Anda di halaman 1dari 23

Referat

TATALAKSANA TENSION PNEUMOTHORAX

Disusun Oleh:

Zahra Aufi Adzkia 21100707360803093


Cindy Munawaroh Pratama Putri 21100707360803107

Pembimbing :
dr. Elsis Mareta Edriyenti, Sp.P

SMF PARU RSUD M NATSIR SOLOK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan materi Referat tentang “Tension Pneumothorax”. Materi ini dibuat sebagai salah

satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Paru. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis

serta waktu yang tersedia untuk menyusun ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak

kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik

dan saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Elsis Mareta

Edriyenti, Sp.P selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Paru di RSUD M. Natsir, yang telah

memberikan masukan yang berguna dalam penyusunan materi ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya materi referat ini dapat menjadi masukan yang

berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan masalah

kesehatan pada umumnya.

Solok, 25 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 Pneumothorax................................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi....................................................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi................................................................................................................... 3
2.2 Tension Pneumothorax.................................................................................................. 5
2.2.1 Definisi....................................................................................................................... 5
2.2.2 Etiologi....................................................................................................................... 5
2.2.3 Patofisiologi................................................................................................................ 6
2.2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................................... 8
2.2.5 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................... 9
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................. 10
2.2.7 Diagnosa Banding....................................................................................................... 12
2.2.8 Tatalaksana................................................................................................................. 13
2.2.9 Komplikasi.................................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Pneumothorax............................................................................................................... 3
2.2 Anatomi Pleura............................................................................................................ 6
2.3 Tension Pneumothorax: A one way valve.................................................................. 8
2.4 Radiologi Dada pada Pasien Tension Pneumothorax............................................... 11
2.5 Gambaran Sinus Takikardi pada Pasien dengan Tension Pneumothorax............. 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pneumothorax adalah kondisi dimana terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura

yaitu diantara pleura parietal dan viseral yang menyebabkan penekanan pada paru hingga kolaps.

Pneumothorax dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik.7

Insidensi pneumothorax sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui.

Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pneumothorax lebih

sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering

daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1. 

Pneumothorax spontan primer kebanyakan terjadi pada usia 20-30 tahun. Insiden

pneumothorax ini di Amerika Serikat adalah 7 per 100.000 pada pria dan 1 per 100.000 pada

wanita per tahunnya. Mayoritas kekambuhan terjadi dalam tahun pertama, dan insiden berkisar

antara 25% sampai 50%. Tingkat kekambuhan tertinggi terjadi selama 30 hari pertama.

Pneumothorax spontan sekunder lebih banyak ditemukan pada pasien usia tua yaitu 60-65 tahun.

Insidennya adalah 6,3 dan 2 kasus baik pada pria dan wanita per 100.000 pasien. Rasio pria dan

wanita adalah 3:1. PPOK memiliki insiden 26 pneumothorax per 100.000 pasien. Risiko

pneumothorax spontan pada perokok berat adalah 102 kali lebih tinggi dari pada yang bukan

perokok. Insiden tension pneumothorax sulit ditentukan karena sepertiga kasus di trauma centers

telah dilakukan needle decompression sebelum mencapai rumah sakit, dan tidak semuanya

mengalami tension pneumothorax.7

1
2.1 Tujuan

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian paru RSUD M.

Natsir dan di harapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi

bagi para pembaca, khususnya kalangan medis tentang penatalaksanaan Tension Pneumothorax.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumothorax

2.1.1 Definisi
Pneumothorax adalah kondisi dimana terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura

yaitu diantara pleura parietal dan viseral yang menyebabkan penekanan pada paru hingga

kolaps.7

Gambar 2.1 Pneumothorax2

2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya pneumothorax diklasifikasi menjadi4,5,7 :

 Pneumothorax spontan

Pneumothorax yang terjadi tanpa adanya pemicu atau faktor penyebab lain yang

jelas. Ada dua tipe pneumothorax spontan yaitu pneumothorax spontan primer,

dan pneuomothorax spontan sekunder.

