Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI PNEUMOPERITONEUM

Disusun Oleh:

Destry Aryanty, S. Ked


H1AP12034

Pembimbing:

dr. Sulastri Chen Panjaitan, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARGAMAKMUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat kesehatan dan keselamatan sehingga pembuatan referat ini

dapat diselesaikan. Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.

Penulis banyak mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak

selama penyelesaian penulisan referat, sehingga penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. dr. Sulatri Chen Panjaitan Sp. Rad sebagai dosen pembimbing dan penguji

yang telah memberikan kritikan dan saran yang bermanfaat dalam penulisan

referat ini mulai dari awal hingga penulisan referat ini selesai.

2. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat,

ribuan curahan kasih sayang, keringat, dan do’a tulus untuk penulis.

3. Seluruh rekan-rekan seperjungan pada kepaniteraan Radiologi ini.

Tiada gading yang tak retak, tentunya sebagai mahasiswa yang masih terus

menuntut ilmu, kami menyadari bahwa pembuatan referat ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila dalam pembuatan referat ini

terdapat banyak kekurangan dan koreksi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima

kasih dan semoga referat radiologi ini dapat berguna dan menambah pengetahuan

bagi kita semua.

Bengkulu, 16 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR....................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 4

1.2 Batasan Masalah.............................................................................. 5

1.3 Tujuan…………………………………………………………….. 5

1.4 Metode Penulisan………………………………………………… 5


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumoperitonium………………………………………. 6

2.2 Anatomi Rongga Peritonium……….…..………………………… 6

2.3 Etiologi Pneumoperitonium…….………………………………... 8

2.4 Manifestasi Klinis……………….……………………………….. 10

2.5 Diagnosis………............................................................................. 10

2.6 Pencitraan…………..…………………..….................................... 11

2.7 Tatalaksana dan Prognosis……………………………………….. 27

2.8 Differential Diagnosis……………………………………………. 28


BAB III KESIMPULAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar belakang

Penumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam

cavum peritoneum. Hal ini bisa disebabkan perforasi organ berongga

abdomen akibat trauma tumpul abdomen. Namun tidak semua

pneumoperitoneum disebabkan oleh karena perforasi, pneumoperitoneum

juga biasa muncul setelah operasi abdomen dan akan sembuh dalam 3-6 hari

post operasi dan dapat bertahan selama 24 hari setelah operasi. Pada

penelitian yang dilakukan tahun 2012, di antara pasien dengan udara bebas,

penyebab predominannya adalah perforasi viskus (41%) dan udara residual

postoperatif (<8 hari) (37%). Pneumoperitoneum pada volume 15 mmHg

dapat menimbulkan gangguan hemodinamis yang berbahaya.1 Maka itu perlu

dilakukan diagnosis segera untuk menemukan sumber dari udara bebas dan

untuk menentukan rencana tindakan dan terapi selanjutnya.

Pencitraan radiologi yang digunakan untuk mendeteksi

pneumoperitoneum meliputi foto polos abdomen dan thoraks, USG, CT scan

dan MRI yang sapat juga dilakukan dengan kontras. Foto polos abdomen

menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus

abdomen. Gambaran radiologi foto polos tergantung posisi, dimana posisi

terbaik adalah posisi lateral dekubitus kiri yang menunjukkan gambaran

radiolusen antara batas lateral kanan hati hepar dan permukaan peritoneum.2

Pemeriksaan CT scan merupakan gold standar pencitraan

pneumoperitoneum. Pada pencitraan MRI pneumoperitoneum terlihat sebagai

area hipointens pada semua potongan gambar. Pada pencitraan USG

pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas

4
dengan artifak reverberasi atau Distal Ring Down. USG tidak

dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitive untuk menyingkirkan

pneumoperitoneum.2

Banyak pencitraan yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis

pneumoperitoneum tentunya membuat dokter harus mengetahui indikasi dan

kontaindikasi yang tepat pada setiap pasien. Selai itu juga penting untuk

menyesuaikan dengan keadaan pasien dan ekonomi pasien. Sehingga dokter

perlu mengetahui pencitraan yang tepat guna untuk pasien.

1.2. Batasan Masalah

Referat ini akan membahas tentang Pneumoperitoneum khususnya dari

segi gambaran radiologis (foto polos).

