LANSIA GERON
bima kart ama
Seminar
monic mit ha
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
GANGGUAN SISTEM RESPIRASI “PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK” DENGAN INTERVENSI “PURSHED LIP BREATHING”
DI ERA PANDEMI COVID-19
Oleh :
NOPITA SARI PANJAITAN
1935007
PEMBIMBING :
NS. LILIK PRANATA, S.KEP.,M.KES
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan dengan judul Asuhan
Keperawatan Lanjut Usia Gangguan Sistem Respirasi “Penyakit Paru Obstruktif
Kronik” Dengan Intervensi “Purshed Lip Breathing” di Era Pandemi COVID-19.
Adapun tujuan dari penulisan Asuhan Keperawatan Gerontik ini adalah
sebagai laporan praktik profesi ners melalui perkuliahan daring dikarenakan
COVID-19. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Slamet Santoso Sarwono, MBA., DBA., selaku Rektor Universitas Katolik
Musi Charitas Palembang.
2. Maria Nur Aeni, S.K.M., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
3. Ns. Bangun Dwi Hardika, S.Kep., M.K.M., selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan dan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi
Charitas Palembang.
4. Ns. Lilik Pranata, M.Kes., selaku Pembimbing pada Stase Keperawatan
Gerontik yang sabar membimbing, membantu, mendidik, meluangkan waktu,
tenaga serta pikiran untuk memberikan saran yang membangun kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini.
5. Teman-teman angkatan 2019 Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
Dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini, Penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun cara
penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga Laporan Asuhan Keperawatan
Gerontik ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiwa/i Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
Palembang, Juni 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover Luar ....................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (Aging Process) merupakan proses alamiah yang
berlanjut atau terus-menerus dimulai sejak lahir yang dialami oleh setiap
makhluk hidup (Muhith and Siyoto, 2016, p. 17). Menua atau menjadi tua
bukanlah suatu penyakit, melainkan proses berkurangnya daya tahan dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Azizah, 2011, p. 7).
Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan struktural pada tubuh
salah satunya pada sistem respirasi yang berpengaruh terhadap jumlah aliran
udara yang mengalir dari dan kedalam paru, otot abdomen yang melemah
menurunkan usaha nafas saat inspirasi dan ekspirasi (Dewi, 2014, p. 38).
Pada lansia terjadi perubahan fisiologis pada sistem pernapasan
yang menyebabkan frekuensi pernapasannya menjadi meningkat.
Menurunnya kapasitas vital paru, recoil paru dan kekuatan otot dinding dada
yang menjadi penyebab meningkatnya frekuensi napas normal menjadi 16-
24 kali permenit (Miller, 2012). Kasus gangguan pernapasan yang paling
banyak ditemui pada lansia adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
dengan penyebab utama rokok dan polutan lainnya.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat menyebabkan batuk
disertai wheezing/mengi yang berkepanjangan. Wheezing merupakan bunyi
siulan bernada tinggi akibat aliran udara yang melalui saluran nafas yang
sempit, yang terjadi saat ekspirasi. Wheezing sering ditemukan saat latihan
pada pasien PPOK dan juga muncul ketika terbangun dipagi hari. Lansia
laki-laki lebih berisiko mengalami PPOK karena laki-laki sebanyak 64%
merupakan perokok sedangkan perempuan 4,5%. PPOK ini merupakan
salah satu gejala dari penyakit pernapasan yang tinggi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2013, p. 96).
1
2
studi lain yang dilakukan oleh Qamila et al (2019) dengan efektivitas teknik
pursed lips breathing pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
dilaporkan hasil penelitiannya teknik PLB efektif menurunkan frekuensi
pernapasan dan meningkatkan pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh dan
dalam penelitiannya pemberian latihan dilakukan sebanyak 3x sehari setiap
pagi, siang, dan sore dengan waktu 6-30 menit selama 3 hari berturut-turut.
Berdasarkan uraian diatas lansia yang mengalami PPOK belum
melakukan teknik Pursed Lip Breathing untuk mengurangi gejala
pernapasan khususnya yang sering dialami oleh lansia adalah sesak napas.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada
lansia PPOK dengan melakukan intervensi pemberian edukasi dan latihan
pernapasan dengan melakukan teknik Pursed Lip Breathing.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan
gangguan sistem pernafasan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh dan
mengelompokkan data-data serta menganalisa data yang didapat
dari pengkajian pada lansia dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK).
