan

menjadi sumber bacaan dan menjadi salah satu referensi penelitian yang

dikembangkan di kemudian hari

E. Kebaruan Penelitian

Nama, Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


No Tahun
1. Sri Faktor dominan
Instrumen penelitian Hasil penelitian
Hayulita, yang berhubungan
menggunakan menunjukkan bahwa
Arief dengan kualitas
kuesioner Quality of terdapat hubungan
Bahasa dan hidup lansia. Life Index: Generic bermakna antara
Andrian Version-III untuk faktor kesehatan
Novika mengukur faktor fisik, faktor
Sari, 2018. kualitas hidup dan psikologi/spiritual,
kuesioner WHOQOL- faktor hubungan
BREF sosial dan ekonomi,
untuk dan faktor keluarga
mengukur kualitas dengan kualitas
hidup. Analisa dengan hidup lansia.
menggunakan uji
Pearson.
2. Delwien Faktor Faktor Penelitian ini Faktor dominan
Esther Yang merupakan penelitian terhadap kualitas
Jacob dan Mempengaruhi cross sectional dengan hidup di Kelurahan
Sandjaya, Kualitas Hidup mengidentifikasi dan di Kelurahan
2018. Masyarakat mengukur kualitas Karubaga Distrik
Karubaga hidup masyarakat Karubaga Kabupaten
District Sub Distrik Karubaga Tolikara adalah
District Tolikara Kabupaten Tolikara faktor lingkungan
Propinsi Papua pada waktu hanya satu
kali tanpa melakukan
follow up.

8
3. Siti Gambaran Kualitas Rancangan penelitian Berdasarkan hasil
Ramadhani Hidup Lansia di ini menggunakan penelitian dapat
dan Ayu Desa Bhuana Jaya kuantitatif dengan disimpulkan
Wulandari, Tenggarong survey deskriptif. mayoritas lansia di
2019. Seberang Pemilihan desa tersebut
sampel menggunakan memiliki kualitas
proposive sampling, hidup dengan kriteria
berjumlah 33 baik sebanyak 20
responden. Data lansia (61%) dan
primer diperoleh dari untuk
hasil kuisioner kriteria kurang hanya
penelitian 13 lansia (39%).
4. Susana Konseling berbasis Teknik pengumpulan Hasil penelitian ini
Aditiya online guna data dengan studi menunjukkan bahwa
Wangsanat menjaga kualitas pustaka dan pentingnya konseling
a, 2021 hidup lansia di dokumentasi. analisis sebaya berbasis
masa pandemi data menggunakan online untuk tetap
Covid-19 teori Creswell mulai menjaga kualitas
dari reduksi, display hidup lansia di masa
sampai pada pandemi Covid-19.
conclution data
5. Guslinda, Faktor yang Metode analisa data
Hasil penelitian
Nova berhubungan dalam penelitian ini
menunjukkkan ada
Fridalni dengan tingkat adalah analisa
hubungan umur
dan Aida kecemasan lansia univariat lansia dengan tingkat
Minropa, pada masa menggunakan analisis
kecemasan yang di
2020 pandemi Covid-19 distribusi frekuenssi,
alami lansia PSTW
dan analisa bivariat
Sabai Nan Aluih
menggunakan uji chi
Sicincin, Kab.
square. Padang
6. Widharti, Faktor-faktor yang Desain analitik
Faktor yang
Wiwik berhubungan observasional, dengan
berhubungan dengan
Widiyawati dengan tekanan pendekatan Cross
tekanan darah yaitu
dan Widya darah pada masa Sectional. jenis kelamin, beban
Lita pandemi Covid-19. kerja, pendapatan
Fitrianur, dan riwayat
2020 kesehatan keluarga.
7. Tabita Ma Pengaruh aktivitas Menggunakan Hasil penelitian
Windri, fisik dengan kuesioner WHOQOL- menunjukkan
Angkit kualitas hidup BREF dari WHOQOL terdapat pengaruh
Kinasih, lansia hipertensi di grup. aktivitas fisik dengan
Thresia panti Wreha Maria kualitas hidup lansia
Pratiwi Sudarsi Ambarawa pada domain
Elingsetyo kesehatan fisik
Sanubari, dengan di dukungnya
2019. data tensi tekanan

9
darah yang
mengalami
penurunan.
8. Ariska Interaksi sosial
Penelitiaan ini adalah Interaksi
Oktavianti berhubungan penelitian sosial berhubungan
dan Sri dengan kualitas
non- eksperimen dengan kualitas hidup
Setyowwat hidup lansia dengan desain studi dimana semakin baik
i, 2020. korelasional dengan interaksi sosial maka
pendekatan cross kualitas hidup lansia
sectional. akan semakin baik.
9. Pramatia Hubungan aktivitas Menggunakan Hasil penelitian
Grayni fisik dan hipertensi instrumen WHOQOL menunjukkan ada
Wawornut dengan kualitas IPAQ dan kuesioner hubungan antara
u, Afinal hidup lansia di hipertensi dengan uji aktivitas fisik dengan
Asrifuddin desa Tondegesan bivariat menggunakan kualitas hidup serta
dan Angela Kecamatan uji chi square terdapat hubungan
F.C. Kowangkoan antara penyakit
Kalaseran, Kabupaten hipertensi dengan
2019. Minahasa. kualitas hidup lansia.
10 Riyanti Hubungan Menggunakan alat Hasil penelitian
Vianica keutuhan spiritual kuesioner SpNQ menunjukkan
Sibuea,Mo terhadap tingkat (spiritual Needs kebutuhan spiritual
ri Agustina kualitas hidup Questionnaire) untuk bukannlah
br lansia. menilai kebutuhan satu0satunya aspek
Perangin- spiritual dan yang mempengaruhi
angin, WHOQOL-BREF kualitas hidup lansia
2020. (WHO Quality of Life) sehingga aspek lain
untuk menilai kualitas dari kualitas hidup
hidup. lansia harus
dipertimbangkan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa tua. Tiga tahap

ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki tua berarti

mengalami kemunduran, msialnya kemunduran fisik yang di tandai dengan

kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang

jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang

tidak proposional (Hasrul dan Muas, 2018).

Lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Semakin bertambahnya usia

seseorang beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut mengalami kemunduran

fungsional. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek

kehidupan karena itu kesehatan manusia. Lanjut Usia perlu mendapatkan

perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan (Syahruddin,

2020).

2. Klasifikasi Lansia

WHO mengklasifikasikan usia lanjut terdiri atas :

a. usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45-59 tahun

1
b. usia lanjut (elderly) kelompok usia 60 –70 tahun

c. usia lanjut tua (old) kelompok usia antara 75 – 90 tahun

d. usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun.

Sedangkan (Arini dkk., 2020; Barkley dkk., 2020) mengklasifikasi pada

lanjut usia, yaitu:

a. Pramanula (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45 –59 tahun

b. Manula Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Manula risiko tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Manula potensial Manula yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa, dan

e. Manula tidak potensial. Manula yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Selain itu batasan usia lansia menurut (Antczak dkk., 2020) lansia

digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu :

a. kelompok lansia dini (55-64 tahun)

b. kelompok lansia (65 tahun keatas)

c. kelompok lansia resiko tinggi (berusia lebih dari 70 tahun).

3. Perubahan Pada Lansia

a. Perubahan Fisik

Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun

keatas akan mengalami proses penuaan (aging proces) mengakibatkan

terjadi perubahan fisik maupun mental. Perubahan fisik pada lansia dapat

1
dilihat dari berbagai sistem seperti sistem penglihatan, sistem

pendengaran, sistem respirasi, sistem pengaturan temperatur tubuh,

sistem endokrin, sistem kulit, sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan,

sistem reproduksi, sistem musuloskeletal, penurunan sistem syaraf, dan

sistem perkemihan (Kamariyah dkk., 2020).

b. Perubahan Mental

Di bidang mental atau psikis pada lansia, perubahan dapat berupa

sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit

terhadap sesuatu yang dimiliki. Sikap umum yang ditemukan pada

hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya

sedapat mungkin dihemat. Perubahan kepribadian yang drastis jarang

terjadi. Perubahan mental pada lansia termasuk depresi pada lansia

dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain adanya perubahan fisik pada

lansia, kesehatan umum lansia, tingkat pendidikan, faktor keturunan

(hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan dan kenangan (memori) baik

memori jangka panjang maupun jangka pendek (Hasan, 2017).

c. Perubahan Psikososial

Adanya kelainan psikososial pada lansia, akan semakin

memperparah kesakitan yang dialami oleh lansia tersebut. Lansia

mengalami berbagai permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan

oleh perawat, keluarga maupun petugas kesehatan lainnya. Perubahan

psikologis lansia sering terjadi karena perubahan fisik dan

mengakibatkan berbagai masalah kesehatan jiwa di usia lanjut di

antaranya adalah paranoid, gangguan

1
tingkah laku, gangguan tidur, keluyuran (wandering), lansia mengalami

kecemasan meningkat saat menjelang malam (sundowning), depresi,

demensia, dan sindrom pasca kekuasaan (post power syndrom). Kondisi

perubahan aspek psikososial ini perlu ditangani. Perubahan ini, umumnya

ditunjukan oleh para lansia dengan menunjukan gejala kecemasan, stress

dan depresi (Suryawantie dkk., 2020).