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang Pneumoperitoneum dari definisi, etiologi,

manifestasi klinis, penegakan diagnosa, dan pengobatannya.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran radiologis (foto polos) pada Pneumoperitoneum.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan referat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk

pada berbagai literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumoperitoneum

5
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang

peritoneum yang biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Namun,

setiap viskus berongga dapat menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum.

Penyebab paling umum dari pneumoperitoneum adalah perforasi saluran

pencernaan yaitu lebih dari 90%. Perforasi dari lambung atau duodenum yang

disebabkan oleh ulkus peptikum dianggap penyebab paling sering dari

pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum juga dapat diakibatkan karena

pecahnya divertikular atau trauma abdomen. Ini biasanya muncul dengan

tanda-tanda dan gejala peritonitis, dan temuan radiologis yang paling umum

adalah adanya gas subphrenic dalam foto polos Thorax erect. Dalam

kebanyakan kasus, pneumoperitoneum memerlukan eksplorasi bedah dan

intervensi secepatnya.1,3

Gambaran radiologi dari pneumoperitoneum penting karena kadang

kadang jumlah udara bebas dalam rongga peritoneal yang sedikit sering

terlewatkan dan bisa menyebabkan kematian.2

2.2 Anatomi Rongga Peritoneum

Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat

epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga

yaitu coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan

dinding enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga

mesoderm, dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm

tersebut kemudian menjadi peritonium.5

Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3, yaitu: 5

6
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis

(tunika serosa).

2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina

parietalis.

3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina

parietalis.

Gambar 2. Anatomi Peritoneum

Pada beberapa tempat peritoneum visceral dan mesenterium dorsal

mendekati peritoneum dorsal dan terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada

bagian-bagian usus yang tidak mempunyai alat-alat penggantung, dan

akhirnya berada disebelah dorsal peritonium sehingga disebut retroperitoneal.

Bagian-bagian yang masih mempunyai alat penggantung terletak di dalam

rongga yang dindingnya dibentuk oleh peritoneum parietal. Rongga tersebut

disebut cavum peritonei, dengan demikian: 5

1. Duodenum terletak retroperitoneal;

2. Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung

mesenterium;

7
3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;

4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat

penggantung disebut mesocolon transversum;

5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung

mesosigmoideum; cecum terletak intraperitoneal;

6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung

mesenterium.

2.3 Etiologi Pneumoperitoneum

Ada banyak penyebab untuk pneumoperitoneum dan bervariasi

tergantung pada usia. Pada neonatus, penyebab yang paling mungkin adalah

perforasi lambung sekunder enterocolitis necrotizing atau obstruksi usus.

Selain itu, mungkin ada penyebab iatrogenik, seperti perforasi dari tabung

nasogastrik atau dari ventilasi mekanis.7,8

Pada bayi yang lebih tua dan anak-anak, penyebab terbanyak adalah

trauma tumpul dengan pecahnya viskus berongga, trauma penetrasi, perforasi

saluran pencernaan (dari ulkus lambung atau duodenum, ulkus stres, kolitis

ulserativa dengan megakolon toksik, penyakit Crohns, obstruksi usus),

pengobatan steroid, infeksi pada peritoneum dengan organisme gas

membentuk atau pecahnya abses, atau mungkin karena masalah dada seperti

pneumomediastinum.8

Penyebab utama terjadinya pneumoperitoneum adalah:2,4

1. Ruptur viskus berongga (yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing

enterocolitis, megakolon toksik, penyakit usus inflamasi)

8
2. Faktor iatrogenik (yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen,

perforasi endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis)

3. Infeksi rongga peritoneum dengan organisme membentuk gas dan atau

pecahnya abses yang berdekatan

4. Pneumatosis intestinalis

Tabel 1: Penyebab pneumoperitoneum 2,4

A. Pneumoperitoneum - Perforated viskus

dengan peritonitis - Necrotizing enterocolitis

- Infark usus

- Cedera perut
B. Pneumoperitoneum tanpa 1. Thoraks

peritonitis - Ventilasi tekanan positif

- Pneumomediastinum/pneumotoraks

- Penyakit saluran napas obstruktif kronik

- Asma

2. Abdomen

- Pasca laparotomi

- Pneumatosis cystoides coli/ intestinalis

- Divertikulosis jejunum

- Endoskopi

-Paracentesis/peritoneal dialisis /

laparoskopi

- Transplantasi sumsum tulang

3. Female pelvis

9
- Instrumentasi (mishysterosalpingography,

Uji Rubin)

- Pemeriksaan panggul (esp. post-partum)

- Post-partum

- Oro-genital intercourse

- Vagina douching

- Senggama

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum.

