Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh:
WURI NOVIAR HAMDANI
NIM. 1710029076
Pembimbing:
dr. Yetty Hutahean, Sp.S
1
REFERAT
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Ilmu Penyakit Saraf
1710029076
Menyetujui,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan referat yang
berjudul “Assessment dan Tatalaksana Stroke Iskemia Akut ”.
Saya menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepadadr. Yetty Hutahean, Sp.S, sebagai dosen pembimbing
klinik selama di stase Ilmu Penyakit Saraf.
Akhir kata, ”Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
3
Daftar Isi
BAB 1 ........................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................... 1
2.7 Tatalaksana....................................................................................................... 10
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut PERDOSSI, Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau
seluruh fungsi neurologis( defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara
mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai
darah (Stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (Stroke
perdarahan). Sedangkan Stroke Iskemik merupakan kumpulan gejala defisit
neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang
mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim
otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan
imaging dan/atau patologi (PERDOSSI, 2016).
Di Dunia, Cerebrovaskular accident (Stroke) merupakan penyebab kematian
kedua dan penyebab kecacatan tertinggi ketiga di seluruh dunia. Penyebab 70% kasus
stroke dan 87% kematian akibat stroke terjadi di negara-negara berkembang atau
berpenghasilan rendah . Kasus pada negara berkembang meningkat lebih dari dua kali
lipat dan kasus stroke pada negara maju telah menurun 42% (WHO, 2016). Di
Indonesia, Prevalensi Stroke meningkat dari 7% pada tahun 2013 menjadi 10,9%
pada tahun 2018. Usia terbanyak pada kelompok usia 75 tahun keatas. Menurut jenis
kelamin yang terbanyak ialah pada laki-laki (KEMENKES, 2018).
Menurut PERDOSSI, Stroke menurut gangguan peredarannya dibagi menjadi
2 yaitu Stroke Hemoragik (pecahnya pembuluh darah secara spontan) dan Stroke
Iskemik (gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah). Menurut
etiologinya, Stroke Iskemik dibagi menjadi 3 stroke aterotrombotik, kardioembolik
dan lakunar (PERDOSSI, 2016). Pada stroke emboli, jenis stroke iskemik yang
disebabkan oleh bekuan darah yang sebabkan proses emboli. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Pada Stroke trombosis
adalah stroke yang disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi akibat
5
pembentukan trombus. Stroke lakunar merupakan sindrom stroke klinis dengan gejala
dan tanda khusus yang merupakan lesi kecil pada subkorteks atau batang otak (Munir,
2017). Biasanya pada stroke lakunar tanpa gejala (asimtomatis) atau dengan gejala
sindrom lakunar (simtomatis) (Irfana, 2017). Penatalaksanaan stroke iskemik perlu
melihat etiologi dari penyebab stroke iskemik itu sendiri. Pada Referat ini saya akan
menjelaskan asessment dan tatalaksana pada stroke iskemik akut menurut etiologi
atau penyebabnya.
1.2 Tujuan
Tujuan umum pembuatan refarat ini adalah untuk mengetahui asessment dan
tatalaksana stroke iskemik akut berdasarkan teori yang ada, serta diharapkan dapat
menambah wawasan penulis tentang materi dan tata cara melakukan penulisan refarat
secara baik dan benar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis
(defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih
dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik)
atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan) (PERDOSSI,
2016). Sedangkan pada Stroke Iskemik Kumpulan gejala defisit neurologis akibat
gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau
medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh
darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau
patologi.
Seluruh kasus stroke, angka kejadian stroke iskemik mencapai 87%
dibandingkan dengan stroke hemoragik. Stroke juga merupakan penyebab morbiditas
nomor satu dan mortalitas nomor dua di dunia (WHO, 2016).
2.2 Etiologi
Stroke terbagi menjadi 2, Stroke hemoragik dan Stroke Iskemik. Stroke
Hemoragik terbagi menjadi 3 yaitu Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan
subarahnoid, Perdarahan intrakranial karena kausal Arteri Vena Malformasi (AVM).
