DISUSUN OLEH :
Rista Bela
NIM.2019.C.11a.1026
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
izinNyalah penulis masih diberikan kesempatan untuk menyusun laporan
pendahuluan dengan judul “Harga Diri Rendah” Dalam penyusunan laporan ini
penulis mengumpulkan dari berbagai sumber terutama dari internet yang
memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa
laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan walaupun kita menginginkan
kesempurnaan Dalam hal pembangunan dan penyempurnaan laporan ini penulis
mengharapkan kritik, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporam ini saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :
Nama : Rista Bela
NIM : 2019.C.11a.1026
Program Studi : S1 Keperawatan
Mengetahui:
ii
DAFTAR ISI
BAB I
1.1.1 Definisi......................................................................................................
1.1.3 Etiologi......................................................................................................
1.1.4 Klasifikasi................................................................................................5
1.1.7 Komplikasi...............................................................................................9
1.2.1 Pengertian................................................................................................12
1.2.2 Etiologi....................................................................................................15
1.2.3 Klasifikasi................................................................................................15
1.2.4 Patofisiologi.............................................................................................16
1.2.6 Komplikasi...............................................................................................17
iii
BAB II
BAB III
iv
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.1 Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras
yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb
paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan
Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena kuman
TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman
TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya.
1. Anatomi
Saluran pengantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkiolus. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara tersebut disaring,
dilembabkan dan dihangatkan oleh mukosa respirasi, udara mengalir dari faring menuju ke laring,
laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung
pita suara.
5
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon
oleh karena itu dinamakan Pohon trakeabronkial. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris,
bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya
hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan
dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis, percabangan sampai kesil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis. Setelah
bronkus terminalis terdapat asinus yang terdiri dari bronkiolus respiratorius yang terkadang
memiliki kantng udara atau alveolus, duktus alveoli seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus
alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru. Alveolus hanya mempunyai satu lapis sel saja
yang diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel darah merah, dalam setiap paru-paru
terdapat sekitar 300 juta alveolus (Price dan Wilson,2006).
Anatomi pernafasan dapat dilihat pada gambar 2.1, seperti dibawah ini.
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu
bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan
dinding sangkar toraks dan dasarnya yaitu diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh
membran halus, licin, yang meluas membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior
diafragma.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian,
mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru terletak
antara kedua lapisan pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari lobus
6
bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan
pleura. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru. Pertama adalah bronkus
lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri. Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus
segmental terdiri dari 10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri, bronkus segmental kemudian
dibagi lagi menjadi subsegmental, bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri,
limfatik dan saraf. Bronkus segmental membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak
mempunyai kartilago pada dindingnya, bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang
permukaannya dilapisi oleh “rambut” pendek yang disebut silia.
2. Fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari
udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi tiga proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu
difusi gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi
pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan
darah.
7
1.1.3 Etiologi
1.1.4 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat
bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
8
b. Tuberculosis Ekstra Paru
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
c. Tipe Penderita
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah (Form TB.09).
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
9
lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke
alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil
ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang mengakibatkan
peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi peradangan pada paru,
mengakibatkan terjadinya penurunan jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan
menurunnya suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam
10
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-
paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil
dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yangbiasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ-organ tubuh (Soemantri, 2014).
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang
khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di waktu di malam hari
11
1.1.7 Komplikasi
a. Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) a).
Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
i. Tuberkulosa milier
j. Meningitis tuberkulosa
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri taham asam.
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan
Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru.
j. Pemeriksaan fungsi
13
paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat
infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis)
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan
keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari
atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi),
mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari
33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu makan
meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada
akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa
pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan
akhir pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan
dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu
keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
14
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang
diberi lisol
1.2.1 Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri (Yosep, 2009). Harga diri smerupakan bagian dari konsep diri, konsep diri terdiri dari
gambaran diri, indentitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri. Konsep diri seseorang terletak
pada apa yang ia pikirkan tentang orang lain yang memikirkan tentang dirinya (Stuart, 2016).
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart,
2016). Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah
akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan
15
interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rantang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki
harga diri rendah melihat lingkungan secara negatif (Yosep, 2009). Harga diri seseorang dapat
mengalami penurunan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Perasaan
tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif inilah
yang disebut dengan harga diri rendah (low selfesteem). Individu dengan harga dirih rendah
memandang diri mereka sendiri sebagai seseorang yang tidak kompeten, tidak dicintai, tidak
aman, dan tidak layak (Townsend, 2009). Harga diri rendah kronis juga 9 merupakan evaluasi diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016).
