Oleh:
dr. Mahdalena
NPM : 2207601070007
Pembimbing:
Pembimbing
Mengetahui, Koordinator
Program Studi PPDS
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
ii
KATA
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini. Shalawat beserta salam
kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Lily Setiani, Sp. T.H.T.B.K.L., Subsp.
L.F. (K) yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan Referat yang berjudul “Stridor : Medikamentosa atau Pembedahan”, serta
para dokter dibagian /SMF Ilmu Kesehatan THT-BKL yang telah memberikan arahan
serta bimbingan hingga referat ini selesai.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun terhadap referat ini demi perbaikan di masa yang akan
datang.
Penulis
iii
DAFTAR
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
2.1 Anatomi Laring...............................................................................................3
2.2 Fisiologi Laring...............................................................................................9
2.3 Stridor............................................................................................................11
2.4 Jenis-Jenis Suara Napas................................................................................18
2.5 Snoring Dan Obstructive Sleep Apnea (OSA)........................................23
2.6 Penyakit Yang Berkaitan Dengan Stridor.....................................................25
BAB III KESIMPULAN...............................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................32
iv
BA
PENDAHULUAN
Stridor didefinisikan sebagai suara bernada tinggi yang timbul dari gangguan jalan
napas pada tingkat laring dan trakea. Kata stridor berasal dari kata Latin “stridulus” yang
berarti berderit, bersiul, atau berisik.1
Stridor adalah suara getar yang keras yang biasanya dihasilkan selama
inspirasi, akibat obstruksi sebagian jalan napas yang menyebabkan aliran udara turbulen
melalui saluran pernapasan. Dibandingkan dengan orang dewasa, komponen
pendukung jalan napas pada anak-anak kurang berkembang. Otot interkostal, otot
aksesori, dan karakter tulang rawan dan tegak lurus tulang rusuk dada
mengurangi efisiensi mekanik dinding dada. Mereka terutama
mengandalkan diafragma untuk inspirasi. Oleh karena itu, anak-anak lebih rentan
terhadap penyakit saluran napas dan memburuk dengan sangat cepat jika tidak
diberikan perhatian medis yang tepat. Karena jalan napas yang sempit, stridor dapat
mengancam nyawa pada anak-anak dan memerlukan intervensi segera.1 Etiologi stridor
berbeda tergantung pada apakah pasien anak atau dewasa.
Untuk pediatri, penyebab paling umum dari stridor akut termasuk croup dan aspirasi
benda asing. Namun, ada banyak penyebab lainnya. Penyebab stridor selanjutnya dapat
dibedakan berdasarkan ketajaman dan berdasarkan penyebab kongenital (seperti
trakeomalasia) versus nonkongenital (seperti croup). 2 Pada orang dewasa penyebab
stridor diantaranya supraglotitis, abses leher ruang dalam, trauma laring, tumor laring
dengan obstuksi kritis, hematoma leher pasca operasi, kelumpuhan pita suara bilateral,
dan benda asing.3
Terlepas dari penyebabnya, stridor menyiratkan obstruksi jalan napas kritis
setidaknya 50% dari lumen jalan napas. Pasien dengan stridor berisiko tinggi mengalami
gagal napas dan kematian dan memerlukan stabilisasi awal untuk mempertahankan
ventilasi dan oksigenasi, jika hal ini konsisten dengan tujuan perawatan. Derajat distres
pernapasan tergantung pada apakah obstruksi jalan napas parsial berkembang secara
bertahap (misalnya tumor laring) atau cepat (misalnya epiglottitis akut), kecuali
diselesaikan segera di unit gawat darurat, pasien memerlukan transfer ke ICU atau ruang
operasi. Langkah darurat untuk mengamankan jalan napas harus mendahului intervensi
lainnya. 4
Pilihan manajemen jalan napas utama adalah trakeostomi dengan anestesi lokal dan
induksi anestesi inhalasi dan intubasi trakea (atau trakeostomi dengan
1
2
anestesi umum jika anatomi sulit divisualisasikan dan sementara pasien masih
mempertahankan ventilasi spontan yang memadai). Intubasi fibreoptic saat sadar