Penyebab yang ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin

mengalami nyeri perut samar akibat perforasi viskus perut, tergantung pada

perkembangan selanjutnya bisa berupa peritonitis. Tanda dan gejala berbagai

penyebab perforasi peritoneum mungkin seperti kaku perut, tidak ada bising

usus, nyeri epigastrium atau jatuh pada kondisi shock yang parah.9

2.5 Diagnosis

Temuan udara bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan

perforasi dari viskus berongga dan membutuhkan intervensi bedah dengan

segera. Anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik tetap yang paling

penting dalam menegakkan diagnosa pneumoperitoneum.

Cara terbaik untuk mendiagnosis udara bebas adalah dengan cara foto

polos Thorax erect. Udara akan terlihat tepat di bawah hemidiaphragma, sela

antara diafragma dan hati. Jika foto polos Thorax erect tidak dapat dilakukan,

maka pasien ditempatkan di sisi kanan posisi dekubitus dan udara dapat dilihat

sela antara hati dan dinding perut. Foto polos, jika benar dilakukan, dapat

10
mendiagnosa udara bebas di peritoneum. Computed Tomography bahkan lebih

sensitif dalam diagnosis pneumoperitoneum. CT dianggap sebagai standar

kriteria dalam penilaian pneumoperitoneum. CT dapat memvisualisasikan

jumlah ≥5 cm³ udara atau gas.3

2.6 Pencitraan

Gambaran Foto Polos Radiologis

Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan perforasi abdomen.

Paling tidak diambil 2 foto, meliputi foto abdomen posisi supine dan foto Thorax

posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang

sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi tersebut

selama 5-10 menit sebelum foto diambil. 3,9,11

Posisi dari pemeriksaan foto polos berdasarkan dari proyeksi. Proyeksi mengacu

pada arah pusat sinar central ray (CR) saat keluar dari tabung sinar – x dan

menembus objek hingga sampai image reseptor (film).

Macam-Macam Proyeksi

 Anteroposterior : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur

(supine position) dimana bagian belakang dari tubuh menempel pada

bidang kaset dan bagian depan menghadap datangnya arah sinar, arah sinar

(central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.

 Posterioanterior : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur

(supine position) dimana bagian depan dari tubuh menempel pada bidang

kaset dan bagian belakang dari tubuh menghadap datangnya arah sinar,

arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.

11
 Lateral : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine

position) dimana bagian lateral kiri dari tubuh menempel pada bidang

kaset dan bagian lateral kanan dari tubuh menghadap datangnya arah sinar,

begitu sebaliknya kalau bagian lateral kanan dari tubuh menempel pada

bidang kaset maka bagian lateral kiri dari tubuh menghadap datangnya

arah sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.

 Axial : pengambilan gambar dengan arah sinar atau central ray

membentuk sudut.

 Oblique :

 RAO (Right Anterior Oblique) : arah sinar tegak lurus terhadap

bidang kaset dimana bagian anterior kanan menempel atau dekat

dengan kaset.

 LAO (Left Anterior Oblique) : arah sinar tegak lurus terhadap

bidang kaset dimana bagian anterior kiri menempel atau dekat

dengan kaset.

 RPO (Right Posterior Oblique) : arah sinar tegak lurus terhadap

bidang kaset dimana bagian posterior kanan menempel atau dekat

dengan kaset

 LPO (Left Posterior Oblique) : arah sinar tegak lurus terhadap

bidang kaset dimana bagian posterior kiri menempel atau dekat

dengan kaset.

 Decubitus

12
 Dorsal Decubitus : pasien berbaring terlentang atau supine pada

meja radiografi dengan arah sinar atau central ray horizontal

terhadap lantai.

 Ventral Decubitus : pasien berbaring telungkup atau prone pada

meja radiografi dengan arah sinar atau central ray horizontal

terhadap lantai.

 Lateral Decubitus : lateral decubitus ada dua yaitu lateral Decubitus

Kiri (LLD) dimana pasien berbaring pada sisi kiri dengan sisi

kanan di atas, dan Lateral Decubitus Kanan (RLD) pasien

berbaring pada sisi kanan dan bagian kiri di atas. Untuk central ray

atau arah sinar horizontal terhadap lantai menembus pasien dari

arah anterior ke posterior.

