ASSOCIATED PNEUMONIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Pelatihan Keperawatan
Intensif di ICU RS Cipto Mangunkusumo
Disusun Oleh :
KASTINAH, AMK
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat dan hidayah - Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul asuhan keperawatan pada pasien deangan VAP
(Ventilator Associated Pneumonia). Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pelatihan Keperawatan intensif di ruang
ICU rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan arahan serta bantuan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ventilator associated pneumonia (VAP) merupakan bentuk infeksi nosokomial yang
paling sering ditemui di unit perawatan intensif, khususnya pada penderita yang
menggunakan ventilasi mekanik. VAP di definisikan sebagai pneumonia yang terjadi
pada pasien dalam waktu 48 jam atau lebih setelah intubasi dengan endotrakeal tube atau
trakeostomi tube. Faktor – faktor resiko yang berhubungan dengan VAP seperti usia,
trauma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan lama pemakian ventilator. Sebagian
besar faktor resiko tersebut merupakan presdiposisi kolonisasi mikroorganisme patogen
saluran cerna maupun aspirasi.
Mikroorganisme yang berperan dalam VAP adalah Staphylococcus aerius,
pseudomonas aeruginosa dan Enterobacteriacea. Dimana hal ini di pengaruhi oleh
populasi penderita, lama perawatan dan pemberian antibiotika. VAP sebagian besar
berawal dari aspirasi organisme orofaring ke bronkus distal kemudian terjadi
pembentukan biofilm oleh bakteri diikuti dengan proliferasi dan invasi bakteri pada
parenkim paru. Pada keadaan normal, organisme di rongga mulut dan orofaring
didominasi oleh streptococcus viridians, haemophilus species dan organism anaerob,
adanya air liur yang mengandung immunoglobulin dan fibrinectin menjaga
keseimbangan organisme rongga mulut, sehingga jarang didapat basil gram negative
aerobik. Namun pada pasien - pasien sakit kritis keseimbangan tersebut berubah,
organisme yang dominan dirongga mulut adalah basil gram negative aerobik.
Pencegahan VAP dapat dilakukan dengan kebiasaan cuci tangan, intubasi peroral,
posisi kepala lebih tinggi 30 - 45º, dan menghindari volume lambung yang besar,
dekontaminasi orofaring dengan chlorhexidine yang dari penelitianya dapat menurunkan
kolonisasi kuman di orofaring penyebab VAP, di harapkan bahwa insiden VAP juga
menurun.
Berdasarkan data – data di atas, maka kelompok tertarik untuk mengambil kasus
pada pasien dengan Ventilator Associated Pneumonia di ruang ICU Dewasa Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo.
1
B. Tujuan Presentasi
1. Tujuan Umum
Kelompok dan peserta presentasi dapat memahami dan menerapkan secara langsung
asuhan keperawatan pada pasien dengan Ventilator Associated Pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi Ventilator Associated Pneumonia
b. Memahami fisiologi Ventilator Associated Pneumonia
c. Memahami patofisiologi Ventilator Associated Pneumonia
d. Memahami etiologi Ventilator Associated Pneumonia
e. Dapat melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
dengan Ventilator Associated Pneumonia
f. Dapat melakukan kolaborasi dalam penatalaksanaan medis pada pasien dengan
dengan Ventilator Associated Pneumonia
g. Melakukan pengkajian pada pasien dengan dengan Ventilator Associated
Pneumonia
h. Menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan dengan Ventilator
Associated Pneumonia
i. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan Ventilator
Associated Pneumonia
j. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan Ventilator
Associated Pneumonia
k. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan dengan Ventilator
Associated Pneumonia
C. Ruang Lingkup Masalah
Dalam makalah ini kelompok lebih memfokuskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ventilator Associated Pneumonia di ruang ICU Dewasa Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo dari tanggal 31-10-2013 sampai dengan 2-11-2013
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA
A. Konsep Dasar................................................................................. 3
1. Pengertian................................................................................ 3
2. Anatomi fisiologi sistem pernafasan....................................... 3
3. Patofisiologi VAP.................................................................... 6
4. Etiologi dan Faktor Resiko ..................................................... 8
5. pemeriksaan penunjang........................................................... 9
7. Penatalaksanaan....................................................................... 10
BAB V PENUTUP……………………………………………………………....36
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial paling sering
ditemui di unit perawatan intensif (ICU), khususnya pada penderita yang menggunakan
ventilasi mekanik (Porzecanski, at al., 2006; Chelebicki, et al., 2006).