bukanlah teknik yang paling aman untuk pasien dengan obstruksi saluran napas atas
lanjut karena kesulitan mencapai anestesi lokal yang baik dengan adanya tumor atau
peradangan, risiko perdarahan (terutama dengan lesi supraglotis), risiko 'menutup' jalan
napas pasien yang tersisa dan jarak pandang yang buruk di lubang yang sangat sempit. 4
Dengan demikian, referat ini bertujuan mendeskripsikan stridor dan
penatalaksannya serta penyakit-penyakit yang mendasari gejala stridor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laring merupakan bagian terbawah saluran nafas atas dan memiliki bentuk yang
menyerupai limas segitiga yang terpancung. Batas atas laring berupa aditus laring dan
batas bawah berupa batas kaudal kartilago krikoid. Batas depannya adalah permukaan
belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua
belah lamina kartilago krikoid.5
2.1.1 Embriologi
Faring, laring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut embrional yang
terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Tak lama sesudahnya, terbentuk alur faring
median yang yang akan menjadi cabang cabang awal sistem pernapasan dan cikal bakal
laring. Sulkus atau alur laringotrakea menjadi nyata pada sekitar hari ke 21 masa
embrional. Namun pada beberapa literatur menyebutkan bahwa laring, trakea dan paru
berkembang mulai usia 3-4 minggu usia gestasi (gambar 2.1).6-8
Gambar 2.1 Perkembangan laring pada 8 stase (I - VIII) yang digambarkan oleh
Holinger et al. Beberapa hal penting: I-kantung pernapasan berkembang dari usus bagian
depan; II-formasi kuncup bronkopulmonal , III-perpanjangan dan formasi infraglotis,
karina dan bronkus; IV-pembentukan aritenoid, perkembangan epiglotis dan susunan
lapisan epitelial; VII-pembentukan saluran lapisan epitelial; VIII-formasi ventrikel
laring. 6
3
4
Gambar 2. 2 (A) Ligamen dan kartilago laring serta tulang hioid, tampak anterior.
(B) Ligamen dan kartilago laring serta tulang hioid, tampak posterior.[6]
Gambar 2.3 (A) Ligamen dan artikulasi laring tampak sagital. (B) Susunan otot intrinsik
laring tampak posterolateral.6
6
Gambar 2.4 (A) Otot otot intrinsik pada saat bergerak. Panah-panah tebal
menunjukkan gerakan otot; arah panah kecil yang mendekat menunjukkan gerakan
ligamen vokal; dan arah panah kecil yang menjauh menunjukkan gerakan krikoid dan
kegiatan tulang rawan tiroid. (B) Gambaran skema fungsi otot laring. Kolom kiri
menunjukkan lokasi gerakan kartilago. CT = cricothyroid muscle; IA = interarytenoid
muscle; LCA = lateral cricoarytenoid muscle; PCA = posterior cricoarytenoid
muscle; VOC = vocalis muscle; 1 = thyroid cartilage; 2 = cricoid cartilage; 3 =
arytenoid cartilage; 4 = vocal ligament; 5 = posterior cricoarytenoid ligament.
Kolom tengah tampak dari atas. Kolom kanan bentuk plika vokalis dari depan. 6
anterior dan ramus posterior. Ramus anterior mempersarafi otot-otot intrinsik laring
bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian
superior dan mengadakan anastomosis dengan n. laringeus superior ramus internus.12
cairan ke dalam. trakea dan paru-paru. Aktivasi otot-otot laring terjadi terus menerus
sepanjang hidup karena pita suara terus-menerus dibuka pada tingkat yang berbeda-beda
untuk pertukaran udara untuk respirasi, ditutup untuk perlindungan jalan napas selama
menelan atau untuk stabilisasi dada selama mengangkat dengan menahan napas selama
beraktivitas.16
Saluran napas bagian atas melebar untuk inspirasi dan berelaksasi saat ekspirasi.
Satu-satunya otot yang memproduksi pembukaan pita suara di laring adalah
krikoarytenoid posterior. Otot melekat pada proses otot tulang rawan arytenoid dan
berinsersi pada bagian tengah dan lateral krikoid posterior. Ketika berkontraksi, ia
menarik arytenoid ke belakang dan menggerakkan proses vokal ke atas dan ke samping.
Ia terus aktif dengan peningkatan nada yang lebih besar selama inspirasi untuk
pembukaan pita suara. Otot ini penting untuk menunjang kehidupan; dengan kelumpuhan
bilateral krikoarytenoid posterior, aliran udara inspirasi menghasilkan tekanan negatif di
antara lipatan yang menyedotnya ke garis tengah dan menghalangi aliran udara inspirasi.