4. Masalah Kesehatan Pada Lansia

Penyakit yang sering dialami oleh kelompok usia lanjut antara lain

adalah diabetes Melitus (DM) dan hipertensi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan lansia antara lain yaitu 1) faktor ekonomi, lansia

dengan kondisi ekonomi rendah akan berpengaruh pada kemampuannya

untuk rutin pemeriksaan kesehatan. 2) faktor keluarga, keluarga yang

tinggal atau hidup dengan keluarga yang lebih muda dan memperhatikan

kesehatannya akan lebih terjaga kondisi kesehatan dan psikologi lansia

tersebut. 3) faktor nutrisi, asupan nutrisi lansia akan berpengaruh pada

proses metabolisme tubuh yang nantinya juga berpengaruh pada kesehatan.

4) faktor pengetahuan, lansia yang memiliki pengetahuan baik mengenai

pentingnya menjaga kesehatan akan berupaya untuk terus menjaga

kesehatannya walaupun sudah tua (Kusumawardani dan Putri, 2018).

B. Tinjauan Umum tentang Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah

suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai

1
akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO

menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar

atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih

besar 95 mmHg (Nuranini, 2015).

2. Etiologi Hipertensi

Menurut Nurarif (2015), berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi

menjadi 2 golongan diantarannya adalah :

1) Hipertensi primer (esensial) , Disebut juga hipertensi idiopatik karena

tidak diketahui penyehabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :

genetik. lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin

dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang mempengaruhi

resiko obesitas, merokok, alkohol.

2) Hipertensi sekunder, Penyebab yaitu penggunaan esterogen, penyakit

ginjal, sidrom cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan diastolik lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

1
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan

menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan

gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Nurarif (2015), beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu

sebagai berikut :

1
1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas, gelisah

4) Mual, muntah

5) Epistaksis, kesadaran menurun

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :

a. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal

ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang

tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi.

b. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah

pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut Hall (1994)

perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat

badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan

perubahan fisik pada ginjal.

1
c. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan

wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen

dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi

sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari

kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut

berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang

umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

d. Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon

adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan

jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun

meningkat.

e. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah

(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa

apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena

adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko

tekanan darah tinggi

1
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang

tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot

jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin

keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan

yang mendesak arteri.

f. Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World

Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam

yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram

sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler

meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,

sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

g. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi

maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

ateriosklerosis (Rumahorbo dkk, 2020).

6. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit

ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya

1
komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi

semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-

20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya

tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.

Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau

tanpa disertai stroke dan gagal ginjal (Nuraini, 2015)

C. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan suatu persepsi individu tentang posisi

seorang individu sesuai dengan konteks budaya dan juga sistem nilai yang

dianut oleh setiap individu. Dalam hal ini individu hidup berhubungan erat

dengan tujuan, harapan dan juga standar yang telah ditetapkan sekaligus di

perhatikan dari seorang individu (WHOQOL, 2013 dalam Nurlela, 2017).

Kualitas hidup merupakan suatu gambaran diri yang berkaitan dengan

kemampuan dari seorang individu untuk memaksimalkan fungsi fisik,

sosial, psikologis dan pekerjaan yang mana hal tersebut merupakan

indikator dari kesembuhan ataupun kemampuan adaptasi dari seorang

individu yang penderita penyakit kronis (Taylor, 1991 dalam Setyaningsih,

2017). Menurut Anbarasan (2015) menjelaskan bahwa kualitas hidup tidak

selalu berkaitan dengan penilaian seorang individu terhadap posisi mereka,

melainkan dengan adanya konteks sosial maupun konteks lingkungan

sekitar yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.

2
2. Komponen Kualitas Hidup

Pada kualitas hidup terdapat tiga komponen yakni komponen objektif,

komponen subjektif, dan komponen apresiasi serta nilai pribadi. Komponen

objektif berkaitan erat dengan hal-hal yang nyata dan terjadi dalam aspek

kehidupan. Komponen subjektif yakni mengenai penilaian seseorang pada

keadaan dirinya sendiri di berbagai aspek kehidupan. Kemudian untuk

komponen apresiasi serta nilai pribadi merupakan keadaan bagaimana

pengaruh dari suatu aspek kehidupan terhadap kualitas hidup seseorang

(Setyaningsih, 2017).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia

a. Kondisi Fisik

1) Pengertian Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan penghayatan individu terhadap kondisi

tubuhnya Kondisi fisik lansia yang semakin tua dan semakin lemah

menyebabkan tubuh lansia menjadi semakin mudah lelah. Masalah fisik

terjadi karena adanya penurunan fungsi-fungsi tubuh. Kondisi fisik jika

dilihat dari dimensi kualitas hidup merupakan evaluasi dari kepuasan dan

kebahagiaan individu terhadap aspek-aspek kesehatan fisik dimana

semakin puas seseorang terhadap kondisi fisiknya, maka semakin baik

pula kualitas hidupnya (Sibuea dan Mori, 2020)

Kesehatan fisik ini sendiri meliputi aktivitas sehari-hari,

ketergantungan alat medis atau pertolongan medis, tenaga dan kelelahan,

2
rasa sakit, mobilitas dan juga rasa tidak nyaman ketika tidur. Berikut

beberapa penjelasan dari aktivitas fisik :

a. Rasa sakit dan tidak nyaman, merupakan rasa yang tidak nyaman yang

dirasakan oleh seseorang dan rasa tersebut akan menyebabkan

gangguan serta kesulitan dalam kehidupannya.

b. Tenaga dan kelelahan, merupakan energi, gairah dan daya tahan

yang dimiliki oleh seseorang untuk memenuhi keperluan dan tugas

sehari-hari ataupun aktivitas yang lain.

c. Tidur dan istirahat, yakni ada berapa banyak waktu yang dimiliki

oleh seseorang untuk tidur dan istirahat, ada suatu masalah yang

dialami sehingga mengganggu pola tidurnya dan berdampak pada

kualitas hidup (Chairani, 2017).

2) Pengaruh Kondisi Fisik Terhadap Kualitas Hidup

Kondisi fisik dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia di karenakan

jika fisik lansia kurang bagus yang disebabkan oleh penyakit degeneratif

dan mengakibatkan lansia tidak dapat melakukan aktivitas secara

mandiri, maka akan memicu penurunan kualitas hidup lansia. Menurut

Rowe dan Khan, kemungkinan yang memiliki kualitas hidup yang rendah

menderita suatu penyakit atau ketidakmampuan dikarenakan penyakit

tertentu (Ramadhani dan Ayu, 2019).

Faktor fisik yang kurang baik akan membuat lansia kehilangan

kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya. Keterbatasan tersebut

akan

2
menghambat pencapaian kesejahteraan fisik yang pada akhirnya akan

mempengaruhi kualitas hidup (Sari dan Susanti, 2017).

3) Indikator Penurunan Kualitas Hidup Akibat Kondisi Fisik

Kondisi secara keseluruhan mengalami kemunduran sejak seseorang

memasuki fase lansia dalam kehidupannya. Menurunnya kualitas hidup

akibat kondisi fisik di tandai dengan berbagai penyakit yang di alami

oleh lansia. Selain itu di tandai juga dengan munculnya berbagai gejala

yang berhubungan dengan kemunduran fisik lansia (Hayulita dkk., 2018).

4) Upaya Menjaga Kondisi Fisik Lansia

Untuk memperoleh aktifitas fisik lansia sangat diperlukan, misalnya

dengan berolahraga dan ikut senam lansia yang dilakukan secara rutin

dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan menjaga kemampuan

psikomotorik pada lansia. Jika lansia bugar maka lansia cenderung tidak

akan menggunakan obat-obatan dan bantuan medis untuk melakukan

aktivitas sehari-hari. Hal ini merupakan salah satu hal yang

meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga dengan aktivitas fisik yang

berkelanjutan lansia memiliki kebugaran yang sehat akibatnya lansia

akan merasakan kualitas hidup yang baik (Hayulita dkk., 2018).

b. Kesehatan Psikologis

1) Pengertian Kesehatan Psikologis

Kesehatan psikologis lansia mencakup stress dan keadaan mental,

harga diri, status dan rasa hormat. Kesehatan psikologis merupakan

faktor

2
penting bagi lansia untuk melakukan pengontrolan terhadap semua

kejadian yang dialami dalam hidup (Luthfa, 2018).

