Disusun Oleh:
Pembimbing :
dr. Elsis Mareta Edriyenti, Sp.P
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan materi Referat tentang “Tension Pneumothorax”. Materi ini dibuat sebagai salah
satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Paru. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis
serta waktu yang tersedia untuk menyusun ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Elsis Mareta
Edriyenti, Sp.P selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Paru di RSUD M. Natsir, yang telah
Akhir kata penulis berharap kiranya materi referat ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan masalah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 Pneumothorax................................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi....................................................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi................................................................................................................... 3
2.2 Tension Pneumothorax.................................................................................................. 5
2.2.1 Definisi....................................................................................................................... 5
2.2.2 Etiologi....................................................................................................................... 5
2.2.3 Patofisiologi................................................................................................................ 6
2.2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................................... 8
2.2.5 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................... 9
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................. 10
2.2.7 Diagnosa Banding....................................................................................................... 12
2.2.8 Tatalaksana................................................................................................................. 13
2.2.9 Komplikasi.................................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19
iii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pneumothorax............................................................................................................... 3
2.2 Anatomi Pleura............................................................................................................ 6
2.3 Tension Pneumothorax: A one way valve.................................................................. 8
2.4 Radiologi Dada pada Pasien Tension Pneumothorax............................................... 11
2.5 Gambaran Sinus Takikardi pada Pasien dengan Tension Pneumothorax............. 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumothorax adalah kondisi dimana terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura
yaitu diantara pleura parietal dan viseral yang menyebabkan penekanan pada paru hingga kolaps.
Insidensi pneumothorax sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui.
Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pneumothorax lebih
sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering
Pneumothorax spontan primer kebanyakan terjadi pada usia 20-30 tahun. Insiden
pneumothorax ini di Amerika Serikat adalah 7 per 100.000 pada pria dan 1 per 100.000 pada
wanita per tahunnya. Mayoritas kekambuhan terjadi dalam tahun pertama, dan insiden berkisar
antara 25% sampai 50%. Tingkat kekambuhan tertinggi terjadi selama 30 hari pertama.
Pneumothorax spontan sekunder lebih banyak ditemukan pada pasien usia tua yaitu 60-65 tahun.
Insidennya adalah 6,3 dan 2 kasus baik pada pria dan wanita per 100.000 pasien. Rasio pria dan
wanita adalah 3:1. PPOK memiliki insiden 26 pneumothorax per 100.000 pasien. Risiko
pneumothorax spontan pada perokok berat adalah 102 kali lebih tinggi dari pada yang bukan
perokok. Insiden tension pneumothorax sulit ditentukan karena sepertiga kasus di trauma centers
telah dilakukan needle decompression sebelum mencapai rumah sakit, dan tidak semuanya
1
2.1 Tujuan
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian paru RSUD M.
Natsir dan di harapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi
bagi para pembaca, khususnya kalangan medis tentang penatalaksanaan Tension Pneumothorax.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumothorax
2.1.1 Definisi
Pneumothorax adalah kondisi dimana terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura
yaitu diantara pleura parietal dan viseral yang menyebabkan penekanan pada paru hingga
kolaps.7
2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya pneumothorax diklasifikasi menjadi4,5,7 :
Pneumothorax spontan
Pneumothorax yang terjadi tanpa adanya pemicu atau faktor penyebab lain yang
jelas. Ada dua tipe pneumothorax spontan yaitu pneumothorax spontan primer,
3
a) Pneumothorax spontan primer yaitu pneumothorax yang penyebabnya
dengan penyakit paru yang mendasari seperti pada PPOK dan pneumonia.
Pneumothorax traumatik
Pneumothorax yang terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung pada
sebagai hasil dari prosedur diagnostik atau terapeutik tertentu dan non-iatrogenik
yang terjadi akibat trauma tumpul atau tembus pada dinding dada.
1. Simple/closed pneumothorax
struktur mediastinum.
