Anda di halaman 1dari 20

SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan THT Referat

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

STRIDOR

Disusun Oleh:
Dian Kurnia Dwi Saputri 1810029037
Salahuddin Al- Ayubi 1810029044

Pembimbing:
dr. Moriko Pratiningrum, M.Kes., Sp. THT-KL

SMF/LABORATORIUM ILMU KESEHATAN THT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Stridor ini. Referat ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di
bagian Laboratorium Ilmu Kesehatan THT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
Penulisan referat ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Ika Fikriah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp.THT-KL selaku Ketua Program Pendidikan Profesi
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
3. dr. Moriko Pratiningrum, M.Kes., Sp. THT-KL selaku kepala
Laboratorium Ilmu Kesehatan THT RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda sekaligus pembimbing dalam penyusunan tugas ini yang telah
memberikan banyak waktu dan kesempatan untuk memberikan
bimbingan.
4. Kedua orang tua tercinta serta teman-teman dokter muda yang telah
mendukung, membantu, dan sudah berjuang bersama selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan referat ini, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak.
Samarinda, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ii
Halaman Sampul.......................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................................v
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II Tinjauan Putaka...........................................................................................3
2.1. Definisi....................................................................................................3
2.2. Anatomi...................................................................................................3
2.3. Patofisiologi.............................................................................................7
2.4. Etiologi....................................................................................................8
2.5. Diagnosis...............................................................................................11
2.6. Tata Laksana..........................................................................................15
BAB III Penutup....................................................................................................17
3.1. Kesimpulan............................................................................................17
3.2. Saran......................................................................................................17
Daftar Pustaka........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stridor adalah suara abnormal bernada tinggi yang dihasilkan oleh aliran
turbulensi udara, vibrasi di dalam struktur anatomi, atau penyempitan fungsional
sepanjang saluran napas tingkat supraglottis, glotis, subglottis, dan atau trakea.
Stridor merupakan gejala dan bukan diagnosis atau penyakit oleh karena itu
penyebab yang mendasari harus ditentukan.
Stridor dapat terjadi selama proses inspirasi maupun ekspirasi ataupun
keduanya tergantung dari penyebab yang mendasarinya, Stridor yang terjadi pada
saat inspirasi dinamakan sebagai stridor inspirasi, sedangkan jika terjadi pada saat
ekspirasi disebut sebagai stridor ekspirasi, dan apabila terjadi pada keduanya
dinamakan sebagai sstridor bifasik. Stridor inspirasi dapat terjadi apabila terdapat
gangguan diatas pita suara atau pada pita suara itu sendiri, stridor ekspirasi terjadi
apabila terdapat gangguan pada daerah tracheobronchialis atau intratorakal,
sedangkan stridor bifasik terjadi jika terdapat gangguan pada bawah pita suara
atau proksimal trakea.
Stridor merupakan gejala yang cukup sering terjadi pada anak-anak saat
terjadi obstruksi pada saluran pernapasan. Stridor harus dapat dibedakan dengan
stertor yang juga cukup sering terjadi pada anak. Perbedaan keduanya terletak
pada bunyi yang dihasilkan serta letak obstruksinya. Untuk bunyi stertor
cenderung akan bernada lebih rendah pada saat inspirasi dan disebabkan oleh
karena obstruksi pada daerah nasal atau nasofaring.
Oleh karena, stridor merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan di saluran pernapasan, maka diperlukan anamnesa yang baik
terhadap riwayat penyakit serta pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam
menunjang diagnosis. Dalam banyak kasus terkadang diperlukan endoskopi
saluran aerodigestif bagian atas untuk mengevaluasi etiologi dari stridor selain itu
pencitraan tambahan mungkin diperlukan juga untuk menemukan etiologi pasti
dari stridor.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan tugas ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca serta mendalami kasus yang ada di bagian Ilmu Kesehatan THT
khususnya mengenai stridor.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Stridor adalah napas berbunyi yang timbul karena adanya udara turbulensi
atau vibrasi dalam struktur anatomi atau oleh karena penyempitan fungsional
sepanjang saluran pernapasan, dari rongga mulut sampai distal bronkus selama
respirasi. Stridor yang terjadi pada saat inspirasi disebut dengan stridor inspirasi
dan stridor yang terjadi pada saat ekspirasi disebut dengan stridor ekspirasi
sedangkan stridor yang terjadi pada saat inspirasi dan ekspirasi disebut stridor
bifasik. Empat penyebab tersering penyebab gagal napas pada obstruksi saluran
napas atas yang dapat menimbulkan stridor yaitu, benda asing (tersedak kacang,
aspirasi makanan), epiglotitis (peradangan pita suara), sindrom croup, dan
laringomalasia (Gerdung & Lewis, 2009).
Stridor dapat berasal dari salah satu bidang udara yang berbeda, yang bisa
dibagi menjadi 3 zona yaitu zona supraglottic, yang meliputi faring, zona trakea
ekstrathoraks, yang meliputi glotis, daerah subglotis, dan trakea proksimal serta
zona trakea intrathoraks, yang dapat meluas ke bronkus primer dan sekunder
(Maria & Needleman, 2015).

