Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny. A DENGAN DIAGNOSIS MEDIS TUBERKULOSIS PARU DAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA RENDAH DIRI DI RUANG
GARDENIA RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh :
Nama: Sunardi
NIM : 2019.C.11a.1029

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, karunia,serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan
Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru (TB
Paru) Diruang Gardenia RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Tuberkulosis Paru ( TB Paru ).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta.A, S.Kep.,Ners, Selaku Koordinator PPK1 Semester IV
tahun 2021
4. Nia Pristina, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua

Palangka Raya, 09 Juli 2021

Sunardi

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Penyakit.................................................................................... 4
1.1.1 Definisi ....................................................................................... 4
1.1.2 Anatomi fisiologi ........................................................................ 4
1.1.3 Etiologi ....................................................................................... 7
1.1.4 Klasifikasi ................................................................................... 7
1.1.5 Patofisiologi ................................................................................ 8
1.1.6 Manisfestasi Klinis ..................................................................... 11
1.1.7 Komplikasi .................................................................................. 12
1.1.8 Pemeriksa Penunjang .................................................................. 12
1.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................................... 13
1.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Harga Diri Rendah ....................... 15
1.1.1 Pengertian…………………………………. …………………. 15
1.2.2 Etiologi ……………………………………. ………………. 17
1.2.3 Klasifikasi ………………………………………………….. 18
1.2.4 Patofisiologi ………………………………………………… 20
1.2.5 Manifestasi Klinis…………………………………………… 22
1.2.6 Komplikasi…………………………………………………... 23
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………………… 24
1.2.8 Penatalaksanaan Medis………………………………………. 25
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ........................................................ 26
1.3.1 Pengkajian Keperawatan………………………… …………. 26
1.3.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI) ……………………………... 28
1.3.3 Intervensi Keperawatan (SLKI dan SIKI) …………………... 28
1.3.4 Implementasi Keperawatan………………………………….. 30
1.3.5 Evaluasi Keperawatan……………………………………….. 31
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………. 32

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan
organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal
yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman
tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya
(Depkes, 2008).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru


yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Dengan demikian, bahwa penyakit Tuberculosis (TBC) itu disebakan


karena adanya bakteri Mikobakterium Tuberculosis. Oleh karena itu untuk
mencegah penyakit menular ini sebainya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
dan juga harus benar-benar ditangani dengan cepat.
1.1.2 Anantomi Fisiologi

iv
Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen
dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida
dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga proses . Proses yang
pertama yaitu ventilasi, adalah masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke
luar paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi
darah dalam sirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari
oksigen dan karbondioksida dengan darah.

1. Hidung/naso : Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 saluran udara
yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi) dipisahkan oleh sekat
hidung ( septum nasi), terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring
udara debu, dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.

2. Faring
Meruapakan tempat persimpanan anatara jalan makan, yang berbentuk
seperti pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan osofagus.

3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau
penghasil suara yang dipakai berbicara dan beryanyi, terletak didepan bagian
faring.

4. Trakea
Batang tenggorokan kira- kira panjangnya 9 cm, trakea berupa cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan lingkaran fibrosa.

5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebrata torakolis ke IV dan V.

v
6. Paru – paru
Merupakan sebuah alat yang sebagian besar teridiri dari gelembung–
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel
endotel. Pernafaan paru – paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondiokasida yang terjadi pada paru – paru atau pernapasan eksternal,
oksigen di ambiloleh sel darah merah dibawa ke jantung disampaikan ke
seluruh tubuh.

7. Ventilasi

Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena
terdapat perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan
tekanan intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan
atmosfir maka udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila
tekanan intapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan
bergerak keluar dari paru ke atmosfir disebut ekspirasi.

8. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam
paru terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler
paru, oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di
kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru.
Sebaliknya, karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler
paru dibanding di alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler
paru ke alveoli. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem
peredaran dara, dari paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut transportasi dan
pertukaran oksigen dan karbondioksida darah. Pembuluh darah kapiler
jaringan dengan sel-sel jaringan disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses
metabolik intrasel yang terjadi di mitokondria, meliputi penggunaan oksigen
dan produksi karbondioksida selama pengambilan energi dari bahanbahan
nutrisi.

vi
1.1.3 Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet
Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600 C dalam
15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,
sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2005).
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah
(droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi
melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung.
(Wim de Jong, 2005).

1.1.4 Klasifikasi
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1.) Berdasarkan organ yang terinvasi
TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. TB Paru BTA Positif Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu)
hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai  pemeriksaan
radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif.
b. TB Paru BTA Negatif Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak
SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan

vii
gambaran TB aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi
positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan
keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.

