A. DEFINISI
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp Cordis
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan. (Sylvia A Price dan
Lorraine M.Wilson. 1995:583)
B. KONSEP MEDIS
1. Etiologi
Penyebab gagal pompa jantung secara menyeluruh:
a. Kelainan mekanis
Peningkatan beban tekanan
Sentral (stenosis aorta)
Perifer (hipertensi sistemik)
Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan beban
awal)
Obstruksi terhadap ventrikel (stenosis mitralis atau trikuspidalis)
Tamponade pericardium
Restruksi endokardium atau miokardium
Aneurisma ventrikel
Dis-sinergi ventrikel
b. Kelainan miokardium
(1) Primer
Kardiomiopati
Miokarditis
Kelainan metabolic
Toksisitas (alcohol, kobalt)
Preskardia
(2) Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan
mekanis)
Kekurangan O2
Kelainan metabolik
Inflamasi
Penyakit sistemik
Penyakit paru obstrusi menahun (PPOM)
(3) Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
Henti jantung
Fibrilasi
Tachycardia atau bradicardia yang berat
Asim kronis listrik, gangguan konduksi
Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis
cordis. Di sebelah bawah agak runang disebut apex cordis.
Letak
Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya
dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae. Pada
tempat itu teraba adanya pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
Ukuran
Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.
Lapisan
Endokardium : Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup
jantung.
Miokardium : Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.
Perikardium : Lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium
viseralis.
Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah
sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan.
Gerakan jantung terhadap dua jenis, yaitu konstriksi (sistol) dan relaksasi
(diastole) dari kedua atrium, terjadi serentak yang disebut sistol atrial dan
diastole atrial.Konstriksi ventrikel kira-kira 0,3 detik dan tahap dilatasi selama
0,5 detik.Konstriksi kedua atrium pendek, sedang konstriksi ventrikel lebih
lama dan lebih kuat. Daya dorong dari vantrikel kiri harus lebih kuat karena
harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan
darah sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama, tapi tugasny
hanya mengalirkan darah ke sekitar paru - paru dimana tekanannya lebih
rendah.
Preload
adalah sinonim dengan hukum starling pada jantung yang
menyatakan jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh regangan otot
jantung.
Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium.
Afterload
mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompakan darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
3. Patofisiologi
Pada CHF terjadi gangguan preload dan afterload menyebakan stroke
volume menurun,cardiac out put menurun, kontraksi di ventrikel kanan dan
kiri menurun.
Akibat dari kontraksi ventrikel kiri menurun perfusi jaringan menjadi menurun
dikulit menyebabkan vasokontriksi, kulit menjadi dingin, lembab, cyanosis,
maka terjadi gangguan perfusi jaringan perifer.
Ginjal terjadi penurunan GFR, supply keginjal jadi menurun sehingga terjadi
penurunan volume urine, tubuh akan kelebihan cairan.
Di otak : karena cardiac output menurun, supplay darah dan oksigen keotak
menjadi menurun sehingga terjadi hypoksia,jaringan otak dapat iskemik
menyebabkan terjadi penurunan kesadaran beriso terjadi injury.
Di liver terjadi peningkatan enzim hepar atau kongesti hepar.
Kontraksi di ventrikel kanan menurun mengakibatkan residu darah di ventrikel
kanan meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan pada ventrikel kanan
sehingga darah masuk keatrium kanan, terjadi bendungan pada atrium kanan
venus retun menurun akibatnya terjadi bendungan vena sistemik
menyebabkan edema anasarka.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada
etiologinya. Namun dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring
b. Dyspnea On Effert (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak napas tiba-tiba pada
malam hari disertai batuk
d. Berdebar - debar
e. Cepat lelah
f. Batuk - batuk
5. Test Diagnostik
Kegagalan jantung diagnosa khas berdasarkan temuan-temuan, tanda-tanda
dan gejala klinis dan diketahui. Faktor - faktor pencetus, test diagnostik yang
dilakukan antara lain:
a. Electrocardiogram (ECG)
Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia,
fibrilasi atrial.
b. Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi atau struktur katup atau area penurunan kontraktilitas
ventrikel.
