Disusun Oleh :
Maslikah
JNR0200112
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan
modul yang berjudul “Bronkhitis”.
Penulis sadar, bahwa modul ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan
Pendidikan Bhakti Husada Kuningan (YPBHK).
2. Abdal Rohim, S.Kp., M.H selaku Ketua STIKes Kuningan.
3. Aria Pranatha, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes
Kuningan dan Pembimbing Stase Konsep Dasar Profesi (KDP).
4. H. Kanapi, S.Kep., Ners., M.M.Kes selaku Koordinator Kampus 2 STIKKU.
5. Yana Hendriana, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Pembimbing dan Koordinator
Stase Konsep Dasar Profesi (KDP).
6. Ega Lestari, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Stase Konsep Dasar Profesi
(KDP).
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan moral dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
menyusun modul ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan modul ini.
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
iii
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKITIS......... 31
5.1 Pengkajian............................................................................ 31
5.2 Diagnosis Keperawatan ....................................................... 40
5.3 Intervensi Keperawatan ....................................................... 40
5.4 Evaluasi ............................................................................... 42
BAB VI PENUTUP..................................................................................... 43
6.1 Kesimpulan .......................................................................... 43
6.2 Saran .................................................................................... 44
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Dampak paling fatal apabila bronkitis tidak ditangani dengan cepat dan tepat
yaitu dapat menyebabkan kematian.
Sebagai calon perawat profesional, sudah seharusnya memahami rencana
tindakan dan penanganan yang tepat bagi penderita penyakit saluran
pernapasan khususnya bronkitis. Calon perawat profesional juga harus mampu
mencegah penyebarannya agar angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
bronkitis bisa diminimalkan.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan
klien dengan gangguan sistem pernapasan yaitu brokitis.
B. Tujuan Khusus
1. Konsep teori :
a. Menjelaskan tentang anatomi sistem pernapasan
b. Menjelaskan tentang fisiologi sistem pernapasan
c. Menjelaskan tentang definisi bronkitis
d. Menjelaskan tentang klasifikasi bronkitis
e. Menjelaskan tentang etiologi bronkitis
f. Menjelaskan patofisiologi / WOC bronkitis
g. Menjelakan tentang manifestasi klinis bronkitis
h. Menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik bronkitis
i. Menjelaskan tentang penatalaksanaan bronkitis
j. Menjelaskan komplikasi bronkitis
k. Menjelaskan prognosis bronkitis.
2. Asuhan keperawatan klien dengan bronkitis
1. Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan bronkitis yang
meliputi :
a. Riwayat keperawatan
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
3
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai media
informasi bagi semua kalangan, khususnya perawat mengenai bahaya
bronkitis serta penatalaksanaan proses keperawatan pada bronkitis.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
4
5
Bronkitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan
adanya suatu peradangan.“Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala
penyakit pernapasan.”
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari
cairan inflamasi (Ngastiyah, 2005).
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti
Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya
(Santoso, 2004).
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronkitis yang terdapat pada orang
dewasa. Pada anak bronkitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran
napas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastisyah,
2005).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
8
9
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama
dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis merupakan penyakit yang berdiri sendiri
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkus ikut memegang peran
(Ngastisyah, 2005).
Pada gambar terlihat bronkus normal dan bronkus pada klien dengan
bronkitis. Pada gambar sebelah kiri merupakan gambar bronkus klien yang
mengalami bronkitis yang ditandai dengan dinding bronkus terjadi peradangan
dan penumpukan sekret dibandingkan dengan gambar pada sebelah kanan yang
merupakan bronkus normal.
Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan
trakeitis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut (ISNA) bawah yang
sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan
gejala yang menonjol dan karena batuk berhubungan dengan ISNA atas,
berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trakea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkitis akut atau croup dan
sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor
dan napas berbunyi (Ngastisyah, 2005).
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya mukus yang berlebihan
pada saluran pernapasan (bronchial tree) secara terus – menerus (kronik)
dengan disertai batuk. Pengertian terus – menerus (kronik) adalah terjadi
sepanjang hari selama tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah
berlangsung selama dua tahun berturut – turut. Batasan ini tidak mencakup
sekresi mukus berlebihan yang disebabkan oleh kanker paru, tuberkulosis dan
penyakit gagal jantung kongestif.Batasan yang digunakan adalah tiga bulan
dalam setahun karena yang menyusun batasan ini adalah para ahli yang
menangani pasien di daerah empat musim.Diagnosis bronkitis kronik
merupakan diagnosis klinis (Darmanto, 2009).