VAP didefinisikan sebagai nosokomial pneumonia yang terjadi setelah 48 jam pada
pasien dengan bantuan ventilasi mekanik baik itu melalui pipa endotrakeal maupun
trakeostomi (Chastre, et al., 2002, et al., 2000 ; Rello et al., 2001).
3
3) Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakhea, yang terdiri atas epiglotis, glotis, kartilago tiroid, kartilago
krikoid, kartilago aritenoid dan pita suara. Fungsi laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi serta melindungi jalan nafas bawah dari
obstruktsi benda asing dan memudahkan batuk.
4) Trakhea
Disebut juga batang tenggorok, Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm,
berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan
oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.
b. Saluran Nafas Bagian Bawah, terdiri dari :
1) Bronkhus
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut
carina. Bronchus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trakhea.
Bronkhus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Bronchus
kiri terdiri dari lobus superior dan inferior
2) Bronkhiolus
Mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir untuk melapisi
bagian dalam jalan nafas.
3) Brokhiolus terminalis
Brokhiolus membentuk percabangan menjadi brokhiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia
4) Brokhiolus respiratori
Bronkhiolus terminalis kemudian menjadi bronkhiolus respiratori yang dianggap
sebagai saluran transisional antara jalan nafas konduksi dan pertukaran gas.
5) Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkhiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar dan kemudian menjadi alveoli
6) Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdiri atas 3 tipe sel alveolar :
Tipe I, sel epitel yng membentuk dinding alveoli
4
Tipe II, sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu
fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
Tipe III, magrofag yang merupakan sel-sel fagositosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan.
1) Ventilasi : proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke dalam alveoli atau
sebaliknya
2) Difusi : proses pertukaran gas yang berada di alveoli dengan pembuluh darah
kapiler
5
3 PATOFISIOLOGI VAP
Kuman yang masuk melalui kolonisasi dan aspirasi sekret karena ventilator mekanik
bisa jamur, bakteri, atau parasit. Setelah kuman masuk alveoli terjadi inflamasi yang bisa
menimbulkan peningkatan suhu. Peningkatan suhu menimbulkan peningkatan metabolisme
tubuh dan produksi keringat berlebih, sehingga resiko kekurangan volume cairan. Proses
infeksi kuman ini juga menyebabkan produksi sel goblet meningkat sehingga produksi
sputum meningkat dan sputum terakumulasi di jalan nafas, bersihan jalan nafas tidak efektif
bisa menyebabkan pasien batuk-batuk. Produksi sputum yang meningkat bisa tertelan ke
lambung sehingga sputum terakumulasi di lambung, lambung mengadakan usaha untuk
meningkatkan asam basa (sputum bersifat basa di lambung). Usaha tersebut menimbulkan
peningkatan asam lambung, bisa menyebabkan mual muntah dan resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan. Proses peradangan di paru juga menyebabkan keluarnya eksudat dan serous
masuk ke alveoli, sel darah merah dan leukosit PMN (netrofil) mengisi alveoli, sehingga
terjadi konsolidasi di alveoli dan paru. Complaine paru menurun, suplai oksigen menurun
serta pola nafas inefektif bisa menyebabkan pasien sesak napas. Pneumonia dapat
menimbulkan rasa nyeri dada (nyeri pleuritik) apabila pleura juga ikut meradang, biasanya di
bagian posterior atau lateral. Sensasi nyeri tajam dan seperti di tusuk. Rasa nyeri bertambah
ketika bernafas dan batuk. Rasa nyeri berasal dari otot, dinding dada, pleura parietalis, dan
iga (Porzecanski, 2006).