Pada Stroke Iskmik terbagi menjadi 3 yaitu aterotrombolitik, kardioembolik dan
lakunar (PERDOSSI, 2016).Stroke Trombosis adalah stroke yang disebabkan oleh
karena adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan trombus. Oklusi terjadi baik
karena trombus yang terbentuk langsung atau trombus dari pembuluh darah lain
selain otak. Trombus ini bisa terlepas dari dinding pembuluh darah dan disebut
tromboemboli. Trombosis dan tromboemboli memegang peranan penting dalam
patogenesis stroke iskemik. Emboli adalah pembentukan bekuan darah atau fibrin di
dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh darah vena atau arteri dan
1
menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan lokal. Lokasi dapat di pembuluh darah
arteri atau vena. Pada stroke emboli terjadi karena bekuan darah yang disebabkan
proses emboli. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-
30 detik. Sumber emboli antara lain (Munir, 2017):
Atrial Fibrilasi
Penyakit jantung rematik : Mitral Stenosis
Pasca Infark Miokard
Vegetasi pada katup jantung pada bakteri atau marantic endokarditis
Katup Jantung prostetik
2. Operasi jantung terbuka atau atheromas di arteri leher atau di arkus aorta. Setelah
invasif pada kardiovaskular (misalnya, kateterisasi).
2.3 Patofisiologi
Sistem saraf Pusat memiliki kebutuhan energi yang sangat tinggi yang hanya
dapat disediakan oleh suplai substrat metabolik yang terus-menerus dan tidak
terputus. Pada keadaan normal, energi tersebut semata-mata berasal dari metabolisme
aerob glukosa otak tidak memiliki persediaan energi untuk digunakan. Selama terjadi
gangguan penghantaran potensial substrat. Jika neuron tidak mendapatkan glukosa
dan oksigen dalam jumlah cukup, fungsi neuron akan menurun dalam beberapa detik
(Baehr, 2016).
2
2.3.1 Patofisiologi Stroke Iskemik akibat Trombus
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus willisi dan
sirkulus posterior). Trombus yang menyumbat arteri serebral dan menyebabkan
iskemia pembuluh darah di wilayah sekitarnya. Mekanisme cedera neuron pada
tingkat sel diakibatkan oleh hipoksia atau anoksia. Cedera neuron akibat iskemia
merupakan suatu proses biokimia yang aktif yang senantiasa berkembang,
kekurangan oksigen dan glukosa akan menguras energi sel yang tersimpan untuk
mempertahankan potensial membran dan gradient ion transmembran. Kalium yang
keluar dari sel akan memicu depolarisasi masuknya kalsium dan juga memicu
pelepasan glutamat melalui glia glutamat transporter. Sinaptic glutamat akan
mengaktivasi excitatory amino acid receptors bergabung dengan kalsium dan natrium
ion channel. Influx kalsium dalam post sinap yang berlebihan ini akan mengakibatkan
depolarisasi dan edema akut. Influx kalsium yang melebihi batas akan mengakibatkan
aktivasi enzim-enzim yang dependent kalsium (protease, lipase, nuclease). Enzim
tersebut bersama hasil metabolismenya, seperti eicosanoids dan radikal bebas akan
mengakibatkan pemecahan plasma membran dan elemen sitoskeletal yang akan
berkibat pada kematian sel. Urutan kejadian tersebut dikenal dengan istilah
excitotoxicity karena peran excitatory asam amino seperti glutamat (Munir, 2017).
3
Saat emboli mencapai sirkulasi serebri, akan menyebabkan obstruksi arteri
yang memvaskularisasi otak tersebut sehingga terjadi iskemi pada neuron dan
pembuluh darah dalam area iskemi itu. Berlawanan dengan trombi, emboli lemah
dalam berikatan dengan dinding vaskuler dan umumnya bermigrasi ke distal. Saat
terjadi reperfusi pada arteriol dan kapiler yang mengalami kerusakan, menyebabkan
perdarahan pada area yang mengalami infark. Hal ini lebih sering berkaitan dengan
kardioemboli daripada penyebab stroke iskemik lainnya. Dampak neurologis dari
stroke emboli tidak hanya bergantung pada wilayah pembuluh darah yang tersumbat
tetapi juga pada kemampuan embolus menyebabkan vasospasme dan bertindak
sebagai iritan di vaskuler. Vasospasme dapat terjadi di segmen pembuluh darah di
mana terdapat embolus atau dapat melibatkan seluruh cabang arteri. Vasospasme
cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda, mungkin karena pembuluhnya yang
lebih lentur dan kurang aterosklerotik (Munir, 2017).
4
Gambar 2.2 Stroke Emboli
5
b. Arteri Cerebri Media
Koma
Hemiparase kontra lateral
Ketidakmampuan membaca (aleksia)
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
e. Sistem Vertebrobasiler
6
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya, ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan bola
mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis),
kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan
kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
Gangguan pendengaran.
Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
2.5 Diagnosis
A. Anamnesis
• Gangguan atensi
7
• Gangguan memory
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Vital Sign, kualitas suara jantung dan adanya murmur. Pemeriksaan
kelainan jantung seperti disritmia jantung (contoh: fibrilasi atrium), adanya bising
jantung (contoh: Stenosis mitral), gagal jantung kongestif( contoh setelah miokard
infark akut).