Bronkitis kronik di definisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu satu selama 2 tahun berturut – turut. Sekresi
yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.
Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis
kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan
infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan
mikoplasma yang luas dapat menyebabkab episode bronkitis akut. Eksaserbasi
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin dapat menyebabkan
bronkospasme bagi mereka yang rentan (Brunner & Suddarth, 2002).
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronik, yang ada
ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB
ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala
11
mempunyai kemungkinan bronkitis kronik 2-4 kali daripada pekerja yang tidak
terpajan.
4. Faktor Genetik : Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru kronik,
terbukti pada survey terakhir didapatkan bahwa anak – anak dari orang tua
merokok mempunyai kecenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih
sering dan lebih berat, serta insidensi penyakit paru kronik pada grup tersebut
lebih tinggi. Faktor genetik tersebut diantaranya adalah atopi yang ditandai
dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imunoglibulin E (IgE) serum,
adanya hiperresponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga,
dan defisiensi protein α-1 antitrypsin.
5. Faktor Sosial Ekonomi : Bronkitis kronik lebih banyak terdapat pada golongan
social ekonomi rendah, mungkin karena perbedaan pola merokok, dan lebih
banyak terpajan faktor resiko lain. Kematian pada pasien bronkitis kronik
ternyata lebih banyak pada golongan social ekonomi rendah. Mungkin
disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
gejala atau reaksi tubuh unuk melakukan perlawanan. Patofisiologi bronkitis yang
mengarah pada terjadinya masalah keperawatan (Muttaqin, 2008).
Virus merupakan penyebab utama dari infeksi kemudian virus masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. Virus yang masuk saluran pernapasan melalui
udara yang kita hirup terlalu banyak akan menginfeksi saluran pernapasan. Akibat
terinfeksinnya saluran pernapasan terjadilah bronkitis. Mukosa membengkak dan
menghasilkan lendir , pilek 3 – 4 hari dan batuk (mula-mula kering kemudian
berdahak) riak jernih, purulent, encer, batuk mulai hilang. Suara ronchi basah atau
suara napas kasar, nyeri subsernal , sesak napas. Jika tidak hilang setelah tiga
minggu tejadi kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan
utama).
Patogenesis pada kebanyakan bronkitis yang didapat melalui dua mekanisme
dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkitis. Infeksi
pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah
infeksi dan kemudian timbul bronkitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronkitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan
infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.Pembentukan mukus yang
meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.Batuk kronik yang
disertai peningkatan sekresi bronkus nampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil
sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.Faktor etiologi utama
adalah merokok dan polusi udara yang lazim terjadi di daerah industri.Polusi
udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena
polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis, sehingga timbunan mukus
meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah (Wilson dkk,
2002).
15
Bakteremia/viremia
Virus, usia, rokok, lingkungan,
WOC
genetik, sosial ekonomi.
Metabolisme
Inflamasi
Nafsu makan
Fungsi makrofag
menurun
Penurunan difusi gas MK : Hipertermia
Dispnea
Hipoksia
MK : Kerusakan
Pertukaran Gas
16
menunjukkan penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak
diperlukan pada penderita yang sebelumnya sehat.
Menurut Soemantri dan Anna (2003), ada beberapa cara pemeriksaan
diagnostic untuk penderit bronkitis, yakni :
A. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau
menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit – penyakit lain. Bronkitis
kronik bukan suatu diagnosis radiologis.Menurut Fraser dan Pare lebih dari
50% pasien bronkitis kronik mempunyai foto dada yang normal, sedangkan
Hadiarto mendapatkan data 26% pasien. Tetapi secara radiologis ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis – garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal. Dari 300 pasien yang
diperiksa Fraser dan Pare, ternyata 80% mempunyai kelainan tersebut.
b) Corak paru yang bertambah
Terlihat pada foto thorax diatas pada bagian bronkus terlihat berwarna
lebih putih dibandingkan foto thorax normal dikarenakan adanya
penumpukan sekret dan edema pada penderita bronkitis.
B. Pemeriksaan Faal Paru
Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yang dapat
masuk kedalam paru – paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru –
paru.
19
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah
produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena
saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah
saluran pernapasan.
BAB IV
PROSES KEPERAWATAN BRONKITIS
4.1. Pengkajian
4.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien (nama; tempat, tanggal lahir; usia; jenis kelamin; nama
ayah/ibu; pendidikan ayah/ibu; agama; suku bangsa; alamat; nomor register;
tanggal MRS; tanggal pengkajian; sumber informasi; diagnosa medis).