2.2. ANATOMI
Faring
Faring memiliki 3 bagian yang terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang
berhubungan langsung dengan rongga hidung, kemudian dilanjutkan dengan
orofaring dan terakhir adalah laringofaring. Nasofaring merupakan suatu rongga
dengan dinding kaku diatas, belakang dan lateral, yang secara anatomi termasuk
bagian faring. Ke anterior berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan
tepi belakang septum nasi, sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan yang
sering timbul, sedangkan bagian belakang nasofaring berbatasan dengan
nasofaring berbatasan dengan ruang retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-otot
dinding faring. Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba eustakius.

3
Atap nasofaring dibentuk dari basis sphenoid dan dapat dijumpai sisa jaringan
embrionik yang disebut dengan kantung ranthke. Diantara atap nasofaring dan
dinding posterior terdapat jaringan limfoid yang disebut adenoid (Ethel Sloane,
2003).
Orofaring yang merupakan bagian kedua faring, setelah nasofaring,
dipisahkan oleh otot membranosa dan palatum lunak. Yang termasuk bagian
orofaring adalah dasar lidah (1/3 posterior lidah), valekula, palatum, uvula,
dinding lateral faring termasuk tonsil palatina serta dinding posterior faring.
Laringofaring merupakan bagian faring yang dimulai dari lipatan
faringoepiglotika kearah posterior, inferior terhadap esofagus segmen atas (Ethel
Sloane, 2003).

Laring
Laring terletak setinggi servikal-6, berperan pada proses fonasi dan
sebagai katup untuk melindungi saluran respiratori bawah. Organ ini terdiri dari
tulang dan kumpulan tulang rawan yang disatukan oleh ligamen dan ditutupi oleh
otot dan membran mukosa (Sobotta, 2010).

Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tiroidea, dan beberapa otot kecil, dan di depan laringofaring dan bagian
atas oesophagus. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa

4
kartilago yang berpasangan ataupun tidak. Di sebelah superior terdapat os
hioideum. Meluas dari masing-masing sisi bagian tengah os hioideum adalah
suatu prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke superior. Tendon dan otot-
otot lidah mandibula dan kranium, melekat pada permukaan superior korpus dan
kedua prosesus. Saat menelan, kontraksi otot-otot ini akan mengangkat laring. Di
bawah os hioideum dan menggantung pada ligamentum tiroideum adalah dua alae
atau sayap kartilago tiroidea. Kedua alae menyatu di garis tengah pada sudut yang
lebih dulu dibentuk pada pria, lalu membentuk jakun (Adam apple). Pada tepi
posterior masing-masing alae, terdapat kornu superior dan inferior. Artikulatio
kornu inferius dengan kartilago krikoidea, memungkinkan sedikit pergeseran atau
gerakan antara kartilago tiroidea dengan kartilago krikoidea (Pearce & Evelyn,
2009).
Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea,
masing-masing berbentuk sepeerti pyramid bersisi tiga. Tiap kartilago aritenoidea
menmpunyai dua prosesus, prosesus vokalis anterior dengan prosesus muskularis
lateralis. Ligamentum vokalis meluas ke lanterior dari masing-masing prosesus
dan berinsersi ke dalam kartilago tiroidea di garis tengah. Prosesus vokalis
membentuk dua perlima bagian belakang dari korda vokalis, sementara
ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang
dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara
membentuk glottis. Bagian laring di atasnya disebut supraglotis dan di bawahnya
subglotis (Pearce & Evelyn, 2009).
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang
berbentuk seperti bat pingpong. Pegangan melekat melalui suatu ligamentum
pendek pada kartilago tiroidea tepat di atas korda vokalis, sementara bagian
racquet meluas ke atas di belakang korpus hioideum ke dalam lumen faring,
memisahkan pangkal lidah dan laring. Epiglottis adalah kartilago yang berbentuk
daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis dewasa umumnya
sedikit cekung pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian orang
dewasa, epiglottis jelas melengkung dan disebut epiglottis omega atau juvenilis.
Fungsi epiglottis sebagai lunas yang mendorong makanan yang ditelan ke