2.) TB ekstra paru


Yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain  paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat
kelamin.

1.1.5 Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon
ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
(Dannenberg1981). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah
lobus atas paru- paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah
tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini.
Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.

viii
Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau
proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju
yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberke.

ix
10

sWeb of Caution (WOC) TB Paru

Sumber :Menurut Raviglione. 2010. PatofisiologiPenyakitLimfadenitisTuberkulosis. Edisi 2.Jakarta : EGC

Droplet mengandung micobecterium Udara tercemar micobecterium tuberkulosae


tuberkulosae

Proses Peradangan, tuberkel


Abnormalitasgenetik, faktor Terhirup lewat saluran pernapasan, masuk ke paru-paru,masuk ke alveoli Kurang terpapar informasi
lingkungan, infeksi virus

Mycrobacterium tuberkulosis
Defisit pengetahuan
TB Paru

B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone

Kehilangan cairan Penyubatan Bakteri Reaksi infeksi dan Profiferasi sel epitel di
Miobacterium Perubahan cairan
dan elektrolit pembuluh darah merusak parenkim sekeliling basil dan
intrapleura
paru membentuk dinding
Terhirup kesaluran antara basil dan organ
Ketidakseimbangan Aliran darah tidak
asam basa adekuat pernafasa masuk ke
paru-paru,dan masuk ke Reaksi sistematis Reaksi sistematis Menyebar melalui kelenjar
alveoli getah bening, ke kelenjar
Asidosis metabolik Iskemik paru regional menimbulkan
reaksi oksidasi
Mual, bb turun
Resfon imflamasi Anoreksia, mual, dan
Nafas cepat dan
berat badan menurun
dangkal Penurunan suplai O2 Proses peradangan
keotak
Produksi mediator Resiko kekurangan
nyeri nyeri cairan dan elektrolit
Produksi secret Mengalami perkejuan
Pergerakan otot meningkat Risiko defisit nutrisi
meningkat
menurun
Nusiseptor
terangsang Difusi 02 menurun
11

1. Bersihan jalan Gangguan


napas tidak efektif pertukaran gas Intoleransi
2. Pola nafas tidak Nyeri akut aktivitas
efektif
12

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya


Intoleransi
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.aktivitas
Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan
cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa
kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kreativitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan
perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat
dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis
penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
keorgan-organ lainnya.

1.2.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala tuberkulosis adalah:


1. Demam
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu –
minggu sampai berbulan – bulan)
13

6. Peningkatan frekuensi pernapasan


7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
9. Demam persisten
10.Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan
berat badan

1.2.7 Komplikasi
Menurut Sudoyo (2007) penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani
dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi
dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s
arthropathy.
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis (SOFT), kerusakan parenkim berat ; SOPT / fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS),
sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

1.2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA
pada sputum seseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis paru. Pemeriksaan
sputum juga dapatmengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan.
Pemeriksaan ini mudah dan murah, tapi kadang-kadang sulit untuk
mendapatkan sampelsputum. Apabila ditemui kesulitan dalam mendapatkan
sampel maka dapat dilakukan hal sebagai berikut :
1). Pada pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum air sebanyak +2liter dan
dianjurkanmelakukan reflex batuk.
2). Memberi tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi
larutan garamhipertonik selama 20-30 menit. (Zulkifli Amin dan Asril
Bahar,2009)Sputum yang diperiksa terdiri dari 3 spesimen, yaitu :
a. Dahak setempat pertama ketika pasien dating
14

b. Dahak pagi hari berisi semua dahak yang terkumpul selama 1-2 jam
pertama
c. Dahak setempat kedua ketika pasien kembali membawa dahak pagi hari
2. Rontgen Dada
Dilakukan untuk melihat kondisi sebagian besar bagin tubuh termasuk
masalah pada organ dalam serta menampilkan kondisi pada tulang, sendi dan
mangamati perkembangan penyakit serta mengetahui kemajuan dari pengobatan
yang di lakukan.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


1.1.9 1 Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan :
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
1.1.9 2 Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan :
setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
* Streptomisin injeksi 750 mg.
* Pas 10 mg.
* Ethambutol 1000 mg.
* Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan :
15

setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan


pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum
obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
* INH.
* Rifampicin.
* Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
* Rifampicin.
* Isoniazid (INH).
* Ethambutol.
* Pyridoxin (B6).