2. Keluhan utama.
Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan mengeluarkan
dahak.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Infeksi saluran pernapasan sebelumnya/batuk, pilek, takipnea, demam.
4. Riwayat tumbuh kembang.
5. Orang tua menceritakan tentang bagaimana dia bersekolah, tentang
prestasinya.
6. Lingkungan, kopping stress.
Yang klien lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh
tekanan atau yang membangkitkan emosi.
7. Orang tua menceritakan tentang bagaimana lingkungan sekitar anak tersebut
tinggal. Dan orang tua juga menjelaskan bagaimana anak tersebut dapat
mengatasi permasalahan.
4.1.2. Pemeriksaan Fisik
A. B1 – B6
1. B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan
membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan
batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan
demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan
pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
23
24
Gejala:
1. Takipnea (berat saat aktivitas)
2. Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3. Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak
sekali.
4. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5. Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
1. Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Cuping hidung
4. Bunyi nafas krekel (kasar)
5. Perkusi redup (pekak)
6.Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang
terputus-putus)
7. Warna kulit pucat,normal atau sianosis
2. B2 (Blood)
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung
redup (karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau
sianosis.
3. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri
dada.
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5. B5 (Bowel)
Gejala:
1. Mual/muntah
25
Intervensi Rasional
An.R usia 4 tahun diantar orang tuanya datang ke IGD RS dengan keluhan
batuk sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus, batuk berdahak dengan warna
lendir putih kekuningan disertai dengan sesak nafas. Ibu An.R mengatakan
anaknya juga demam sejak 4 hari yang lalu. Awalnya tidak begitu panas, tapi
setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ayah An.R merupakan seorang
perokok aktif bila dirumah. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data suhu
38,30 C nadi 112x/ menit RR : 45 kali dari aukultasi suara nafas ditemukan ronkhi
di kedua lapang paru. An.R didagnosa dengan bronkitis.
5.1. Pengkajian
5.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien
Nama : Klien
Usia :-
Jenis kelamin :-
Alamat :-
Agama :-
Masuk rumah sakit :-
Tanggal pengkajian :-
2. Keluhan utama.
Batuk terus – menerus disertai dahak.
3. Riwayat penyakit sekarang.
Klien mengalami batuk sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus,
batuk berdahak dengan warna lendir putih kekuningan disertai
dengan sesak nafas dan panas tinggi sejak 4 hari yang lalu
4. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ditemukan
32
33
√ Tidak
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
Nyeri mempengaruhi :
Dapat diabaikan tugas
Konsentrasi tidur
Aktivitas fisik nafsu makan
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
Gangguan sensori / persepsi : penglihatan
Gangguan sensori / persepsi : pendengaran
Gangguan sensori / persepsi : penciuman
Insomnia
Deprivasi tidur
Nyeri akut
Nyeri kronik
Resiko jatuh
Resiko disfungsi nerovaskuler perifer
Lain – lain :...
3. B4 (Bladder)
a. Kebersihan :
√ Bersih Kotor
b. Urin : Jumlah : - cc/ hr warna : ...
c. Kateter : Jenis: - Mulai : ...
d. Kendung kencing
Membesar : ya √ tidak
Nyeri tekan : ya √ tidak
e. Gangguan :
Diagnosis Keperawatan :
Gangguan eliminasi urine retensi urin
Inkontinensia urine total inkontensia urne fungsional
Inkontensia urine overflow resiko infeksi
Lain – lain : ...
4. B5 (Bowel)
a. Nafsu makan :
Baik √ menurun frekuensi : ... x/hari
Mual muntah
b. Porsi makan :
Habis √ tidak Ket : ...
c. Diet saat ini : Diet bebas
d. Makanan kesukaan : -
e. Perubahan BB:
Iritasi jalan
napas
↓
Inflamasi
↓
Bronkitis
↓
Hipertorfi
batuk berdahak sejak 5
kelenjar mucus
hari yang lalu disertai
& peningkatan
dengan sesak napas.
sel goblet, bersihan jalan
DO :
fungsi silia
RR : 26 kali/ menit napas
menurun
Nadi : 112kali/ menit
↓
Ada suara napas ronkhi
Hipersekresi
tambahan
lendir
↓
Batuk
produktif
↓
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
2 DS : orangtua pasien Perokok Pasif Hipertermia
mengatakan anaknya ↓
panas sejak 4 hari yang Iritasi jalan
lalu. napas
DO : ↓
Suhu : 38,3o C Inflamasi
↓
Bronkitis
↓
Proses
makrofag
↓
Eksresi
mediator
inflamasi
(prostaglandin,
bradikinin,
histamin )
↓
Merangsang
hipotalamus
↓
Peningkatan
41
suhu
Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru terhadap tanda Lebih awal mengenal tanda ini
peningkatan pembengkakan sangat perlu, sebab pembengkakan
jalan napas, dan kemungkinan biasanya berkembang dengan cepat
obstruksi, termasuk dispnea, dan apat membawa kefatalan.
takipnea, dan mengi, dan kaji
pengeluaramn air liur.
