DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,Taufik dan
Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan seminar kasus
“Tuberculosis paru “ dengan lancar meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya.Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada preseptor Klinik dan preseptor Akademik.
Kami berharap laporan ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan laporan ini, karena
tidak ada hal yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan seminar kasus ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar Belakang.......................................................................................................................4
Tujuan....................................................................................................................................5
Manfaat..................................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................6
2.1.3 Etiologi......................................................................................................................7
2.1.7 Komplikasi..............................................................................................................10
2.1.8 Prognosis.................................................................................................................10
2.1.10 Penatalaksanaan....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB 3.......................................................................................................................................21
3.1 PENGKAJIAN.........................................................................................................21
3
3.2 Data Fokus................................................................................................................29
BAB 4.......................................................................................................................................43
PENUTUP................................................................................................................................43
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................43
4.2 Saran...........................................................................................................................43
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan
global. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB paru, dimana sebagian
besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-50 tahun). Tahun 2013 terdapat 9 juta
kasus baru dan 1,5 juta kematian akibat penyakit TB paru (WHO, 2014). TB Paru merupakan
penyakit dengan morbiditas tinggi dan sangat mudah menyebar di udara melalui sputum (air
ludah) yang dibuang sembarangan di jalan oleh penderita TB Paru. Oleh sebab itu TB Paru
harus ditangani dengan segera dan hati-hati apabila ditemukan kasus tersebut di suatu
wilayah (Kemenkes RI, 2015)
Berdasarkan fenomena dilapangan terkait penyakit TB. Paru maka kelompok bersepakat
mengangkat kasus TB paru dalam laporan seminar KMB 1.
5
1.2 Tujuan
1.2.1 Melakukan pengkajian dan analisa data pada pasien Tn.B dengan tuberculosis paru
1.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Tn. B dengan
tuberculosis paru
1.2.3 Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien Tn. B dengan tuberculosis paru
1.2.4 Melakukan implementasi sesuai rencana pada pasien Tn. B dengan tuberculosis paru
1.2.5 Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien Tn. B dengan tuberculosis
1.2.6 Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien Tn. B dengan tuberculosis paru
1.3 Manfaat
1.3.1 Sebagai informasi atau kajian untuk dijadikan acuan mengenai asuhan keperawatan
pada pasien tuberculosis paru
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Gambar 1 Gambar 2
7
2.1.2 Pengertian tuberculosis paru
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis masuk kedalam
jaringan paru melalui udara dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal
sebagai fokus primer dari ghon (Wijaya, 2013).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang biasanya menyerang parenkim paru, yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. TB dapat mengenai hampir
kesemua bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah ajanan (Smeltzer & Bare,
2015).
Kesimpulan
TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru – paru
khususnya bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui udara. Namun
tidak hanya paru – paru, bagian tubuh lainnya juga dapat terserang penyakit ini
seperti meninges, ginjal, tulang dan lain sebagainya. Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan
teratur.
2.1.3 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-
0,6/um.Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid),
kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
8
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan penyakit tuberkulosismenjadi aktif lagi.Sifat lain kuman ini adalah
aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya.Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (Setiati, 2014)
2.1.4 Patofisiologi
Kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan. Bakteri yang
terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka
berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri itu juga dapat di
pindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan
banyak bakteri, limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri dan jaringan
normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli
yang dapat menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2
sampai 10 minggu setelah pemajaman. Massa jaringan baru yang disebut
granuloma merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi
oleh makrofag dan membentuk dinding protektif granuloma diubah menjadi
jaringan fibrosa bagian sentral dari fibrosa ini disebut “TUBERKEL”. Bakteri dan
makrofag menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Setelah pemajaman dan
infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit,aktif karena penyakit tidak
adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi
ulang dan aktivitasi bakteri. Tuberkel memecah, melepaskan bahan seperti keju ke
dalam bronchi. Tuberkel yang pecah,menyembuh dan membentuk jaringan parut
paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan terjadinya
bronkhopneumonia lebih lanjut (Manurung, 2009:105)
9
PATHWAY
10
d. Nyeri dada : gejala ini agak jarang yang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu klien mmenarik / melepaskan napasnya.