2. Open pneumothorax
Pneumothorax akibat penetrasi langsung benda tajam pada dinding dada yang
menyebabkan luka terbuka sehingga udara keluar masuk dengan bebas melalui
3. Tension pneuomothorax
Pneumothorax yang terjadi akibat udara yang terperangkap didalam pleura namun
4
intrapleura hingga paru-paru menjadi kolaps serta menggeser struktur
2.2.1 Definisi
Sebuah tension pneumothorax berkembang ketika paru-paru atau cedera dinding dada
sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara masuk ke rongga pleura tetapi tidak keluar
(katup satu arah). Akibatnya, udara menumpuk dan menekan paru, akhirnya menggeser
mediastinum, menekan paru kontralateral, dan meningkatkan tekanan intratoraks yang cukup
untuk menurunkan aliran balik vena ke jantung, menyebabkan syok. Efek ini dapat berkembang
dengan cepat, terutama pada pasien yang menjalani ventilasi tekanan positif. Penyebabnya
termasuk ventilasi mekanis (paling umum) dan pneumotoraks sederhana (tanpa komplikasi)
dengan gagalnya cedera paru setelah trauma tembus atau tumpul dada atau kegagalan kanulasi
vena sentral.5
2.2.2 Etiologi
c) Trakeostomi perkutaneus.
valve/fenomena ventil.
5
2.2.3 Patofisiologi
diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal (Gambar 1.3).
Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut
respirasi.8
Tekanan pleura secara fisiologis memiliki dua pengertian yaitu tekanan cairan
pleura dan tekanan permukaan pleura. Tekanan cairan pleura mencerminkan dinamik
aliran cairan melewati membran dan bernilai sekitar -10 cmH2O. Tekanan permukaan
pleura mencerminkan keseimbangan elastik rekoil dinding dada ke arah luar dengan
elastik rekoil paru ke arah dalam. Nilai tekanan pleura tidak serupa di seluruh permukaan
rongga pleura; lebih negatif di apeks paru dan lebih positif di basal paru. Perbedaan
bentuk dinding dada dengan paru dan faktor gravitasi menyebabkan perbedaan tekanan
6
pleura secara vertikal; perbedaan tekanan pleura antara bagian basal paru dengan apeks
Proses respirasi melibatkan tekanan pleura dan tekanan jalan napas. Udara
mengalir melalui jalan napas dipengaruhi tekanan pengembangan jalan napas yang
mempertahankan saluran napas tetap terbuka serta tekanan luar jaringan paru (tekanan
pleura) yang melingkupi dan menekan saluran napas. Perbedaan antara kedua tekanan
(tekanan jalan napas dikurangi tekanan pleura) disebut tekanan transpulmoner. Tekanan
Perbedaan tekanan intra pleura dengan tekanan di dalam paru-paru dan atmosfer
inilah yang membuat paru –paru dan dinding dada dapat mengembang dan mengempis
dengan baik. Adanya gradien tekanan antara paru-paru dan rongga pleura juga mencegah
Terhubungnya paru-paru atau lingkungan luar dengan rongga pleura oleh karena
tekanan di rongga pleura sehingg hilangnya gradien tekanan antara rongga pleura dengan
rongga pleura secara progresif hingga lama kelamaan akan menekan paru-paru dan
menurunkan volume paru hingga terjadi kolaps. Paru-paru yang tertekan tidak dapat
berfungsi pada kapasitas yang normal sehingga proses ventilasi berkurang dan
mengakibatkan hipoksemia.5
pleura tidak dapat keluar sepenuhnya saat proses ekspirasi (mekanisme katup satu
7
arah/fenomena ventil) sehingga lama-kelamaan akumulasi udara di rongga pleura
kontralateral akibatnya terjadi hipoksemia. Pada kondisi berat, peningkatan tekanan ini
juga dapat menekan jantung, paru-paru kontralateral serta pembuluh darah hingga
jantung akibat menurunnya pengisian jantung dan aliran balik vena. Hipoksemia yang
terjadi juga memicu vasokontriksi paru dan meningkatkan resistensi pembuluh darah
paru. Alhasil hipoksemia, asidosis akibat penumpukan CO2 ,serta penurunan curah
jantung dapat menyebabkan cardiac arrest dan berujung pada kematian jika tension
Gejala dan tanda klinis awal dari tension pneumothorax adalah gejala dari simple
8
Tension pneumothorax terjadi akibat mekanisme kebocoran udara “katup satu arah” dari
paru-paru atau kebocoran udara melalui dinding dada. Udara terperangkap di dalam kavum
pleura dan dengan cepat membuat paru-paru menjadi kolaps. Mediastinum mengalami
pergeseran ke sisi kontralateral dari sisi tension pneumotorax. Gejala dan Tanda Tension
Nyeri dada
Takipnea
Distres respirasi
Takikardi
Hipotensi
kasus berat.