2. Hindari stimulasi langsung Berbagai manipulasi yang ditujukan
pada saluran napas karena pada jaringan napas, dapat
pemakaian tongue depressor, menyebabkan spasme laring dan
apusan kultur, kateter pembengkakan, memungkinkan
pengisapan, atau laringoskop. peningkatan terjadinya obstruksi
komplet.
3. Beri kebebasan pada anak Posisi horizontal dapat
untuk mengambil posisi yang menyebabkan jaringan memburuk
menyenangkan, namun bukan secara cepat, kemungkinan akan
posisi horizontal. meningkatkan obstruksi komplet.
4. Pantau tanda – tanda vital Untuk mengetahui keefektifan
klien. tindakan dilihat dari TTV klien yang
meliputi TD, RR, HR dan suhu.
42
Intervensi Rasional
1. Pertahankan lingkungan yang Lingkungan dingin akan
dingin. menghilangkan suhu tubuh melalui
panas pancaran.
5.4. Evaluasi
Memastikan kriteria hasil yang diinginkan dapat tercapai seperti :
a. Klien tidak mengalami kesulitan bernapas
b. Klien akan mempertahankan suhu dibawah 37,8o C
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas dan
organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri atas hidung, faling, laring.
Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronkial, paru –
paru, toraks.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus.
Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,
alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus
merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh
bakteri.Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B,
Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan
corona virus.
Menurut Wong (2003), masuknya mikroorganisme atau gen fisik seperti debu
atau inhalasi zat kimia pada trakhea atau bronkus dapat menyebabkan reaksi
radang berupa oedema mukosa dan sekresi mukus yang berlebihan. Bersamaan
dengan itu akan di jumpai peningkatan rangsang batuk sebagai akibat dari
akumulasi sekret di jalan nafas. Bila oedema mukosa berat dan sekresi mukus
berlebihan akan menyebabkan obstrukisi jalan nafas yang akan menimbulkan
kesulitan bernafas. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka saluran nafas
oilcan lebih meregang reseptor mukosa yang ada di permukaan bronkus untuk
selanjutnya ke pons dan medulla oblongata.Selanjutnya terjadi peningkatan
frekuensi nafas, yaitu nafas jadi cepat tapi dangkal.Selain itu juga pernafasan
memakai otot pernafasan tambahan untuk memberi dorongan yang lebih kuat
untuk mendapatkan oksigen.
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran napas (ISNA)
atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula – mula kering, setelah 2 atau 3 hari
43
44
batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang
mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna
kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri
sekunder.anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil
dapat terjadi sesak napas. Pada beberapa hari pertama tidak terjadi kelainan pada
pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara napas
kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2
minggu batuk masih tetap ada mungkin telah terjadi kolpas paru segmental atau
terjadi infeksiparu sekunder. Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien
bronkitis.Mengi dapat murni merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga
kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila
keadaan ini sudah terjadi berulang kali.Istilah bronktis asmatika sebaiknya tidak
digunakan (Ngastisyah, 2005).
Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain : bronkitis kronik, pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, pleuritis, efusi
pleura atau empisema, abses metastasis diotak, haemaptoe sinusitis, kor pulmonal
kronik, kegagalan pernafasan, amyloidosis.
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik.
Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka
dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia
dewasa (Ngastiyah, 2005).
Menurut Ngastiyah (2005), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah : membatasi aktivitas anak, tidak
tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya, hindari makanan yang merangsang, jangan memandikan anak terlalu
pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat, jaga kebersihan
makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan, menciptakan lingkungan
udara yang bebas polusi, jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam.
6.2. Saran
45
Iritasi jalan
napas
Inflamasi
BRONKITIS
MK : Bersihan jalan
Peningkatan suhu
napas tidak efektif
MK : Hipertermi
47
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2 Ed.
15.Jakarta: EGC.