16
Fisiologi produksi suara pada manusia melibatkan beberapa organ, mulai dari paru
dan saluran napas bawah sebagai sumber utama udara dan tekanan, pita suara untuk
memodulasi udara dengan getaran, yang kemudian akan memproduksi bunyi dan saluran
vokal yang akan memodifikasi bunyi dari sumber bunyi sehingga menciptakan bunyi
pada frekuensi yang berbeda. 17
Produksi suara atau fonasi memerlukan empat komponen penting, diantaranya :17
a) Power source, atau paru, yaitu tempat udara berasal.
b) Fonasi, yaitu produksi bunyi melalui getaran pita suara.
c) Resonansi, yaitu amplifikasi dan modulasi dari bunyi yang diproduksi terhadap
struktur sekitar.
d) Artikulasi, yaitu modifikasi suara oleh bibir, gigi, lidah, palatum, dan laring itu
sendiri.
Dengan bantuan diafragma, otot abdomen, otot dada, dan tulang rusuk, udara dari
paru dihembuskan dan melewati pita suara. Saat istirahat, pita suara berada dalam posisi
terbuka agar udara dapat mengalir keluar dari dan menuju paru.17
Saat fonasi, otot aduktor intrinsik menggeser pita suara menuju garis tengah, menutup
pita suara sepenuhnya. Peningkatan tekanan udara di bawah pita suara, atau disebut juga
tekanan subglotis yang akan terus menerus meningkat hingga melebihi resistansi otot,
sehingga pita suara akan terbuka secara posteroanterior. Di fase terbuka, udara dari paru
akan mengalir melalui pita suara, menimbulkan
1
getaran yang akan memproduksi gelombang suara. Setelah udara dihembuskan, tekanan
subglotis akan berkurang sehingga pita suara akan berekoil dan beraduksi, menyebabkan
penutupan glottis, siklus glottis pun akan berulang. Proses terbukanya pita suara terjadi
dari bawah ke atas. Saat bagian atas mulai terbuka, bagian bawah akan menutup,
menciptakan suatu gerakan yang menyerupai gelombang. Proses penutupan dimulai dari
bagian bawah yang diikuti oleh bagian atas sesuai dengan efek Bernoulli. Proses buka
tutup yang cepat dari pita suara menyebabkan gelombang pada mukosa, sehingga
produksi suara dapat terjadi.17
Bunyi yang diproduksi oleh glottis akan dimodifikasi saat udara melewati struktur
sekitar. Suara bicara hanya bisa terjadi bila bunyi dibentuk menjadi konsonan dan huruf
vocal yang berbeda oleh bibir, gigi, lidah, palatum dan faring. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi kualitas suara yang diproduksi adalah kekuatan ekspirasi, posisi pita
suara, bentuk serta kapasitas getaran dari pita suara.17
Stridor adalah jenis pernapasan yang keras dan biasanya berhubungan dengan
obstruksi bronkus utama yang terjadi dengan aspirasi.18 Stridor merupakan suara keras
bernada tinggi yang dihasilkan oleh aliran udara turbulen melalui jalan napas yang
tersumbat sebagian pada tingkat jalan napas utama atau laring. Stridor memiliki nada
yang lebih rendah daripada mengi. Stridor ini merupakan suara paling keras dalam
insipirasi karena obstruksi biasanya terjadi pada trakea ekstratoraks dan dengan demikian
tidak bergantung pada perubahan tekanan intratoraks.8 Stridor akut adalah keadaan
darurat yang mengancam jiwa.