6
VAP (Ventilator Associated Pneumonia)
Konsolidasi
Akumulasi Sputum
di paru Nyeri
di jalan napas
Gangguan
Mual muntah
pertukaran gas
resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
7
4. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
1) pejamu
Penurunan kekebalan
PPOK
Gangguan pernafasan
Posisi tubuh
Tingkat kesadaran
Obat-obatan
Usia, nutrisi
8
3) Faktor petugas
Tenaga kesehatan kurang
Patuh prosedur cuci tangan
Prosedur pemasangan alat
Prosedur penghisapan lendir
Perawatan mulut
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar-X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2) GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3) leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun.
4) LED meningkat.
5) Bronkoskopi
6) Pemeriksaan kultur sputum.
7) CPIS (Clinical Pulmonary Infection Score), dengan skore 6 atau lebih
9
THE CLINICAL PULMONARY INFECTION SCORE (CPIS)
CPIS Points 0 1 2
Sekresi trakea Sedikit Sedang Banyak
Infiltrat CXR Tidak ada infiltrat Difus Terlokalisir
Suhu(0 C) > 36.5 dan < 38.4 > 38.5 atau < 38.9 > 39 atau < 36
Leukosit (per mm3) > 4.000 dan < 11.000 < 4.000 atau >11.000
< 240 dan bukan
PaO2/FiO2 > 240 atau ARDS
ARDS
Gram stain (+),
Microbiology Negatif Positif
Reflect culture
6. PENATALAKSANAAN MEDIK
10
3) Perubahan posisi.
Rutin mengubah posisi pasien dapat meningkatkan drainase paru dan
menurunkan resiko VAP
4) Menyapih dan Ekstubasi dini.
Adanya selang endotrakeal merupakan predisposisi pasien VAP.
5) Posisi semifowler.
Memberikan posisi pasien dalam posisi semi fowler dengan kepala tempat tidur
30o sampai 45o mencegah refluk dan aspirasi bakteri dari lambung ke saluran
nafas.
6) Hindari pemberian nutrisi enteral dengan volume besar.
Lambung yang penuh harus dihindari untuk mencegah refluk dari lambumg
dengan cara mengurangi volume cairan nutrisi. Hati-hati pada penggunaan
narkotika dan kolonergik karena dapat mengganggu pergerakan lambung dan
usus, serta melakukan monitoring volume residual lambung setelah pemberian
nutrisi enteral.
7) Humidifikasi
Pemakaian heat and mosturaiser exchanger (HME)
8) Pemeliharaan sirkuit ventilator
Sirkuit ventilator sebaiknya di monitor secara rutin untuk menghindari kolonisasi
mikroorganisme.
b. Strategis farmakologis
1) sress-ulcer prophylaksis
Peran PH lambung dalam terjdinya VAP masih menjadi kontroversi. Kolonisasi
mikroorganisme di lambung meningkat dengan pemberian obat yang
menurunkan pH lambung (histamine H2 antagonis dan antasida) diduga hal ini
dapat menjadi sumber mikroorganisme terjadi VAP. Pemberian sukralfat
mempunyai insiden VAP yang lebih rendah.
2) Chlorhexidine oral
3) Mikroorganisme yang melekat pada plaque gigi dapat menjadi penyebab VAP.
Pemakaian chlorhexidine oral dapat menurunkan insiden VAP. Perawatan mulut
(Oral hygiene) merupakan salah satu tindakan mengurangi jumlah bakteri dalam
rongga mulut pasien.
11
4) Pemberian antibiotik
Antibiotik Dosis
Maglikosida
7 mg/kg BB/hari atau maksimal 20 mg/kg
BB/hari
12
VAP
Kultur diambil dari saluran napas bawah
(Kuantitatif) dan pemeriksaan Mikroskopis
Cari : Pertimbangkan
Patogen Lain Pemberian
Diagnosis Lain Antibiotik
Infeksi Lain
Komplikasi
13
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi
yang efektif (anamnese), observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan
terdiri dari data dasar dan data fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang
konfrehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien,
kemampuan pasien untuk mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya
sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapi) atau profesi kesehatan lainnya.