1.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


1.2.1 Defenisi
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan

harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan

harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,

yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak

mampu dalam mencapai keinginan (Fitria, 2009).

Menurut Fitria (2009),harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang

sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,

perubahan).
16

2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami

evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu

lama.

1.1.2 Etiologi

Etiologi harga diri rendah dan dapat terjadi secara :

1. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,

dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena

sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien

yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,

pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).

b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai

karena dirawat/ sakit/ penyakit.

c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai

pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa

persetujuan.

2. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum

sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian

sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat

ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
17

jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah

kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai,

tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep,

2007).

1.2.3 Klasifikasi

Klasifikasi harga diri rendah dalam diagnosa keperawatan NANDA 2010


adalah:
1. Harga diri rendah situasional
Harga diri rendah situasional adalah persepsi negatif tentang diri sendiri
karena adanya situasi yang terjadi seperti, karena adanya trauma yang muncul
secara tiba-tiba misalnya,harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara
termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat lingkungan klien tidak
nyaman, kegagalan yang dialami, perubahan peran sosial dan adanya penolakan
dari lingkungan. Tanda dan gejala adalah merasa tidak mampu menghadapi suatu
peristiwa, merasa bimbang, merasa tidak berguna, bicara lambat, dan perilaku
tidak asertif (tidak mampu mengkomunikasikan keinginannya).
2. Harga diri rendah kronik
Perasaan negatif tentang diri sendiri yang berlangsung lama. Individu
dengan harga diri rendah kroniksebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Faktor pendukung peyebab
harga diri rendah kronik yaitu tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, kurang
kasih sayang, kurang mengambil bagian dalam suatu masyarakat, tidak dianggap
di lingkungan, ketidaksesuaian perilaku dengan norma yang ada, tidak melakukan
aturan norma spiritual, merasa tidak dihargai orang lain, gangguan psikiatrik,
mengalami kegagalan yang berulang, berpikir negatif, adanya peristiwa yang
mengakibatkan trauma. Tanda dan gejala adalah bergantung dengan orang lain,
merasa tidak mampu mengahadapi suatu peristiwa, berpikir negatif yang
berlebihan tentang diri sendiri, merasa bersalah, merasa malu, sering kurang
berhasil dalam suatu kegiatan, tidak mau mencoba situasi baru, merasa ragu,
18

kontak mata kurang, perilaku tidak asertif, mengkritik diri sendiri dan menolak
hal positif yang ada pada dirinya (menolak diri sendiri).

1.2.4 Patofisiologi

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien
sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon
negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis. Psikodinamika terjadinya Harga Diri Rendah dapat dijelaskan
pada gambar 2.2 berikut ini :
19

1.2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil
wawancara dan observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
20

1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain


2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
b. Data objektif
1) Penurunan produktifitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara rendah
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah
menurut Fitria (2009) adalah:
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) selera makan kurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah

1.2.6 Komplikasi
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial:menarik diri,
isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial (DepKes RI, 1998, dalam Wijayaningsih, 2015:52). Isolasi sosial menarik
diri sering ditunjukan dengan perilaku antara lain:

1. Data Subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan ataupun pembicaraan.
21

b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.


c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
2. Data Objektif:
a. Kurang spontan dalam diajak bicara.
b. Apatis. c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Psikologi :
a. Pemeriksaan Psikiatri
b. Pemeriksaan Psikometri
2. Pemeriksaan lain jika diperlukan
a. Darah rutin
b. Fungsi hepar
c. Faal Ginjal
d. Enzim hepar
e. EKG
f. CT scan
g. EEG

1.2.8 Penatalaksanaan Medis

Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu


metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan
kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan
komunikasi yang efektif.
Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan pada pasien
menurut Suhron (2017) diantaranya:
1. Tujuan keperawatan: pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
22

e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih


2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan
kegiatan yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali
perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien. Poltekkes Kemenkes Padang
23

4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya


menyusun rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi
usaha untuk mengetahui permasalahan klien yaitu pengumpulan data tentang
status kesehatan klien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan
berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian
keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan, pengkajian,
pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis. Dalam
pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam melakukan komunikasi,
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010 dalam Wibowo
2016).

1. Biodata
1) Identitas Pasien
Nama, alamat, umur, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama, alamat, umur, pekerjaan, hubungan dengan klien.
24

2. Riwayat Penyakit (Muttaqin, 2008)

1) Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Keluhan respiratoris, meliputi:


 Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat
nonprodukti/produktif atau sputum bercampur darah.

 Batuk darah
Keluhan batuka darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan
utama pasien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut
klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus menanyakan
seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa
garis, atau bercak-bercak darah.

 Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkin paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan
lain-lain.
 Nyeri dada
Nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul
apabila system persarafan di pleura terkena TB.

b. Keluhan sistematis, meliputi :

 Demam
25

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

 Keluhan sistemis lain


Keluhan yang bisa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul
dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya
kata“Ya”atau”Tidak” atau hanya dengan anggukan dan gelengan kepala. Apabila
keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa
lama keluhan batuk muncul (onset). Apakah ada keluhan lain seperti demam,
keringat malam, atau menggigil. Tanyakan apakah batuk disertai sputum kental
atau tidak, Apakah klien mampu melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan
sekret.
Apabila keluhan utama batuk darah , maka perlu ditanyakan kembali
berapa banayak darah yang keluar. Saat melakukan suatu anamnesis,perawat
perlu meyakinkan pada klien tentang perbedaan antara batuk darah dan muntah
darah, karena pada keadaan klinis, hal ini sering menjadi rancu.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa
kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening dan penyakit lain
yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


26

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu


menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.

5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psikologi pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data hasil
pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini Perawat
juga perlu menanyakan kondisi pemukiman tempat tinggal klien hal ini penting
mengingat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di
pemukiman padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah
hidup ditempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari
kurang.

6) Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu
dinilai secara umum tentang kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis,
somnolen, spoor, soporkoma, atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya
didapatkan peningktan suhu tubuh secra signifikan, frekuensi napas meningkat
apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan bfrekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya
sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.

B. B1 (Breathing)
a) Inspeksi
Bentuk dada, gerakan pernapasan, batuk, sputum.
b) Palpasi
27

Palpasi trakhea, gerakan dinding thoraks/ekskrusi pernapasan, getaran suara


(fremitus vocal).
c) Perkusi
Pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
d) Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit.

C. B2 (Blood)
a) Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
b) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah.
c) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura
massif mendorong ke sisi sehat.

D. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmentis ditemukan adanya sianosi perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat.

E. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar terbiasa
dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan
funsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama
Rifampisin.

F. B5 (Bowel)
28

Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan


penurunan berat badan.

G. B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga menjadi tak teratur.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d perubuhan frekuensi nafas berubah
(D.0001,Halaman 18)
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-ferfusi (D.003
Halaman 22)
c. Resiko intoleransi aktivitas b.d gangguan pernapasan (D.0060. Halaman
135)
d. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur (D.0055. Halaman 126 )
e. Nyeri akut b.d tekanan darah meningkat (D.0077.Halaman 172)
f.
1.3.3 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Bersihan jalan Setelah diberikan 1. monitor tanda-
nafas tidak efektif asuhan keperawatan tanda vital pasien
berhubungan selama 3x24 jam 2. observasi pola
dengan mucus diharapkan bersihan pernapasan pasien
yang berlebihan jalan nafas klien efektif 3. berikan
dengan kriteria hasil : udara/oksigen
- Kemudahan 4. pengaturan posisi
bernafas pasien semi flower
- Frekuensi dan 5. kolaborasi
irama pemberian obat
pernafasan baik menggunakan
29

- pergerakkan terapi Nebulizer


sputum keluar
dari jalan nafas
dengan baik
Gangguan Setelah dilakukan 1. kaji frekuensi
pertukaran gas asuhan keperawatan kemudahan
berhubungan selama 3x24 jam bernafas
dengan perubahan diharpakan pertukaran 2. observasi
membrane gas efektif dengan membrane
alveolus-kapiler kriteria hasil : mukosa. Catat bila
- menunjukan ada sianosis perifer
perbaikan atau sirkulasi
ventilasi dan sentral
oksigen 3. pertahankan
membaik istirahat dan tidur
- jaringan dengan 4. posisikan tidur
GDA dalam semi flower
rentang normal
dan tidak ada
lagi gejala
distress
pernafasan
Risiko intoleransi Setelah dilakukan 1. monitor asupan
aktivitas asuhan keperawatan nutrisi untuk
berhubungan diharapkan aktivitas memastikan
dengan suplai normal dengan krtiteria keadekuatan
oksigen dan hasil : sumber energi
nutrisi menurun - pada saat 2. rencanakan jadwal
beraktivitas antara aktifitas dan
pola nafas istirahat
stabil 3. kolaborasi dengan
- klien dapat medis untuk
bergerak tanpa memberika terapi
30

