Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TN.

M DENGAN
KASUS TRAUMA TUMPUL THORAKS

Disusun Oleh:

RIRIN ARIANTI
P201901021

CI LAHAN DOSEN PEMBIMBING

Misrawati, S.Kep.Ns Nazaruddin, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 917049102

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat tuhan Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya Sehingga telah menyelesaikan Laporan pendahuluan ini guna memenuhi tugas
Praktek Lapangan Mata Kuliah Keperawan Medikal Bedah.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Saya berharap semoga Laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Kendari, 30 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. DefinisiTraumaTumpulThoraks...................................................................................
B. KlasifikasiTraumaTumpulThoraks..............................................................................
C. EtiologiTraumaTumpulThoraks.................................................................................
D. ManifestasiTraumaTumpulThoraks.............................................................................
E. PathwyTraumaTumpulThoraks...................................................................................
F. PatofisiologiTraumaTumpulThoraks...........................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................
H. PenatalaksanaanTraumaTumpulThoraks.....................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks
dan atauorgan intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena
traumatajam. Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan
kemampuandeteksi dan identifikasi awal atas trauma sehingga
penanganannya dapatdilakukan dengan segera.

B. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan trauma
tajam. Penyebab trauma toraks tersering adalah oleh karena kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, a d a l i m a j e n i s
t a b r a k a n ( i m p a c t ) y a n g b e r b e d a , y a i t u d e p a n , s a m p i n g , belakang,
berputar dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk
mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang
berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3,
berdasarkan tingkat energinya yaitu: trauma tusuk atau tembak dengan energi
rendah, berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki perdetik (seperti
pistol) dan trauma toraks oleh karena proyektil berenergi tinggi(senjata militer)
dengan kecepatan melebihi 3000 kaki per detik. Penyebab trauma toraks yang
lain oleh karena adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru bisa
menimbulkan pecah atau pneumotoraks (seperti pada scuba)

C. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,
(2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

Appendiks adalah ujung seperti


jari yang kecil, panjangnya kira-
kira 10 cm
(4 inchi), melekat pada
sekum tepat di bawah katup
ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan
diri secara teratur ke dalam
sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif
dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap
infeksi (Smeltzer & Bare,
2002). Apendisitis adalah
infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces),
hiperplasi jaringan limfoid, dan
cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis.
Erosi membran
mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti
Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006). Apendisitis
merupakan inflamasi apendiks
vermiformis, karena struktur
yang terpuntir,
appendiks merupakan tempat
ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi
Appendiks adalah ujung seperti
jari yang kecil, panjangnya kira-
kira 10 cm
(4 inchi), melekat pada
sekum tepat di bawah katup
ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan
diri secara teratur ke dalam
sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif
dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap
infeksi (Smeltzer & Bare,
2002). Apendisitis adalah
infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces),
hiperplasi jaringan limfoid, dan
cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis.
Erosi membran
mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti
Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006). Apendisitis
merupakan inflamasi apendiks
vermiformis, karena struktur
yang terpuntir,
appendiks merupakan tempat
ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi
Appendiks adalah ujung seperti
jari yang kecil, panjangnya kira-
kira 10 cm
(4 inchi), melekat pada
sekum tepat di bawah katup
ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan
diri secara teratur ke dalam
sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif
dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap
infeksi (Smeltzer & Bare,
2002). Apendisitis adalah
infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces),
hiperplasi jaringan limfoid, dan
cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis.
Erosi membran
mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti
Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006). Apendisitis
merupakan inflamasi apendiks
vermiformis, karena struktur
yang terpuntir,
appendiks merupakan tempat
ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi
Appendiks adalah ujung seperti
jari yang kecil, panjangnya kira-
kira 10 cm
(4 inchi), melekat pada
sekum tepat di bawah katup
ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan
diri secara teratur ke dalam
sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif
dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap
infeksi (Smeltzer & Bare,
2002). Apendisitis adalah
infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces),
hiperplasi jaringan limfoid, dan
cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis.
Erosi membran
mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti
Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006). Apendisitis
merupakan inflamasi apendiks
vermiformis, karena struktur
yang terpuntir,
appendiks merupakan tempat
ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi
D. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan
yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasandiikuti
dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative dari intratoraks. Proses ini
menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks
mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks.
Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru,
dan mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot
yang terkait (Sudoyo, 2009). Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal
dan dapat terisi oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim
paru termasuk paru – parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat
mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum termasuk jantung,
aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara
normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam
menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh.
Gangguanpada aliran udara dan darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya
dapat timbul akibat dari cedera toraks (Sudoyo, 2009).
E. Pathway

Trauma tajam atau


tumpul

Thoraks

Cedera jaringan lunak,cedera


Reabsobrsi
hilangnya darah oleh pleura
kontinuitas tidak
struktur
memadai/ tidak optimal

Perdarahan jaringan
interstitium,pendarahan intra
Ekspansi paru alveolar,kolaps arteri dan arteri-arteri Akumulasi cairan dalam
Trauma tumpul thoraks kavum pleura
kecil hingga tahanan perifer
pembuluh darah paru meningkat
Gangguan
Pemasangan WSD
ventilasi
Merangsang reseptor nyeri
pada pleura viseralis dan
Thorakdrains
Ketidakefektifan pola prietalis
nafas bergeser

Diskontuinitas
jaringan Merangsang reseptor
Nyeri pada verifer kulit
Nyeri akut

Resiko infeksi
Kerusakan Integritas kulit
F. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien disarankan untuk dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah dan
pemeriksaan radiologi yaitu foto rontgen toraks AP posisi supine
G. Penatalaksanaan

penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax,


yaitu :1. Bullow Drainage / WSDWSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum
dengan menggunakan pipa penghubung 
a. Pneumothoraks
b.  Hemothoraksc. Thorakotomyd. Efusi pleurae. EmfiemaPada trauma toraks, WSD dapat
berarti :a. DiagnostikMenentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh
dalam shock. b. TerapiMengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan
rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
 c. Preventive
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing”
tetap baik.
 2. Primary SurveyYaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai
denganmenggunakan teknik ABC (Airway, breathing, dan
circulation).3. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:a. Mempertahankan saluran napa
s yang paten dengan pemberian oksigen b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi
pasien4. Pemasangan infuse5. Pemeriksaan kesadaran6. Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat 
dilakukan massage jantung.7. Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology sepe
rti Foto thorak.
DAFTAR PUSTAKA

Banks P, Brown A Fractures of The Facial Skeleton. Wright; 2001. P. 40 – 2, 72 – 9

Killey HC. Fractures of The Middle Third of The Facial Skeleton, Third Edition. Bristol : Johhn

Wright and sons Ltd, 1977

Selvi, Zakiah, Intan. Fraktur Dentoalveolar. 2014. Jatinangor : FKG Universitas Padjajaran.

Namirah, Nurul. Prevalensi Fraktur Maksilofasial pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD

Andi Makasau Kota Pare – Pare tahun 2013. 2014. Makassar : FKG Universitas Hassanudin

Honorio, H. M., Alencar, C.R.B., Junior, E.S.P., Oliveira, D.S.B., Oliveira, G.C., dan

Rios, D., 2015, Posttraumatic Displacement Management: Lateral Luxation and

Alveolar Bone Fracture in Young Permanent Teeth with 5 Years of Follow-up, Hindawi

Publishing Corp., hal 1-6

Kademani, D., dan Tiwana, Paul., 2016, Atlas of Oral and Maxillofacial Surgery, Elsevier

Saunders, hal 677

Anda mungkin juga menyukai