3
a) Pneumothorax spontan primer yaitu pneumothorax yang penyebabnya

belum diketahui secara pasti namun beberapa teori menyebutkan adanya

kelainan kongenital (bula pleura yang pecah) serta kebiasaan merokok.

b) Pneumothorak spontan sekunder yaitu pneumothorax yang berhubungan

dengan penyakit paru yang mendasari seperti pada PPOK dan pneumonia.

 Pneumothorax traumatik

Pneumothorax yang terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung pada

dinding dada. Di kelompokkan menjadi pneumothorax iatrogenik yang terjadi

sebagai hasil dari prosedur diagnostik atau terapeutik tertentu dan non-iatrogenik

yang terjadi akibat trauma tumpul atau tembus pada dinding dada.

Berdasarkan patofisiologinya pneumothorax diklasifikasikan menjadi2,3,4 :

1. Simple/closed pneumothorax

Pneumothorax yang terjadi akibat udara yang terperangkap di dalam rongga

pleura sehingga menyebabkan kolaps paru namun biasanya tidak menggeser

struktur mediastinum.

2. Open pneumothorax

Pneumothorax akibat penetrasi langsung benda tajam pada dinding dada yang

menyebabkan luka terbuka sehingga udara keluar masuk dengan bebas melalui

luka terbuka tersebut.

3. Tension pneuomothorax

Pneumothorax yang terjadi akibat udara yang terperangkap didalam pleura namun

tidak dapat keluar (fenomena ventil) sehingga menyebabkan peningkatan tekanan

4
intrapleura hingga paru-paru menjadi kolaps serta menggeser struktur

mediastinum ke bagian paru kontralateral.

2.2 Tension Pneumothorax

2.2.1 Definisi
Sebuah tension pneumothorax berkembang ketika paru-paru atau cedera dinding dada

sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara masuk ke rongga pleura tetapi tidak keluar

(katup satu arah). Akibatnya, udara menumpuk dan menekan paru, akhirnya menggeser

mediastinum, menekan paru kontralateral, dan meningkatkan tekanan intratoraks yang cukup

untuk menurunkan aliran balik vena ke jantung, menyebabkan syok. Efek ini dapat berkembang

dengan cepat, terutama pada pasien yang menjalani ventilasi tekanan positif. Penyebabnya

termasuk ventilasi mekanis (paling umum) dan pneumotoraks sederhana (tanpa komplikasi)

dengan gagalnya cedera paru setelah trauma tembus atau tumpul dada atau kegagalan kanulasi

vena sentral.5

2.2.2 Etiologi

Tension pneumothorax dapat terjadi oleh karena5 :

a) Trauma tumpul atau tembus pada dinding dada.

b) Barotrauma karena ventilasi tekanan positif.

c) Trakeostomi perkutaneus.

d) Pneumotorax spontan atau simple pneumothorax yang berlanjut menjadi tension.

e) Tatalaksana open pneumothorax yang salah hingga menyebabkan one way

valve/fenomena ventil.

5
2.2.3 Patofisiologi

Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru, mediastinum,

diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal (Gambar 1.3).

Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut

sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses

respirasi.8

Gambar 2.2 Anatomi Pleura8

Tekanan pleura secara fisiologis memiliki dua pengertian yaitu tekanan cairan

pleura dan tekanan permukaan pleura. Tekanan cairan pleura mencerminkan dinamik

aliran cairan melewati membran dan bernilai sekitar -10 cmH2O. Tekanan permukaan

pleura mencerminkan keseimbangan elastik rekoil dinding dada ke arah luar dengan

elastik rekoil paru ke arah dalam. Nilai tekanan pleura tidak serupa di seluruh permukaan

rongga pleura; lebih negatif di apeks paru dan lebih positif di basal paru. Perbedaan

bentuk dinding dada dengan paru dan faktor gravitasi menyebabkan perbedaan tekanan