pembatasan fisik sesuai


indikasi

Ganguan pola Setelah dilakukan 1. Monitor pola


asuhan keperawatan di
tidur berhubungan tidur pasien
harapkan pola tidur
dengan kurangnya normal dengan kriteria 2. Beri pasien
hasil :
kontrol tidur terapi musik
- istirahat pasien
terpernuhi agar rileks
- pasien tidak
3. Jaga
merasa pusing
karena tidur kebisingan di
yang kurang
sekitar
cukup
- pasien terlihat lingkungan
fresh kembali
pasien.
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
asuhan keperawatan
berhubungan pasien
diharapkan nyeri
dengan tekanan mereda denan kriteria 2. Kaji skala nyeri
hasil :
darah meningkat pasien
- Pasien tidak
mengeluh nyeri 3. Kolaborasi
lagi
pemberian obat
- Pasien bisa
lebih tenang sesuai advis dokter
dengan
kondisinya
31

Harga diri rendah Setelah melakukan • Monitor pernyataan


kronis asuhan keperawatan klien mengenai harga
berhubungan kepada pasien diri.
dengan emosional • Bantu klien
- Klien dapat
pasien mengidentifik untuk
asi mengidentifikasi
kemampuan
dan aspek kemampuan dan aspek
positif yang positif yang dimiliki.
dimiliki.
- Klien dapat • Bantu klien untuk
menilai menemukan
kemampuan
yang dapat penerimaan diri.
digunakan. • Fasilitasi lingkungan
- Klien
mengikuti dan kegiatan yang
program akan meningkatkan
pengobatan
secara harga diri.
optimal
• Berikan penghargaan
atau pujian terhadap
klien atas kemajuan
klien.

1.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,
perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya .
32

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang No.110 Telp/Fax (0536) 3227707

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Sunardi


Nim : 2019.C.11a.1029
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : 02 Maret 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 02 Maret 2021 & 09:00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Mendawai., Gg. Setia
Tgl MRS : 26 Februari 2020
Diagnosa Medis : TB Paru

B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Demam disertai batuk-batuk kurang lebih 1 bulan

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Sekarang A. Propocative / Palliative

1. Apa penyebabnya :

Pasien dating dengan keluhan demam disertai batuk-


batuk kuerang lebih 1 bulan.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Perawatan

selama dirumah sakit dan obat-obatan

B. Quantity / Quality
1. Bagaimana dirasakan :

Menurut keluarga selama di rumah, Pasien sering berdiam diri dan


mengurung diri, pasien jarang melakukan interaksi dengan
33

lingkungan tempat tinggal karena dia merasa dijauhi dan


dicemoohi tetangga sekitar rumah karena penyakitnya.

3. Riwayat kesehatan masa lalu

A. Penyakit yang pernah dialami


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit seperti Hipertensi
dan TB Paru

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan : -

C. Pernah dirawat / dioperasi

Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.

D. Lama dirawat : -

E. Alergi

Klien tidak mengalami riwayat alergi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak pernah
memiliki riwayat penyakit keluarga seperti pasien dan tidak memiliki
riwayat penyakit seperti Hipertensi, Diabetes , dan penyakit menular
lainnya.

GENOGRAM KELUARGA :

Laki-laki

Perempuan

Tinggal serumah
34

-----

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :

2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compas Mentis
b. Ekspresi Wajah : Meringis
c. Bentuk badan : Bungkuk
d. Cara berbaring/bergerak : Bebas
e. Bicara : Baik
f. Suasana Hati : Sedih
g. Penampilan : Kurang rapi
h. Fungsi kognitif : :
 Orientasi Waktu : Pasien mengatahui malam dan siang
 Orientasi Orang : Pasien mengetahui petugas kesehatan dan
keluarga
 Orientasi Tempat : pasien mengetahui bahwa beliau berada di
Rumah Sakit.

i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visua


Lainnya...........................
j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial
Flight oh ideas
Lainnya ............................
k Insight : Baik Mengingkari
Menyalahkan Orang lain
l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal Adaftip
m. Keluhan Lainnya :
Klien mengatakan bahwa dia merasa malu dengan penyakit yang dideritanya
karena tidak dapat membantu ibunya bekerja.

3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 39 0
C /  Axilla Rektal Oral
b. Nadi /HR : 100 x/Menit
35

c. Pernapasan/RR : 27 x/Menit
d. Tekanan Darah/BP : 110/90 mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : Tidak merokok
Batuk, sejak satu bulan yang lalu
Batuk darah, sejak : tidak ada
Sputum, warna kuning
Sianosis
 Nyeri dada
Dyspnoe Orthopnoe Lainnya
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat
istirahat
Type Pernafasan Dada Perut  Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan  Teratur Tidak teratur
Suara Nafas  Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya
Keluhan lainnya : Pasien mengatakan Batuk batuk selama1 bulan
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Total Nilai GCS (15) : Normal


Kesadaran :  Compos Menthis Somnolent
Delirium
Soporus Coma
Sulit dinilai
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan  Positif Negatif


Kiri  Posistif Negatif
36

Nyeri, lokasi …………………………….