e. Malaise : penyakit tuberkulosi bersifat radamg yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala,meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
2.1.6 Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan
kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
pernafasan
2.1.7 Prognosis
Prognosis Tuberkulosis Paru Resolusi penuh umumnya diharapkan dalam kasus-
kasus non-MDR-dan non-XDR-TB, ketika pengobatan dengan obat anti TB telah
selesai. Dari penelitian-penelitian yang diterbitkan yang melibatkan DOT sebagai
strategi pengobatan TB, tingkat kekambuhan berkisar 0-14%. Di negara-negara
dengan tingkat TB yang rendah, kekambuhan biasanya terjadi dalam waktu 12
bulan setelah pengobatan TB selesai. Di negara-negara dengan tingkat TB yang
lebih tinggi, sebagian besar kambuh setelah pengobatan yang tepat, yang terjadi
lebih banyak adalah kasus reinfeksi daripada kasus kekambuhan.1 Prognosis yang
buruk ditandai dengan adanya keterlibatan TB ekstrapulmoner, pada orang tua, dan
riwayat pengobatan sebelumnya yang buruk. Untuk kasus dengan resistensi obat,
11
pasien dengan resistensi hanya rifampisin saja mempunyai prognosis yang lebih
baik daripada kasus MDR-TB tetapi mempunyai risiko yang lebih tinggi terjadi
kegagalan pengobatan.
12
4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
TB paru meliputi :
a. Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA
Untuk memastikan diagnostik paru, pemeriksaan ini spesifikasi karena
klien dapat didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC) Deteksi
Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh kuman TB.
g. Pemeriksaan Radiologi
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non farmakologi
a. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural,perkusi,dan vibrasi dada.
Tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam pembuangan sekresi bronkhial,
memperbaiki fungsi ventilasi, dan meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem
pernafasan agar berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare,2013).
b. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang dilakukan agar mudah membuang
sekresi dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan nafas
yang paten (Smeltzer & Bare,2013).
c. Penghisapan Lendir
13
Penghisapan lendir atau suction merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan
Penatalaksanaan farmakologi
Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
1. Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang
diberikan mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi,
diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh
PMO sampai selesai.
2. Tahapan pengobatan
pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap
lanjutan.
14
a. Tahap awal
Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung guna mencegah terjadinya resisten obat.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit
tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
Obat anti tuberculosis
1) Isoniazid (H)
2) Rifampisin (R)
3) Etambutol (E).
4) Pirazinamid (Z)
5) Streptomisin
15
TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit yang memiliki
kemiripan gejala dengan penyakit lain seperti lemah dan demam. Menurut Arif
Mutaqqin (2012) keluhan pada penderita TB paru yaitu:
a. Batuk
b. Batuk darah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Demam
f. Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang muncul biasanya keringat malam, anoreksia, malaise, penurunan
berat badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat Psiko-Sosio dan Spiritual
7. Pola kesehatan sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
Penderita TB paru urine berwarna jingga pekatdan berbau sebagai ekskresi
karena meminum OAT terutama Rifampisin (Muttaqin,2012).
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola Pesonal Hygiene
e. Aktivitas
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan kepala dan muka
c. Pemeriksaan telinga
d. Pemeriksaan mata
e. Pemeriksaan hidung
f. Pemeriksaan mulut dan faring
g. Pemeriksaan leher
h. Pemeriksaan payudara dan ketiak
i. Pemeriksaan bagian thorax
1) Inspeksi
16
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
j. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis terletak di ICS V mid klavikula sinistra
Auskultasi: BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal
Perkusi: Suara pekak.
k. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
2) Auskultasi
3) Palpasi
4) Perkusi
l. Pemeriksaan integument
Amati warna kulit, struktur kulit halus, apakah ada nyeri tekan atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
m. Pemeriksaan ekstremitas
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan ekstremitas yaitu :
nyeri, odem pada kaki atau terdapat fraktur, pergerakan dan tanda injury
17
mokus dalam jumlah pernafasan : kepatenan jalan jaw thrust sebagai mana
berlebihan, eksudat nafas teratasi mestinya
dalam jalan alveoli, dengan kriteria hasil : b) Posisikan pasien untuk
sekresi bertahan/sisa a) Frekuensi pernafasan memaksimalkan ventilasi
sekresi tidak ada deviasi dari c) Identifikasi kebutuhan
kisaran normal aktual/potensial pasien
b) Irama pernafasan tidak untuk memasukkan alat
ada deviasi dari kisaran membuka jalan nafas
normal d) Lakukan fisioterapi dada
c) Kemampuan untuk sebagai mana mestinya
mengeluarkan secret e) Buang secret dengan
tidak ada deviasi dari memotivasi pasien untuk
kisaran normal melakukan batuk atau
menyedot lendir
Monitor pernafasan
a) Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
b) Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi otot
c) Monitor suara nafas
tambahan
d) Monitor pola nafas
e) Auskultasi suara nafas, catat
area dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan
suara
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen
gas berhubungan keperawatan selama 3 x 24 a) Pertahankan kepatenan jalan
dengan perubahan jam diharapakan status nafas
membran alveolar- pernafasan : pertukaran gas b) Siapkan peralatan oksigen
kapiler teratasi dan berikan melalui system
dengan kriteria hasil : humidifier
a) Tekanan parsal oksigen di c) Berikan oksigen tambahan
18
darah arteri (PaO2) tidak seperti yang diperintahkan
ada deviasi dari kisaran d) Monitor aliran oksigen
b) Normal e) Monitor efektifitas
c) Tekanan parsial f) terapi oksigen
d) karbondioksisa di darah g) Amati tanda-tanda
arteri (PaCO2) tidak ada h) hipoventialsi induksi
deviasi dari kisaran i) oksigen
normal j) Konsultasi dengan
e) Saturasi oksigen tidak k) tenaga kesehatan lain
f) ada deviasi dari kisaran mengenai penggunaan
normal oksigen tambahan selama
g) Keseimbangan ventilasi kegiatan dan atau tidur
dan perfusi tidak ada Manajemen jalan nafas
deviasi dari kisaran a) Bersihkan jalan nafas dengan
normal teknik chin lift atau jaw
thrust sebagai mana mestinya
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka
jalan nafas
d) Lakukan fisioterapi dada
sebagai mana mestinya
3 Ketidakseimbangan Tujuan: Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari setelah dilakukan tindakan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3 x 24 a) Identiikasi ( adanya) alergi
Kriteria hasil :
Monitor tanda-tanda vital
a) Adanya peningkatan berat
badan a) Monitor warna kulit, suhu
b) Mampu mengidentifikasi dan kelembaban kulit
kebutuhan nutrisi
19
c) Tidak ada tanda malnutrisi
d) Tidak ada penurunan berat Monitor cairan
20
Lingkungan d) Imobilisasi atau sokong
bagian tubuh yang terkena
dampak, dengan tepat
e) Monitor status oksigenasi
DAFTAR PUSTAKA
21
Ref 1. Herchline, TE. Tuberculosis. [online]. [cited Apr 04]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#aw2aab6b2b6. 2. Centers for
Disease
Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.
Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: CV
Trans Info Media
BAB 3
TINJAUAN KASUS
22
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUBERCULOSIS PARU
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Alamat : Komp. Persada Raya III No 14
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : WNI
Tanggal masuk RS : 27 Desember 2022
Diagnosa Medis : obs dypsnea due to TB Paru
No. RM : 54xxxx
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Pak F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Komp. Persada Raya III No 14
Hubungan dengan pasien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pada saat melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 28 Desember 2022
pukul 09:00 WITA keluarga klien mengatakan klien mengalami sesak nafas,
batuk bedahak, badannya lemas.
23
Keluarga klien mengatakan kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami batuk, selama di rumah tidak pernah diberikan obat apapun.