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada
lansia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
c. Mampu menyusun perencanaan dan implementasi untuk mengatasi
masalah keperawatan yang timbul pada lansia dengan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada lansia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
4
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Lansia
Asuhan keperawatan gerontik ini dapat memberi informasi terkait
lansia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Pada lansia
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat memberikan
manajemen non farmakologi seperti Pursed Lip Breathing untuk
mengurangi gejala dan meningkatkan pemenuhan oksigen dalam tubuh
pada lansia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
2. Pendidikan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Gerontik ini memberikan informasi
pravalensi, konsep teori dan asuhan keperawatan terkait lansia yang
mengalami Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan juga Covid-19
dan diharapkan dapat menjadi bahan diskusi baik dalam proses belajar
mengajar ataupun diluarnya, guna pengembangan dalam melakukan
asuhan keperawatan gerontik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
c. Perubahan Intrapulmonal
1) Daya recoil paru semakin menurun seiring pertambahan usia
2) Alveoli melebar dan menjadi lebih tipis, dan walaupun
jumlahnya konstan, jumlah alveoli-kapiler, menurunkan area
permukaan fungsional untuk terjadinya pertukaran gas.
d. Counselor
Perawat berperan sebagai counselor diharapkan mampu
sebagai pemberi konseling atau bimbingan tentang masalah
kesehatan yang dialaminya untuk mengidentifikasi perubahan
pola interaksi lansia terhadap keadaan sehat dan sakitnya.
e. Motivator
Perawat berperan sebagai motivator diharapkan mampu
memberikan motivasi kepada lansia.
f. Case manager
Perawat berperan sebagai case manager diharapkan
mampu mengkoordinasi atau mengatur aktivitas anggota tim
kesehatan lain, dalam memberikan perawatan pada lansia.
g. Consultant
Perawat berperan sebagai consultan diharapkan dapat
menjadi tempat untuk konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan dan sesuai
dengan tujuan pelayanan kesehatan.
h. Collaborator
Perawat sebagai collaborator diharapkan mampu
bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dan keluarga dalam
menentukan rencana ataupun pelaksanaan asuhan keperawatan
untuk memberikan perawatan yang efektif serta memenuhi
kebutuhan bagi lansia.
4. Bagaimana mematuhi jadwal medikasi dan obat apa saja yang harus
dihindari seperti supressan batuk.
5. Jelaskan pentingnya hidrasi yang adekuat (2000 ml/hari) kecuali
dikontraindikasikan, seperti pada kondisi gagal jantung.
6. Bagaimana cara mengatasi obstruksi pernaasan
7. Bagaimana cara mengembangkan dukungan kelompok.
A. Pengkajian Keperawatan
Pada lansia perlu dilakukan observasi pada kedalaman napas,
penggunaan otot bantu napas (klavicula, cuping hidung, retraksi dinding
dada) dan frekuensi napas (Miller, 2012). Pemeriksaan diagnostic rontgen
paru dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi atau seberapa luas
permukaan paru yang terganggu.
Pengkajian Fisik
Menurut (Dewi, 2014, pp. 37–38) Perubahan yang terjadi pada otot
dan organ pernafasan menyebabkan lansia menjadi lebih rentan mengalami
gangguan pernafasan. Sementara tanda dan gejala dari gangguan pernafasan
yang Nampak tidak sejelas pada individu yang lebih muda. Oleh karena itu
pemeriksaan sistem respirasi harus lebih sering dilakukan terutama pada
lansia yang rentan mengalami gangguan pernafasan akibat penyakit maupun
cedera. Lansia dengan mobilitas terbatas ataupun lansia dengan kondisi
bedrest lebih beresiko mengalami gangguan pernafasan dan komplikasinya.
Pengkajian pada sistem respirasi harus menanyakan riwayat
pengobatan (baik obat yang diresepkan, obat bebas maupun obat herbal
yang dikonsumsi), dan kaji riwayat merokok serta pemajanan terhadap
polutan selama hidup. Pengkajian lain yang dilkakuan meliputi pemeriksaan
tanda-tanda kesulitan bernafas, penurunan energy unutk melakukan aktifitas
sehari-hari, batuk yang sering dan produksi secret berlebih. Pemeriksaan
fisik yang dilakukan meliputi observasi postur dan usaha untuk bernafas
14
Pemantauan Respirasi
Monitor
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Auskultasi bunyi napas
g. Monitor saturasi oksigen dan nilai AGD
Teraupetik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan
Diagnosis
Luaran Intervensi
No Keperawatan
(SIKI DPP PPNI, 2018, pp. 247)
Terapi Oksigen
Monitor
a. Monitor kecepatan aliran oksigen dan posisi alat terapi
oksigen
b. Monitor efektifitas terapi oksigen (oksimetri, analisa
gas darah)
c. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
d. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
e. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis dan tanda tanda hipoventilasi
Teraupetik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
c. Berikan oksigen tambahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau
tidur.