Terkait dengan domain psikologis cenderung mengarah pada body

image, perasaan baik dan buruk, spiritual, pikiran dan juga mengenai

konsentrasi. Berikut beberapa pemaparan dari kondisi psikologis :

a) Perasaan positif, yakni sejauh mana pengalaman seseorang mengenai

perasaan positif tentang dirinya, contohnya merasa puas pada suatu

hal tertentu, keseimbangan, merasa damai, bahagia, memiliki harapan

yang baik, kesenangan dan juga suka cita pada hal-hal yang baik dari

hidupnya.

b) Kemampuan untuk berpikir, belajar dan untuk berkonsentrasi, yakni

suatu pandangan seseorang mengenai kemampuan dalam berpikir,

belajar, mengingat dan berkonsentrasi untuk membuat suatu

keputusan.

c) Harga diri (Self-esteem), merupakan bagaimana cara seseorang dalam

memandang dirinya sendiri, apakah sudah yakin dan puas pada

dirinya sendiri dan juga memiliki kontrol diri.

d) Perpsepsi terhadap tubuh dan penampilan, yakni cara seseorang dalam

memang tubuhnya, apakah sudah puas dengan fisik yang dimiliki dan

apakah sudah sesuai dengan yang diinginkannya.

e) Perasaan negatif, yakni suatu perasaan yang dirasakan oleh seseorang

mengenai perasaan negatif, seperti adanya rasa sedih, memiliki

masalah, merasa cemas, gugup maupun merasa tidak puas dalam

hidupnya (Chairani, 2017).

2
Perubahan psikis mrupakan domain yang sangat mempengaruhi

kualitas hidup lansia, seperti tidak mampu mengingat dengan jelas,

kesepian, takut kehilangan orang yang dicintai, takut menghadapi

kematian, serta depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kesehatan

psikologis merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas

hidup lansia (Sari dan Susanti, 2017).

2) Kondisi Psikologis Lansia

Lansia mengalami kemunduran secara psikologis dengan ciri-ciri

penurunannya adalah kesepian, duka cita (Breavement), depresi,

gangguan cemas, parafrenia dan sindroma diogenes (Fitriani, 2016).

Indikator gangguan psikologis menurut BKKBN adalah sebagai

berikut:

a) Kecemasan dan ketakutan.

Perasaan ketidakpastian dalam menghadapi masa depan yang

berubah jauh dari pola hidup bisaanya, banyak dialami oleh lansia.

Hal itu muncul karena berbagai hal seperti daya tahan tubuh dan

fungsi organ tubuh yang menurun, kesibukan kerja dan posisi jabatan

yang hilang, kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis dan

sebagainya ikut mempengaruhi kepribadian seseorang yang memasuki

usia lansia. Kekhawatiran sosial takut merasa tersingkir dari

lingkungan apalagi ketika aktif suka dihormati dan ditakuti orang

(bawahan) karena sikapnya yang arogan, sombong dan kurang

komunikatif dengan orang

2
lain. Rasa takut dan cemas ketika memasuki lansia akan menambah

potensi terserang penyakit fisik dan psikologis.

b) Mudah tersinggung dan cenderung emosional.

Pertambahan umur dan perubahan fisik jasmani, langsung atau

tidak langsung akan mempengaruhi kemantapan emosional dan

ketabahan spiritual seseorang. Lansia umumnya memiliki kepribadian

yang labil, mudah tersinggung, takut kesepian, turun percaya diri,

nostalgia dengan masa jaya (lampau) dan merasa pernah berjasa tetapi

tidak dihargai orang.

c) Banyak bercerita, berkata dan kurang mau mendengar.

Salah satu sikap dan perilaku lansia umumnya suka bercerita

panjang dan berulang tentang kondisi masalalu yang sukses

(nostalgia). Padahal indra utama yang berfungsi ketika lahir adalah

pendengaran. Karena itu, lansia perlu melatih diri menjadi pendengar

yang baik terhadap cerita dan pengalaman yang lebih muda, sehingga

dapat memberikan pandangan dan nasehat kepada yang lebih muda

(Fitriani, 2016).

3) Masalah Psikologis Lansia

Masalah psikologis pada lansia merupakan salah satu proses penuaan

yang akan dialami oleh semua lansia. Lansia akan mengalami perubahan

psikologis seperti short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan

kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi,

dan kecemasan. Masalah psikologis pada lansia biasanya terjadi karena

transisi

2
peran pada lingkungan sosial, kehilangan, perubahan pada fisiologis dan

kematian. Perubahan psikologis yang dialami oleh lansia akan

mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan

masyarakat sekitar sehingga dapat mempengaruhi interaksi sosial.

Berkurangnya interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan perasaan

terisolir, sehingga lansia memilih menyendiri dan merasa terisolasi dan

akhirnya depresi, maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia

(Andesty dan Fariani, 2018).

Menurut Hurlock beberapa masalah psikologi lansia antara lain:

a) Kesepian (Ioneliness), yang dialami oleh lansia pada saat

meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu

mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit

fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama

gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup

sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena

aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang

beraggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.

b) Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini

merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya

pasangan hidup, temen dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa

meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang

lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan

ingin menangis dan

2
kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya

bersifat self limiting.

c) Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi

dan kemampuan beradaptasi sudah menurun.

d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia,

gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah

trauma dan gangguan obsesif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas

merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan bisaanya berhubungan

dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat

atau gejala penghentian mendadak suatu obat.

e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi

pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau

yang timbul pada lansia.

f) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering

terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering

lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga

berniat membunuhnya. Parfrenia bisaanya terjadi pada lansia yang

terisolasi atau diisolasiatau menarik diri dari kegiatan sosial.

g) Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia

menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Ruma

atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-

main dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-

barangnya dengan tidak teratur. Kondisi ini walaupun kamar sudah

2
dibersihkan dan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang

kembali (Fitriani, 2016).

4) Hubungan Kondisi Psikologis Dengan Kualitas Hidup

Hubungan yang signifikan antara faktor psikologis/spiritual dengan

kualitas hidup lansia. Perubahan psikologis berasal dari kesadaran

tentang merosotnya dan perasaan rendah diri apabila dibandingkan

dengan orang yang lebih muda, kekuatan, kecepatan, dan keterampilan.

Aspek psikologi juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat

melakukan suatu aktivitas jika individu itu sehat secara mental. Pada

penelitian yang dilakukan sebelumnya mengungkapkan gangguan mental

akan menimbulkan gangguan dalam hal vitalitas hidup, fungsi sosial,

keadaan emosional dan kesehatan mental secara umum. Dalam hal ini,

spiritual juga berperan dalam menentukan kesehatan psikologis

seseorang. Seseorang yang kondisi spiritualnya baik, mekanisme

kopingnya akan lebih baik sehingga dia mampu menyelesaikan semua

permasalahan hidupnya. Jika seseorang mampu mencapai kesejahteraan

psikologis yang baik akan berpengaruh pada peningkatan kualitas

hidupnya (Hayulita dkk., 2018).

c. Hubungan/Interaksi Sosial

1) Pengertian Interaksi Sosial

Semakin bertambahnya usia maka interaksi sosial pun akan semakin

berkurang (Disengagement Social). Hal ini disebabkan dengan

bertambahnya umur lansia akan melalui tahapan pensiun, kehilangan

2
pekerjaan, status, teman / kenalan, sehingga secara perlahan-lahan

hubungan sosialpun akan menurun. Umumnya lansia dapat berkumpul

bersama orang seusianya sehingga dapat saling menyemangati dan

berbagi masalahnya (Luthfa, 2018).

Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang diliputi rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang

memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan

kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban

asasi manusia. Kesejahteraan menjadi salah satu para meter untuk

kualitas hidup lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati kehidupan

masa tuanya. Parameter yang memperlihatkan kualitas hidup lanjut usia

yaitu status kesehatan, umur harapan hidup, tingkat pendidikan dan

kemampuan bekerja (Mulyati dkk., 2017).

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang saling

mempengaruhi antar individu yang terjadi di masyarakat yang

berlangsung sepanjang hidupnya. Interaksi sosial dapat berdampak

positif terhadap kualitas hidup karena dengan adanya interaksi sosial

maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus

tetap dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia. Lanjut

usia yang dapat terus menjalin interaksi sosial dengan baik adalah

lansia yang dapat

3
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi

(Andesty dan Fariani, 2018).

2) Fungsi Interaksi Sosial

Interaksi sosial berperan penting untuk mentoleransi kondisi

kesepian yang ada dalam kehidupan sosial lansia. Lansia yang yang

dapat berinteraksi dengan baik seperti berinteraksi dengan tetangga dan

masyarakat di sekitarnya serta bisa mengikuti kegiatan yang ada di

daerah nya berada, maka akan mendapatkan dukungan sosial yang baik

pula dari lingkungannya dan apabila penyesuaian diri lansia tersebut

tidak baik karena kurangnya interaksi dengan linkungan di sekitar lansia

maka dukungan sosial yang di dapatkan lanjut usia juga pasti tidak baik

(Oktaviani dan Sri, 2020).

Interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia memiliki teman untuk

bertukar pikiran dan informasi sehingga dapat mengurangi kesepian yang

dirasakan, sehingga lanjut usia merasa berguna dalam hidup, terhindar

dari depresi, dan kepuasan hidup menjadi cenderung meningkat. Lanjut

usia yang cenderung tidak melakukan interaksi sosial akan merasa

kesepian, kekurangan informasi terkait kesehatan pada lanjut usia, tidak

adanya teman untuk bertukar pikiran sehingga kesehatan lanjut usia

tersebut menurun, lanjut usia akan depresi dan kualitas hidup cenderung

rendah (Oktaviani dan Sri, 2020).

3
3) Dimensi Hubungan Sosial

Dimensi hubungan sosial mencakup relasi personal, dukungan sosial

dan aktivitas sosial. Relasi personal merupakan hubungan individu

dengan orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya

bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan

sekitarnya. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang

didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

Sedangkan aktivitas seksual merupakan gambaran kegiatan seksual yang

dilakukan individu. Aspek sosial meliputi personal, dukungan sosial dan

aktivitas seksual (Jacob dan Sandjaya, 2018).

4) Perubahan Sosial Lansia

Adanya perubahan kualitas hidup yang dialami oleh lansia biasanya

cenderung mengarah kearah yang kurang baik. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada lansia akan mengakibatkan menurunnya peran sosial

lansia dan juga menurunnya derajat kesehatan akibatnya lansia akan

kehilangan pekerjaan dan merasa menjadi individu yang kurang mampu.

Hal tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial lansia karena lansia

menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar secara perlahan.

Interaksi sosial yang buruk pada lansia dapat mempengaruhi kualitas

hidup lansia dimana hal tersebut akan menyebabkan lansia merasa

terisolir sehingga lansia jadi suka menyendiri dan akan menyebabkan

lansia depresi (Oktaviani dan Sri, 2020).

3
5) Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup

Sejalan dengan penelitian Rantepadang (2012) menyebutkan bahwa

terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia

karena interaksi sosial lansia yang baik akan menghasilkan kualitas hidup

yang baik. (Sanjaya and Rusdi, 2017) menyatakan bahwa untuk

meningkatkan kualitas hidup lansia maka lansia harus memiliki interaksi

sosial yang baik sehingga lansia tidak akan merasa kesepian dalam

hidupnya.

Pertambahan usia lansia dapat menimbulkan berbagai masalah baik

secara fisik, mental, serta perubahan kondisi sosial yang dapat

mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya. Selain itu, dapat

menurunkan derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan dan dianggap

sebagai individu yang tidak mampu. Hal ini akan mengakibatkan lansia

secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar

sehingga dapat mempengaruhi interaksi sosial dan dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi

sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuannya bersosialisasi (Murwani 2011 ; Oktaviani

dan Sri, 2020).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tamher S., &

Noorkasiani, 2009 membuktikan bahwa hubungan sosial mempengaruhi

tingkat kualitas hidup, dimana dengan hubungan sosial lansia dapat aktif

dan produktif, sehingga optimis dan mampu berkomunikasi dengan baik.

3
Hubungan sosial mampu meningkatkan kualitas hidup lansia, karena

dalam hubungan sosial terjadi hubungan yang saling timbal balik, berupa

dukungan sosial dari tetangga, teman dan kerabat yang juga akan

memberikan imbas yang baik (Luthfa, 2018)

d. Kondisi Lingkungan

1) Domain Lingkungan

Domain lingkungan adalah suatu cara dukungan keadaan sekitar

seperti budaya, aturan dan harapan tujuan. Jika dukungan dari lingkungan

kurang maka terjadilah penurunan kualita hidup pada lansia. Kualitas

hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang posisinya dalam

hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai di mana ia

tinggal dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal

menarik lainnya (Ramadhani dan Ayu, 2019).

2) Lingkungan dan Aspek-Aspeknya

Lingkungan adalah tempat tinggal individu termasuk didalamnya

keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas

kehidupan termasuk didalamnya sarana dan prasarana yang dapat

menunjang kehidupan. Aspek lingkungan meliputi sumber keuangan,

kebebasan keselamatan fisik dan keamanan, kesehatan dan sosial :

aksesibilitas dan kualitas lingkungan rumah, peluang untuk memperoleh

informasi dan keterampilan baru, partisipasi dan peluang untuk kegiatan

rekreasi, lingkungan fisik dan transportasi (Harahap, 2020).

3
3) Fungsi Lingkungan Bagi Kulitas Hidup Lansia

Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor penting yang

berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Lingkungan tempat tinggal

yang berbeda mengakibatkan perubahan peran lansia dalam

menyesuaikan diri. Bagi lansia, perubahan peran dalam keluarga, sosial

ekonomi, dan sosial masyarakat tersebut mengakibatkan kemunduran

dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya Perbedaan tempat tinggal dapat menyebabkan

munculnya perbedaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, psikologis dan

spiritual religious lansia yang dapat berpengaruh terhadap status

kesehatan penduduk usia lanjut yang tinggal di dalamnya.

Permasalahan yang mendasari baik dan buruknya derajat kesehatan

lansia ialah dari lingkungan tempat tinggal mereka. Perbedaan tempat

tinggal lansia menyebabkan perbedaan pelayanan kesehatan yang

diperoleh lansia (Lailiyah dkk., 2017).

4. Alat Ukur Kualitas Hidup

Pada instrumen WHOQOL-BREF dan WHOQOL-100 adalah dua

instrument yang digunakan untuk melakukan pengukuran kualitas hidup.

Instrumen WHOQOL-BREF merupakan sebuah singkatan dari WHOQOL-100

yang telah dikembangkan dengan menggunakan data dan juga sudah diuji

lapangan. Pengembangan yang dilakukan pada instrumen ini melibatkan

banyak penelitian selain itu juga memerlukan waktu yang lama dengan tujuan

melihat keakuratan instrumen WHOQOL-BREF dalam mengukur permasalahan

kualitas

3
hidup seseorang. Pada instrument WHOQOL-BREF terdapat empat domain

yakni kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Setiap

pertanyaan diberikan nilai 1 sampai 5, dan nilai lebih tinggi merupakan kualitas

hidup yang lebih baik. Apabila ≥ 20% pertanyaan tidak dijawab oleh responden

maka domain tidak diberi skor. Alat ukur WHOQOL-BREF merupakan

instrument yang didesain untuk penggunaan umum sebagai profil

multidimensional (WHO, 1998 dalam Salim dkk. 2016).

WHOQOL-BREF merupakan alat ukur yang dapat menggenaralisasi dari

diri seseorang melalui empat domain yang ada didalam item dengan jumlah 26

item, terdiri dari domain physical (7 item), domain psychological (6 item),

domain social relation (3 item) dan domain environment (8 item) serta 2 item

yang mana termasuk gambaran kualitas hidup secara umum akan tetapi 2 item

tersebut tidak masuk dalam perhitungan. Kuisioner WHOQOL-BREF dalam

pengisiannya tidak memerlukan waktu yang lama maka dari itu instrument ini

cocok jika ditujukan kepada responden yang tidak memiliki waktu yang

banyak, selain itu juga pada aspek tertentu yang tidak terlalu diperlukan. Alat

ukur WHOQOL-BREF awalnya menggunakan bahasa Inggris, kemudian

diaptasi ke dalam beberapa bahasa, salah satunya yakni berbahasa Indonesia

yang dilakukan oleh Sarasvita dan Joewana dalam penelitiannya dalam

penggunaan obat (Ain, 2015).

3
D. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut adalah sikap, tindakan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi

dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

meliputi sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap anggota keluarga,

sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang yang

berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi

yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini, karena

dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek

kesehatan mental individu. Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga adalah secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan

berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam

menghadapi proses pengobatan penyakitnya (Wulandari dan Novita, 2021).

2. Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga

yaitu:

a) Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta

meningkatkan moral

3
keluarga. Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati, perhatian,

pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional.

Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan

mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan

dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian.

b) Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan informasi

terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat, saran dan

diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau memecahkan masalah yang

ada.

c) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan

praktis dan konkrit. Dukungan instrumental merupakan dukungan yang

diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material

seperti memberikan tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan

uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari.

d) Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai

sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai

pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota.

Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi penghargaan yang positif

melibatkan pernyataan setuju dan panilaian positif terhadap ide-ide,

perasaan dan performa orang lain yang berbanding positif antara individu

dengan orang lain (Ridho, 2018).