Inspeksi thorax terlihat asimetris yang menunjukkan hemitoraks yang terkena tampak
lebih cembung pada keadaan statis. Dan pergerakan dinding dada menurun atau tertinggal serta
tidak dapat mengembang dengan baik pada hemitoraks yang terkena dalam keadaan dinamis.
Pada pemeriksaan palpasi dapat ditemukan tidak adanya nyeri tekan, adanya distensi, tegang,
dan tidak dapat dikompresi dengan baik. Taktil fremitus melemah bahkan bisa menghilang pada
9
bagian yang mengalami tension pneumothorax. Pemeriksaan perkusi menunjukkan hiperresonan
atau hipersonor pada hemitoraks yang terkena dan sonor pada hemitorax kontralateralnya.
Dengan pemeriksaan auskultasi kita dapat membedakan apakah ini merupakan tension
pneumothorax atau gangguan lain, contohnya gangguan organ jantung. Pada pemeriksaan
auskultasi kita dapat mendapati tidak adanya suara napas unilateral pada hemitoraks yang
terkena.6
merupakan keadaan gawat darurat dan mengancam nyama yang perlu ditangani segera. Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan untuk memastikan diagnosis penyakit ini dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya adalah pemeriksaan USG, rontgen thorax, EKG, analisis
Pemeriksaan awal untuk menentukan pasien stabil atau tidak sangat berperan penting
untuk menentukan tatalaksana lebih lanjut. Jika pasien secara hemodinamik dalam keadaan tidak
stabil, atau pasien dalam keadaan gagal napas akut, USG di samping tempat tidur sebaiknya
segera dilakukan untuk memastikan diagnosis. Secara bersamaan, pasien harus distabilkan dan
Pada pasien dengan hemodinamik stabil dapat dilakukan evaluasi radiologi. Penilaian
awal yang tepat adalah dengan melakukan radiografi dada atau chest X-Ray untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Radiografi dada da menunjukkan satu atau lebih gambaran berikut :6
10
Hilangnya tanda paru-paru distal ke pleural line
Gambar 2.4. Radiologi dada pada pasien tension pneumothorax. Pada gambar ini menunjukkan
hilangnya tanda paru-paru distal di hemithoraks kanan daergeseran jantung dan mediastinum ke sisi
kiri.10
11
Hasil pemeriksaan EKG pada pasien Tension Pneumothorax dapat menunjukkan sinus
takikardi sesuai dengan manifestasi klinis yang akan ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien.
Berikut contoh gambaran hasil pemeriksaan EKG pada pasien tension pneumothorax :
Gambar 2.5 Gambaran Sinus Takikardi pada Pasien dengan Tension Pneumothorax6
Tension pneumothorax harus didiagnosis dengan temuan klinisnya yang khas. Diagnosis
banding pneumothorax antara lain adalah gangguan pernapasan lain dan gagal napas tipe 1. Pada
12
tension pneumothorax hampir seluruh bagian paru mengalami kolaps sehingga menyebabkan
penekanan oragan lain dan penurunan fungsi jantung dan fungsi organ yang tertekan. Sehingga
tension pneumothorax juga dapat di diagnosis banding dengan gangguan jantung seperti gagal
jantung dan temponade jantung. Meskipun tamponade jantung juga dapat menyebabkan
hipotensi, distensi vena jugularis, dan kadang-kadang distres pernapasan, tension pneumothorax
dapat dibedakan secara klinis dengan tidak adanya suara napas unilateral dan hiperresonansi
pada pemeriksaan perkusi. Tension pneumothorax juga dapat didiagnosis banding dengan
genjala yang hampir sama. Hanya saja sesak napas pasien tampak lebih meningkat pada tension
pneumothorax dibandingkan pada PSP dan SSP. PSP dan SSP biasanya tidak memerlukan