Keluarga klien mengatakan klien sempat dirawat di Rumah Sakit lain selama 4
hari mulai dari tanggal 23-26 Desember 2022 dengan diagnosa medis TB
Paru, setelah keluar dari RS klien kemudian mengalami sesak dan batuk-batuk
lagi dan semakin parah sehingga oleh keluarga klien pada tanggal 27
Desember 2022 jam 22:00 WITA dibawa di RS Islam Banjarmasin dan
menjalani perawatan diruang Al-Biruni kamar 713.
3. Riwayat Kesehatan /penyakit dahulu
Klien pernah masuk Rumah Sakit tanggal 23 Desember 2022 dengan diagnosa
medis TB Paru, klien memiliki riwayat penyakit stroke sejak 5 tahun yang
lalu.
4. Riwayat Kesehatan /penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan keluarganya tidak menderita penyakit yang sama
seperti klien, dan tidak menderita penyakit menular atau penyakit keturunan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien Tn.B pada hari Rabu tanggal 28 Desember 2022
pukul 09:00 WITA, didapatkan hasil keadaan umum, pasien terlihat lemah.
Kesadaran pasien adalah samnolen dengan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
= 10 (E3: membuka mata terhadap kata-kata, V2: suara yang tidak bisa
dimengerti, M5: lokalisasi rasa sakit).
Hasil tanda-tanda vital (TTV): tekanan darah (TD) = 110/60 mmhg, nadi (N) =
70 x/menit, respirasi (R) = 28 x/menit, suhu (T) = 37,0 ℃, SPO² = 92 %, klien
menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm.
Data antropometrik, berat badan (BB) sebelum masuk rumah sakit = 47 kg,
berat badan (BB) saat di rumah sakit = 45 kg, terjadi penurunan BB pada
klien. Tinggi badan (TB) = 160 cm
2. Kulit
Pada pemeriksaan kulit didapatkan, kebersihan kulit klien terlihat kurang
bersih, terdapat luka bekas suntikan, Kulit teraba kering, turgor kulit dapat
kembali dalam < 2 detik. Warna kulit sawo matang, tidak terlihat sianosis,
suhu tubuh pasien teraba hangat dengan T = 37,0 ℃.
9. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan :
- Inspeksi : bentuk abdomen simetris, pergerakan nafas cepat dan
menggunakan otot bantu napas.
- Auskultasi : bising usus 18 x/menit.
- Palpasi :tidak ada benjolan pada abdomen, tidak ada nyeri tekan.
26
- Perkusi : bunyi abdomen klien timpani saat diperkusi pada semua
kuadran.
timpani timpani
timpani timpani
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 Desember 2022
Nilai
Nama Test Hasil Flag Unit
Rujukan
28
HEMATOLOGI
HEMOGLOBIN 9.8 L g/dl 14.0-24.0
LEUKOSIT 10.2 H /uL 4.0-10.0
ERITROSIT 4.90 juta/uL 3.50-5.50
TROMBOSIT 264 /uL 150-450
HEMATOKRIT 27.5 L % 33.0-48.0
MCV 56.2 L fl 82.0-99.0
MCH 20.0 L pg 26.0-32.0
MCHC 35.5 g/gl 32.0-36.0
GRANULA 73.1 H % 50.0-70.0
LYMPOSIT 16.5 L % 20.0-40.0
MID 10.4 % 1.0-15.0
RDW 13.7 %
P-LCR 27.6 H % 15-25
IMUNOLOGI/SEROLOGI
ANTIGEN SARS-COV-2 NEGATIF NEGATIF
KIMIA KLINIK
METABOLIK ENDOKRIN
GLUCOSE SEWAKTU 74 mg/dl <200
FUNGSI HATI
SGOT 138 H u/L <40
SGPT 30 u/L <41
29
2. Pemeriksaan Thorax kesimpulan klien mengalami TB Paru
3.