3
3. Tujuan Dukungan Keluarga

Tujuan dukungan keluarga sangatlah luas diterima bahwa orang yang

berada dalam lingkungan keluarga yang suportif umumnya memiliki kondisi

yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih

khususnya, karena dukungan sosial keluarga dapatdianggap mengurangi

beban dan dapat meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga

secara langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang harus ada

dalam masa stress bagi keluarga dan sebagai pencegahan strees. Sistem

dukungan keluarga ini dapat membantu tugas yang sering kali diberikan

oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga

dilakukan dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan terus-menerus,

berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas rumah

tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis (Kirawan dan Diah, 2020).

4. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbedabeda dalam

berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua

tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga

mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya,

hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Friedman

menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan

efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama

(dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari

kesehatan) ditemukan.

3
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap

kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan (Ridho, 2018).

E. Tinjauan Tentang Spiritualitas Individu

1. Defenisi

Spiritualitas adalah suatu keadaan atau pengalaman yang dapat

memberikan arah atau makna bagi individu atau memberikan perasaan

memahami, semangat, keutuhan dalam diri atau perasaan terhubung.

Spiritualitas adalah sebuah proses dalam kehidupan individu, berupa makna

dan tujuan, dan semuanya berdampak pada individu lain dan lingkungannya,

termasuk organisasi (Pargament & Mahoney dalam King, 2007).

McCormick (1994) mendefinisikan spiritualitas sebagai pengalaman

seorang individu memiliki yang dapat dibuktikan dengan tingkah lakunya.

Gibbons (2000) membahas spiritualitas dalam konteks nilai-nilai yang

dipegang teguh. Leher dan Milliman (1994) mendefinisikan spiritualitas

sebagai "Mengekspresikan keinginan kita untuk menemukan makna dan

tujuan dalam hidup kita dan merupakan proses mengatur menghidupi

seseorang dari nilai-nilai pribadi yang dipegang teguh". Mitroff dan Denton

(1999) Spiritualitas individu adalah perasaan dasar menjadi terhubung

dengan diri seseorang, orang lain, dan seluruh alam semesta " (dalam

Moore, tanpa tahun)

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa spiritualitas

individu adalah suatu pengalaman yang dimiliki setiap individu yang

terdapat nilai-nilai untuk menemukan makna dan tujuan dalam hidup.

4
2. Pengukuran Spiritualitas Individu

Spiritualitas Individu diukur dengan The Spirituality Scale (SS) yang

terdiri dari beberapa indikator yaitu makna hidup, tujuan, menghargai, cinta,

menghormati, semangat, harmoni, keterhubungan, dan penilaian (Delaney,

2005)

3. Hubungan Spiritual Dengan Kualitas Hidup

Spiritualitas yang matang dapat membantu lansia dalam menghadapi

kenyataan serta berperan dalam kehidupan maupun dalam mengartikan

keberadaannya di dunia, lansia yang memiliki tingkat spiritualitas yang

kurang baik, akan menunjukkan rasa tidak berharga, rasa tidak percaya diri,

tidak dicintai, rasa takut akan kematian serta kurang memiliki tujuan hidup,

begitupun sebaliknya lansia dengan tingkat spiritualitas yang baik, ia tidak

akan takut akan kematian, dan lebih mampu dalam menerima kehidupan

dan kenyataan yang dialaminya (Anitasari dan Fitriani, 2021). Perubahan

dalam aspek spiritual lansia menjadi salah satu parameter yang

mempengaruhi kualitas hidup. Kualitas hidup yang baik ditandai dengan

kondisi fungsional lansia yang optimal, apabila aspek spiritual dapat

terpenuhi, diharapkan kualitas hidup lansia menjadi lebih baik, sehingga

mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna dan kebahagiaan

(Ucar dan Aylaz, 2019).

4
F. Tinjauan Tentang Ekonomi

1. Definisi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, oikonomia. Kata oikonomia

berasal dari dua kata yaitu oikos dan nomos, Oikos berarti rumah tangga,

sedangkan nomos berarti mengatur. Jadi oikonomia berarti pengetahuan

yang tersusun menurut cara yang runtut dalam rangka mengatur rumah

tangga. Rumah tangga diartikan secara luas, rumah tangga di sini berkaitan

dengan kelompok sosial yang dianggap sebagai kesatuan kelompok manusia

yang hidup menurut norma dan tata aturan tertentu (M. T, Ritonga,

2020:36). Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya

keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu: tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, keadaan rumah tangga,

tempat tinggal, kepemilikan kekayaan, jabatan dalam organisasi, aktivitas

ekonomi, dan lain- lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa status

adalah keadaan, kedudukan (orang, benda, negara dan sebagainya). Adapula

yang mengartikan status sebagai kedudukan seseorang dalam kelompok

serta dalam masyarakat. Sedangkan secara harfiah status berarti posisi atau

keadaan dalam suatu jenjang dalam suatu wadah sebagai symbol dari hak

dan kewajiban dan jumlah peranan yang ideal dari seseorang.

4
2. Hubungan Ekonomi Dengan Kualitas Hidup

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penunjang yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup lansia pennderita hipertensi. Hal ini

dikarenakan dalam prosesnya, kesejahteraan ekonomi memudahkan lansia

melakukan apapun yang diinginkannya. Hasil ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh sumbara dkk (2019) yang menyatakan terdapat

hubungan antara tingkat kemandirian Dengan Kualitas Hidup Lansia. Hal

ini sesuai dengan teori yang menyatakan alah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup adalah tingkat kemandirin yang merupakan

kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau

mengatasi kepentingannya tanpa bergantung dengan orang lain (Sumbara

dkk., 2019).

G. Kajian Empiris

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hayulita, Arief Bahasa dan Andrian

Novika Sari (2018) “Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Kualitas

Hidup Lansia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara faktor kesehatan fisik, faktor psikologi/spiritual, faktor

hubungan sosial dan ekonomi, dan faktor keluarga dengan kualitas hidup

lansia. Penelitian yang di lakukan oleh Indrayani dan Sudarto Ronoatmodjo

(2018) tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup

Lansia Di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2017” menyimpulkan

bahwa Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup

lansia adalah

4
dukungan keluarga.

4
Penelitian yang dilakukan oleh Tabita Ma Windri, Angkit Kinasih, Thresia

Pratiwi Elingsetyo Sanubari (2019), tentang “Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan

Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Panti Wredha Maria Sudarsih Ambarawa”

dengan hasil penelitian Hasil penelitin terdapat pengaruh ak tivitas fisik

dengan kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik dengan didukungnya

data tensi tekanan darah yang mengalami penurunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Delwien Esther Jacob dan Sandjaya, (2018)

yang mengkaji tentang “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua” dengan

hasil penelitian Ada pengaruh faktor fisik terhadap kualitas hidup di Kelurahan

Karubaga Distrik Karubaga Kabupaten Tolikara. Bila dilihat dari nilai (p-value

<0,001; RP = 4,030; CI95% = 2,120 – 7,664), Ada pengaruh faktor psikologis

terhadap kualitas hidup di Kelurahan Karubaga Distrik Karubaga Kabupaten

Tolikara. Bila dilihat dari nilai (p-value <0,001;RP = 4,788; CI95% = 2,560 –

8,955), Ada pengaruh faktor sosial terhadap kualitas hidup di Kelurahan

Karubaga Distrik Karubaga Kabupaten Tolikara. Bila dilihat dari nilai (p-value

<0,001; RP = 7,875; CI95%= 4,342 – 14,282) , Ada pengaruh faktor

lingkungan terhadap kualitas hidup di Kelurahan Karubaga Distrik Karubaga

Kabupaten Tolikara. Bila dilihat dari nilai (p-value <0,001; RP =23,324;

CI95% = 5,591 – 89,125) dan Faktor dominan terhadap kualitas hidup di

Kelurahan di Kelurahan Karubaga Distrik Karubaga Kabupaten Tolikara

adalah faktor lingkungan.

4
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Lansia penderita hipertensi akan mengalami beberapa gangguan,

diantaranya gangguan fungsi sosial dan psikologi, hal tersebut mengakibatkan

terjadinya penurunan kualitas hidup lansia. Lansia dengan hipertensi akan

memberi dampak negatif terhadap kualitas hidupnya, hal ini dikarenakan

gejala- gejala yang ditimbulkan oleh hipertensi tersebut dapat menghambat

lansia dalam melakukan aktivitas seperti biasanya.

Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia penderita hipertensi dibutuhkan

dukungan keluarga. Dukungan keluarga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dukungan keluarga ialah bentuk perilaku

melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk informasi, penilaian/

penghargaan, instrumental dan emosional.

Spiritualitas yang matang dapat membantu lansia dalam menghadapi

kenyataan serta berperan dalam kehidupan maupun dalam mengartikan

keberadaannya di dunia, lansia yang memiliki tingkat spiritualitas yang kurang

baik, akan menunjukkan rasa tidak berharga, rasa tidak percaya diri, tidak

dicintai, rasa takut akan kematian serta kurang memiliki tujuan hidup.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah tingkat

kemandirin ekonomi yang merupakan kemampuan atau keadaan dimana

individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya tanpa bergantung

dengan orang lain.