Sedangkan data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya, hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilakukan kepada pasien (Nursalam, 2001 : 17)
a. Pengkajian yang dilakukan pada pasien meliputi
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Riwayat psikososial dan spiritual
6) Pola kebiasaan sehari – hari
7) Pola kebiasaan sesudah sakit
b. Pemerisaan fisik
1) Ispeksi :
Insfeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara sistematik. Fokus
pemeriksaan fisik pada pasein VAP : bentuk thorax, frekuensi napas, irama,
kedalamannya, tipe pernapasan pursed lip breathing, pernapasan diafragma,
penggunaan otot bantu pernapasan, tanda tanda retraksi intercostalis, retraksi
suprastenal, gerakan dada, adakah tarikan di dinding dada, cuping hidung,
tachipnea, apakah ada tanda tanda kesadaran menurun.
14
2) Palpasi :
Palpasi adalah suatu tehnik yang mengunakan indra peraba. Tangan dan jari-jari
adalah suatu instrument yang sensitive. Fokus pada pasien dengan VAP adalah
gerakan pernapasan, raba apakah dinding dada panas, kaji vocal premitus dan
Penurunan ekspansi dada.
3) Auskultasi :
4) Perkusi :
Perkusi adalah suatu tehnik dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri
dan kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan
suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasilokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Fokus pada pasien dengan VAP adalah pada pemeriksaan
paru :
15
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Gangguan Pertukaran gas
b. Pola nafas tidak efektif
c. Bersihan jalan napas tidak efektif.
d. Nyeri
e. Resiko kekurangan cairan
f. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
3. RENCANA TINDAKAN
a. Gangguan pertukaran gas
Tujuan : pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria hasil : pasien mampu menunjukkan bunyi paru bersih, gas-gas darah dalam
batas normal
Intervensi :
1) Kaji tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
2) Kaji tanda-tanda vital dan kesadaran tiap jam
3) Pantau dan catat pemeriksaan AGD
Rasional : penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
16
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk
berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
Intervensi :
17
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional : penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
d. Nyeri
Intervensi :
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
18
4) Kolaborasi
Rasional : obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat.
Kriteria hasil: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
4) Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine, hitung keseimbangan
cairan, ukur berat badan sesuai indikasi.
6) Kolaborasi :
19
f. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi :
2) Berikan makan porsi kecil dan sering melalui NGT sesuai kebutuhan kalori
harian.
4) Kolaborasi
konsultasi dengan ahli gizi
4. EVALUASI
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Pasien tn U jenis kelamin laki-laki usia 79 tahun diagnosa medis tetanus (Philip skor
17), cardiac arrest riwayat TB, sepsis, Pneumonia, faktur humerus dextra
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Pasien masuk RS pada tanggal 17 Oktober 2013, pasien sebelum masuk ICU, saat di
UGD pasien di beri minum dan tersedak (aspirasi) kemudian jadi arrest lalu masuk
ICU. Pasien mengeluh bengkak pada tangan kanan yang dialami sejak 1 hari yang
lalu karena tergores batu saat sedang membuat saluran air.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat alergi disangkal dan pasien ada riwayat TB tahun 2007 dengan pengobatan
tuntas. Dibuktikan dari hasil PCR TB tgl 22-10-2013 negatif dan dari hasil BTA
sputum (hasil BAL) tidak ditemukan bakteri bahan asam.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien menyangkal adanya riwayat penyakit keturunan seperti DM atau
hipertensi
6. Riwayat psikososial dan spiritual
Orang yang terdekat dengan pasien adalah istri pasien, mekanisme kopin pasien
dalam menghadapi masalah dengan bermusyawarah, nilai agama yang di anut oleh
pasien tidak ada yang bertentangan dengan medis.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
Frekuensi makan pasien 3 kali perhari, nafsu makan sedang, minum kurang, jenis
makanan nasi, sayur dan lauk pauk, kadang – kadang buah. Alergi terhadap makanan
disangkal, pola eliminasi BAK 5 – 6 kali perhari, warna kuning, bau khas. Pola
eliminasi BAB 1 – 2 kali perhari, oral hygiene 2 kali perhari, pola tidur 6 jam perhari
pada malam hari.