1
Biasanya terjadi pada anak-anak, tetapi kadang-kadang ditemukan pada orang dewasa.19
a) Angina ludwig
b) Hipertrofi tonsil atau tonsilitis akut
c) Abses peritonsil
Rongga mulut atau
d) Abses parafaringeal
orofaring
e) Makroglossia
f) Retrognathia
g) Neoplasia
1
a) Laringomalasia
b) Kelumpuhan pita suara bilateral
c) Papilloma
Laring
d) Laringotrakeobronkitis (croup)
e) Epiglotitis
f) Neoplasia
a) Neoplasia
b) Stenosis subglotis
c) Anomali vaskular
d) Hemangioma
e) Complete tracheal rings
Trakea f) Fistula trakeoesofagus
g) Trakeitis
h) Trakeomalasia
i) Pembesaran tiroid
j) Benda asing
k) Neoplasia
membantu terutama dalam menilai fungsi pita suara atau mencari tanda-tanda kompresi
atau infeksi. 22
Pemeriksaan harus mencakup dokumentasi stridor pada fase respirasi dan apakah
terdapat retraksi suprasternal atau interkostal. Patensi hidung, rongga mulut, dan
orofaring harus diperhatikan. Tonsil dan adenoid yang besar dapat menyebabkan
obstruksi jalan napas. Leher harus dipalpasi untuk setiap massa
1
a) Laringotomi
Laringotomi melibatkan penempatan jarum atau pisau melalu mebran krikotiroid
(antara kartilago krikoid dan tiroid) dan menjaga agar lubang tetap terbuka. 26
b) Intubasi endotrakeal
Intubasi endotrakeal biasanya merupakan perawatan yang paling tepat di rumah
sakit. Namun, mungkin sulit atau tidak mungkin pada trauma laring, atau ketika
tumor laring/faring yang besar menajdi penyabab obstruksi jalan napas bagian atas.
Jika penyebabnya adalah benda asing, benda tersebut dapat dilihat dan dikeluarkan
pada saat melewati tabung. 26
c) Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan jika terbukti tidak mungkin untuk mengintubasi pasien. 26
Ciri pertama yang membantu dalam klasifikasi bunyi adventif adalah apakah bunyi
tersebut kontinu atau intermiten. Misalnya, ronchi dan mengi adalah suara terus menerus
sedangkan crackles tidak. Crackles dapat dihitung oleh pemeriksa sebagai peristiwa
akustik diskrit (<25ms, terputus, seperti menjatuhkan kelereng di lantai), sedangkan
ronkhi dan mengi adalah suara yang tidak dapat dipisahkan (>250ms, konstan, seperti
desingan kipas angin). Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah nada: mengi dan
crackles halus bernada tinggi, sedangkan ronchi dan crackles kasar bernada rendah. 27
a) Crackles dihasilkan oleh saluran udara kecil yang terbuka saat inspirasi. Oleh
karena itu, mereka sebagian besar bersifat inspirasional. Perbedaan antara
crackles halus dan crackles kasar diyakini berasal dari ukuran jalan napas yang
terbuka (airway yang lebih besar, nada yang lebih dalam, crackles kasar).
Beberapa dibandingkan dengan memisahkan pengencang hook-and-loop
27
(misalnya, velcro).
b) Mengi dan ronkhi, yang memiliki patologi yang sama dan hanya dipisahkan oleh
nada, dihasilkan oleh kepakan saluran udara yang menyempit dan udara yang
mengalir melaluinya. Mengi adalah suara yang disebabkan oleh pergerakan udara
melalui saluran udara kecil yang menyempit, seperti bronkiolus. Ronkhi adalah
suara kasar dan keras yang disebabkan oleh penyempitan saluran udara yang
lebih besar, termasuk saluran trakeobronkial. Bunyi-bunyi ini terjadi selama
ekspirasi, atau inspirasi dan ekspirasi, tetapi tidak hanya terjadi pada inspirasi. 27
c) Stridor adalah suara bernada tinggi yang berasal dari saluran napas bagian atas
dan terjadi saat inspirasi. Itu dibedakan dari suara lain dengan intensitasnya di
leher lebih dari dada, waktu (inspirasi), dan nada (tinggi). Seperti mengi, stridor
dihasilkan oleh penyempitan saluran napas, tetapi hanya di saluran napas bagian
atas. 27
d) Rubs adalah suara kisi-kisi yang berasal dari pleura yang meradang bergesekan
satu sama lain. Biasanya lebih keras daripada suara paru-paru lainnya karena
lebih dekat ke dinding dada. Rubs biasanya terjadi selama inspirasi dan
ekspirasi. Rubs paling sering dikacaukan dengan crackles tetapi dibedakan
dengan Rubs bifasik, kualitas lokal, seringkali dengan nyeri titik di atasnya di
dinding dada. 27
2
C. Resonansi Vokal
Jaringan paru-paru normal bertindak sebagai filter low-pass yang memungkinkan
suara frekuensi rendah bergerak dengan mudah sambil menyaring suara frekuensi tinggi.