4
B. Bagan Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Dukungan keluarga
Kualitas Hidup Pada Lansia Hipertensi
Spiritualitas Individu

Ekonomi

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
: Penghubung Antara Variabel

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari seseorang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (MA Negari,

2018). Dalam penelitian ini akan diteliti dua variabel yang terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent merupakan variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Dengan kata lain variabel independent adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependent (terikat) (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini variabel

independentnya yaitu dukungan keluarga, spiritualitas individu dan

ekonomi.

4
2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Dengan kata lain variabel dependent adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas (Sugiyono,

2017). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu kualitas hidup

lansia hipertensi.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional merupakan penentuan sifat yang akan dipelajari

sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2017). Untuk

menghindari perbedaan persepsi maka perlu disusun definisi operasional yang

merupakan penjelasan dari variabel sebagai berikut :

1. Kualitas Hidup

Kualitas hidup lansia hipertensi adalah persepsi individu terhadap

kehidupan yang dijalaninya sesuai dengan budaya dan nilai-nilai tempat

individu tersebut tinggal serta membandingkan kehidupannya tersebut

dengan tujuan, harapan, standar dan tujuan yang telah ditetapkan oleh

individu. Kualitas hidup lansia hipertensi di ukur menggunakan quesioner

WHOQOL-BREF yang terdiri dari 2 pertanyaan berupa skala likert. Setiap

pertanyaan memiliki pilihan skala 1-5. Nilai yang dipilih akan menjadi skor

dan di transformasikan menjadi 0-100.

Kriteria Objketif

a. Kualitas hidup dikategorikan buruk apabila skor yang diperoleh > 50

b. Kualitas hidup dikategorikan baik apabila skor yang diperoleh ≤ 50

4
2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perlakuan

keluarga terhadap lansia penderita hipertensi untuk meningkatkan kualitas

hidupnya. Hal ini diukur dengan menngunakan kuesioner yang terdiri dari

10 pertanyaan dalam bentuk skala Likert.

Kriteria Objketif

1. Mendukung : Jika skor yang diperoleh >50%

3. Spiritualitas Individu

Spiritual merupakan suatu kondisi seseorang dalam hal spiritualitas

sehubungan dengan kepuasan terhadap dimensi spiritual (Dimensi Vertikal

dan Horizontal) yang terpenuhi yaitu hubungan dengan tuhan, orang lain

dan alam serta adanya tujuan serta makna hidup yang dimiliki individu.

Pengukuran menggunakan kuesioner spiritual well being scale

Kriteria Objketif

1. Rendah : Jika skor yang diperoleh <53

2. Tinggi : Jika skor yang diperoleh ≥ 53


4. Ekonomi

Ekonomi yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuuan individu

(Lansia) dalam memenuhi kebutuhannya tanpa bergantung pada orang lain.

Kriteria Objketif

1. Baik : Memiliki pendapatan mandiri

2. Kurang : Tidak memiliki pendapatan mandiri

4
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan

penelitian (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini peneliti merumuskan bahwa:

1. Dukungan Keluarga

H0 : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

2. Spiritualitas Individu

H0 : Tidak ada hubungan spiritualitas individu dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

Ha : Ada hubungan spiritualitas individu dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

3. Ekonomi

H0 : Tidak ada hubungan ekonomi dengan kualitas hidup lansia penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

Ha : Ada hubungan ekonomi dengan kualitas hidup lansia penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi

5
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional, dimana variabel independent dan

variabel dependent dilakukan pengukuran sekaligus dalam waktu bersamaan

(Sugiyono, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga, spiritualitas individu dan ekonomi dengan kualitas hidup

lansia penderita hipertensi.

Populasi/Sampel

Faktor Resiko (+) Faktor Resiko (-)

Efek (+) Efek (-) Efek (+) Efek (-)

Gambar 2. Rancangan Desain Penelitian Cross Sectional Study

5
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi

Kecamatan Wawotobi

2. Waktu Penelitian

Peneltian ini akan di lakukan pada Juli 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia dengan penyakit hipertensi

berjumlah 67 orang pada Bulan November-April 2023.

2. Sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah lanjut usia dengan

penyakit hipertensi yang berada di wilayah Puskesmas Wawotobi

Kecamatan Wawotobi. Penelitian ini menggunakan Purposive sampling

yaitu teknik penggunaan sampel yang memilih sampel diantara populasi

sesuai yang diinginkan peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian).

Sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

diketahui sebelumnya (Nursalam, 2015).

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel. Besar

sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane adalah sebagai

berikut (Riduwan, 2015):

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2)

5
Keterangan :

n = Bersarnya sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan ( 10% )

sehingga,

67
𝑛=
1 + 67(0,12)

67
𝑛=
1 + 67(0,01)

67
𝑛=
1 + 0,67

67
𝑛=
1,67

𝑛 = 40,1 dibulatkan menjadi 40 Orang

a. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti (Nursalam,

2015). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

1. Lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah KerjaPuskesmas

Wawotobi Kecamatan Wawotobi.

2. Lansia yang bersedia menjadi responden.

5
2. Kritera Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi karena beberapa alasan

(Nursalam,2015). Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Lansia yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

2. Lansia yang tidak mau di wawancarai

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner WHO-QOL BREF.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden dengan

menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disediakan

disebar kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tenggara dan data Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Wawotobi Kecamatan Wawotobi dengan jumlah sempel sebanyak

40 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

proporsive sampling. Sebelum diberikan kuesioner, peneliti mengadakan

pendekatan atau penjaringan sampel sesuai dengan kriteria yang telah

5
ditetapkan,

5
kemudian memberikan penjelasan pada calon responden mengenai

penelitian ini, selanjutnya calon responden yang bersedia menjadi responden

penelitian dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatangani.

Selama mengisi kuesioner, peneliti memberikan kesempatan pada responden

untuk mengajukan pertanyaan. Sebelum disebar kepada masyarakat,

kuesioner tersebut terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji

validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada kuesioner. WHOQOL–BREF

adalah alat ukur yang valid dan reliable dalam mengukur kualitas hidup.

F. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan mengisi lembar

observasi yang disediakan. Pengolahan data tersebut kemudian diolah

menggunakan program SPSS dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan

memeriksa kelengkapan data, kesalahan pengisian dan konsistensi dari

setiap jawaban atau data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban

atau data perlu disederhanakan yaitu dengan simbol-simbol tertentu

untuk setiap jawaban (pengkodean).

5
3. Tabulasi Data

Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data ke

dalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan

penelitian

2. Analisa Data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis. (Hidayat dalam Rika, 2016). Teknik analisa yang

digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

a) Analisa Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel (Sugiyono, 2012 dalam Rika, 2016).


X
N= K
Y

Keterangan :

N : Hasil Presentase (%)

X : Jumlah data variabel penelitian

Y : Jumlah Seluruh Pertanyaan Sampel

Penelitian K :Konstanta 100%

b) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini

menggunakan Uji statistik Chi-Square dengan tingkat signifikan (α =

0,01)

5
untuk menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat (Lia Nova

Rukmana, 2018). Selanjutnya data di analisis menggunakan SPSS versi

16.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑋2 = ∑
(𝑓ℎ)

Keterangan :

X2 : Chi – Kuadrat

Fo : Frekuensi yang diobservasi (yang diamati)

Fh : Frekuensi yang diekspetasikan (yang diharapkan)

∑ : Sigma (Notoatmodjo, 2012)

Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Apabila X2 hitung ≥ X2 ta
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada

hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen.

b. Apabila X2 hitung < X2 ta


maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak

ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen.

3. Penyajian data

Setelah diolah, data disajikan dalam bentuk tabel, diagram narasi untuk

mengetahui hubungan antara domain kualitas hidup dengan penurunan

kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Wawotobi Kecamatan Wawotobi.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi

dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada

5
institusi atau lembaga terkait tempat penelitian. Peneliti akan didampingi

asisten peneliti yang telah diberikan penjelasan tujuan dan metode penelitian

untuk menyatukan persepsi yang sama dengan peneliti. Setelah mendapat

persetujuan dari instansi terkait barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Informed concent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian memberikan lembar persetujuan (informed concent).

Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent agar responden mengerti maksud dan tujuan peneliti, mengetahui

dampaknya, jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak-hak masyarakat.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonymity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan

dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur

melainkan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dalam menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun ma salah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti,

5
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(penelitian).