6
pleura secara vertikal; perbedaan tekanan pleura antara bagian basal paru dengan apeks

paru dapat mencapai 8 cmH2 O.8

Proses respirasi melibatkan tekanan pleura dan tekanan jalan napas. Udara

mengalir melalui jalan napas dipengaruhi tekanan pengembangan jalan napas yang

mempertahankan saluran napas tetap terbuka serta tekanan luar jaringan paru (tekanan

pleura) yang melingkupi dan menekan saluran napas. Perbedaan antara kedua tekanan

(tekanan jalan napas dikurangi tekanan pleura) disebut tekanan transpulmoner. Tekanan

transpulmoner memengaruhi pengembangan paru sehingga memengaruhi jumlah udara

paru saat respirasi.8

Perbedaan tekanan intra pleura dengan tekanan di dalam paru-paru dan atmosfer

inilah yang membuat paru –paru dan dinding dada dapat mengembang dan mengempis

dengan baik. Adanya gradien tekanan antara paru-paru dan rongga pleura juga mencegah

terjadinya kolaps paru-paru.5

Terhubungnya paru-paru atau lingkungan luar dengan rongga pleura oleh karena

berbagi mekanisme atau penyebab yang mendasari mengakibatkan terjadinya perubahan

tekanan di rongga pleura sehingg hilangnya gradien tekanan antara rongga pleura dengan

paru-paru serta atmosfer. Kondisi tersebut menyebabkan peningkataan tekanan di dalam

rongga pleura secara progresif hingga lama kelamaan akan menekan paru-paru dan

menurunkan volume paru hingga terjadi kolaps. Paru-paru yang tertekan tidak dapat

berfungsi pada kapasitas yang normal sehingga proses ventilasi berkurang dan

mengakibatkan hipoksemia.5

Tension pneumothorax terjadi ketika udara yang terperangkap di dalam rongga

pleura tidak dapat keluar sepenuhnya saat proses ekspirasi (mekanisme katup satu

7
arah/fenomena ventil) sehingga lama-kelamaan akumulasi udara di rongga pleura

semakin banyak (Gambar 1.4). Peningkatan tekanan intrapleura yang progresif

menyebabkan paru-paru ipsilateral kolaps dan mendorong mediastinum kesisi

kontralateral akibatnya terjadi hipoksemia. Pada kondisi berat, peningkatan tekanan ini

juga dapat menekan jantung, paru-paru kontralateral serta pembuluh darah hingga

menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik. Hal ini disebabkan karena penurunan curah

jantung akibat menurunnya pengisian jantung dan aliran balik vena. Hipoksemia yang

terjadi juga memicu vasokontriksi paru dan meningkatkan resistensi pembuluh darah

paru. Alhasil hipoksemia, asidosis akibat penumpukan CO2 ,serta penurunan curah

jantung dapat menyebabkan cardiac arrest dan berujung pada kematian jika tension

pneumothorax tidak dapat ditangani dengan segera.5

Gambar 2.3 Tension Pneumothorax: A one way valve3

2.2.4 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda klinis awal dari tension pneumothorax adalah gejala dari simple

pneumothorax. Ketika tekanan intrathorax meningkat, pasien mengalami hipotensi, deviasi

trakea, dan distensi vena jugularis.

8
Tension pneumothorax terjadi akibat mekanisme kebocoran udara “katup satu arah” dari

paru-paru atau kebocoran udara melalui dinding dada. Udara terperangkap di dalam kavum

pleura dan dengan cepat membuat paru-paru menjadi kolaps. Mediastinum mengalami

pergeseran ke sisi kontralateral dari sisi tension pneumotorax. Gejala dan Tanda Tension

Pneumothorax antara lain adalah6 :

 Nyeri dada

 Air Hunger (pasien tampak seperti ingin memakan udara)

 Takipnea

 Distres respirasi

 Takikardi

 Hipotensi

 Deviasi trakea menjauhi hemitoraks yang mengalami tension pneumothorax

 Lambat laun pasien akan mengalami sianosis

 Saturasi arteri menurun

 Hipoksemia dan hiperkapnia dapat terjadi pada tension pneumothorax dengan

kasus berat.