Jaringan paru patologis dapat mengirimkan suara dengan frekuensi lebih tinggi secara
lebih efisien; ini terjadi ketika paru-paru yang biasanya berisi udara ditempati oleh bahan
lain, seperti cairan. Tes yang digunakan untuk mendeteksi fenomena ini, yang dikenal
sebagai resonansi vokal, meliputi bronkofoni, egofoni, dan pectoriloquy berbisik. Untuk
mengujinya, dokter menempatkan stetoskop di atas area simetris di dada pasien dan
meminta pasien untuk berbicara. Dokter biasanya akan mendengar suara vokal yang tidak
dapat dipahami, jauh, dan teredam. Dalam bronkofoni, suara terdengar lebih dekat dan
lebih keras. Pectoriloquy menggambarkan temuan suara yang jelas dan dapat dipahami
saat pasien berbisik; biasanya tidak jelas dan tidak dapat dipahami. 27
fleksibel. Perawatan jarang diperlukan karena masalahnya sembuh sendiri dan sembuh
pada usia 18 bulan. Refluks gastroesofagus sangat umum terjadi karena peningkatan
gradien tekanan yang diperlukan untuk ventilasi yang memadai yang menyebabkan
peningkatan refluks asam ke kerongkongan. Ini memperburuk kondisi dengan
menyebabkan komponen refluks laringitis. 21
Radiologi mungkin membantu tetapi tidak kritis. Tulang ikan seringkali tidak
terlihat pada radiografi polos. Studi khusus dapat membantu dalam kasus keraguan,
menggunakan CT scan atau dengan kontras dalam kasus dugaan benda asing esofagus. 30
Dalam kasus benda asing yang terhirup menyebabkan stridor parah pada neonatus
atau bayi, benda tersebut dapat dikeluarkan dengan mengaitkannya dari faring dengan jari
atau dengan membalikkan pergelangan kaki anak dengan hati- hati dan menepuk
punggungnya. Pada aaak yang lebih besar, lebih tepat untuk anak di atas lutut tenaga
kesehatan dengan kepala anak menunduk dan sekali lagi memukul anak dengan kuat di
antara bahu. Dalam kasus orang dewasa, benda asing laring yang terkena dampak dapat
terbatuk keluar menggunakan dorongan perut (sering disebut sebagai manuver heimlich).
Ini melibatkan berdiri di belakang pasien, menggenggam lengan di sekitar dada bagian
bawah, sehingga buku-buku jari dari tangan yang digenggam bersentuhan dengan
xiphisternum pasien, dan kemudian kompresi singkat dan kuat dari dada bagian bawah
dapat membantu
2
ekspirasi instan dari benda asing. Jika tidak satu pun dari tindakan darurat segera ini yang
menghilangkan benda asing dan pasien sianosis dan sangat parah, krikotiroidotomi atau
trakeostomi segera mungkin diperlukan. Dalam kasus yang kurang mendesak, dan ketika
benda asing diduga kuat, endoskopi dengan anestesi umum dapat diindikasikan.30
Glotis
Laryngomalacia
Benda asing
Kelumpuhan pita suara
Papillomatosis
Subglotis
Stenosis
Massa Benda
asing
Hemangioma
Trakea
Benda asing
Stenosis
Massa
Tracheomalacia
Kompresi vaskular
Dewasa
Akut Kronik
Inflamasi Tumor
Croup Kongenital
Supraglottitis Post trauma
Angina ludwig Inflamasi (wegener granulomatosis)
Trauma Idiopatik
Benda asing
2
Langkah pertama dan paling penting dalam manajemen non-bedah obstruksi jalan
napas adalah pemberian oksigen untuk meredakan hipoksia. Campuran helium-oksigen
dari 80% helium 20% oksigen dapat digunakan dalam beberapa kasus untuk untuk
sementara mendapatkan jalan napas. Campuran ini dikenal sebagai heliox, bergantung
pada densitas helium yang rendah untuk mengangkut oksigen melewati lesi yang
menghalangi laring, trakea atau bronkus. Penggunaan helium 40% telah dikaitkan dengan
peningkatan aliran gas terbesar melalui jalan napas yang menyempit, sehingga oksigen
dapat ditambahkan ke dalam camupran jika hipoksia.31
Krikotiroidotomi adalah prosedur pembedahan dengan membuat insisi mellaui
kulit dan membran krikotiroid. Prosedur yang sederhana dan cepat ini dianjurkan lebih
baik daripada trakeotomi dalam pengobatan pasien yang memerlukan intervensi jalan
napas bedah darurat. 31
2.6.4 Kelumpuhan true vocal cords
Kelumpuhan true vocal cords adalah penyebab umum dari stridor kongenital dan
biasanya terjadi saat lahir hingga usia 2 bulan. Pada bayi baru lahir, penyebabnya
biasanya adalah cedera pada saraf vagus yang terjadi saat lahir atau bisa juga akibat
kelainan SSP. Kelumpuhan unilateral lebih umum daripada kelumpuhan bilateral.