6
DAFTAR PUSTAKA

Anbarasan, SS. 2015. Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di


wilayah kerja puskesmas pada periode 27 februari hingga 14 maret
2015. Intisari Sains Medis. 4(1): 113-124. Diakses pada 27 Mei 2021.
Ain, N. M. Q. 2015. Hubungan Spiritual Wellbeing Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa di RSUD RAA.
Soewondo Pati. Thesis. Doctoral dissertation, Fakultas Ilmu
Keperawatan UNISSULA. Diakses pada 27 Mei 2021.
Chairani A. 2017. Efektivitas Cognitive Behavior Therapy Untuk Menurunkan
Depresi dan Meningkatkan Quality of Life Pasien Kanker Payudara
Dewasa Madya Se telah Mastektomi. Tesis. Surabaya: Program
Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Diakses pada 29 Mei 2021.
Ekasari, FM., dkk. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia. Konsep Dan
Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media. Diakses pada 30 Mei
2021.
Guslinda, Nova F, Aida M., 2020, Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Kecemasan Lansia Pada Masa Pandemi Covid 19, Jurnal
Keperawatan,
12(4). Diakses pada 01 Juni 2021.
Hayulita, S, Arief B, Andrian N S., 2018, Faktor Dominan Yang Berhubungan
Dengan Kualitas Hidup Lansia, Afiyah, 5(2). Diakses pada 03 Juni
2021.
Hasrul, Muas, 2018, Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Gout Artritis Pada Lansia, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah,
7(2). Diakses pada 02 Juni 2021.
Hikmah, N. 2015. Kualitas Hidup Perawat Jiwa Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.
Diakses pada 01 Juni 2021.
Indrayani dan Sudarto, R., 2018, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun
2017, Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1). Diakses pada 03 Juni 2021.
Jacob D. E., Sandjaya, 2018, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua,
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) LP2M Unhas, Vol 1. Diakses
pada 05 Juni 2021.
Marcelina R.N., 2020, Optimalisasi Kualitas Hidup Lansia Selama Masa Pandemi
Covid-19, Univerditas Airlangga. Diakses pada 07 Juni 2021.
Oktavianti A dan Sri S, 2020, Interaksi Sosial Berhubungan dengan Kualitas
Hidup Lansia, Jurnal Keperawatan Terpadu, p-ISSN: 2406-9698
(Print) e- ISSN: 2685-0710 (Online). Diakses pada 09 Juni 2021.
Nuraini, B., 2015, Risk Faktor of Hypertension, Artikel Review J Majority, 4(5).
Diakses pada 01 Juni 2021.
Nurarif, A. H. & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid
2.Yogyakarta: Mediaction Publishing. Diakses pada 01 Juni 2021.
Nurlela, L., CK, S. A., & Utami, S. M. 2017. Hubungan Konsep Diri Dengan
Kualitas Hidup (Quality Of Life) Pada Pasien Kanker Serviks Di Poli
Kandungan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Prosiding HEFA
(Health Events for All), 1(1): 238-468. Diakses pada 03 Juni 2021.
Post, M. 2014. Definitions of quality of life: what has happened and how to move
on. Topics in spinal cord injury rehabilitation, 20(3): 167-180. Diakses
pada 12 Juni 2021.
Rumahorbo, L.J., Rieke S F.Martina P. Dora I P., 2020, Kajian Literatur: Faktor-
Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lansia, Nursing
Current, 8(1). Diakses pada 13 Juni 2021.
Salim, O. C., Sudharma, N. I., Kusumaratna, R. K., & Hidayat, A. 2016. Validitas
dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF
untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia. Universa Medicina, 26(1),
27-38. Diakses pada 01 Juni 2021.
Setyaningsih, A. 2017. Kualitas Hidup Perawat Yang Menangani Pasien
Tuberkulosis (Tb) Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi.
Surabaya: Universitas Airlangga. Diakses pada 05 Juni 2021.
Sibuea, R.V, Mori A P., 2020, Hubungan Kebutuhan Spiritual Terhadap Tingkat
Kualitas Hidup Lansia, 4(2). Diakses pada 09 Juni 2021.
Syahruddin, 2020, Kebugaran Jasmani Bagi Lansia Saat Pandemi Covid-19,
JUARA: Jurnal Olahraga, E-ISSN 2655-1896 ISSN 2443-1117.
Diakses pada 11 Juni 2021.
Wangsanata, S. A., 2021, Konseling Berbasis Online Guna Menjaga Kualitas
Hidup Lansia di Masa Pandemi Covid-29, Jurnal Ilmiah Bimbingan
dan Konseling, 2(7). Diakses pada 05 Juni 2021.
Waworuntu P. G., Afnal A, Angela F. C. K., 2019, Hubungan Aktivitas Fisik Dan
Penyakit Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa
Tondegesan Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa, Jurnal
KESMAS, Vol. 8, No. 7. Diakses pada 01 Juni 2021.
World Health Organization. 2010. WHO Quality Of Life-BREF (WHOQOL-
BREF). http://www.who.int/substance abuse/research
tools/whoqolbref/en/. Tanggal 20 Mei 2021.
Widiharti, Wiwik W, Widya L F., 2020, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tekanan Darah pada Masa Pandemi Covid-19, Journal Of Health
Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 5(2). Diakses pada 23 Mei 2021.
Windri, T. M ,Angkit K, Thresia P E S., 2019, Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan
Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Panti Wredha Maria Sudarsih
Ambarawa, Jurnal Mitra Pendidikan, 3(11). Diakses pada 22 Mei 2021.
Yuliana, 2020, Menjaga Kesehatan Mental Lansia Selama Masa Pandemi Covid-
19, Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi Covid-19.
Diakses pada 01 Juni 2021.
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/ibu...............

Di

Tempat

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian mahasiswa dalam memenuhi

tugas akhir Pada Program Studi Ilmu Keperawatan, maka saya :

Nama : Fina Anwar S


NIM : P201901017

Akan melakukan penelitian dengaan judul “Hubungan Dukungan

Keluarga, Spiritualitas Individu dan Ekonomi Terhadap Kualitas Hidup Lansia

Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Kecamatan

Wawotobi”. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu

untuk berkenan menjadi subyek penelitian (dijadikan sampel). Identitas dan

informasi yang berkaitan dengan Bapak/Ibu dirahasiakan oleh peneliti.

Atas partisipasi dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih.

Kendari Juni 2023

Penel
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari
: Nama : Fina Anwar S
NIM : P201901017
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga, Spiritualitas Individu
dan Ekonomi Terhadap Kualitas Hidup Lansia Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawotobi Kecamatan Wawotobi

Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan

dampak dan risiko apa pun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk

kepentingan peneliti.Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai

hal-hal yang belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas.

Dengan demikian saya menyatakan dengan suka rela untuk ikut sebagai

subjek dalam penelitian ini.

Kendari Juni 2023

(.........................)
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan :

1. Kualitas Hidup (Quality Of Life)

Sangat Buruk Biasa-biasa Baik Sangat


buruk saja baik
1. Bagaimana menurut anda
kualitas hidup anda? 1 2 3 4 5

Sangat tdk Tdk Biasa Sangat


Memuaskan memuas-
memuaskan memuaskan Saja
kan
2. Seberapa puas
anda terhadap 1 2 3 4 5
kesehatan

2. Kondisi Fisik

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah

mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Tidak Dalam Dalama


No Pertanyaan Sangat
sama sedikit Jumlah Jumlah
Sering
sekali Sedikit Berlebihan
1. Seberapa jauh rasa
sakit fisik anda
mencegah anda 5 4 3 2 1
dalam
beraktivitas sesuai
kebutuhan anda?

2. Seberapa sering anda


membutuhkan terapi
medis untuk dpt
5 4 3 2 1
berfungsi dlm
kehidupan

sehari-hari anda ?

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal

berikut ini dalam 4 minggu terakhir?

Tidak
No Pertanyaan Sangat
sama sedikit Sedang Sering
Sering
sekali
3. Apakah anda
memiliki vitalitas yg
cukup untuk 1 2 3 4 5

beraktivitas sehari-
hari?

No Pertanyaan Sangat Biasa Sangat


Buruk Baik
Buruk Saja baik

4. Seberapa baik
kemampuan anda
dalam bergaul 1 2 3 4 5
Sangat
No Pertanyaan Tidak Biasa Sangat
tidak Memuaskan
Memuaskan Saja memuaskan
memuaskan
5. Seberapa
puaskah anda
1 2 3 4 5
dengan tidur
anda?

6. Seberapa
puaskah anda
dengan

kemampuan
anda untuk

menampilkan 1 2 3 4 5
aktivitas
kehidupan

anda sehari-
hari?

7. Seberapa
puaskah anda
dengan

kemampuan 1 2 3 4 5
anda untuk
bekerja?

3. Kesehatan Psikologis

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami

hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.


Tidak Dalam Dalama
No Pertanyaan Sangat
sama sedikit Jumlah Jumlah
Sering
sekali Sedikit Berlebihan
1. Seberapa jauh anda
menikmati hidup 1 2 3 4 5

anda?

2. Seberapa jauh anda


merasa hidup anda 1 2 3 4 5

berarti?

3. Seberapa jauh anda


mampu 1 2 3 4 5

berkonsentrasi?

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal

berikut ini dalam 4 minggu terakhir?