drainase segera, sedangkan tension pneumothorax merupakan penyakit yang lebih emergensi dan
2.2.8 Tatalaksana
Tension pneumothorax harus ditangani secara darurat dengan dekompresi jarum (needle
decompression atau dengan nama lain needle thoracocentesis) dengan cara memasukkan kateter
jarum besar ke dalam kavum pleura (ruang diantara pleura viceral dan pleura parietal) atau
Thoracostomy. Lokasi penusukan jarum dekompresi di linea midclavicula pada interkostal kedua
(ICS II). Berhasil atau gagalnya tindakan ini tergantung berdasarkan faktor ketebalan dinding
dada, kekakuan kateter, dan komplikasi teknis atau anatomis yang ada. Faktor ketebalan dinding
dada, misalnya pada pasien yang memiliki otot dada tebal pasien dengan obesitas mempengaruhi
keberhasilan dekompresi needle. Hal lain yang dapat menjadi faktor adalah kesalahan dalam
13
Perosedur dekompresi jarum pada tension pneumothorax adalah sebagai berikut :1,9
Persiapan Pasien
Memberikan persetujuan kepada pasien dan atau keluarga pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama
Pasien harus menyadari bahwa dekompresi jarum adalah pertolongan pertama sementara,
dan akan diikuti dengan pemasangan chest tube atau kateter interkostal. Pastikan pasien
atau keluarga pasien menandatangani formulir informed consent dan informed consent
Pastikan pasien memiliki monitor dan oksimetri nadi, berikan oksigen aliran tinggi 100%
Perlu dicatat bahwa prosedur ini sering dilakukan dalam keadaan darurat untuk
Peralatan
Spuit 5 cc dengan jarum 25G, isi dengan lidokain 1-2% sebanyak 4 cc untuk tindakan
anestesi lokal
Jarum bor besar (ukuran 14-16G), dan kateter di atas jarum setidaknya 5-8 cm
Posisi Pasien
14
Posisi pasien selama prosedur dekompresi jarum disesuaikan dengan lokasi penyisipan
jarum. Jika jarum dimasukkan pada garis midclavicular dari ruang interkostal kedua (ICS 2),
pasien diposisikan dalam posisi terlentang. Namun, jika penyisipan jarum dilakukan di ICS 4
atau 5 anterior dari garis midaksilaris, pasien harus dalam posisi terlentang dengan lengan
diabduksi, atau pasien mungkin dalam posisi duduk atau dekubitus lateral. Tujuannya untuk
Prosedural
Sebelum melakukan dekompresi jarum, letakkan monitor dan oksimeter nadi pada pasien,
berikan oksigen aliran tinggi 100% dan berikan ventilasi jika perlu. Pastikan posisi pasien benar
Tandai lokasi untuk penyisipan. Pada anak-anak dapat dilakukan pada garis
midclavicular di ICS 2. Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan pada garis
Masukkan jarum dekompresi besar 14-16G atau kateter over-the-needle (minimal 5-8
cm) dengan spuit Luer-Lok 10 cc yang diisi dengan 3 cc normal saline untuk
mengidentifikasi udara yang diaspirasi. Jarum dimasukkan tepat di atas iga ke-3 (jika
tempat insersi di ICS 2), atau tepat di atas iga ke-6 (jika tempat insersi di ICS 5).
Saat memasukkan jarum, jaga agar jarum tegak lurus dengan dinding dada
Setelah jarum menembus pleura parietal, lihat apakah muncul gelembung pada aspirasi.
Jika sudah, lepaskan spuit, lalu dengarkan suara udara yang keluar dari jarum (suara
mendesis).
15
Lepaskan jarum yang meninggalkan kateter di rongga pleura, perbaiki dan stabilkan
kateter
Setelah dekompresi jarum, periksa kembali status airway, Breathing and Circulation
(ABC) pasien
Selanjutnya segera siapkan alat dan bahan untuk pemasangan chest tube atau kateter
interkostal.