Diagnosis ditegakkan dengan laringoskopi fiberoptik fleksibel. Pemeriksaan juga meliputi
barium swallow, radiografi leher dan dada, dan konsultasi radiologi untuk menyingkirkan
penyebab kardiotoraks dari kelumpuhan vagal. Perawatan jarang diperlukan karena
sebagian besar pasien membaik atau mengkompensasi secara memadai dengan pita suara
yang berlawanan. Di samping itu, kelumpuhan pita suara bilateral bermanifestasi dengan
stridor bernada tinggi dan obstruksi saluran napas bagian atas. MRI otak harus disertakan
dalam pemeriksaan untuk menyingkirkan hidrosefalus dan malformasi Arnold-Chiari.
Intervensi saluran napas darurat dengan intubasi atau trakeotomi mungkin diperlukan. 21
Orang dewasa juga dapat terkena kelumpuhan pita suara, baik unilateral atau
bilateral. Etiologi yang mungin termasuk proses neoplastik, cedera traumatis pada saraf
laring berulang, atau penyebab idiopatik. Jika penyebabnya diketahui (misalnya terjadi
setelah operasi serviks yang mengakibatkan cedera saraf laring berulang), pemeriksaan
lebih lanjut mungkin tidak direkomendasikan. jika penyebabnya tidak jelas, pencitraan
otak, leher, dan dada disarankan untuk menyingkirkan lesi kompresif yang mempengaruhi
saraf laring rekuren. 21
2
e) Disfagia (sulit menelan) dan odinofagia (nyeri menelan) dapat timbul akibat ikut
bergeraknya laring yang mengalami cedera pada saat menelan.
Penatalaksanaan luka terbuka pada laring terutama ditujukan pada perbaikan
saluran napas dan mencegah aspirasi darah ke paru. Tindakan segera yang harus
dilakukan ialah trakeostomi dengan menggunakan kanul trakea yang memakai balon,
sehingga tidak terjadi aspirasi darah. Tindakan intubasi endotrakea tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan kerusakan struktur laring yang lebih parah. Setelah
trakeostomi barulah dilakukan eksplorasi untuk mencari dan mengikat pembuluh darah
yang cedera serta memperbaiki struktur laring dengan menjahit mukosa dan tulang rawan
yang robek. 12
Pada umumnya pengobatan konservatif dengan istirahat suara, humidifikasi dan
pemberian kortikosteroid diberikan pada keadaan mukosa laring yang edema, hematoma
atau laserasi ringan, tanpa adanya gejala sumbatan laring. 12
lndikasi untuk melakukan eksplorasi adalah: 12
a) Sumbatan jalan napas yang memerlukan trakeostomi
b) Emfisema subkutis yang progresif,
c) Laserasi mukosa yang luas
d) Tulang rawan krikoid yang terbuka
e) Paralisis bilateral pita suara.
Eksplorasi laring dapat dicapai dengan membuat insisi kulit horisontal Tujuannya
adalah untuk melakukan reposisi pada tulang rawan atau sendi yang mengalami fraktur
atau dislokasi, menjahit mukosa yang robek dan menutup tulang rawan yang terbuka
dengan flap atau graft kulit. Untuk menyangga lumen laring dapat digunakan bidai, alau
mold dari silastik, porteks atau silikon, yang dipertahankan selama 4 atau 6 minggu.
Penyangga tersebut biasanya berbentuk seperti huruf T sehingga disebut T tube. 12
2.6.10 Epiglotitis
Epiglotitis jarang terjadi karena imunisasi rutin untuk infeksi Hemophilus
influenza tipe B. Namun, jika dicurigai epiglotitis, itu adalah keadaan darurat medis.