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan versus kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras
disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
perubahan kontraktilitas.
e. Rontgent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah
mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal abnormal misalnya:
pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat menunjukkan aneurisma
ventrikel.
f. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.
g. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
h. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut
memperburuk PPOM atau gagal jantung kiri kronis.
i. AGD
Gagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau
hipoksemia sengan peningkatan PCO2 akhir.
j. Kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
k. Albumin/transforin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau
penurunan sintesis dalam hepar yang mengalami kongesti.
l. HSD
Mungkin menentukan anemia, polysitemia atau perubahan kepekatan
menandakan retensi air mungkin meningkat, menunjukkan infark akut.
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark
miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana
saja didalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan cairan
interstitial paru meningkat dari batas negative menjadi batas positif.
7. Penatalaksanaan medis
a. Istirahat
f. Pemberian oksigen
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Makanan atau cairan
Gejala:
Kehilangan nafsu makan
Mual dan muntah
Pembengkakan pada ekstremitas
Diit tinggi garam atau lemak, gula dan kafein
c. Eliminasi
Gejala:
Penurunan berkemih, urin berwarna gelap
Berkemih pada malam hari
Diare atau konstipasi
d. Aktivitas istirahat
Gejala:
Keletihan atau kelelahan terus-menerus sepanjang hari
Insomnia
Nyeri dada dengan aktivitas
e. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi
Bedah jantung
Anemia
Endokarditis
f. Integritas ego
Gejala:
Ansietas, kuatir dan takut
Stress yang berhubungan dengan penyakit
g. Kenyamanan
Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau kronis
Sakit pada otot
h. Pernapasan
Gejala:
Dyspnea pada saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal
i. Interaksi social
Gejala:
Penurunan keikutsertaan dalam aktifitas social yang bias
dilakukan
j) Keamanan
Gejala:
Perubahan dalam fungsi mental
Kehilangan kekuatan atau tonus otot kulit lecet.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial.
b. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar
suplai okigen. Kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi. Hal
ini ditandai dengan kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital,
adanya disrirmia, dispnea, pucat, berkeringat.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium/air. Hal ini ditandai dengan ortopnea, bunyi jantung
S3, oliguria, edema, peningkatan berat badan, hipertensi, distres
pernapasan, bunyi jantung abnormal.
d. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler - alveolus.
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/
kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal,
ditandai dengan pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya
episode GJK yang dapat dicegah.
3. Rencana Keperawatan
Tujuan:
Klien akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima
Kriteria :
Tanda Vital dalam batas normal
Disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung,
Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, ikut serta dalam
aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
RENCANA INTERVENSI
1. Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, irama jantung
Rasional : Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)
untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
4. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat
meningkat. Pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi
danhipotensi tidak dapat normal lagi.
Tujuan:
Klien berpartisipasi dalam melakukan aktifitas sesuai kemampuannya
Kriteria Hasil:
Adanya peningkatan aktifitas.
Keluhan kelemahan, kelelahan, dispnea tidak didapat
Tidak terjadi pucat, keringat dingin, sesak nafas, disirtia
RENCANA INTERVENSI:
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya
bila klien menggunakan vasodilator, diuretik, dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena
efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh
fungsi jantung.
Tujuan:
Kelebihan cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan
keseimbangan masukan dan pengeluaran,
Bunyi nafas bersih/jelas,
Tanda vital dalam rentang yang dapat diterima,
Berat badan stabil dan tidak ada edema,
Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
RENCANA INTERVENSI:
1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana
diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis
sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
Tujuan:
Gangguan pertukaran gas O2 tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Ventilasi dan oksigenisasi dekuat
Oksimetri dalam rentang normal
Bebas gejala distress pernapasan,
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas
kemampuan/situasi.
RENCANA INTERVENSI
1. Pantau bunyi nafas, catat crackles
Rasional : Menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret
menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
Tujuan:
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi atau dapat dicegah.
Kriteria Hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit,
Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
RENCANA INTERVENSI:
1. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/ pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi
fisik dan gangguan status nutrisi.
Tujuan:
Klien akan :
1. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode
berulang dan mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik
untuk menangani.
3. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku
RENCANA INTERVENSI :
1. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208