2.2.5 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi thorax terlihat asimetris yang menunjukkan hemitoraks yang terkena tampak

lebih cembung pada keadaan statis. Dan pergerakan dinding dada menurun atau tertinggal serta

tidak dapat mengembang dengan baik pada hemitoraks yang terkena dalam keadaan dinamis.

Pada pemeriksaan palpasi dapat ditemukan tidak adanya nyeri tekan, adanya distensi, tegang,

dan tidak dapat dikompresi dengan baik. Taktil fremitus melemah bahkan bisa menghilang pada

9
bagian yang mengalami tension pneumothorax. Pemeriksaan perkusi menunjukkan hiperresonan

atau hipersonor pada hemitoraks yang terkena dan sonor pada hemitorax kontralateralnya.

Dengan pemeriksaan auskultasi kita dapat membedakan apakah ini merupakan tension

pneumothorax atau gangguan lain, contohnya gangguan organ jantung. Pada pemeriksaan

auskultasi kita dapat mendapati tidak adanya suara napas unilateral pada hemitoraks yang

terkena.6

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis sebaiknya dilakukan secara klinis tanpa menunggu pemeriksaan radiologis

yang dapat menunda penanganan tension pneumothorax karena tension pneumothorax

merupakan keadaan gawat darurat dan mengancam nyama yang perlu ditangani segera. Beberapa

pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan untuk memastikan diagnosis penyakit ini dan

menyingkirkan diagnosis bandingnya adalah pemeriksaan USG, rontgen thorax, EKG, analisis

gas darah dan laboratorium darah rutin.6

Pemeriksaan awal untuk menentukan pasien stabil atau tidak sangat berperan penting

untuk menentukan tatalaksana lebih lanjut. Jika pasien secara hemodinamik dalam keadaan tidak

stabil, atau pasien dalam keadaan gagal napas akut, USG di samping tempat tidur sebaiknya

segera dilakukan untuk memastikan diagnosis. Secara bersamaan, pasien harus distabilkan dan

penilaian lengkap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus dilakukan.1

Pada pasien dengan hemodinamik stabil dapat dilakukan evaluasi radiologi. Penilaian

awal yang tepat adalah dengan melakukan radiografi dada atau chest X-Ray untuk

mengkonfirmasi diagnosis. Radiografi dada da menunjukkan satu atau lebih gambaran berikut :6

 Garis tipis yang mewakili tepi pleura viseralis (pleural line)

10
 Hilangnya tanda paru-paru distal ke pleural line

 Kolaps paru ipsilateral lengkap yang mendorong mediastinm ke arah kontralateral

 Deviasi trakea ke sisi kontralateral dari tension pneumothorax

 Perataan hemidiafragma pada sisi ipsilateral dai tension pneumothorax

Gambar 2.4. Radiologi dada pada pasien tension pneumothorax. Pada gambar ini menunjukkan
hilangnya tanda paru-paru distal di hemithoraks kanan daergeseran jantung dan mediastinum ke sisi
kiri.10

11
Hasil pemeriksaan EKG pada pasien Tension Pneumothorax dapat menunjukkan sinus

takikardi sesuai dengan manifestasi klinis yang akan ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien.

Berikut contoh gambaran hasil pemeriksaan EKG pada pasien tension pneumothorax :

Gambar 2.5 Gambaran Sinus Takikardi pada Pasien dengan Tension Pneumothorax6

2.2.7 Diagnosis Banding

Tension pneumothorax harus didiagnosis dengan temuan klinisnya yang khas. Diagnosis

banding pneumothorax antara lain adalah gangguan pernapasan lain dan gagal napas tipe 1. Pada

12
tension pneumothorax hampir seluruh bagian paru mengalami kolaps sehingga menyebabkan

penekanan oragan lain dan penurunan fungsi jantung dan fungsi organ yang tertekan. Sehingga

tension pneumothorax juga dapat di diagnosis banding dengan gangguan jantung seperti gagal

jantung dan temponade jantung. Meskipun tamponade jantung juga dapat menyebabkan

hipotensi, distensi vena jugularis, dan kadang-kadang distres pernapasan, tension pneumothorax

dapat dibedakan secara klinis dengan tidak adanya suara napas unilateral dan hiperresonansi

pada pemeriksaan perkusi. Tension pneumothorax juga dapat didiagnosis banding dengan

secondary spontaneous pneumothorax dan primary spontaneous pneumothorax karena memiliki

genjala yang hampir sama. Hanya saja sesak napas pasien tampak lebih meningkat pada tension

pneumothorax dibandingkan pada PSP dan SSP. PSP dan SSP biasanya tidak memerlukan

drainase segera, sedangkan tension pneumothorax merupakan penyakit yang lebih emergensi dan

membutuhkan dekompresi darurat.6,10

2.2.8 Tatalaksana

Tension pneumothorax harus ditangani secara darurat dengan dekompresi jarum (needle

decompression atau dengan nama lain needle thoracocentesis) dengan cara memasukkan kateter

jarum besar ke dalam kavum pleura (ruang diantara pleura viceral dan pleura parietal) atau

Thoracostomy. Lokasi penusukan jarum dekompresi di linea midclavicula pada interkostal kedua

(ICS II). Berhasil atau gagalnya tindakan ini tergantung berdasarkan faktor ketebalan dinding

dada, kekakuan kateter, dan komplikasi teknis atau anatomis yang ada. Faktor ketebalan dinding

dada, misalnya pada pasien yang memiliki otot dada tebal pasien dengan obesitas mempengaruhi

keberhasilan dekompresi needle. Hal lain yang dapat menjadi faktor adalah kesalahan dalam

mengidentifikasi ICS kedua.10

13
Perosedur dekompresi jarum pada tension pneumothorax adalah sebagai berikut :1,9

Persiapan Pasien

Sebelum melakukan dekompresi jarum, persiapan pasien berikut diperlukan:

 Memberikan persetujuan kepada pasien dan atau keluarga pasien mengenai tindakan yang

akan dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama

proses atau setelah prosedur dekompresi jarum.

 Pasien harus menyadari bahwa dekompresi jarum adalah pertolongan pertama sementara,

dan akan diikuti dengan pemasangan chest tube atau kateter interkostal. Pastikan pasien

atau keluarga pasien menandatangani formulir informed consent dan informed consent

 Pastikan pasien memiliki monitor dan oksimetri nadi, berikan oksigen aliran tinggi 100%

dan ventilasi jika diperlukan.

 Perlu dicatat bahwa prosedur ini sering dilakukan dalam keadaan darurat untuk

menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, langkah-langkah persiapan (termasuk informed

consent) dapat ditunda dan dilakukan setelah prosedur.

Peralatan

Peralatan yang harus disiapkan untuk dekompresi jarum adalah:

 Alat pelindung diri (sarung tangan steril, gaun, dan masker)

 Larutan povidone iodine 10% atau chlorhexidine 2%

 Spuit 5 cc dengan jarum 25G, isi dengan lidokain 1-2% sebanyak 4 cc untuk tindakan

anestesi lokal

 Jarum bor besar (ukuran 14-16G), dan kateter di atas jarum setidaknya 5-8 cm

Posisi Pasien

14
Posisi pasien selama prosedur dekompresi jarum disesuaikan dengan lokasi penyisipan

jarum. Jika jarum dimasukkan pada garis midclavicular dari ruang interkostal kedua (ICS 2),

pasien diposisikan dalam posisi terlentang. Namun, jika penyisipan jarum dilakukan di ICS 4

atau 5 anterior dari garis midaksilaris, pasien harus dalam posisi terlentang dengan lengan

diabduksi, atau pasien mungkin dalam posisi duduk atau dekubitus lateral. Tujuannya untuk

memudahkan proses pemasangan chest tube atau kateter interkostal sesudahnya.

Prosedural

Sebelum melakukan dekompresi jarum, letakkan monitor dan oksimeter nadi pada pasien,

berikan oksigen aliran tinggi 100% dan berikan ventilasi jika perlu. Pastikan posisi pasien benar

dan nyaman, dan peralatan siap. Prosedur dekompresi jarum adalah:

 Cuci tangan dan gunakan alat pelindung diri

 Tandai lokasi untuk penyisipan. Pada anak-anak dapat dilakukan pada garis

midclavicular di ICS 2. Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan pada garis

midclavicular di ICS 2 atau di sisi anterior garis midaxillary di ICS 5.

 Lakukan prosedur aseptik dan antiseptik

 Masukkan jarum dekompresi besar 14-16G atau kateter over-the-needle (minimal 5-8

cm) dengan spuit Luer-Lok 10 cc yang diisi dengan 3 cc normal saline untuk

mengidentifikasi udara yang diaspirasi. Jarum dimasukkan tepat di atas iga ke-3 (jika

tempat insersi di ICS 2), atau tepat di atas iga ke-6 (jika tempat insersi di ICS 5).

 Saat memasukkan jarum, jaga agar jarum tegak lurus dengan dinding dada

 Setelah jarum menembus pleura parietal, lihat apakah muncul gelembung pada aspirasi.

Jika sudah, lepaskan spuit, lalu dengarkan suara udara yang keluar dari jarum (suara

mendesis).

15
 Lepaskan jarum yang meninggalkan kateter di rongga pleura, perbaiki dan stabilkan

kateter

 Setelah dekompresi jarum, periksa kembali status airway, Breathing and Circulation

(ABC) pasien

 Selanjutnya segera siapkan alat dan bahan untuk pemasangan chest tube atau kateter

interkostal.

Terdapat perbedaan lokasi insersi pada needle decompression terbaru yang semula

direkomendasikan untuk dilakukan pada midclavicular line di ICS 2 dengan tusukan pada sisi

anterior dari midaxillary line di ICS 5. Alasan perubahan ini lokasi ini karena tusukan di ICS 5

dianggap lebih aman (risiko perdarahan lebih rendah), dan sama dengan lokasi pemasangan chest

tube atau kateter interkostal pada prosedur selanjutnya.1

Follow Up Pasien

Setelah dekompresi jarum, pastikan status ABC (Airway, Breathing, Circulation) pasien

stabil. Pemeriksaan ABC adalah pemeriksaan patensi jalan nafas, frekuensi dan pola pernafasan,

saturasi oksigen, nadi, dan tekanan darah. Setelah itu, segera pasang chest tube atau kateter

interkostal yang terhubung dengan Water Sealed Drainage (WSD).9

Tindak lanjut selanjutnya yang perlu dilakukan adalah rontgen dada setelah pemasangan

chest tube atau kateter interkostal, untuk menilai kembali ekspansi paru, posisi kateter interkostal

dan menilai kembali deviasi mediastinum akibat tension pneumotoraks.1,9

2.2.9 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan tension pneumothorax antara lain10 :