Terdapat perbedaan lokasi insersi pada needle decompression terbaru yang semula
direkomendasikan untuk dilakukan pada midclavicular line di ICS 2 dengan tusukan pada sisi
anterior dari midaxillary line di ICS 5. Alasan perubahan ini lokasi ini karena tusukan di ICS 5
dianggap lebih aman (risiko perdarahan lebih rendah), dan sama dengan lokasi pemasangan chest
Follow Up Pasien
Setelah dekompresi jarum, pastikan status ABC (Airway, Breathing, Circulation) pasien
stabil. Pemeriksaan ABC adalah pemeriksaan patensi jalan nafas, frekuensi dan pola pernafasan,
saturasi oksigen, nadi, dan tekanan darah. Setelah itu, segera pasang chest tube atau kateter
Tindak lanjut selanjutnya yang perlu dilakukan adalah rontgen dada setelah pemasangan
chest tube atau kateter interkostal, untuk menilai kembali ekspansi paru, posisi kateter interkostal
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan tension pneumothorax antara lain10 :
16
Cardiac arrest (gagal jantung)
Pyopneumothorax
Empiema
Pneumoperikardium
Pnemomediastinum
Pneumoperitonium
Fistula Bronkopulmonari
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumothorax merupakan keadaan dimana adanya udara bebas di dalam rongga pleura,
sedangkan dalam keadaan normal udara di dalam rongga pleura tidak ada udara. Apabila terdapat
udara pada rongga pleura maka paru akan kolaps. Pada pneumotoraks simpel, tekanan
intrapleura sama dengan tekanan atmosfir sehingga menyebabkan jaringan paru menjadi kolaps
mencapai 30%. Salah satu klasifikasi dari pneumothorax adalah tension pneumothorax. Pada
positif pada rongga pleura yang lebih berat sehingga menyebabkan kompresi paru hampir
Tension pneumothorax merupakan keadaan gawat darurat mengancam jiwa dengan angka
kematian yang tinggi namun ternyata dapat ditatalaksana dengan tindakan sederhana.
Dekompresi jarum (needle decompression atau dengan nama lain needle thoracocentesis) atau
thoracostomy merupakan tatalaksana baku emas dalam menangani kasus tension pneumothorax.
Decompresi jarum dilakukan dengan cara memasukkan kateter jarum besar ke dalam kavum
pleura (ruang diantara pleura viceral dan pleura parietal). Sedangkan thoracostomy merupakan
tindakan dekompresi rongga dada dengan cara membuat lubang pada dinding dada yang
18
menembus sampai ke rongga pleura. Dekompresi jarum dan thoracostomy dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan drainase udara atau cairan dari ruang interpleura.
DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support: Tenth Edition.
http://bulletin.facs.org/2018/06/atls-10th-edition-offers-new-insights-into-managing-
trauma-patients/#Chapter_4_Thoracic_Trauma
2. Animeted Dissection of Anatomy for Medicine. Available From :
http://slu.adam.com/content.aspx?productid=617&pid=3&gid=100150.
3. Hamed Elbaih, Adel. Teaching Approach of Emergency Traumatic Chest Injuries: A
Review. 2020.ARC Journal of Surgery. 6. 1-8. 10.20431/2455-572X.0602001.
4. Huan NC, Sidhu C, Thomas R. Pneumothorax: Classification and Etiology. Clin Chest
Med. 2021 Dec;42(4):711-727. doi: 10.1016/j.ccm.2021.08.007. PMID: 34774177.
5. Jalota Sahota R, Sayad E. Tension Pneumothorax. [Updated 2022 May 12]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559090/
6. Malik, Ricat Hinaywan. 2020. Penanganan Gawat Darurat Tension Pneumothorax
Dengan Needle Thoracocentesis ICS Ke-5 & Pemasangan Mini-WSD: A Case Report.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume 11 No. 2.
7. McKnight CL, Burns B. Pneumothorax. [Updated 2022 May 4]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441885/
8. Pratomo, I.P., Yunus, F. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Jurnal CKD-205. 2013. Vol.40.
No.6. pp.407-412.
9. The Royal Children Hospital’s Melbourne. RCH Trauma Guideline : Management of
Traumatic Pneumothorax & Haemothorax. 2018. Diunduh dari :
https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/trauma-service/RCH-trauma-
management-of-traumatic-pneumothorax-and-haemothorax.pdf
10. Weiser, Thomas G. 2022. Pneumothorax (Tension). MSD Manuals Professional Version
https://www.msdmanuals.com/professional/injuries-poisoning/thoracic-trauma/
pneumothorax-tension#:~:text=Treatment%20of%20tension%20pneumothorax%20is,Air
%20will%20usually%20gush%20out
19