Gambar 3 : Macam-macam proyeksi foto untuk mendiagnosis pneumoperitoneum,


Foto thoraks PA erect, Foto abdomen erect, left lateral dekubitus (LLD), right
lateral dekubitus (RLD), dan posisi supine.

13
Tanda-tanda peritoneum pada foto polos 6,7,10 :

1. Anterior Subhepatic Space Free Air

Gambar 4. Tanda udara bebas di sekitar hepar

Terdapat pengumpulan udara bebas (area lusen) di anterior subhepatik

yang berbetuk elips terlihat pada foto polos abdomen posisi supine.

Gambar 5 : Tampak udara (area lusen) di bawah hepar yang berbentuk elips

14
2. Doges Cap Sign

Doges Cap Sign menandai terdapat udara bebas di Morrison’s pouch

(Kantung Morrison). Kantung Morrison secara normal terdapat ruang

antara kanan ginjal dan hati, sehingga terkadang menjadi sedikit susah

dalam membedakan pneumoperitoneum. Pertama, mungkin merupakan

tanda dari pneumoperitoneum, kedua bisa salah interpretasi antara udara di

duodenum. Udara di Morrison’s Pouch dapat berbetuk segitiga

(triangular), concave, crescent, atau semisirkular. Posisinya terletak di

inferior iga 11 dan superior dari ginjal kanan.

Gambar 6 : Tampak udara bebas yang mengisi Morrison’s Pouch

berbentuk segitiga

3. Air Anterior to Ventral Surface of Liver

Tampak udara berada di bagian ventral hati yang dapat berbentuk macam-

macam. Pada gambar dibawah ini berbentuk geographical.

15
Gambar 7 : Tampak udara bebas di bagian depan dari hepar yang

berbentuk geographical (bulat)

4. Decubitus Abdomen Sign

Foto dengan pasien pada posisi left lateral decubitus, tampak udara bebas

antara dinding abdomen dan hati (panah putih). Tampak juga cairan di

peritoneum (panah hitam) dan dapat digunakan untuk setiap pasien yang

sangat sakit.

16
Gambar 8 : tampak udara bebas (panah putih) dan cairan (panah hitam) di

peritoneum

5. Rigler’s Sign on Supine AXR (double wall atau gas-relief sign)

Rigler Sign diambil dari nama Leo G Rigler, pada foto polos abdomen

yang memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara

di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.

17
Gambar 9 : Rigler Sign, tampak udara intralumen usus dan ekstralumen

yang membentuk seperti dinding ganda

6. Falciform Ligament Sign

Ligamen falciformis adalah ligament yang menghubungkan dinding

abdomen anterior dengan hepar. Tampak ligamen memanjang ke arah

inferior yang dikelilingi udara bebas (panah putih) pada foto polos

abdomen posisi supine.

18
Gambar 10 : tampak ligamen falciformis yang dikelilingi udara bebas

(panah putih)

7. Football Sign

Football Sign yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di

dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus

seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis sehingga

memberi jejak seperti gambaran bola kaki (American Football).

Gambar 11 : Football sign, tampak udara bebas yang massif membungkus

seluruh cavum abomen

19
8. Continous Diaphragm Sign

Pada pneumoperiteum masif terlihat gambaran Continous diaphragm sign

dimana terdapat udara di bawah diafragma. Udara bebas di bawah

hemidiafragma kiri dan kanan tampak menyerupai struktur diafragma.

Gambar 12 : Continous diaphragm sign, tampak udara bebas dibawah

hemidiafragma membentuk struktur diafragma

9. Double Bubble Sign

Pada double bubble sign (dua gelembung udara) memberikan gambaran

lusen di subdiafragma pada hemidiafragma sebelah kiri dimana terdapat

dua tempat pengumpulan udara satu tempat berada di bawah

hemidiafragma kiri yang merupakan udara bebas dan tempat kedua

merupakan udara normal pada bagian fundus lambung. Tampak struktur

dinding diafragma (panah hitam) lebih tipis dibandingkan dengan dinding

lambung (panah putih).

20
Gambar 13 : Double buble sign, tampak gambaran dua gelembung udara di

hemidiafragma kiri berupa udara bebas dan udara normal di fundus

lambung.

10. Cupola Sign

Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral

diafragma (panah putih).