Diagnosis
Luaran Intervensi
No Keperawatan
(SIKI DPP PPNI, 2018, pp. 431)
Dukungan Ventilasi
Monitor
a. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
b. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
pernapasan
c. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi dan
kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi
napas tambahan, saturasi oksigen)
Teraupetik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Berikan posisi semi fowler atau fowler
c. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
d. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Edukasi
a. Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
b. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
c. Ajarkan teknik batuk efektif
Teraupetik
a. Atur posisi kepala 45-60° untuk mencegah aspirasi
b. Reposisi pasien setiap 2 jam
c. Dokumentasikan respon terhadap ventilator
d. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemilihan mode ventilator
b. Kolaborasi penggunaan PEEP untuk meminimalkan
hipoventilasi alveolus.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari kondisi ini adalah frekuensi napas
dalam batas normal dan tidak adanya suara napas abnormal (wheezing,
cracles, ronchi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPOK merupakan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar
paru (Black and Hawks, 2014, p. 287). Lansia dapat melakukan pencegahan dan
mengurangi gejala yang timbul dengan melakukan latihan pernafasan yaitu
dengan melakukan teknik Pursed Lip Breathing. Teknik Pursed Lip Breathing
merupakan salah satu pengobatan nonfarmakologi yang dapat dilakukan oleh
lansia. Lansia dengan gangguan pernapasan dapat mempengaruhi adanya
penyakit covid-19 yang terjadi saat ini, oleh karena itu perlu dilakukan
pencegahan dengan menerapakan PHBS yaitu diantaranya dengan rajin mencuci
tangan, menggunakan masker, menerapkan Physical distancing serta tetap
dirumah saja.
B. Saran
Bagi Lansia setelah mengetahui dan memahami terkait PPOK
diharapkan dapat menerapkan teknik Pursed Lip Breathing ini untuk
mengurangi gejala dan meningkatkan pemenuhan oksigen dalam tubuh pada
lansia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Bagi pendidikan dan penelitian keperawatan diharapkan asuhan
keperawatan gerontik ini dapat memberikan informasi terkait konsep teori dan
asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) dan juga Covid-19 dan diharapkan dapat menjadi bahan diskusi
baik dalam proses belajar mengajar ataupun diluarnya, guna pengembangan
dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik serta penerapan sebagai
intervensi mandiri perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Barbour, K. E. et al. (2016) ‘Pravalence of Severe Joint Pain Among Adults With Doctor-
Diagnosed Arthritis- United States, 2002-2014’, Morbity and Mortality Weekly Report. United
States, Vol 65/ No. doi: 10.15585/mmwr.mm6539a2.
Dewi, S. R. (2014) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. 1st edn. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Nurmayanti et al. (2019) ‘Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk Efektif dan Nebulizer Terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen Dalam Darah Pada Pasien PPOK’, Jurnal Keperawatan
Silampari, Vol 3 No (.
Pamungkas, R., Ismonah and Arif, S. (2016) ‘Efektivitas Pursed Lip Breathing dan Deep
Breathing Terhadap Penurunan Frekuensi Pernafasan Pada Pasien PPOK Di RSUD Ambarawa’,
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol :, No.
Potter, P. A. and Perry, A. G. (2010) Fundamental Keperawatan. 7th edn. Jakarta: Salemba
Medika.
Qamila, B. et al. (2019) ‘Efektivitas Teknik Pursed Lips Breathing Pada Pasien Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK)’, Jurnal Kesehatan, Vol 12, No.
Sunaryo et al. (2016) Asuhan Keperawatan Gerontik. 1st edn. Edited by P. Christian.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Gerontik-Komprehensif.pdf
https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html
https://www.kemkes.go.id/article/view/20012900002/Kesiapsiagaan-menghadapi-Infeksi-
Novel-Coronavirus.html
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/COVID-
19/TENTANG%20NOVEL%20CORONAVIRUS.pdf
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-lansia.pdf
http://yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-4884.html
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-periode-aging-
population.html