• Penurunan GCS
• Kelemahan motorik
• Defisit sensorik
• Gangguan otonom
• Gangguan neurobehavior
4. Pemeriksaan Penunjang
8
HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan
cairan serebrospinal (PERDOSSI, 2011).
Pemeriksaan Radiologis: CT-Scan kepala ( gambaran infark luas), MRI dan
MRA.
Pemeriksaan EKG 12 lead untuk mendeteksi pasien yang diduga adanya AF
dan akut miokard infark.
Pemeriksaan score framingham dan score CHADS2, digunakan untuk
memprediksi resiko stroke pada pasien dengan AF.
Pemeriksaan foto thorak
Pemeriksaan Echocardiografi.
Trombosis Emboli
9
menurun, mungkin ada struktur jaringan-setidaknya
periode waktu yang pusat infark.
memanjang saat jaringan
otak yang berisiko
mengalami kekurangan darah
yang dibutuhkannya untuk
berfungsi normal, tetapi
masih menerima suplai darah
yang mencukupi untuk
mempertahankan
metabolisme strukturalnya
2.7 Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
10
b. Tatalaksana Hipertensi
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan
darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic (TDD) >120 mmHg.
Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik (rtPA), tekanan
darah diturunkan hingga TDS < 185 mmHg dan TDD < 110mmHg. Selanjutnya,
tekanan darah harus dipantau hingga TDS < 180mmHg dan TDD < 105 mmHg
selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan adalah
labetolol, nitropaste, nitroprusid, atau dilitiazem intravena. Penanganan nyeri
termasuk upaya penting dalam penurunan tekanan darah pada penderita stroke
perdarahan intraserebral. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat
beta (labetalol dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem)
intravena, digunakan dalam upaya diatas. h. Hidralasin dan nitroprusid sebaiknya
tidak digunakan karena mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, meskipun
bukan kontraindikasi mutlak. Calcium Channel Blocker (nimodipin) telah diakui
dalam berbagai panduan penatalaksanaan PSA karena dapat memperbaiki keluaran
fungsional pasien apabila vasospasme serebral telah terjadi. Pandangan akhir-akhir
ini menyatakan bahwa hal ini terkait dengan efek neuroprotektif dari nimodipin.
Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga lebih
rendah dari target di atas pada kondisi tertentu yang mengancam target organ lainnya,
misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal ginjal akut dan
ensefalopati hipertensif. Target penurunan tersebut adalah 15-25% pada jam pertama,
dan TDS 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama (PERDOSSI, 2011).
11
ACEI ACE inhibitor 0,625-1,25 mg Awitan < 15 Durasi lama (6
IV selama 15 menit jam), disfungsi
Enalaprilat* menit renal
12
Vasodilator 1.NO terkait 1.2,5-10 mg IV 1.- 1.Serum-
langsung dengan mobilisasi bolus (sampai sickness like,
kalsium dalam 40 mg) 2. Awitan cepat drug induced
1.Hidralasin otot polos (2 menit), lupus, durasi
2. 30-60 mg IV durasi singkat lama (3-4 jam),
2. Tiopental* 2.Aktivasi (5-10 menit) awitan lambat
reseptor GABA 3. 1-5 mg/menit (15-30 menit)
3. Trimetafan* IV 3. Awitan
3.Blockade segera, durasi 2. Depresi
4. Fenoldipam* ganglionik 4.0,001-1,6 singkat (5-10 miokardial
µg/kg/menit IV; menit)
5.Sodium 4. Agonis DA-1 tanpa bolus
nitropusid* 3.
dan reseptor α2 4. Awitan <15 Bronkospasme,
5.0,25-10 menit, durasi retensi urin,
6. Nitrogliserin 5.Nitrovasodilator µg/kg/menit IV 10-20 menit siklopegia,
6.Nitrovasodilator 6.5-100 midriasis
5. Awitan
µg/kg/menit IV segera, durasi 4. Hipokalemia,
singkat (2-3 takikardia,
menit) bradikardia
6. Awitan 1-2 5. Keracunan
menit, durasi 3- sianid,
5 menit vasodilator
serebral (dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intracranial),
reflex takikardia
6. Produksi
methemoglobin,
reflex takikardia
13
Insulin Subkutan
Gula darah ( mg/dl) Dosis insulin subkutan (unit)
150-200 2
201-250 4
251-300 6
301-350 8
>350 10
Insulin Drip
i. Sasaran kadar glukosa darah = 80-180 mg/dl (90-110 untuk intensive care
unit ICU).
ii. Standart drip insulin 100 U/100 ml 0,9% NaCl via infus (IU/1ml). Infus
insulin harus dihentikan bila penderita makan dan menerima dosis pertama dari
insulin subkutan.