5
samping jalan nafas laring. Selain itu, laring juga disokong oleh jaringan elastik
(Pearce & Evelyn, 2009).
Plika ariepiglotika, berjalan ke belakang dari bagian samping epiglottis
menuju kartilago aritenoidea, membentuk batas jalan masuk laring. Kartilago
krikoidea adalah kartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar di
belakang. Terletak dibawah kartilago tiroidea, berhubungan melalui membrana
krikotiroidea. Kornu inferior kartilago tiroidea berartikulasi dengan kartilago
tiroidea pada setiap sisi (Pearce & Evelyn, 2009).
Dua pasang saraf mengurus laring, dengan persarafan sensorik dan
motorik. Dua saraf laringeus superior dan dua inferior atau laringeus rekurens,
saraf laringeus merupakan merupakan cabang-cabang saraf vagus. Saraf laringeus
superior meninggalkan trunkus vagalis tepat di bawah ganglion nodosum,
melengkung ke anterior dan medial dibawah arteri karotis eksterna dan interna,
dan bercabang menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik
eksterna. Cabang interna menembus membrana tirohioidea untuk mengurus
persarafan sensorik valekula, epiglottis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa
laring superior interna (Pearce & Evelyn, 2009).
Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan suplai
sarafnya. Arteri dan vena laringea superior merupakan cabang-cabang arteri dan
vena tiroidea superior, dan keduanya bergabung dengan cabang interna saraf
laringeus superioruntuk membentuk pedikulus neurovaskuler superior. Arteri dan
vena laringea inferior berasal dari pembuluh darah tiroidea inferior dan masuk ke
laring bersama saraf laringeus rekurens. Penegtahuan mengenai drainase limfatik
pada laring adalah penting pada terapi kanker. Terdapat dua sisitem drainase
terpisah, superior dan inferior dimana garis pemisah adalah korda vokalis sejati
(Sobotta, 2010)
Ada beberapa perbedaan anatomis antara jalan napas anak dan orang
dewasa yang membuat mereka rentan. Pada anak, laring terletak tinggi di leher
dengan epiglotis yang terletak di belakang palatum. Struktur faring berada dalam
jarak lebih dekat dibandingkan dengan orang dewasa dan tulang hyoid lebih
tinggi. Pada bayi, subglottis adalah bagian yang sempit dari jalan napas, sehingga

6
membentuk suatu kerucut berbeda dan bentuk tabung pada orang dewasa. Hal ini
penting karena sedikit trauma atau peradangan dapat sangat mengurangi patensi
jalan napas. Hanya 1mm edema di pediatrik saluran napas trakea dapat
mengurangi luas penampang menjadi 44% dari normal. Demikian pula, 1mm
edema pada laring masuk segitiga dapat mengurangi luas penampang 35% dari
normal.
Secara fungsional, perbedaan anatomi berhubungan dengan jalan napas
bayi membuat pemisahan antara jalan napas dan saluran pencernaan dengan
gerakan udara yang didominasi transnasal. Sebagai anak yang tumbuh laring
turun, pharynx menjadi lebih besar untuk memfasilitasi produksi berbicara dan
menghasilkan saluran umum untuk makanan dan saluran udara. Pada gilirannya,
hal ini meningkatkan resiko untuk benda asing, makanan, dan isi lambung untuk
memasuki jalan napas.