8. Pola kebiasaan sesudah sakit
Pola nutrisi pasien makan cair 60cc/jam, jumlah cairan 1500 cc, kalori 1500 kkal
Pasien tampak sakit berat, kesadaran somnolen dengan DPO midazolam 1 mg/jam,
pola pernafasan on ventilator dengan mode SIMV (pressure control) 8x/menit, PS 8
PEEP +6, FiO2 35%, saturasi O2 100%
21
9. Pengkajian Fisik
a. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, konjungtiva merah, sklera ikterik, pupil 2/2 refleks cahaya
+/+
b. Sistem pendengaran
Daun telinga kiri dan kanan sama, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
c. Sistem pernafasan
Bunyi ronchi +/+ terdapat sputum purulen, pola nafas on ventilator sejak pasien di
IGD
d. Sistem kardiovaskuler
HR 105x/menit dengan irama teratur, denyut nadi normal, tekanan darah 132/54.
f. Sistem endokrin
Gula darah 87 mg / dl
g. Sistem pencernaan
Pasien terpasang NGT, diit cair 1500 kkal (100 cc / jam)
h. Sistem urogenital
Pasien terpasang kateter urine, warna kuning jernih, jumlah 1000 cc/ 6 jam
22
10. Data penunjang
Pemeriksaan laboraboratorium
Pemeriksaan radiografi
Tanggal 17-10-2013
TB paru dengan komponen atelektasis paru kiri atas, tidak tampak pneumothorax,
pnenomediastinum maupun empisema subkutis
Tanggal 22-10-2013
Infiltrate pada parakardial, penhiler, suprahiler kanan bertambah
23
Tanggal 31-10-2013
Dibandingkan radiografi thorax tanggal 30 Oktober 2013 saat ini effusi fleura kiri
berkurang, infiltrate di lapang atas paru kanan paracardial. CVC STQ. Terpasang
kanul trackeostomi dengan ujung distal 3,5 cm di atas carina. Fraktur caput pada os
humerus 1 / 3 proximal dextra.
11. Penatalaksanaan medis
Terapi parenteral :
IVFD Ringer Fundin 10 cc / jam
D7 polimicxin B 3 x 750000
D7 cefoperazon sulbactam 2 x 2 gr
E9 amidulafungin 1 x 100 mg
Ca gluconas 2 x 1 ampul
Vitamin K 3 x 10 mg
Vitamin C 2 x 400 mg
Transamin 3 gram / 24 jam
Tramadol 300 mg / 24 jam
Omeprazol 2 x 40 mg
Paracetamol 3 x 1 gram
Sedasi : nidazolam 2 mg / jam
Terapi oral
Kandistatin 4 x 1 cc / oral
HP Pro 3 x 75 mg
Flumucil 2 x 1 sachet
Cadistatin 4 x 1 cc
25
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Resiko kekurangan cairan
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intervensi :
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional : penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas mekanik padapasien yang
tidak mampu melakukan karena penurunan tingkat kesadaran.
Kriteria hasil : pasien mampu menunjukkan bunyi paru bersih, gas-gas darah dalam
batas normal.
Intervensi :
a. Kaji tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
b. Kaji tanda-tanda vital dan kesadaran tiap jam
c. Pantau dan catat pemeriksaan AGD
d. Auskultasi bunyi dada untuk mendengarkan bunyi nafas
Rasional : penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
26
Kriteria hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
d. Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine, hitung keseimbangan
cairan, ukur berat badan sesuai indikasi.
f. Kolaborasi :
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
27
E. IMPLEMENTASI
TANGGA NO IMPLEMENTASI HASIL
L
31-10-2013 I Mengkaji frekuensi / kedalaman RR: 18x/ menit
pernafasan dan gerakan dada Pernafasan normal, tidak ada
penggunaan otot-otot
pernafasan, dan gerakan dada
simetris.