Gejalanya berupa ngiler (drooling), odinofagia, demam tinggi, dan stridor berkembang
dengan cepat. Jika dicurigai epiglotitis, pendekatan tim dimulai yang bergantung pada
dukungan otolaringologi dan anestesi serta personel departemen gawat darurat.
Manipulasi faring atau pengambilan darah ditunda sampai jalan napas stabil secara
terkendali. Setelah intubasi, apusan epiglotis dan biakan darah dapat diperoleh sambil
mengkombinasikan terapi antiibiotk. 31
3
2.6.11 Supraglotitis
Supraglotitis juga terjadi pada orang dewasa, tetapi jalan napas orang dewasa yang
lebih besar dapat divisualisasikan dengan endoskopi tidak langsung atau fleksibel dengan
sedikit perhatian tentang laringosapsme daripada yang ditemukan dalam perawatan anak-
anak. Intubasi mungkin tidak perlu. Pengamatan ketat, pemberian antibiotik intravena,
dan hidrasi seringkali cukup.31
Stridor adalah tanda klinis penting yang terkait dengan berbagai penyebab.
Stridor adalah suatu tanda bahaya dari berbagai penyebab yang mendasarinya. Stridor
didefinisikan sebagai suara bernada tinggi yang timbul dari gangguan jalan napas pada
tingkat laring dan trakea. Stridor dapat berupa inspirasi, ekspirasi, atau bifasik. Stridor
inspirasi terlihat pada obstruksi di atas glotis (ekstratoraks) sedangkan stridor ekspirasi
terlihat pada obstruksi trakea bawah (intratoraks) dan stridor bifasik pada patologi glottis
atau supraglotik (ekstratoraks atau intratoraks). Semua pasien dengan stridor memerlukan
perhatian segera dan evaluasi penyebab yang mendasarinya. Hasilnya tergantung pada
pemahaman segera bahwa itu adalah tanda darurat jalan nafas yang mengancam jiwa,
pengobatan yang cepat dari penyebab reversibel dan pendekatan multidisiplin awal,
apakah hanya sebatas medikamentosa ataupun diperlukan intervensi pembedahan terlepas
dari penyebab yang mendasarinya.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33
Wilkins; 2014.
16. Ludlow CL. Laryngeal Reflexes: Physiology, Technique, and Clinical Use. J Clin
Neurophysiol 2015;32(4):284–93.
17. Juniati SH, Yusuf M, Pawarti DR, Kristyono I. Paradigma dan Manajemen
Terkini pada Kasus Onkologi THT-KL. Airlangga University Press; 2022.
18. Swartz MH. Textbook of Physical Diagnosis. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2014.
19. Robinson N, Hall G, Fawcett W. Stridor-Upper Airway Obstruction.
Cambridge University Press; 2017.
20. Young DA, Olutoye OA. Handbook of Critical Incidents and Essential Topics in
Pediatric Anesthesiology. Cambridge University Press; 2015.
21. Rakel RE. Textbook of Family Medicine. 9th ed. Saunders Elsevier; 2015.
22. Doyle JD. Anesthesia for Otolaryngologic Surgery. Cambridge University
Press; 2012.
23. Douglas CR. Algorithmic Diagnosis of Symptoms and Signs 4th Edition. 4th ed.
Lippincott Wiliiams & Wilkins; 2017.
24. Ramanathan A, Taylor AK et al. The Unofficial Guide to Medical and
Surgical Emergencies. Elsevier Health Sciences; 2022.
25. Cuschieri A, Darzi A, Rowley DI, Borley NR, Grace PA. Clinical Surgery.
Wiley; 2012.
26. Milford C, Rowlands A. Shared Care For ENT. 1st ed. CRC Press; 2021.
27. Zimmerman B, Williams D. Lung Sounds. 2023.
28. Gozal D, Kheirandish-Gozal L. Pediatric Sleep Medicine : Mechanisms and
Comprehensive Guide to Clinical Evaluation and Management 2021. Springer
International Publishing; 2021.
29. Deakin MH. Lifeline 16-911 Emergency Medical Technician (EMT-B). Lifeline
16911 Medical, Inc.; 2021.
30. O’Connell PR, McCaskie AW, Sayers RD. Bailey & Love’s Short Practice of
Surger. CRC Press; 2023.
31. Rosen CA. Bailey’s Head and Neck Surgery: Otolaryngology (Head & Neck
Surgery- Otolaryngology). 6th ed. Lippincott Wiliiams & Wilkins; 2022.