Vertigo Gelisah Aphasia
Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Tremor
Pelo

5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )

Nyeri dada Kram kaki Pucat


Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut - Cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat
Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat
Suara Jantung  Normal,
Ada kelainan
Keluhan Lainnya : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN ( BRAIN )
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Soporus Coma Sulit dinilai
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Posistif Negatif

Nyeri, lokasi
Vertigo Gelisah Aphasia
Kesemutan

 Bingung Disarthria Kejang


Tremor
Pelo

Uji Syaraf Kranial :


Nervus Kranial I: (olfaktorius) Pasien dapat mencium aroma minyak kayu putih
37

Nervus Kranial II : (Optikus) Pasien dapat melihat dengan baik

Nervus Kranial III: (Okulomotoris) pasien dapat menggerakkan konjungtiva dan


feklek pupil

Nervus Kranial IV: (Trokhlearis) Pasien dapat menggerakkan bola mata ke atas
dan ke bawah

Nervus Kranial V: (Trigeminus) Pasien dapat menggerakkan rahang ke semua


arah

Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pasien dapat menggerkan mata ke semua sisi

Nervus Kranial VII: (Facialis) Pasien dapat menerima rangsangan wajahnya

Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pasien dapat mendegarkan orang berbicara

Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Pasien dapat menelan

Nervus Kranial X : (Vagus) Tidak dilakukan

Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pasien dapat menggerakkan kepalanya

Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pasien dapat menjulurkan lidahnya

Uji Koordinasi :

Refleks Lainnya : Normal


Uji Sensasi : Tidak dilakukan
Keluhan Lain : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah keperawatan lainnya

6. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urin : 1700 cc 3 x/hr
Warna : Kuning pekat
Bau : Khas amoniak
Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan lainnya

Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan l


38

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : Lembab tidak pucat
Gigi : Tidak Lengkap
Gusi : Merah Muda
Lidah : Normal
Mukosa : Lembab
Tonsil : -
Rectum : Tidak ada lesi atau gangguan
Haemoroid :-
BAB : 1 x/hr Warna : Kuning Konsistensi : Padat
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar
Lavement

Bising usus : 15 (normal)


Nyeri tekan, lokasi : Mulut
Benjolan, lokasi : Tidak ada
Keluhan Lainnya : nyeri saat menelan dan terdapat jamur dimulut

Masalah Keperawatan : candiasis mulut

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )


Kemampuan pergerakan sendi  Bebas Terbatas
Parese/lemah, lokasi …………………………………………
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….
Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….
Nyeri, lokasi ………………………………………….
Bengkak, lokasi ………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Spastisitas, Lokasi .......................................................
Ukuran Otot  Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Uji Kekuatan otot :  Ekstrimitas Atas 5/6 . Ekstrimitas Bawah
4/5
Deformitas tulang, lokasi Tidak ada perlukaan dan peradangan
Peradangan, lokasi ………………………………………
Perlukaan, lokasi ………………………………………..
Patah tulang, lokasi Tidak ada patah tulang
Tulang Belakang  Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis
39

10. KULIT – RAMBUT - KUKU


Riwayat Alergi Obat
………………………………………………………..
Makanan
……………………………………………………
Kosametik
………………………………………………….
Lainnya
……………………………………………………..
Suhu Kulit  Hangat Panas Dingin
Warna kulit  Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning
Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik Cukup Kurang
Tekstur  Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi …………………………
Pustula, lokasi …………………………
Nodula, lokasi …………………………
Vesikula, lokasi …………………………
Papula, lokasi …………………………
Ulcus, lokasi …………………………….
Jaringan Parut, lokasi
……………………………………………………….....................
Tekstur rambut : Halus dan Beruban
Distribusi rambut : Merata
Bentuk kuku  Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya ……………….
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. SISTEM PENGINDRAAN


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda
Buta/gelap
Gerakan bola mata  Bergerak normal Diam
Bergerakspontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :+
Mata Kiri (VOS) :+
Sclera :  Normal/putih Kuning/ikterus
Merah/hifema
Konjunctiva Merah muda  Pucat/anemic
Kornea  Bening Keruh
Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya
………….
Nyeri : ….
……………………………………………………………………...
40