Memantau irama jantung MOV SIMV 8/14/+6/ 40%
II
Irama jantung teratur
I,II mengauskultasi bunyi nafas Ronkhi +/+
28
29
30
F. EVALUASI
31
S :-
II O : TD 132 / 54 mmHg Suhu 37,2ºC nadi 105 x/menit RR 18
x/menit SPO2 100%
AGD Ph 7,356 ; PCO2 47,8 160,2 ; BE: 1,3 HCO3: 27 SaO2
99,1.
MixVein Ph 7,318 PCo2 58,5 Po2 52,5 BE 4,3 HCO3 30,5
SvO2 82,7 thorax foto tanggal 31-10-2013 effusi pleura kiri
berkurang Infiltrate dilapangan atas paru kanan paracardial
Pasien on ventilator melalui trakeostomy
MOV PS 12 PEEP +6 FiO2 35%
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan
III S: -
O : Turgor kulit kering/ kurang elastis, mukosa bibir kering
P : intervensi lanjutkan
1-11- I S:-
2013 O : Pasien on ventilator melalui trakeostomy krepitasi ( - )
MOV PS 12 PEEP +6 FiO2 35%
secret banyak purulen, CPIS 5 ronkhi + / + RR 20 x / menit
SPO2 100 %
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
32
II S: -
O : TD 140/70 mmHg Suhu 37,4 ºC nadi 110x/menit RR 20
x/menit SPO2 100%
AGD Ph 7,395 PCO2 47,8 PO2 172,6 BE 0,6 HCO3 27
SaO2 99,4.
MixVein Ph 7,318 PCo2 58,5 Po2 52,5 BE 4,3 HCO3 30,5
SvO2 82,7
Thorax foto tanggal 31-10-2013 effusi pleura kiri berkurang
Infiltrate dilapangan atas paru kanan paracardial
Pasien on ventilator melalui trakeostomy
MOV PS 12 PEEP +6 FiO2 35%
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
III S:-
O : Turgor kulit kering/ kurang elastis, mukosa bibir kering
TD 140/71 mmHg Suhu 37,4 ºC nadi 110x/menit RR 20
x/menit SPO2 100%
Residu NGT < dari 100 cc CVC
Intake = 634,6 cc
Output= 950 cc
Balance/6 jam = - 315,4 cc
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan
2-11- I S:-
2013 O : Pasien on ventilator melalui trakeostomy krepitasi ( - )
MOV PS 8 PEEP 5 FiO2 35%
secret banyak purulen, CPIS 5 ronkhi + / + RR 18 x / menit
SPO2 100 %
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
33
II S:-
O : TD 160/90 mmHg Suhu 38,1 ºC nadi 135 x/menit RR 18
x/menit SPO2 100%
AGD PH 7,313 PCO2 47,7 PO2 160,2 BE -2,0 HCO3 24,4
SaO2 98,6
MixVein PH 7,260 PCO2 53,7 PO2 40 3 BE 3,0 HCO3
24,3
SvO2 82,7
Thorax foto tanggal 31-10-2013 effusi pleura kiri berkurang
Infiltrate dilapangan atas paru kanan paracardial
Pasien on ventilator melalui trakeostomy
MOV PS 8 PEEP +5 PiO2 35%
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan
III S:-
O : Turgor kulit kering/ kurang elastis, mukosa bibir kering
TD 140/90 mmHg Suhu: 38,1ºC, nadi 135x/menit RR 18
x/menit SPO2 100%
Residu NGT < dari 100 cc CVC +11
Intake = 924,6
Output = 720
Balance/6jam = + 204,6 cc
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kami akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan asuhan
keperawatan yang di lakukan pada pasien tn. U dengan VAP. Pada pembahasan ini dimulai
dengan pengkajian, masalah keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian kami berusaha mengkaji pasien secara menyeluruh. Pada pengkajian
penyebab VAP pada pasien sesuai teori yaitu akibat pemakaian ventilator lebih dari 48 jam.