Tidak
No Pertanyaan Sangat
sama sedikit Sedang Sering
Sering
sekali
4. Apakah anda dapat
menerima penampilan 1 2 3 4 5

tubuh anda?

Sangat
No Pertanyaan Tidak Biasa Sangat
tidak Memuaskan
Memuaskan Saja memuaskan
memuaskan
5. Seberapa
puaskah
anda 1 2 3 4 5
terhadap
diri anda?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau

mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.

No Pertanyaan Tidak Cukup Sangat


Jarang Selalu
Pernah Sering Sering

6. Seberapa sering anda


memiliki
5 4 3 2 1
perasaan negatif seperti
‘feeling

blue’ (kesepian), putus asa,


cemas dan depresi?

4. Kondisi Sosial

Sangat
No Pertanyaan Tidak Biasa Sangat
tidak Memuaskan
Memuaskan Saja memuaskan
memuaskan
1. Seberapa
puaskah

anda
dengan 1 2 3 4 5

hubungan
personal/
sosial
anda?

2. Seberapa
puaskah
anda
dengan
1 2 3 4 5
kehidupan
seksual
anda?

3. Seberapa
puaskah
anda
dengan
1 2 3 4 5
dukungan
yg anda
peroleh
dari teman
anda?

5. Kondisi Lingkungan

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami

hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Tidak Dalam Dalama


No Pertanyaan Sangat
sama sedikit Jumlah Jumlah
Sering
sekali Sedikit Berlebihan
1. Secara umum,
seberapa aman anda
rasakan dalam 1 2 3 4 5
kehidupan anda
sehari-hari?

2. Seberapa sehat
lingkungan dimana
anda 1 2 3 4 5

tinggal (berkaitan
dgn sarana dan
prasarana) ?

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut

ini dalam 4 minggu terakhir?

Tidak
No Pertanyaan Sangat
sama sedikit Sedang Sering
Sering
sekali
3. Apakah anda
memiliki cukup uang
1
untuk memenuhi 2 3 4 5

kebutuhan anda?

4. Seberapa jauh
ketersediaan
informasi 1 2 3 4 5
bagi kehidupan anda
dari

hari ke hari?
5. Seberapa sering anda
memiliki kesempatan
1 2 3 4 5
untuk bersenang-
senang /rekreasi?
Tidak
No Pertanyaan Sangat tidak Biasa Sangat
Memuas Memuaskan
memuaskan Saja memuaskan
kan
6. Seberapa
puaskah
anda dengan
kondisi
1 2 3 4 5
tempat anda
tinggal saat ini?

7. Seberapa
puaskah anda
dengan akses
1
anda pada
2 3 4 5
layanan
kesehatan?

8. Seberapa
puaskah anda
dengan 1 2 3 4 5

transportasi yang
harus anda
jalani?
Tabel Penilaian Kualitas Hidup

Skor Domain Raw Transformed

Skor Score

4-20 0-100

Kualitas Q1 + Q2 a. = b. c.

Hidup

Kondisi (Q1)+(Q2)+Q3+Q4+Q5+Q6+Q7 a. = b. c.

Fisik

Kesehatan Q1+Q3+Q3+Q4+Q5+(Q6) a. = b. c.

Psikologis

Kondisi Q1+Q2+Q3 a. = b. c.

Sosial

Kondisi Q1+Q2+Q3+Q4+Q5+Q6+Q7+Q8 a. = b. c.

Lingkungan

Keterangan :

a. Raw Skor :Penjumlahan Nilai Pada Setiap Pertanyaan Dalam Setian Domain

b. 4-20 : Mean Setiap Domain × 4

c. 0-100 : [Nilai (b)-4] × [100/16].


2. Dukungan Keluarga

1. Petunjuk dan cara mengisi :


a. Isilah identitas anda dengan lengkap pada from diatas
b. Berikan tanda (🗸) pada pilihan jawaban yang anda pilih
c. Bila ingin merubah jawaban, coret pada jawaban yang dianggap salah
dan centang pada opsi yang menurut anda benar
d. Jangan melewatkan pernyataan di bawah ini hingga selesai.
Pilihan jawaban
No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak
Kadang Pernah
Dukungan Emosional
1 Keluarga mendampingi saya
dalam perawatan
2 Keluarga memberi pujian
jika saya melakukan
perawatan terhadap penvakit
sava
3 Keluarga tetap mencintai dan
memperhatikan keadaan saya
selama saya sakit
4 Keluarga mengingatkan saya
dengan lembut jika saya tidak
mematuhi minum obat
5 Keluarga mendengar keluh
kesah yang saya aJami terkait
dengan penyakit diabetes
melitus saya
6 Keluarga memberikan solusi
setiap masalah yang saya alarni
terkait penvakit diabetes
melitus
7 Keluarga meyakinkan saya
untuk bisa sembuh melalui
perawatan yang saya jalani
Dukungan Penghargaan
8 Keluarga ikut berdiskusi setiap
keputusan yang saya ambil
9 Keluarga mendukung setiap
pengobatan demi proses
penyembuhan penvakit yang
sava derita
10 Keluarga mendukung untuk
mengatur pola makan sava
11 Keluarga mendukungsetiap
aktivitas fisik yang sava lakukan
12 Keluarga memahami penyakit
yang sava derita adalah hal
yang
waiar
13 Keluarga membandingkan
dengan positif penyakit
hipertensi yang saya alami
dengan pasien yang memiliki
penvakit lebih parah dari sava,
14 Saya merasa senang dan senang
ketika didarnpingi oleh keluarga
saya
Dukungan Informasi
15 Keluarga mengingatkan saya
untuk kontrol, minum obat,
olahraga dan makan
16 Keluarga mengingatkan saya
tentang perilaku-perilaku yang
memperburuk penyakit sava
17 Keluarga menjelaskan kepada
saya setiap saya bertanya hal-hal
yang tidak jelas tentang penyakit
saya
18 Keluarga mencari informasi
untuk proses kesembuhan sava
19 Keluarga mengingatkan saya
untuk selalu memakan makanan
yang dianiurkan untuk penvakit
hipertensi
20 Keluarga memberitahu saya
jenis makanan yang bisa
dikonsumsi agar penvakit sava
tidak kambuh
21 Keluarga mengingatkan saya
tentang iadwal kontrol ke
pelavanan kesehatan
Dukungan Instrumental
22 Keluarga berusaha untuk
membiayai perawatan dan
pengobatan sava
23 Keluarga berusaha untuk
mengadakan sarana dan
peralatan
perawatan yang sava perlukan
24 Keluarga menyediakan materi
yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti
pemberian makanan
25 Keluarga mengusahakan jenis
makanan rendah garam untuk
saya konsumsi
26 Keluarga mendampingi saya
dalam melakukan aktivitas fisik
27 Keluarga mengantar saya ke
pelayanan kesehatan untuk
melakukan pemeriksaan terkait
penyakit yang saya derita
28 Keluarga menyediakan waktu dan
fasilitas jika saya memerlukan
keperluan oerawatan dan
pengobatan
29 Apabila saya mengalami keluhan
kesehatan, keluarga segera
membawa sava ke pelavanan
kesehatan

3. Spiritualitas Individu

Skala
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6
1. Saya tidak merasakan Kepuasan saat berdoa
pada Allah SWT secarapribadi
2 Saya tidak tahu siapa saya, dari mana asal saya
atau kemana tujuan hidup saya
3 Saya yakin bahwa Allah Mengasihi, menyayangi
dan peduli terhadap saya
4 Saya merasa bahwa hidup adalah pengalaman
berharga
5 Saya merasa bahwa Tuhan tidak terpengaruh
dan tidak tertarik dengan apa yang saya lakukan
sehari-hari
6 Saya merasa masa depan saya tidak menentu
7 Saya memiliki hubungan yang baik dengan
orang sekitar
8 Saya merasa puas dan sukses dengan kehidupan
yang saya miliki
9 Saya tidak mendapat kekuatan yang cukup dan
dukungan dari Tuhan
10 Saya merasa arah hidup saya sejahtera
11 Saya percaya bahwa Allah memperhatikan
masalah saya, dan selalu ada untuk saya
12 Saya tidak terlalu menikmati hidup saya
13 Saya tidak memiliki hubungan pribadi yang
memuaskan dengan tuhan
14 Saya merasa masa depan saya baik
15 Kedekatan dengan Tuhan membuat saya tidak
merasa kesepian
16 Saya merasa bahwa hidup penuh dengan konflik
dan tidak bahagia
17 Saya merasa lengkap ketika dekat dengan Allah,
dan saya merasa tenang ketika berdoa kepada
tuhan
18 Hidup saya tidak terlalu bermakna
19 Hubungan dengan Tuhan berpengaruh pada
perasaan sejahtera yang saya rasakan
20 Saya percaya hidup memiliki beberapa tujuan
yang nyata

Anda mungkin juga menyukai