30
F. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)
31
08:00
17:00 dahak
23:00
1. Data subyektif
1. Keluarga klien mengatakan klien mengalami sesak nafas
2. Keluarga klien mengatakan klien sering batuk dan batuk nya berdahak
3. Keluarga klien mengatakan klien tidak nafsu makan, klien hanya
menghabiskan ¼ porsi makanan
4. Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami stroke 5 tahun yang lalu
2. Data obyektif
1. TTV : TD = 110/60 mmhg, N = 70 x/menit, R = 28 x/menit, T = 37,0 ℃.
2. Data antropometrik: BB sebelum masuk rumah sakit = 47 kg, berat badan BB
saat di rumah sakit = 45 kg, terdapat penurunan BB pada pasien. TB = 160 cm
3. BBI = tinggi badan -100 – 10%
= 160 -100 -10%
= 54
Jadi, BBI klien adalah 54 kg
4. Tingkat kesadaran klien samnolen dengan nilai GCS: 10
5. Klien terlihat sesak
6. Klien menggunakan oksigen nasal kanul 3 L
7. Klien batuk berdahak
8. Pernafasan klien cepat dan tampak menggunakan otot bantu napas
9. Auskultasi didapatkan bunyi nafas tambahan ronchi
10. Perkusi dada kanan dan kiri redup
11. klien terlihat lemah
12. Mukosa bibir pucat dan tampak kering
13. Skala aktivitas 0-4 (tergantung total)
14. Skala kekuatan otot 3333 3333
3333 3333
Ket : 3 = rentang gerak penuh dengan gravitasi
32
3.3 Analisis Data
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1. DS : Hambatan pertukaran gas Pola pernapasan tidak
1. Keluarga klien mengatakan klien (NANDA 2021-2023 efektif
mengalami sesak nafas Domain 3, Kelas 4, Kode
Diagnosis 00030)
DO :
1. Klien mengalami sesak nafas
2. Pernafasan klien cepat
3. Klien bernafas menggunakan
otot bantu nafas
4. Auskultasi nafas didapatkan
suara nafas tambahan ronchi
5. Perkusi dada kanan dan kiri
redup
6. Klien menggunakan oksigen
nasal kanul 3 L
7. TTV :
TD = 110/60 mmhg,
N = 70 x/menit,
R = 28 x/menit,
T = 37,0 ℃.
2. DS: Ketidakefektifan bersihan Sekresi yang tertahan
1. Keluarga klien mengatakan klien jalan nafas
sering batuk dan batuknya (NANDA 22021-2023
berdahak Domain 11, Kelas 2,
DO: Kode Diagnosis 00031)
1. Klien terlihat batuk berdahak
2. Klien tidak bisa mengeluarkan
dahak
3. Klien mengalami sesak nafas
33
4. Auskultasi terdapat bunyi nafas
tambahan ronchi
5. Tingkat kesadaran klien
samnolen dengan nilai GCS: 10
3. DS: Ketidakseimbangan Kurang minat pada
1. kelurga klien mengatakan nutrisi: kurang dari makanan
klien tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
2. keluarga klien mengatakan (NANDA 2021-2023
klien hanya menghabiskan ¼ Domain 2, Kelas 1, Kode
porsi makanan yang Diagnosis 00002)
disediakan
DO :
1. klien terlihat lemah
2. klien terlihat kurus
3. mukosa bibir pucat