2.3.PATOFISIOLOGI
Stridor dihasilkan oleh aliran udara turbulensi yang melalui saluran nafas
yang lebar. Hal ini terjadi ketika volume udara pernafasan normal bergerak
melalui saluran nafas yang sempit, yang akan menghasilkan aliran normal
(luminar) menjadi turbulen (Mellis C. 2009).

7
Diameter saluran napas atas yang paling sempit adalah pada bagian trakea
dibawah laring (subglottic trachea). Adanya spasme dan edema akan
menimbulkan obstruksi saluran napas atas. Adanya obstruksi akan meningkatkan
kecepatan dan turbulensi aliran udara yang lewat. Saat aliran udara ini melewati
plica vocalis dan arytenoepiglottic folds, akan menggetarkan struktur tersebut
sehingga akan terdengar stridor. Awalnya stridor bernada rendah (low pitched),
keras dan terdengar saat inspirasi tetapi bila obstruksi semakin berat stridor akan
terdengar lebih lemah, bernada tinggi (high pitched) dan terdengar juga saat
ekspirasi (Benson, 2018).
Stridor umumnya disebabkan oleh obstruksi jalan napas antara hidung dan
saluran napas atas. Obstruksi pada hidung atau faring dapat menghasilkan suara
snoring atau gurgling. tempat obstruksi menentukan kualitas suara yang
dihasilkan oleh aliran nafas turbulen yang melewati jalan nafas yang sempit.
Aliran napas turbulen di laring atau saluran napas atas menghasilkan suara stridor.
Udem dan inflamasi pada daerah subglotis menghasilkan stridor inspirasi. Dimana
obstruksi dibawah kartilago krikoid bisa menyebabkan stridor inspirasi dan
ekspirasi (Mellis C. 2009).
Saluran napas atas pada bayi dan anak lebih rentan mengalami obstruksi
karena anatomi anak dan dewasa berbeda. Lidah anak relatif lebih besar, dan
epiglotis tidak kaku dan berbentuk seperti omega (Ω). Sudut yang dibentuk antara
epiglotis dan glotis lebih kecil pada anak, yang mana membuat pengaturan jalan
napas lebih sulit. Struktur kartilago kurang kaku pada bayi. Hal inilah yang
menyebabkan penyempitan jalan napas dan aliran udara yang turbulen. Hal ini
terjadi lebih sering pada anak karena cincin trakea bentuknya kurang baik. Selain
itu ukuran jalan napas yang lebih kecil pada anak membuat tahanan aliran udara
lebih besar ketika ada obstruksi (Mellis C. 2009).

2.4 ETIOLOGI
Tabel 1. Penyebab Stridor Akut (Maria & Needleman, 2015).
Benda asing Paling sering terjadi pada anak usia 13
tahun, onset tiba-tiba dengan gejala

8
batuk, stridor, dan wheezing.
Viral croup (laryngotracheobronchitis) Paling sering disebabkan oleh virus
parainfluenza, influenza tipe A dan B,
infeksi virus respiratorik sinsitial
maupun rhinovirus. Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan hingga 6 tahun
dengan gejala menyerupai infeksi
saluran pernapasan atas, terkadanga
disertai dengan adanya demam yang
tidak terlalu tinggi dan barking cough.
Epiglottitis Paling sering disebabkan
olehHaemophilus influenzae type B,
sering terjadi pada anak usia 2 sampai
7 tahun dengan puncak insidensi
tersering pada anak usia 3 tahun.
Insidensi dapat menurun dengan
pemberian vaksin H.Influenzae tipe B
Bacterial Tracheitis Sering disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, H.influenzae
tipe B, dan moraxella catarrhalis.
Spasmodic croup (Laringitis spasmodik Sering terjadi pada malam hari karena
akut) adanya faktor pencetus alergi, faktor
psikologis maupun gastroesophageal
reflux
Laryngeal papillomatosis Disebabkan karena transmisi dari
Human papillomavirus (HPV),
merukan neoplasma laring yang paling
sering terjadi pada anak.
Intubasi, trauma Dapat menyebabkan stenosis
laringotrakeal, edema subglotis dan
laringospasme.
Psikogenik stridor Dapat disebabkan karena adanya stres
emosional maupun gangguan konversi.

9
Tabel 2. Penyebab Stridor Kronik (Maria & Needleman, 2015).
Laryngomalacia Paling sering menyebabkan stridor
kongenital, stridor inspirasi dengan onset
2 minggu setelah kelahiran.
Faktor eksaserbasi: saat menyusui, posisi
supinasi, saat gelisah.
Dapat membaik secara spontan pada usia
12 hingga 24 bulan (terapi konservatif).
Pasien dengan sianosis rekuren,
hipoksemia ataupun apnea merupakan
indikasi untuk dilakukan koreksi
pembedahan.
Malformasi nasal dan faring Atresia/stenosis choana, massa intranasal
Laryngeal web Paling sering terjadi pada area glottis,
biasanya terjadi stridor bifase
Complete webs dapat menyebabkan
distress pernapasan
Partial webs dapat menimbulkan
stridor, tangisan yang lemah dan
beberapa dapat pula menyebabkan
adanya distress pernapasan
Vocal cord paralysis Stridor inspirasi, kemungkinan karena
idiopatik, iatrogenik ataupun adanya
kelainan neurologis.
Kista Subglotis Jarang terjadi, biasa terjadi karena
adanya riwayat intubasi; Stridor bifase.
Dapat teridentifikasi dengan direct
laryngotracheobronchoscopy.
Stenosis subglotis Kongenital atau didapat setelah
diintubasi. Biasa terletak 2-3 mm
dibawah glotis
Hemangioma subglotis Stridor bifase, biasa terjadi pada anak

10
usia 6 bulan hingga 6 tahun. Berkaitan
dengan adanya hemangioma pada
anggota tubuh lain
Gastroeshophageal reflux Dapat disertai dengan stridor, dapat
memberat menjadi laryngomalacia dan
menyebabkan laryngospasme
Malformasi vaskular Adanya gambaran kompresi pada
esophagram

2.5. DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dapat membantu dalam
evaluasi stridor, baik kronis maupun akut, dan dapat membedakan anak-anak yang
memerlukan evaluasi ketat. Anamnesis harus mencakup riwayat kelahiran, onset
stridor, perubahan dengan posisi dan tidur, riwayat adakah refluks pada saat
menyusui, masalah makan, dan episode apnea atau sianosis. (Escobardan
Needleman, 2015). Beberapa informasi penting dapat ditanyakan dalam menggali
riwayat penyakit pasien untuk membantu dalam mengevaluasi dan menentukan
etiologi penyakit seperti yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 3. Informasi dan Riwayat penyakit yang dibutuhkan untuk Evaluasi Stridor
pada Anak (Leung dan Cho, 2015)
Data dan Riwayat penyakit Kemungkinan etiologi
Umur
Neonatus Paralisis pita suara, kel. Congenital, mis. Atresia
koana, laryngeal web, vascular ring
4 – 6 minggu Laringomalacia
1 – 4 tahun Croup, epiglottitis, aspirasi benda asing
Kronisitas
Akut Aspirasi benda asing, infeksi, mis. Croup,
epigotitis, difteri
Kronik, berulang Laryngomalacia, laryngeal web atau
larynogotracheal stenosis
Faktor pencetus

Memburuk saat berteriak atau Laryngomalacia, subglottic hemangioma

11
menangis
Memburuk saat posisi supinasi Laryngomalacia, tracheomalacia, macroglossia,
micrognathi
Memburuk malam hari Viral atau spasmodic croup
Memburuk saat menyusu Tracheoesophageal fistula, tracheomalacia,
gangguan neurologic , vascular compression
Didahului infeksi respiratorik Croup, bacterial tracheitis
akut
Tersedak Aspirasi benda asing, tracheoesophageal fistula
Gejala yang berhubungan
Barking cough/batuk Croup
menggonggong
Brassy cough Tracheal lesion
Drooling Epiglottitis, foreign body in esophagus,
retropharyngeal atau peritonsillar abscess
Tangisan lemah Laryngeal anomaly atau neuromuscular disorder
Muffled cry Supraglottic lesion
Hoarseness/suara serak Croup, vocal cord paralysis
Snoring / mendengkur Adenoidal atau tonsillar hypertrophy
Disfagia Lesi supraglottic
Riwayat penyakit sebelumnya
Endotracheal intubation Vocal cord paralysis, laryngotracheal stenosis
Birth trauma, perinatal Vocal cord paralysis
asphyxia, cardiac problem
Atopy Angioneurotic edema, spasmodic croup
Riwayat Keluarga
Down syndrome Down syndrome
Hypothyroidism Hypothyroidism
Riwayat Psikososial
Psychosocial stress Psychogenic stridor