Gambar 14 : Cupola sign, tampak gambaran udara bebas yang membentuk

kubah di sentral diafragma.

21
11. Lesser Sac Gas Sign

Posisi dari Lesser Sac terletak di belakang dari lambung dimana daerah

tersebut paling sering ditemukan udara bebas bila terjadi

pneumoperitoneum. Terdapat penghubung antara lesser sac dan greater

sac yang disebut foramen Winslowi. Pada foto polos thoraks AP tampak

cupola sign (panah putih) dan lesser sac gas sign (panah hitam).

Gambar 15 : Tampak udara bebas mengisi lesser sac

12. Triangle Sign ( Telltale Triangle Sign)

Telltale triangle sign menggambarkan udara bebas berbentuk segitiga kecil


yang berada diantara usus besar dengan tungkai.

22
Gambar 16 : Triangle sign, Tampak udara bebas berbentuk segitiga (panah

hitam)

13. Urachus Sign merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak

terlihat pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama

dengan struktur jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi

pneumoperitoneum, udara tampak melapisi urachus. Urachus tampak

seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen yang berjalan

dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit

lebih tebal daripada apeks. 2,3,11

23
Gambar 17 : Urachus sign (panah hitam)

14. Inverted V Sign

Ligamen umbilical lateral (panah hitam) yang mengandung pembuluh

darah epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf ‘V’ terbalik di daerah

pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam jumlah banyak. 2,3,11

Gambar 18 : Inverted V sign (panah hitam)

24
15. Ligamentum Teres Sign

Pada gambaran foto abdomen dengan barium terlihat ulser dari duodenal

dengan udara di sekitar ligamentum teres (panah putih)

Gambar 19 : tampak udara bebas mengelilingi ligamentum teres (panah

putih)

16. Leaping Dolphin Sign

Leaping dolphin sign adalah terdapatnya udara di bawah hemidiafragma

dan visualisasi dari otot slips diafragma yang membentuk seperti lumba-

lumba. Biasanya terdapat di bagian superior dari kuadran kanan atas.

Secara umum tervisual yaitu dua hingga empat otot yang elongasi, paralel

dan melengkung (band linear) di kuadran kanan atas.

25
Gambar 20 : Tampak udara bebas di bawah hemidiafragma kanan yang

membentuk gambaran lumba-lumba (panah hitam)

17. Pneumoretroperitoneum

Pada fotos polos abdomen merupakan pasien dengan udara bebas di deerah

retroperitoneal. Tampak udara bebas mengeliling dinding lateral ginjal

kanan (panah putih). Tampak juga udara bebas di intralumen dan

ekstralumen usus yang menggambarkan Rigler’s sign.

Gambar 21 : Tampak udara bebas mengisi ruang retroperitoneum, mengelilingi

lateral dinding ginjal

26
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih

disebabkan karena standarisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto

polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada

perforasi viskus abdomen. 3

Tidak jarang pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami

perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Diagnosis

banding biasanya meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus.

Sebagai tambahan pemeriksaan untuk mengopasitaskan saluran cerna, sekitar

50mL kontras terlarut air diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien

dengan posisi berbaring miring ke kanan. 3

2.7 Tatalaksana dan Prognosis

Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya.

Ketika seorang pasien diduga mengalami pneumoperitoneum, langkah

pertama dalam pengobatan adalah mencari tahu penyebabnya, untuk

pendekatan pengobatan yang tepat. Ini membutuhkan pemeriksaan diagnostik

tambahan selain anamnesa pasien. Dalam beberapa kasus, pengobatan

konservatif adalah yang terbaik, dengan dokter menunggu dan melihat lebih

teliti untuk melihat apakah tubuh pasien mampu menghilangkan gas sendiri.

Jika pneumoperitoneum adalah komplikasi dari infeksi, maka operasi untuk

memperbaiki masalah ini diperlukan secepat mungkin. Perforasi dan infeksi

dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan segera.11.

27
2.8 Diferensial Diagnosis

Diagnosis banding Pneumoperitoneum 2 :

1. Syndrome Chilaiditi

2. Abscess Subphrenic 

3. Linear atelektasis pada dasar paru 

1. Chilaiditi sindrom

     Interposisi dari usus (berhimpitnya usus dan hepar) antara hepar dan

hemidiaphragm (kanan) hingga menyebabkan terlihat adanya udara yang berada

di subphrenik, padahal itu adalah udara yang ada dalam usus besar , ditandai

dengan terlihatnya haustra. Choliditis tidak memiliki makna diagnostik. 2,8

Gambar 22 : Chilaiditi Syndrome, interposisi kolon dengan hepar.

