Semester VII
Dosen:
2021
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa
diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa
dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang
Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
A. PENGERTIAN KLB
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. (Permenkes No.1501
Tahun 2010).
Ada perbedaan tiga skenario penyebaran penyakit penting yaitu:
wabah,
epidemi,
pandemi.
Secara sederhana, perbedaan ketiga di atas adalah persoalan skala.
Epidemi
Skala lebih besar dan menyebar.
Epidemi adalah wabah yang menyebar di area geografis yang lebih luas. Dalam epidemiologi,
epidemi (dari bahasa Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai
kasus baru pada suatu populasi manusia tertentu, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan
laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir.
Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.
Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut
incidence rate (laju timbulnya penyakit). Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil
tertentu disebut outbreak (serangan penyakit), lingkup yang lebih luas ("epidemi") atau bahkan
lingkup global (pandemi).
Ketika orang-orang di luar Wuhan mulai terdeteksi mengidap SARS-CoV-2 (yang menyebabkan
penyakit bernama COVID-19), para ahli epidemiologi pun tahu bahwa wabah ini telah menyebar
luas, yang menandakan bahwa upaya pengurungan tidaklah cukup atau sudah terlambat.
Ini bukan hal mengherankan, mengingat memang belum ada pengobatan atau vaksin yang
tersedia. Tetapi penyebaran luas COVID-19 di seluruh Cina berarti bahwa wabah di Wuhan
telah berkembang menjadi epidemi.
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan
epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
Endemi
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik (dari bahasa Yunani en- di dalam + demos rakyat)
pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya
pengaruh dari luar. Penyakit-yang-umum yang terjadi pada laju yang konstan namun cukup
tinggi pada suatu populasi disebut sebagai endemik.
Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit
tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut
tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial, suatu
infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state). Suatu infeksi
yang dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan lenyap atau mencapai keadaan tunak
endemik, bergantung pada sejumlah faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit
bersangkutan.
Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya, Liberia). Di tempat
seperti itu, sebagian besar populasinya diduga terjangkit malaria pada suatu waktu dalam masa
Pandemi
Skala Internasional dan di luar kendali.
Ketika epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah di dunia, ia sudah dianggap
pandemi. Suatu pandemi (dari bahasa Yunani pan semua + demos rakyat) atau epidemi global
atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah
geografi yang luas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat
berikut telah terpenuhi:
1) timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
2) agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
3) agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah (menular) dan berkelanjutan pada
manusia.
Suatu penyakit atau keadaan, tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan. Ketika seorang turis Amerika yang terkena COVID-19 pulang dari Cina, maka
itu belum pandemi. Tetapi ketika dia menulari beberapa anggota keluarga atau teman, maka ini
pun masih jadi perdebatan apakah pandemi atau bukan. Tetapi jika timbul wabah baru
setempat, maka para ahli epidemiologi akan setuju bahwa upaya mengendalikan penularan
global telah gagal, dan menganggap perkembangan terkini sebagai sebuah pandemi.
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
KLASIFIKASI KLB
MENURUT PENYEBABNYA
Toxin
enterotoxin : mis yg dihasilkan Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Shigella
exotoxin (bakteri) :mis yg dihasilkn Costridium botulinum, Clostridium perfringens
endotoxin Infeksi (virus, bakteri, protozoa,cacing)
toxin biologis (racun jamur, afla toxin, plankton, racun ikan, racun tumbuh2an)
toxin kimia (zat kimia organik :logam berat (air raksa, timah), sianida, nitrit, pestisida
Gas beracun : CO, CO2, HCN
C. PENANGGULANGAN KLB
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi:
a. penyelidikan epidemiologi;
b. penatalaksanaan penderita, yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat KLB/wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
g. dan upaya penanggulangan lainnya, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010.
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen penanggulangan KLB yang
bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur
dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan para
pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil
guna dan berdaya guna. Dalam menyusun perencanaan untuk pengendalian KLB penyakit
menular dapat mengikuti tahapan penyusunan perencanaan sebagai berikut:
3. Pengendalian (monitoring/supervisi)
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengancam pencapaian tujuan dari
perencanaan tersebut maka diperlukan kegiatan monitoring secara kontinyu selama kegiatan
berlangsung. Setiap kegiatan harus dilakukan supervisi secara rutin dan berkesinambungan.
Supervisi dilakukan bukan berarti tidak percaya kepada pananggung jawab kegiatan namun
semata-mata untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai
dengan dokumen perencanaan.
Laporan kesakitan yang diterima oleh dinas kesehatan segera dapat diolah untuk penghitungan
kasus. Di samping catatan Dinas Kesehatan, sumber-sumber tambahan lain seperti dokter,
rumah sakit atau klinik, dan laboratorium penting untuk diperhitungkan. Hubungan dengan
dokter-dokter praktek kadang-kadang menyingkapkan kasus-kasus yang didiagnosis tetapi tidak
dilaporkan, dan juga kasus- kasus tersangka yang diagnosisnya belum dapat ditegakkan.
Rumah sakit dan klinik dapat memberikan informasi klinis dan laboratorium mengenai kasus-
kasus yang dirawat dan melaporkan hasil tes diagnosis para tersangka secepatnya.
Kasus-kasus yang telah diketahui beserta orang-orang di sekitarnya merupakan sumber
informasi yang penting untuk mendapatkan kasus-kasus tambahan yang tidak didiagnosis atau
tidak dilaporkan. Kasus-kasus yang diwawancarai mungkin memberikan petunjuk ke arah
adanya kasus-kasus subklinis maupun klinis di antara anggota keluarganya, sanak saudaranya
atau kenalannya. Wawancara itu mungkin dapat menuntun kepada penemuan sumber infeksi,
atau kontak yang menjadi sakit karena penularan dari kasus yang diwawancarai.
Sebaiknya ditetapkan beberapa penyakit berpotensi KLB di suatu daerah, misalnya indikator
penyakit berpotensi KLB adalah DBD, diare, malaria, campak dan keracunan. Sehingga dapat
ditetapkan KLB besar adalah KLB yang dengan jumlah kasus 50 kasus atau lebih dan atau
dengan kematian, penetapan nilai absolut sangat penting sebagai target sekaligus indikator
keberhasilan penyelenggaraan program penanggulangan KLB pada satu periode tertentu,
misalnya rencana program lima tahun.
Clayton, David and Michel Hills (1993) Statistical Models in Epidemiology Oxford University
Research Policy Programs” The World Conference on Tobacco OR Health Conference, July
12-15, 2006 in Washington DC.
Szklo MM & Nieto FJ (2002). "Epidemiology: beyond the basics", Aspen Publishers, Inc.
Penyakit Menular Dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Edisi Revisi
Tahun 2017. Jakarta