4. konjungtiva anemis
5. Tingkat kesadaran klien
samnolen dengan nilai GCS:
10
6. berat badan dibawah rentang
berat badan ideal
BBI = tinggi badan -100 – 10%
= 160 -100 -10%
= 54
Jadi, BBI klien adalah 54 kg
BB normal
= - 10% BBI sampai dengan + 10%
BBI
= - 10% (54) sampai dengan + 10%
(54)
= 54,0 – 5,40 sampai dengan 54,0 +
5,40
= 48,6 kg sampai dengan 59,4 kg
Jadi, BB normal klien adalah dalam
rentang = 48,6 kg – 59,4 kg
4 DS: Hambatan Mobilitas Fisik penyakit
1. keluarga klien mengatakan
34
klien pernah menderita stroke (NANDA 2021-2023, neuromuskular
5 tahun yang lalu Domain 4, Kelas 2, Kode
DO: Diagnosis 00085)
1. klien terlihat lemah
2. kesadaran klien samnolen
dengan nilai GCS:10
3. Skala aktivitas 4 (tergantung
total)
4. Skala kekuatan otot
3333 3333
3333 3333
Ket : 3 = rentang gerak penuh
dengan gravitasi
35
Terapi oksigen:
1. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
2. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
3. Monitor kecemasan pasien
yang berkaitan dengan
kebutuhan mendapatkan terapi
oksigen
2. Ketidakefektifan bersihan Tujuan: Monitor Pernafasan :
jalan nafas b.d sekresi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda tanda vital
yang tertahan keperawatan selama 1x6 jam 2. Catat pergerakan dada,
masalah teratasi ketidakseimbangan ,penggunaa
n otot bantu napas
Kriteria hasil: 3. Monitor suara napas tambahan
- Klien tidak batuk lagi ngorok atau ronchi
- Klien dapat mengeluarkan
dahak Manajemen Jalan Nafas :
- Frekuensi nafas normal 1. Latih batuk efektif
- Irama pernafasan normal 2. Berikan terapi inhalasi
- Tidak ada suara nafas nebulizer
tambahan 3. Monitor kecepatan irama,
kedalaman dan kesulitan
bernapas
4. Monitor pergerakan dada dan
ketidak semetrisan.
3. Ketidakseimbangan Tujuan: Manajemen nutrisi
nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Identiikasi ( adanya) alergi
kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 1x6 jam atau intoleransi makanan
keengganan pada masalah teratasi 2. Anjurkan keluarga untuk
makanan memberikan makanan
Kriteria hasil: kesukaan klien
- Asupan makanan membaik 3. Monitor tanda-tanda vital
- Tidak ada dehidrasi 4. Monitor warna kulit, suhu dan
36
- Klien tidak lemas lagi kelembaban kulit
- Mukosa bibir membaik
- Energy membaik Monitor cairan :
1. Kaji status nutrisi cairan
termasuk intake dan output
2. Monitor ttv
3. Monitor status dehidrasi
(kelembaban mukosa)
4. Dorong keluarga untuk
memberi pasien minum
5. Kolaborasi pemberian cairan
IV
4 Hambatan mobilitas fisik Tujuan: Perawatan tirah baring:
b.d penyakit Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan alasan diperlukannya