Keluhan Lain :
…………………………………………………………………………
Masalah :
………………………………………………………………………….
b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang  Berdengung
Tuli
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk :  Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna ………………….. Integritas
………………..
Septum nasal Deviasi Perforasi
Peradarahan
Sekresi, warna …………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya  Tidak
Jaringan Parut Ya  Tidak
Kelenjar limfe Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi : Tidak ada
Gatal-gatal, lokasi : Tidak ada
Gland Penis : Normal
Maetus Uretra : Normal
Discharge , warna : Kuning
Srotum : Normal
Hernia : Normal
Kelainan : Tidak ada Kelainan
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………
Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………
Perdarahan : …………………….....………………
Flour Albus : ……………….......…………………..
41

Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ………….............………. minggu
Taksiran Partus : ……………………...……
Lainnya
: .............................................................................................
.........
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola …………………………………………..
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………….............

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengetahui keadaanya. Pasien ingin cepat sembuh untuk
melakukan aktivitasnya seperti dulu sebelum sakit.

2.Nutrisi dan Metabolisme


TB : 165 Cm
BB Sekarang : 53 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
Diet : 18,5
Biasa Cair Saring  Lunak
Diet Khusus :
Rendah Garam Rendah Kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya
………………
Mual Muntah ……….. kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Keluhan Lainnya :

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 2x1 sehari 3x1 hari
42

Porsi 1/2 porsi 1 porsi


Nafsu makan Kurang baik Baik
Jenis Makanan Nasi , ayam Nasi, sayur, ayam,
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 ± 1000 cc/24 jam ±1500 cc/24 jam
jam
Kebiasaan makan Pagi, Malam Pagi, siang, Malam
Keluhan/masalah Nyeri saat menelan Tidak Ada
makanan

Masalah Keperawatan : Candiasis mulut

3. Pola istirahat dan tidur :


Pola istirahat dan tidur pasien normal.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4. Kognitif : Pasien kurang tau akan penyakitnya

Masalah Keperawatan :

5. Konsep Diri :
Gambaran Diri : Pasien sadar bahwa dirinya sakit
Ideal Diri : Pasien ingin cepat Sembuh
Identitas Diri : Pasien sadar bahwa dia adalah seorang Ibu
Harga Diri : Pasien merasa kalau dirinya tidak pernah dihargai orang lain
dan dijauhi orang lain karena penyakitnya
Peran : Membantu orang tua dirumah.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

6. Aktivitas Sehari-hari :
sebelum sakit dan di rawat di RS, pasien mengurung diri di kamar
dan sedangkan setelah di rawat di RS pasien hanya di dalam kamar rawat.

7. Koping-Toleransi terhadap Stress


Apabila ada masalah pasien selalu diam dan tidak mau bercerita
kepada orang lain

3. Nilai-Pola Keyakinan

Keyakinan Pasien Sangat Menyakini dan mempercayai Agamanya.


43

E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi : Kurang baik

2. Bahasa sehari-hari : Dayak dan Banjar

3. Hubungan dengan Keluarga : Kurang Baik

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Kurang baik

5. Orang berarti/terdekat : Ibunya An.A

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang : Membantu Ibunya di rumah

7. Kegiatan beribadah : Baik

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

No. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Radiologi


1. Bakteri tahan asam (BTA) di Foto Thorak TB Paru Primer
sputum

2. HIV Positif ( CD4 350


sel/mm²

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

NO NAMA OBAT DOSIS INDIKASI


1. Terapi O2 3-4
liter/menit
2. Infus RL/D5

3. Paracetamol 3x500 mg
4. Nystatin oral drops 4x2 cc
5. Fluconazole oral 1x100 mg

Palangka Raya, 09 Juli 2021


Mahasiswa,
44

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS:
45

Pasien mengatakan demam Bakteri masuk ke pernafasan Bersihan jalan nafas tidak
disertai batuk-batuk atas dan mencapai alveolus efektif.