2. Subphrenic abses

28
Abses Subphrenik adalah dilokalisirnya pengumpulan nanah, biasanya di
bawah kanan atau kiri hemidiafragma, terdapat akumulasi cairan yang terinfeksi
antara diafragma, hepar dan limpa. 2,8
Perbedaan gambaran udara pada abses subphrenik dan pneumoperitoneum
adalah pada foto lateral dekubitus ; akan terlihat udara terkumpul dalam suatu
kantong abses dan ada air fluid level.

Gambar 23 : Abses subfrenikus, tampak gambaran air fluid level yang


tidak mengikuti struktur diafragma seperti pneumoperitoneum (kiri foto thoraks
PA, kanan foto thoraks lateral)

3. Linear Atelektasis di Dasar Paru

                  Atelektasis adalah runtuhnya sebagian atau penutupan alveoli sehingga

pertukaran gas berkurang atau tidak ada. 2,8

29
Gambar 24 : tampak band dari atelektasis linear di basal paru yang menyerupai

gambaran pneumoperitoneum

30
BAB III

KESIMPULAN

Pneumoperitoneum merupakan keadaan dimana terdapat udara bebas

terperangkap di rongga peritoneum, yang sebagian besar disebabkan oleh

perforasi organ berongga (terutama viscus) akibat trauma. Penumoperitoneum

dapat dideteksi menggunakan pemeriksaan radiologis seperti foto polos abdomen,

CT scan, dan ultrasonografi.

Foto polos merupakan modalitas diagnosis lini pertama dengan foto

thoraks PA. Hasil pemeriksaan diharapkan terdapat adanya radiolusen seperti

udara dibawah hemidiafragma. Foto polos abdomen juga dapat dilakukan dan

diharapkan ditemukan udara bebas intraperitoneal. Pada daerah usus hasil yang

diharapkan adalah menemukan Rigler’s sign atau double wall sign. Pada

pneumoperitoneum yang masif, dapat ditemukan gambaran Football sign.

Diagnosis banding dari pneumoperitoneum adalah Syndrome Chilaiditi,

abscess subphrenic, dan linear atelektasis pada dasar paru. Tatalaksana pada

pneumoperitoneum yaitu konservatif dan tindakan operasi sesegera mungkin

apabila terjadi komplikasi akibat infeksi. Secara prognosis, pneumoperitoneum

tergantung dari penyebabnya. Namun perforasi dan infeksi yang cepat dapat

menimbulkan kematian.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. ME ,Breen, Dorfman M, Chan SB. 2008. Pneumoperitoneum Without

Peritonitis: A Case Report.Am J Emerg Med, 26:841. e1-2

2. Churchill , James D Begg . 2006. Abdominal X-rays Made Easy 2nd Edition.

Elsevier

3. Khan, Ali Nawaz. 2011. Pneumoperitoneum Imaging : A Journal

Diunduh dari http://emedicine.medscape.com, pada 15 September 2018

4. Daly,  Barry D, J. Ashley Guthrie and Neville F. Cause of Pneumoperitoneum:

A Case Report. United Kingdom

5. Dan L. Longo, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, J.

Larry Jameson, Joseph Loscalzo, Eds. 2008. Harrison’s Principle of Internal

Medicine 17th Edition. USA : The McGraw-Hill Companies.

6. CH, Lee. 2010. Imaging Pneumoperitoneum : A Journal

Diunduh dari

http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneum

operitoneum.htm pada 15 September 2018

7. Weerakkody , Yuranga dan Jeremy Jones.Pneumoperitoneum.

Diunduh dari http://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum pada 15

September 2018

8. Silberberg , Phillip. 2006. Pneumoperitoneum. Kentucky, USA.

9. Derveaux ,K., F Penninckx. 2007. Crash Courses of Pneumoperitoneum.

University Leuven Belgia

10. Fuller, MJ. 2011. Pnuemoperitoneum.

32
Diunduh dari http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum pada

15 September 2018

11. Pitiakoudis. 2011. Spontaneus Idiophatic Pneumoperitoneum Presenting as

An Acute Abdomen : A Case Reports. USA :National Library of Medicine.

33

Anda mungkin juga menyukai