Sejauh kami melakukan pengkajian kami tidak menemukan kesenjangan secara teori,
namun karena pada saat dikaji pasien sudah mendapatkan pengobatan antibiotik definitif
maka pada saat dilaukan penghitungan CPIS hasil yang di dapat tidak begitu menunjang.
B. Masalah keperawatan
Secara teoris ada 6 masalah keperawatan sedangkan pada pasien tn U kami mengangkat 3
masalah keperawatan. Menurut teori masalah keperawatan yang timbul adalah pola nafas
tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan komunikasi verbal, Resiko
kekurangan cairan, Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan, Gangguan nyeri. Pada kasus
tn. U mengangkat yaitu bersihan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas dan resiko
kekurangan cairan.
C. Rencana keperawatan
Dalam perencanaan pada kasus disesuaikan dengan kepustakaan yaitu menentukan proritas
masalah, merumuskan tujuan, membuat kreteria hasil dan rencana tindakan
D. Implementasi
Dalam melaksanakan keperawatan selama 3 hari kami tidak menemukan kesulitan dalam
melakukan tindakan keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan sehingga dapat dilihat atau
diukur apakah tujuan keperawatan berhasil atau tidak. Setelah melakukan asuhan
keperawatan 3 hari diperoleh hasil bahwa masalah belum teratasi sehingga rencana
tindakan dilanjutkan
35
BAB V
PENUTUP
Setelah kami menguraikan mengenai asuhan keperawatan pada pasien Tn. U dengan
VAP yang dirawat di ICU RSCM yang di mulai dari pendahuluan sampai pembahasan, maka
pada bab ini kami akan menguraikan kesimpulan serta memberikan beberapa saran yang
mungkin berguna untuk perbaikan asuhan keperawatan pada pasien.
A. Masalah pasien Tn. U dengan VAP Ameninjau dari segi kepustakaan atau langsung, maka
kami menarik kesimpulan
1. VAP adalah nosokomial pneumoni yang terjadi setelah 48 jam pada psien dengan
bantuan ventilasi mekanik, baik melalui ETT ataupun pipa traceostomi
2. Masalah keperawatan pada teori kami temukan 6 masalah keperawatan, tetap pada
kasus hanya 3 masalah keperawatan
3. Pada perencanaan kami tidak mendapatkan kendala yang berarti
4. Implementasi yang kami lakukan pada Tn. U adalah
Mengkaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Memantau irama jantung
Mengauskultasi bunyi nafas
Melakukan suction sesuai indikasi
Melakukan inhalasi: bisolvon 1cc + ventolin 1cc
Melakukan oral hygiene dengan chlorhexidine
Memposisikan pasien 30º-45º
Mengkaji tanda-tanda vital
Memantau adanya muntah
Mengkaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa bibir
Memantau masukan dan keluaran, catat warna dan karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan
Memberikan obat antibiotic
Memantau dan mencatat pemeriksaan AGD dan MixVein
36
B. Saran
Untuk perawat, dokter dan tim medis tetap mempertahankan tehnik aseptic dan kesterilan
alat. Serta proses keperawatan yang sudah ada sebaiknya ditingkatkan lagi supaya masalah-
masalah pasien dapat di pecahkan bersama-sama.
37
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat, ( 2004 ), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi pertama Jakarta,
Salemba Medika.
Brunner & Suddart dengan alih bahasa Agung Waluyo, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah:edisi 8 Volume 3, Jakarta, EGC.
Carpenito, Lynda Juall, alih bahasa Yasmin Asih; editor Monica Ester, (2000), Buku Saku Diagnosa
Keperawatan ; edisi 6, Jakarta, EGC.
Doengoes , E Marilynn, alih bahasa I Made kariase; Ni Made Sumarwati ; editor Monika Ester,
Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk Rencana Pendokumentasian Perawatan
Pasien : edisi 3, Jakarta, EGC