DO: Muncul reaksi radang
- Terpasang cairan infus ↓
RL/D5 Terjadi pengeluaran secret
- Terpasang oksigen 3-4 ↓
Lpm Produksi secret meningkat

TTV :
Bersihan jalan nafas tidak
TD : 130/70 mmHg efektif
N : 87
RR : 22 x/menit
S : 35,4 ℃
- Warna sputum : kuning
kehijauan
- Suara nafas vesikuler
- Nafas tambahan ronchi
kering

DS : Harga diri rendah


Klien mengatakan merasa Terkena Penyakit TB Paru
↓ situasional
malu pada dirinya sendiri dan
Ketergantungan pada orang
orang lain karena lain
penyakitnya. ↓
DO : Sosial ekonomi rendah
Ketika klien menceritakan ↓
masalah : Koping Individu tidak
- klien tampak lesu efektif

- tidak bersemangat
Harga diri rendah
- selalu menunduk ↓
- menghindari kontak mata Isolasi social
dengan perawat. ↓
TTV : Harga diri rendah situasional
TD : 130/90 mmHg
N : 85
RR : 21 x/menit
S : 35,9 ℃
PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan


frekuensi nafas berubah ditandai dengan produksi secret meningkat.
46

2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kondisi emosional


ditandai dengan koping individu tidak efektif.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A


Ruang Rawat : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola nafas 1. Pola nafas kembali normal
tidak efektif keperawatan selama 1x7 jam 2. Berikan udara/oksigen dan bersih
berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas efektif 3. Posisikan semi fowler 2. Mengetahui perkembangan
frekuensi nafas berubah dengan kriteria hasil: 4. Ajarkan kepada pasien kepatenan nafas
- Pembersihan jalan nafas efektif tentang batuk dan Teknik 3. Mempermudah pasien untuk
- Frekuensi dan irama nafas nafas dalam bernafas
membaik 5. Kolaborasi pemberian obat 4. Mengencerkan secret
- Kepatenan jalan nafas sesuai terapi Dokter yaitu mempermudah pernafasan
- Ventilasi tidak terganggu Nebu Ventolin dan Flixotide 5. Mempercepat penyembuhan
per 8 jam dan perawatan paru

2. Harga diri rendah situasional Setelah melakukan Strategi 1. Membantu klien memilih Klien dapat melakukan pekerjaan
berhubungan dengan kondisi
pertemuan dengan asuhan kegiatan yang akan dilatih positifnya dengan baik.
emosional
keperawatan kepada pasien selama sesuai dengan kemampuan 2. Klien Mampu merapikan
1x30 menit diharapkan kondisi klien tempat tidurnya
rendah diri pasien berkurang dengan 2. Melatih klien sesuai 3. Klien menunjukkan
kriteria hasil : dengan kemampuan yang ekspresi senang
dipilih. ketika diberi pujian.
- Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif 3. Memberi pujian yang 4. Melatih perilaku
yang dimiliki. wajar terhadap keberhasilan yang dapat meningkatkan
- Klien dapat menilai
kemampuan yang dapat klien harga diri.
digunakan. 4. Menganjurkan klien
- Klien mengikuti program
pengobatan secara optimal memasukkan kedalam jadwal
2

kegiatan harian

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
3

Nama Pasien : Ny.A


Ruang Rawat : Gardenia

Hari/Tanggal Tanda Tangan Dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jum’at / 09 juli
2021 , 09:00 Diagnosa 1: S: pasien mengatakan sesak nafas berkurang
1. Mengobservasi pola nafas O:
2. Memposisikan semi fowler - Pola nafas kembali normal
3. Menganjurkan batuk efektif - Posisi semi fowler
4. Mengkolaborasikan pemberian obat - Keluarga pasien tampak ikut belajar tentang
sesuai terapi Dokter yaitu nebu batuk efektif
Ventolin dan Fkixotide per 8 jam - Terdapat pemberian obat Nebu Ventolin dan
Fkixotide per 8 jam
A: Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Observasi pola nafas
2. Monitor produksi secret
3. Posisi semi fowler
4. Anjurkan batuk efektif
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi Dokter
yaitu Nebu Ventolin dan Flixotide per 8 jam
4

Jum’at / 09 Juli Diagnosa 2 S: Klien mengatakan ingin segera sembuh dan kembali
2021, 11:00 berkumpul dengan keluarga.
1. Membantu klien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
O : Klien terlihat baik melakukan pekerjaanya.
2. Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih. A : Ekspresi senang ketika diberi pujian.
3. Memberi pujian yang wajar P : - Melatih perilaku yang dapat meningkatkan harga
terhadap keberhasilan klien diri.
Menganjurkan klien memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian - Pantau Aktivitas
5

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober


2012 jam 09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/
Anonim. 2002. Tuberkulosis Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan
Di Indonesia. diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.klikpdpi.com/ konsensus/tb/tb.pdf 2002
Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan), Bandung
Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan
Tuberkulosis Paru. Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.scribd.com /doc/52033675/
Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.
Jakarta:Media Aeculapius Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan
Nanda definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Editor : Budi
Sentosa.Jakarta:Prima Medika
Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta
: EGC
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai