Anda di halaman 1dari 5

Modul Praktikum

Epidemiologi Pertemuan ke-11

Kejadian Luar Biasa (KLB)

1. Kompetensi Dasar

2. Penjabaran materi
Kejadian luar biasa atau KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah (PP 40,1991, Bab I, Pasal 1 ayat 7). Letusan penyakit dalam
satu wilayah atau peningkatan jumlah kasus penyakit dalam tempo relative
singkat dalam satu wilayah, disebut kejadian luar biasa (KLB) atau “wabah”.
KLB pada hakikatnya merupakan sebuah gangguan ekosistem. Namun, alam
biasanya selalu mencoba mengatasi gangguan keseimbangan tersebut.
Perdefinisi wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4 Tahun 1984, Bab I, pasal 1). Pada
dasarnya bila ‘wabah’ atau KLB dibiarkan, akan mencapai puncaknya kemudian
menurun, karena kekebalan alamiah. Atau tak ada lagi media kultur yang efektif
karena meninggal semua atau yang tersisa adalah populasi yang tangguh. Untuk
mencegah ‘wabah’ tersebut, manusia atau alam dapat melakukan intervensi agar
penurunan grafik dapat terjadi lebih cepat.
Menurut sifatnya, wabah dibagi dalam dua bentuk utama. Yakni : bentuk
common source dan bentuk propagated atau progressive.
1.) Common source epidemic
Keadaan wabah dengan bentuk common source (CSE) adalah suatu
letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam
suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadinya dalam waktu yang
relative singkat (sangat mendadak). Jika keterpaparan kelompok serta
penularan penyakit berlangsung sangat cepat dalam waktu yang singkat
(point of epidemic atau point source of epidemic), maka resultan dari semua
kasus/kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja.
Pada dasarnya dijumpai pada CSE kurva epidemi mengikuti suatu
distribusi normal, sehingga dengan demikian bila proporsi kumulatif kasus
digambarkan menurut lamanya kejadian sakit (onset) akan berbentuk suatu
garis lurus. Median dari masa tunas dapat ditentukan secara mudah dengan
hal ini, pengetahuan tentang median dari masa tunas dapat menolong agent
mempunyai masa tunas tertentu.
Dari bentuk letusan yang terjadi biasanya dapat diterka faktor
penyebabnya atau sekurang-kurangnya dari kelompok penyebab yang
mana yang menimbulkan wabah tersebut. Salah satu contoh yang menarik
adalah timbulnya letusan pada tahun 1976 di Philadelphia selama musim
panas, yakni sewaktu dilakuka suatu konvensi American Legion.
Penelitian wabah yang dilakukan oleh tim ahli menemukan pathogen
penyebab yang sebelumnya belum dikenal yakni Legionella pneumophili.
Tetapi setelah dipelajari dan dianalisis sifat epidemiologis wabah, maka
dikemukakan bahwa penyakit seperti ini bukanlah sesuatu yang baru, tetapi
sebenarnya organisme ini telah menimbulkan beberapa wabah yang sama
sebelumnya.
Dengan demikian, sejak terjadinya wabah di Philadelphia tahun 1976
tersebut dengan 221 penderita dan 34 orang meninggal, maka be-berapa
letusan lainnya dapat segera dikenal. Maka secara epidemiologis telah
ditemukan berbagai informasi tentang penyakit tersebut yang ternyata
sudah sering terjadi letusan pada beberapa tempat walaupun dalam keadaan
yang lebih ringan dengan angka kematian yang rendah sekali.
Point of source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor
penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum. Seperti
adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka.
2.) Propagated atau progressive epidemic
Bentuk epidemi ini terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui udara, makanan
maupun vector. Kejadian epidemi semacam ini relative lebih lama
waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya masa tunas. Juga
sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota
masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut.
Bila kita membandingkan kedua bentuk epidemi, tampak jelas
perbedaan dalam kurva epidemi menurut waktu. Pada letusan dengan
bentuk common source epidemic tampak kurva epidemi yang meningkat
secara cepat dan juga menurun sangat cepat dalam batas waktu satu masa
tunas saja, sehingga angka serangan kedua (secondary attack) tidak
dijumpai pada bentuk ini.
Bentuk kurva epidemi pada propagated epidemic berkembang lanjut
dan melampaui satu masa tunas. Pada keadaan tertentu dengan sistem
surveilans yang baik, kita dapat menentukan turunan dan setiap kasus pada
angka serangan berikutnya. Namun demikian, kadang-kadang terjadi
variasi masa tunas yang dapat mengaburkan pola epidemi yang terjadi.
Ada kemungkinan dimana kita sulit untuk menentukan keadaan dan
sifat suatu epidemi dengan hanya berdasarkan pada kurva epidemi semata.
Umpamanya suatu kurva yang khas sebagai bentuk point source/common
source mungkin dipengaruhi oleh perkembangan terjadinya kasus
sekunder, yang terjadi karena berlanjutnya kontaminasi dengan sumber
penularan atau mungkin pula oleh karena lamanya dan adanya variasi dari
masa tunas.
Sehingga pada epidemi bentuk propagated/progressif, upaya
penentuannya akan lebih sulit. Hal ini terutama disebabkan karena tingkat
penularan penyakit/infeksi dari orang ke orang yang potensial lainnya
sangat tergantung kepada berbagai faktor, terutama jumlah orang yang
kebal/rentan (peka) dalam populasi tersebut (keadaan herd immunity). Di
samping itu, juga sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta
mobilitas penduduk setempat.
3. Latihan soal
Kejadian luar biasa hepatitis di kecamatan sandai, kab ketapang, yang berjarak
1.000 km dari ibu kota provinsi. Kec. Sandai terdiri atas 23 desa dengan jumlah
penduduk sekitar 23.000 jiwa. Kegiatan sehari-hari masyarakat sangat tergantung
pada sungai. Semua orang buang air besar di sungai, dan tidak ada penyediaan air
minum yang terlindung.
Distribusi frekuensi penderita diseluruh kabupaten ketapang dan kecamatan
sandai dari tahun 1985 s/d juni 1988 tampak pada gambar berikut ini.