1.2.2 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam
tinjauan life spon history klien, penyebab terjadianya harga diri rendah adalah pada masa kecil
yang disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih kemampuannya (Yosep, 2009). Modal stress adaptasi
Stuart dari keperawatan jiwa memandang perilaku manusia dalam perspektif yang holistic terdiri
atas biologis, psikologis, sosial budaya dan aspek-aspek tersebut saling beriteraksi dalam
keperawatan (Stuart, 2016). Ada kaitannya antara kegagalan dengan kurangnya kemampuan
(penyebab internal) dapat menyebabkan penurunan harapan dan motivasi seseorang. Keadaan
ketika seseorang yang sebelumnya memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan
negatif tentang diri meraka dalam menanggapi suatu peristiwa (kehilangan, perubahan) inilah
yang disebut dengan harga diri rendah situasional (Carpenito-Moyet, 2009). Keterangan dari
gambar modal stress dan adaptasi Stuart didapatkan bahwa faktor predisposisi adalah faktor resiko
yang menjadi sumber terjadinya stress dan dapat dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologi, dan
sosialkultural, pada faktor presipitasi memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stress
atau tekanan hidup, waktu merupakan dimensi yang juga mempengaruhi terjadinya stress,
sedangkan penilaian terhadap stressor meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh
situasi yang penuh dengan stress bagi individu, penilaian ini meliputi kognitif, afektif, fisiologi,
perilaku, dan sosial. Pada sumber koping meliputi kemampuan personal, dukungan sosial, aset
materi, dan keyakinan positif. Mekanisme koping adalah suatu usaha langsung 10 menghadapi
16
stress, mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan deskruktif serta kita dapat melihat rentang
respon seseorang termasuk yang adaptif maupun maladiptif.
a. Perkembangan individu
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua
menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya dan
akan gagal mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami
kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia
merasa tidak adekuat karena tidak terlalu percaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan
bertanggung jawab terhadap perilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol,
membuat anak merasa tidak berguna.
b. Ideal diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan
berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak dapat dicapai, seperti cita-cita yang lebih tinggi
dan tidak realistis yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri
sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu da keluarga merasa rendah diri.
d. Sistem keluarga yang tidak berfungsi
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak dapat membangun harga diri anak
dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak
harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak
adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalam dan di lingkungannya.
e. Pengalam yang traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi, dan seksual
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana
alam, kecelakaan atau perampokkan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan.
Respon dan strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti
trauma, respon yang bisa terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi
denial pada trauma.
17
1.2.3 Klasifikasi
Harga diri rendah biasanya hilang kepercayaan diri, perasaan tidak berharga,tidak berarti
yang berlangsung berkepanjangan.
1.2.4 Patofisiologi
Karakteristik perilaku yag ditunjukkan kepada pasien harga diri rendah menurut Stuart
dan Sundeen (1998:230) meliputi mengkritik diri sendiri/orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain atau diri sendiri, gangguan dalam berhubungan, rasa
diri penting berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau mudah
marah berlebih, perasaan negative terhadap dirinya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurungan diri, menarik diri
sendiri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita, dan khawatir.
1.2.6 Komplikasi
Individu mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah pertama kali akan merasa
cemas dan takut. Individu akan takut ditolak, takut gagal, dan takut dipermalukan. Akhirnya
cenderung untuk menarik diri, akan mengisolasi diri, yang pada akhirnya individu akan
mengalami gangguan realita. Komplikasi yang berbahaya individu mempunyai keinginan untuk
meciderai dirinya.
1. Psikofarmaka
18
2. Elektro convulsive therapy
3. Psikoterapy
4. Therapy okupasi
5. Therapy modalitas
6. Terapi keluarga
7. Terapi lingkungan
8. Terapi perilaku
9. Terapi kognitif
10. Terapi aktivitas kelompok
19
1.3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
1.3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Ada 3 tahap implementasi :
1. Fase orentasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya bertemu dengan
perawat untuk melakukan validasi data diri.
2. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat diharapakan mempunyai pengetahuan
yang lebih mendalam tentang klien dan masalah kesehatanya.
3. Fase terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan pesan yang
dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti
saran perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik
perawat-klien apabila ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau
asuhan keperawatan yang sudah direncanakan.
20
1.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah diberikan dengan menggunakan
SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan).
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.M…………………………………………………..
Umur : 58
Tahun……………………………………………………..
Agama : Islam……………………………………………………...
Pendidikan : SMA……………………………………………………...
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
…Ny.M mengatakan batuk berdahak selama 1 bulan jika batuk nyeri terasa pada dada
sebelah kanan
sakit Doris Sylvanus pada 3 maret 2021 sekitar pukul 09:00 WIB
23
mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di
warung, pasien tidak memiliki penyakit lain selain batuk dan tidak
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
24
: perempuan
: pasien
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Mental :
e. Bicara : ……………………………………
g. Penampilan : …………………………………….
h. Fungsi kognitif : :
Lainnya...........................