Pemeriksaan fisik harus mencakup pengamatan terperinci mengenai


keadaan umum, pola pernapasan pasien dengan perhatian khusus terhadap
kualitas stridor, tingkat distress pernapasan, penggunaan otot aksesori, dan
retraksi. Posisi tubuh dan kepala juga harus dilakukan pemeriksaan secara hati-
hati, termasuk rongga hidung, faring, palatum durum dan mole, serta lidah untuk
mengidentifikasi kemungkinan lokasi penyumbatan. Wajah harus dievaluasi untuk
kemungkinan adanya micrognathia dan bukti lain dari adanya sindrom genetik.

12
Seluruh kulit juga harus diperiksa untuk mendeteksi adanya hemangioma
kutaneous yang dapat menyebabkan penyumbatan jalan nafas. (Escobar dan
Needleman, 2015).
Beberapa hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan bisa digunakan untuk
mengevaluasi dan dapat memberikan gambaran kemungkinan etiologi dari
munculnya stridor pada anak seperti yang tercantum pada Tabel 4
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik pada Evaluasi Stridor pada Anak. (Leung dan Cho,,
2015)
Pemeriksaan Fisik Kemungkinan Etiologi
Keadaan Umum
Sianosis Kel. jantung, hipoventilasi dengan
hipoksia
Demam Infeksi
Toksik Epiglottitis
Takikardi Gagal jantung
Bradikardi Hipotiroid
Kualitas stridor
Stridor inspirasi Obstruksi di atas glottis
Stridor ekspirasi Obstruksi pada atau di bawah trakea
Stridor bifasik Lesi glottic atau subglottic
Posisi anak
Hiperekstensi leher Obstruksi ekstrinsik pada atau di atas
laring
Leaning over, drooling Epiglottitis
Stridor berkurang saat telungkup Laryngomalacia
Pemeriksaan dada
Fase inspirasi memanjang Obstruksi laring
Fase ekspirasi memanjang Obstruksi trakea
Aliran udara berkurang uilateral Benda asing pada bronkus ipsilateral
Gejala yang berhubungan
Aritmia, bising jantung, bunyi Kelainan struktur jantung
jantung abnormal
Cutaneous hemangiomas Subglottic hemangioma
Peripheral neuropathy Vocal cord paralysis
Urticaria/angioneurotic edema Angioneurotic edema

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu dalam mencari


penyebab timbulnya stridor. Pemeriksaan radiologi rontgen thorax dapat

13
digunakan untuk membantu mendeteksi adanya benda asing ataupun adanya
pembengkakan subglotis. Esophagography baik digunakan untuk mendeteksi
adanya cincin vaskular. Bronchoscopy sering kali dapat digunakan untuk
mendiagnosis pasien dengan stridor kronik. Fiber-optik laringoskopi dapat
dilakukan dengan untuk mendeteksi adanya laryngomalacia. (Escobar dan
Needleman, 2015).

2.6. TATA LAKSANA


Terlepas dari penyebabnya, stridor menunjukan sumbatan jalan napas yang
mencapai nilai kritis minimal 50% dari lumen saluran nafas. Pasien dengan stridor
berisiko tinggi mengalami kegagalan pernafasan dan kematian dan memerlukan
stabilisasi awal untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi. Tingkat tekanan
respirasi tergantung pada apakah obstruksi jalan nafas sebagian telah berkembang
secara bertahap (misalnya tumor laring) atau dengan cepat (misalnya epiglotitis
akut). Jika tidak segera diselesaikan di unit gawat darurat, pasien memerlukan
transfer ke ICU atau tindakan operasi. Langkah darurat untuk mengamankan jalan
nafas harus didahulukan dibandingkan intervensi lain. Pilihan pengelolaan jalan
nafas yang utama diantaranya adalah :
1. Trakeostomi dengan anestesi lokal
2. Induksi inhalasi anestesi dan intubasi trakea (atau trakeostomi di bawah
pengaruh anestesi umum jika anatomi sulit untuk divisualisasikan dan
sementara pasien masih bisa mempertahankan ventilasi spontan yang
adekuat). (Zochios dkk, 2015).
Selain prosedur trakeostomi, stridor bisa diatasi dengan tindakan lain
tergantung penyebabnya. Beberapa penyebab beserta tatalaksananya dapat
terlihat pada tabel 5.