neuromuskular keperawatan selama 1x6 jam tirah baring
masalah teratasi 2. Tempatkan matras atau Kasur
terapeutik dengan cara yang
Kriteria hasil: tepat
- Klien dapat bergerak secara 3. Posisikan sesuai body
mandiri alignment yang tepat
- Klien tidak lemah 4. Balikkan pasien yang tidak
- Skala kekuatan otot dapat mobilisasi paling tidak
Kembali normal setiap 2 jam , sesuai jadwal
yang spesifik
5. Ajarkan latihan di tempat
tidur, dengan cara yang tepat
37
mestinya 3. Klien diberikan oksigen
3. Memberikan oksigen nasal kanul 3 L
tambahan seperti yang
diperintahkan
2. Rabu, 28 10:00 1. Memonitor tanda tanda vital 1. TTV: Ainol
Desember 2022 2. Mencatat pergerakan dada, TD = 110/60 mmhg, Yaqin
ketidakseimbangan ,pengguna N = 70 x/menit,
an otot bantu napas R = 28 x/menit,
3. Memonitor suara napas T = 36,5 .
tambahan ngorok atau ronchi 2. Pergerakan dada klien cepat
4. Melatih batuk efektif 3. Hasil auskultasi nafas klien
5. Memberikan terapi inhalasi terdapat suara nafas
nebulizer tambahan yaitu ronchi
4. Klien dilatih untuk
melakukan batuk efektif
5. Klien mendapatkan terapi
inhalasi nebulizer 3x sehari
3. Rabu, 28 10:00 1. Mengidentifikasi ( adanya) 1. Klien tidak memiliki alergi M.
Desember 2022 alergi atau intoleransi apapun Ihsan
makanan 2. Klien diberikan makanan
2. Menganjurkan keluarga untuk kesukaan klien
memberikan makanan 3. Klien hanya mampu
kesukaan klien menghabiskan ¼ porsi
3. Mengkaji status nutrisi klien makanan yang disediakan
4. Memonitor status dehidrasi BBI = tinggi badan -100 –
(kelembaban mukosa) 10%
5. Dorong keluarga untuk = 160 -100 -10%
memberi pasien minum = 54
6. Mengkolaborasi pemberian Jadi, BBI klien adalah 54 kg
cairan IV 4. Klien jarang minum air,
mukosa bibir pucat
5. Keluarga klien memberikan
minum kepada klien sesering
mungkin
6. Klien diberikan infus D5 dan
RL
38
4. Rabu, 28 10:00 1. Menjelaskan alasan 1. Keluarga pasien memahami M.
Desember 2022 diperlukannya tirah baring alasan dilakukannya tirah Ihsan
2. Menempatkan matras atau baring
kasur terapeutik dengan cara 2. Klien diberikan matras
yang tepat terapeutik
3. Memposisikan pasien sesuai 3. Pasien diposisikan semi
body alignment yang tepat fowler
4. Membalikkan pasien yang 4. Dilakukan miring kanan
tidak dapat mobilisasi paling miring kiri pada pasien setiap
tidak setiap 2 jam , sesuai 2 jam sekali
jadwal yang spesifik 5. Keluarga memahami cara
5. Mengajarkan latihan di tempat latihan di tempat tidur
tidur, dengan cara yang tepat
39
- Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
2. Rabu, 14:00 S: keluarga klien mengatakan klien masih batuk Nur
28 Desember 2022 O: Hafizah
- Klien batuk berdahak
- Terdapat suara nafas tambahan ronchi
- Klien belum bisa mengeluarkan dahak
- TTV:
TD = 110/60 mmhg,
N = 70 x/menit,
R = 28 x/menit,
T = 36,5 ℃.
A: masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
40
O:
- Badan klien terlihat lemah
- kesadaran klien samnolen dengan nilai GCS:10
- Skala aktivitas 4 (tergantung total)
- Skala kekuatan otot
3333 3333
3333 3333
Ket : 3 = rentang gerak penuh dengan gravitasi
A: masalah belumteratasi
P: intervensi dilanjutkan :
- Posisikan sesuai body alignment yang tepat
- Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling
tidak setiap 2 jam , sesuai jadwal yang spesifik
- Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan cara yang
tepat
41
sebagaimana mestinya
- Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
Kamis, 29 09:00 2 1. Memonitor tanda tanda vital S: keluarga klien mengatakan klien Natasha
Desember 2. Memonitor suara napas masih sering batuk Meilani
2022 tambahan ngorok atau O: P.
ronchi - Klien terlihat batuk
3. Memberikan terapi inhalasi berdahak
nebulizer - Terdapat suara nafas
tambahan ronchi
- TTV:
TD = 111/62 mmhg,
N = 87 x/menit,
R = 24 x/menit,
T = 36,5 ℃.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
42
- Kaji status nutrisi klien
- Kolaborasi pemasangan
NGT untuk memenuhi
nutrisi klien
- Kolaborasi pemberian
cairan IV
Kamis, 29 09:00 4 1. Memposisikan sesuai body S: keluarga klien mengatakan klien Nur
Desember alignment yang tepat belum bisa bergerak Hafizah
2022 2. Membalikkan pasien yang O:
tidak dapat mobilisasi - Klien tampak lemah