Flight oh ideas
Lainnya ............................
m. Keluhan Lainnya :
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T : C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : x/Menit
c. Pernapasan/RR : x/Menit
3. PERNAPASAN (BREATHING)
Sianosis
Nyeri dada
Lainnya ………………………………………
Bronchial Trakeal
4. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
..........................................................................................................
Masalah : .........................................................................................................
.........................................................................................................
5. PERSYARAFAN (BRAIN)
V (5) : …………………………………….
M (6) : …………………………………….
27
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Midriasis Meiosis
Pelo
Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis, mata
kontraksi pupil, reaksi bersamaan
Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi)
Uji Koordinasi :
28
Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif
Refleks :
Keluhan Lain :
…………………………………………………………………….…………………………………
………………………………….…………………………………………………………………....
Masalah Keperawatan :
…………………………………..........................................................................................................
Warna :
Bau :
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
29
Keluhan Lainnya :
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………..................................................
..............................................................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………......
Bibir : ………………………………………………………………………………..
Gigi : ………………………………………………………………………………..
Gusi : ………………………………………………………………………………..
Lidah : ………………………………………………………………………..
Mukosa : ………………………………………………………………………………..
Tonsil : ………………………………………………………………………………..
Rectum :
Haemoroid :
Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………
30
………………………………………………………………………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Kifosis Lordosis
31
Makanan ……………………………………………………
Kosametik ………………………………………………….
Lainnya ……………………………………………………..
Masalah Keperawatan :
…………………………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….
a. Mata/Penglihatan
32
Mata Kiri (VOS) : …………………………….
Nyeri : ….……………………………………………………………………...
Masalah : ………………………………………………………………………….
b. Telinga/Pendengaran :
c. Hidung/Penciuman :
Lesi
Patensi
Obstruksi
Transluminasi
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
Massa Ya Tidak
33
Jaringan Parut Ya Tidak
a. Reproduksi Pria
Srotum : ……………………………….
Hernia : ……………………………….
Kelainan : ……………………………………………………………………..
..........................................................................................................
..........................................................................................................
b. Reproduksi Wanita
Perdarahan : …………………….....………………
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Lainnya : ......................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Masalah keperawatan :
………………………………........................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………………………………………………….............................................................................
.........................................................................................................................................................
TB : Cm
BB Sekarang : Kg
BB Sebelum sakit : Kg
Diet :
Diet Khusus :
Frekeunsi/hari
Porsi
Nafsu makan
Jenis Makanan
Jenis Minuman
Kebiasaan Makan
Keluhan/masalah
Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………........................................
…………………………………
………………………………………………………………………………….
……………………..
……………………………………………………………………………………………….........
.........................................................................................................................................................
...................................
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...............................
…………………………………….
4. Kognitif :
36
………………………………………………………………………………….………………..
…………………………………………………………………………………………………….
.........................................................................................................................................................
.........................................
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………
5. Konsep Diri :
Harga Diri :
…………………………………………………………………………………..
Peran : …………………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………………………….
6. Aktivitas Sehari-hari :
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….……………………
37
7. Nilai-Pola Keyakinan
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….……………………
E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi :
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………….................................................................................................................................
.............................
2. Bahasa sehari-hari :
………………………………………………………….................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
…………………………………….................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
5. Orang berarti/terdekat :
38
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
7. Kegiatan beribadah :
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
Hasil Pemeriksaan
39
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Palangka Raya…………………………………
Mahasiswa,
ANALISIS DATA
40
41
PRIORITAS MASALAH
42
43
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam
1
2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Format pengkajian meliputi aspek-aspek identitas, alasan masuk,
faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek
medik. Format pengkajian ini dibuat agar semua data relevan tentang semua
masalah pasien saat ini, lampau atau potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu
data dasar yang lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada pasien yaitu
harga diri rendah.
3. Intervensi Keperawatan
3
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada pasien. setelah dilakukan
SP 1 dan SP 2 klien mampu untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimilki klien. Evaluasi dengan metode SOAP sebagai berikut: subjektif
Pasien mengatakan kemampuan yang saya miliki adalah merapikan tempat
tidur,menyapu dan cuci piring, saya mau untuk merapikan tempat tidur,
objektifPasien tampak merapikan tempat tidur sesuai dengan yang diajarkan
perawat, analisa masalah adalah masalah teratasi SP 1 tercapai, Planning perawat :
lanjutkan SP 2, Pasien : untuk mempraktekkan kemampuan yang dimiliki lainnya
pada Tn M yaitu melakukan kegiatan menyapu, sedangkan pada Tn H melakukan
kegiatan mencuci piring.
4
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.