1. Anti Thrombus
14
b. Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas
yang mungkin timbul dan harus ada persetujuan secara tertulis dari
Kriteris Eksklusi
a. Usia>80 tahun
b. Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik atau perburukan defisit
neurologi yang berat
15
l. Tekanan darah sistolik > 185 mmHg, diastolik >110 mmHg
o. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau pungsi lumbal
dalam 1 minggu sebelumnya
t. Wanita hamil
Rekomendasi
16
d. Pasien dengan hipertensi yang tekanan darahnya dapat diturunkan dengan
obat antihipertensi secara aman, harus dijaga kestabilan tekanan darah sebelum
memulai rTPA.
e. Pasien dengan kejang pada saat awitan stroke mungkin dapat diberikan
terapi rTPA selama kelainan neurologis yang timbul merupakan akibat sekunder dari
stroke dan bukan merupakan fenomena post ictal dan bukan merupakan kejang
karena epilepsi.
Rekomendasi NIH tentang Response Time Pasien yang akan Diberikan rTPA
di Unit Gawat Darurat
17
3. Didiskusikan oleh tim stroke ( termasuk keputusan dilakukan pemberian
rTPA) waktu < 15 menit
6. Pemberian rTPA (bila pasien memenuhi kriteria inklusi), waktu < 60 menit
1. Infus Rtpa 0,9 mg/kg (maksimum 90 mg) dalam 60 menit dengan 10%
dosis diberikan sebagai bolus dalam 1 menit
4. Bila terdapat nyeri kepala berat, hipertensi akut, mual, atau muntah,
hentikan infus (bila rTPA sedang dimasukkan) dan lakukan CT Scan segera
5. Ukur tekanan darah setiap 15 menit selama 2 jam pertama dan setaip 30
menit selama 6 jam berikutnya, dan kemudian setiap jam hingga 24 jam setelah terapi
6. Naikkan frekuensi pengukuran tekanan darah bila tekanan darah sistolik >
180 mmHg atau bila diastolik > 105 mmHg; berikan medikasi antihipertensi untuk
mempertahankan tekanan darah pada level ini atau level dibawahnya (lihat protokol
penatalaksanaan hipertensi pada stroke iskemik akut).
18
b. Anti platelet
2. Neuroprotektif
3. Faktor sistemik
Tekanan darah harus diatur supaya tetap tinggi untuk mempertahankan CBF.
Tekanan darah dikontrol sesudah 7-10 hari dengan target TDS 160-190 dan TDD 90-
100. Kadar gula darah harus diatur sekitar 100-200gr/dl. Hiperlipidemia juga harus
dikontrol. Hipoksemia (pneumonia aspirasi), hiponatremi dan peningkatan suhu
tubuh harus dihindari.
19
3 Tinggi 5%/tahun Warfarin INR 2-3
Keterangan
*Semua pasien AF non valvular dengan riwayat stroke atau TIA sebaiknya
dipertimbangkan sebagai resiko tinggi dan diterapi dengan antikoagulan, skema
CHADS2 digunakan sebagai pencegahan primer.
++ Pasien Usia > 75 tahun, beberapa ahli merekomendasi target INR 1,6-2,5, tetapi
tidak semua.
Stroke Emboli
AF nonvalvular,
trombus Tidak
carotid/jantung,
status hiperkoagulasi
Ya Kontraindikasi
Antikoagulan (+)
Penilaian ulang 6
minggu lagi
Kontraindikasi
Antikoagulan (-)
20
Antikoagulan+
Antikoagulan Oral
INR tercapai/LMWH
stpa
Teruskan
antikoagulan oral
2.8 Komplikasi
Edema cerebri dan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat
menyebabkan herniasi atau kompresi batang otak.
Kejang
Transformasi hemoragik
Infeksi: Pneumonia, ISK
Trombosis vena
Gangguan daily life activity
2.9 Prognosis
Secara umum 80% pasien dengan stroke memiliki survival rate dalam 10
tahun sekitar 35%. Setengah hingga sepertiga pasien yang mampu melewati fase akut
stroke mampu mendapatkan fungsi yang kembali normal, hanya 15% membutuhkan
perawatan institusional.Prognosa untuk Stroke iskemik oleh karena emboli
sebenarnya ditentukan oleh kejadian emboli berikutnya dan penyakit yang mendasari
seperti gagal jantung, miokard infark, endokarditis bakterial, malignansi dan lain-lain.
(Munir, 2017).
21
DAFTAR PUSTAKA
22