Tabel 5.Penyebab stridor dan tatalaksananya (Selvam et al, 2017)


Penyebab Pengobatan
Laringomalasia, Epiglottitits Pengobatan konservatif
akut, Laringotrakeobronkitis,

14
selulitis pada leher
Atresia koana Dilatasi serial
Web subglottis, sindrom pierre Trakeostomi
robin, paralisis pita suara
Higomakistik Debulking dan injeksi bleomycin
local
Kista pada lidah kista epiglottis Marsupialisasi
Fistula trakeaesofageal Repair fistula
Benda asing pada bronkus Bronkoskopi rigid dan pengambilan
benda asing
Papillomatosis laryngeal rekuen Eksisi mikrolaringeal
Abses retrofaringeal Insisi dan drainase
Benda asing pada kriko faring Esofagoskopi dan pengambilan benda
asing
Difteri Intubasi, toksoid anti difteri dan
antibiotic
Pseudoaneurisma pada arkus Repair dengan bypass kardiopulmonal
aorta

15
BAB III
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Stridor merupakan salah satu bunyi pernapasan abnormal yang dapat terjadi
pada anak-anak maupun orang dewasa. Stridor sering terjadi pada anak dengan
berbagai penyebab baik akut maupun kronik. Stridor sendiri dapat terjadi pada
fase inspirasi, ekspirasi, maupun pada kedua fase inspirasi maupun ekspirasi.
Stridor merupakan suatu gejala yang harus divari penyebab yang
mendasarinya. Diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk
dapat menentukan kemungkinan diagnosis yang dapat ditegakkan. Jika
diperlukan, dapat di lakukan pemeriksaan penunjang berupa radiologi maupun
endoskopi pada pasien.
Penatalaksaan pada pasien dengan stridor terpenting adalah berupa
mempertahankan jalan napas tetap adekuat dan jika kegawatan pada pasien telah
teratasi maka dapat dilanjutkan dengan menghilangkan faktor penyebab stridor
pasien.

5.2. Saran
Pada kondisi pasien dengan stridor diperlukan evaluasi klinis yang tepat
serta menentukan derajat kegawat daruratan pada pasien sehingga mampu
melakukan penatalaksanaan pada pasien secara cepat dan tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Escobar ML dan Needleman J. 2015. Stridor. Maimonides Infants and Children’s


Hospital, Brooklyn, NY.36(3) pp 135-37.

Gerdung, C., & Lewis, M. (2009). Evaluation of Stridor. Pediatric for Medical
Student, 1-8.
Leung AKE, Cho H. 2015. Diagnosis of Stridor In Children. American Family
Physician, Canada 15;60(8):2289-96

Maria, L. E., & Needleman, J. (2015). Pediatric review. American Academy of


Pediatric, 36. Retrieved November 20, 2018, from
https://pedsinreview.aappublications.org/content/36/3/135.full-text.pdf
Mellis C. 2009. Respiratory Noises: How Useful areThey Clinically?, Dalam:
Chang AB. Pediatric Clinics of North America. Mosby Elsevier pp; 1–
16.

PflegerA, Eber A. 2015. Assesment and cause of stridor, Paediatric Respiratory


Reviews. http://dx.doi.org/10.1016/j.prrv.2015.10.003 . pp 1-29

Pearce, C. & Evelyn, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia.

Selvam, D. K. et al. 2017. ‘A study on paediatric stridor causes and management :


case series’, 3(4), pp. 1031–1035.

Sobotta. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. Jakarta : EEG Penerbit
Buku Kedokteran.

Zochios V, Protopapas AD dan Valchanov K. 2015. Stridor In Adult Patients


Presenting From The Community : An Alarming Clinical Sign. Journal
of the Intensive Care Society.

17

Anda mungkin juga menyukai