 Gagal napas atau henti napas

16
 Cardiac arrest (gagal jantung)

 Pyopneumothorax

 Edema paru ekspansi

 Empiema

 Pneumoperikardium

 Pnemomediastinum

 Pneumoperitonium

 Fistula Bronkopulmonari

 Kerusakan pada bundle neovaskular selama torakostomi

 Nri dan infeksi kulit pada daerah bekas torakostomi

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pneumothorax merupakan keadaan dimana adanya udara bebas di dalam rongga pleura,

sedangkan dalam keadaan normal udara di dalam rongga pleura tidak ada udara. Apabila terdapat

udara pada rongga pleura maka paru akan kolaps. Pada pneumotoraks simpel, tekanan

intrapleura sama dengan tekanan atmosfir sehingga menyebabkan jaringan paru menjadi kolaps

mencapai 30%. Salah satu klasifikasi dari pneumothorax adalah tension pneumothorax. Pada

tension pneumothorax kebocoran yang terus terjadi dapat menyebabkan peningkatan tekanan

positif pada rongga pleura yang lebih berat sehingga menyebabkan kompresi paru hampir

sepenuhnya kemudian terjadi pendorongan struktur mediastinum ke kontralateral, penurunan

venous return, dan penurunan cardiac output.

Tension pneumothorax merupakan keadaan gawat darurat mengancam jiwa dengan angka

kematian yang tinggi namun ternyata dapat ditatalaksana dengan tindakan sederhana.

Dekompresi jarum (needle decompression atau dengan nama lain needle thoracocentesis) atau

thoracostomy merupakan tatalaksana baku emas dalam menangani kasus tension pneumothorax.

Decompresi jarum dilakukan dengan cara memasukkan kateter jarum besar ke dalam kavum

pleura (ruang diantara pleura viceral dan pleura parietal). Sedangkan thoracostomy merupakan

tindakan dekompresi rongga dada dengan cara membuat lubang pada dinding dada yang

18
menembus sampai ke rongga pleura. Dekompresi jarum dan thoracostomy dilakukan dengan

tujuan untuk melakukan drainase udara atau cairan dari ruang interpleura.

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support: Tenth Edition.
http://bulletin.facs.org/2018/06/atls-10th-edition-offers-new-insights-into-managing-
trauma-patients/#Chapter_4_Thoracic_Trauma
2. Animeted Dissection of Anatomy for Medicine. Available From :
http://slu.adam.com/content.aspx?productid=617&pid=3&gid=100150.
3. Hamed Elbaih, Adel. Teaching Approach of Emergency Traumatic Chest Injuries: A
Review. 2020.ARC Journal of Surgery. 6. 1-8. 10.20431/2455-572X.0602001.
4. Huan NC, Sidhu C, Thomas R. Pneumothorax: Classification and Etiology. Clin Chest
Med. 2021 Dec;42(4):711-727. doi: 10.1016/j.ccm.2021.08.007. PMID: 34774177.
5. Jalota Sahota R, Sayad E. Tension Pneumothorax. [Updated 2022 May 12]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559090/
6. Malik, Ricat Hinaywan. 2020. Penanganan Gawat Darurat Tension Pneumothorax
Dengan Needle Thoracocentesis ICS Ke-5 & Pemasangan Mini-WSD: A Case Report. 
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume 11 No. 2.
7. McKnight CL, Burns B. Pneumothorax. [Updated 2022 May 4]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441885/
8. Pratomo, I.P., Yunus, F. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Jurnal CKD-205. 2013. Vol.40.
No.6. pp.407-412.
9. The Royal Children Hospital’s Melbourne. RCH Trauma Guideline : Management of
Traumatic Pneumothorax & Haemothorax. 2018. Diunduh dari :
https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/trauma-service/RCH-trauma-
management-of-traumatic-pneumothorax-and-haemothorax.pdf
10. Weiser, Thomas G. 2022. Pneumothorax (Tension). MSD Manuals Professional Version
https://www.msdmanuals.com/professional/injuries-poisoning/thoracic-trauma/
pneumothorax-tension#:~:text=Treatment%20of%20tension%20pneumothorax%20is,Air
%20will%20usually%20gush%20out

19

Anda mungkin juga menyukai