Pada grafik tersebut seolah insidensi hepatitis pada tahun 1987 menurun, tetapi
para peneliti cenderung beranggapan sebagai pelaporan tidak lengkap. Pada
kejadian KLB, didapatkan bahwa
 Attack rate (AR) = 7,3 % ,
 AR pada wanita 15-44 tahun = 17,2%
 AR pada laki-laki = 15,9 %
 CFR 1,0 % , Sedangkan CFR pada wanita hamil = 33,3 %

AR tertinggi didapat di salah satu desa kec. Sandai, yakni desa randau jungkal,
sebesar 27,3 % dengan CFR 0,8 %
Pertanyaan

1) Dengan melihat kurva diatas, jelaskan mengapa kabupaten ketapang


disebut endemis Hepatitis!
2) Jelaskan pula, mengapa pada juni 1988 keadaan dinyatakan sebagai KLB.
Dari mana asal wabah tersebut!
3) Jelaskan apakah insidensi Hepatitis terpengaruh musim!
4) Dapatkah anda menduga tipe penyebaran apa yang terjadi? Jelaskan!
5) Jelaskan mengapa CFR pada wanita hamil tinggi sekali!
6) Lakukan anaisis model Gordon, dengan menguraikan setiap fakor penentu
penting yang ada pada agent, host dan lingkungan, dan berikan alyernatif
yang terbaik untuk mengendalikan KLB setra mencegah terjadinya di
kemudian hari!

Daftar Pustaka
Achmadi, U.F. (2013) : dasar dasar penyakit berbasis lingkungan, Jakarta :
penerbit rajagrafindo persada.
Noor, Nur Nasry (1997) : pengantar epidemiologi penyakit menular, Jakarta :
penerbit rineka cipta.
Soemirat, Juli (2010) : epidemiologi lingkungan (edisi kedua), Yogyakarta :
penerbit gadjah mada university press.

Anda mungkin juga menyukai