paling tidak setiap 2 jam , - kesadaran klien samnolen
sesuai jadwal yang spesifik dengan nilai GCS:10
3. Mengajarkan latihan di - Skala aktivitas 4
tempat tidur, dengan cara (tergantung total)
yang tepat - Skala kekuatan otot
3333 3333
3333 3333
Ket : 3 = rentang gerak
penuh dengan gravitasi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan :
- Posisikan klien sesuai body
alignment yang tepat
- Balikkan pasien yang tidak
dapat mobilisasi paling
tidak setiap 2 jam , sesuai
jadwal yang spesifik
- Kaji skala aktivitas dan otot
klien
Jum,at, 30 09:00 1 1. Memonitor status S: keluarga klien mengatakan klien Rizky
Desember pernafasan dan oksigenasi, sesak Lusyana
2022 sebagaimana mestinya O: Dewi
2. Memberikan oksigen - Klien terlihat sesak
tambahan seperti yang - Klien bernafas
diperintahkan menggunakan otot bantu
43
nafas
- TTV:
TD = 128/72 mmhg,
N = 89 x/menit,
R = 26 x/menit,
T = 36,5 ℃
- Klien menggunakan oksigen
3L
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
44
- Berat badan klien belum
naik
- Pemasangan NGT pada jam
13:00
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
45
Desember bedrest masih sesak dan tidak bis ajika lepas Hafizah
2022 2. Memberikan oksigen sesuai dari oksigen tambahan
keperluan O:
- Klien terlihat sesak
- Klien bernafas
menggunakann otot bantu
nafas
- Klien menggunakan oksigen
nasal kanul 3 L
- TTV:
TD = 109/59 mmhg,
N = 83 x/menit,
R = 20 x/menit,
T = 36,5 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan perawat
ruangan
Sabtu, 30 08:00 2 1. Memonitor tanda tanda vital S: keluarga klien mengatakan klien M. Ihsan
Desember 2. Memonitor suara napas masih sering batuk
2022 tambahan ngorok atau O:
ronchi - Klien batuk berdahak
3. Memberikan terapi inhalasi - Terdapat suara nafas
nebulizer tambahan ronchi
- Klien terdengar ngorok
- TTV:
TD = 109/59 mmhg,
N = 83 x/menit,
R = 20 x/menit,
T = 36,5 ℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan perawat
ruangan
Sabtu, 30 08:00 3 1. Mengkaji status nutrisi klien S: keluarga klien mengatakan klien Natasha
Desember 2. Memastikan pemberian hanya makan melalui NGT Meilani
2022 makan melalui NGT sesuai O: P.
jam yang dianjurkan - Klien makan melalui NGT
46
3. Mengkolaborasi pemberian - Klien terlihat lemah
cairan IV - Mukosa bibir pucat
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan perawat
ruangan
Sabtu, 30 08:00 4 1. Memposisikan klien sesuai S: keluarga klien mengatakan klien Natasha
Desember body alignment yang tepat belum bisa bergerak Meilani
2022 2. Membalikkan pasien yang O: P.
tidak dapat mobilisasi - Klien tampak lemah
paling tidak setiap 2 jam , - kesadaran klien samnolen
sesuai jadwal yang spesifik dengan nilai GCS:10
3. Mengkaji skala aktivitas - Skala aktivitas 4
dan otot klien (tergantung total)
- Skala kekuatan otot
3333 3333
3333 3333
Ket : 3 = rentang gerak
penuh dengan gravitasi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan perawat
ruangan
47
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa medis tuberculosis paru
dapat diambil kesimpulan:
1. Keluhan yang dirasakan pasien sesak, batuk berdahak dan badan terasa
lemas
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Hambatan pertukaran gas b.d pola pernapasan tidak efektif
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
keengganan pada makanan
1. Intervensi keperawatan yang dilakukan disesuaikan dengan prioritas
masalah yang muncul pada pasien.
2. Tindakan yang dilakukan diaplikasikan secara mandiri dan kolaborasi
sesuai dengan prioritas masalah pasien.
3. Selama 3 hari dilakukan intervensi keperawatan.
4.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan khususnya yang sedang atau akan melakukan
praktek di rumah sakit agar mampu melakukan asuhan keperawatan secara
holistik dengan melakukan pengkajian secara jeli dan mendalam terkait kasus
yang ditemui, mampu menentukan masalah keperawatan sesuai prioritas
berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian. mampu menyusun rencana
keperawatan terkait masalah yang ditemui dan mampu melakukan
implementasi sesuai dengan rencana yang telah disusun serta mampu
melakukan evaluasi terhadap masalah berdasarkan implementasi yang telah
dilakukan
48