Anda di halaman 1dari 3

SK 1 KLP 1

Kota Pekanbaru, digegerkan dengan KLB (kejadian luar biasa) 2 tahun berturut-turut yaitu tahun
2010 berjumlah 202 kasus, Tahun 2011 berjumlah 450 kasus Demam berdarah dengue. Incidens rate
DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar < 50 per 100.000 penduduk dengan CFR (Case Fatality
Rate 0,2. Sering kali pasien datang ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat pendarahan
spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk
mengobati diri sendiri dengan cara tradisional kemudian membeli obat penurun panas diwarung atau
toko obat. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, tersebut Puskesmas melakukan tindakan yang
diperlukan untuk menanggulangi KLB.

RUMUSAN MASALAH

1. Definisi KLB dan Wabah ? termasuk apakah scenario tersebut ?


2. Perbedaan wabah dan KLB ?
3. Bagaimana kriteria KLB ?
4. Bagaimana langkah-langkah penyelidikan KLB ?
5. Bagaimana cara menentukan incindens rate dan case fatality rate pada scenario ?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya kasus DBD pada scenario ?
7. Bagaimana aspek klinis dari DBD ?
8. Bagaimana cara penularan dari DBD ?
9. Bagaimana penatalaksanaan kasus DBD ?
10. Bagaimana tindakan puskesmas dalam menanggulangi KLB tersebut (5 level of prevention
terkait scenario) ?
11. Integrasi keislaman terkait scenario ?

JAWAB :

1. KLB (Kejadian Luar Biasa) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1969).
“Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya
suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok
penduduk dalam kurun waktu tertentu.” (Peraturan Menteri Kesehatan No.
949/Menkes/SK/VIII/2004).
Wabah : Undang-Undang Wabah, 1969: Wabah adalah peningkatan kejadian
kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah
penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka
Peraturan Menteri Kesehatan No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaran Sistem Kewaspadaan Dini Luar Biasa (KLB), Departemen Kesehatan
mendefinisikan wabah sebagai berikut: ”Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.”
2. PERBEDAAN WABAH DAN KLB
 WABAH :
 KLB :

3. KRITERIA
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut: (PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1501/MENKES/PER/X/2010.TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT
MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGAN) PASAL 6.
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya. d. Jumlah penderita baru
dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. g.
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

4. TATA CARA PELAKSANAAN PENYELIDIKANDAN PENANGGULANGAN KLB


1. Menegakkan atau Memastikan Diagnosis : Diagnosis yang didasarkan atas pemeriksaan
klinis saja mudah salah, sering tanda atau gejala dari banyak penyakit adalah tidak begitu
khas untuk dapat menegakkan suatu diagnosis
2. Memastikan terjadinya KLB : Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah adanya
peningkatan kasus yang tengah berjalan memang benar-benar berbeda dibandingkan
dengan kasus yang "biasa" terjadi pada populasi yang dianggap mempunyai risiko terinfeksi
3. Menghitung jumlah kasus/angka insidens yang tengah berjalan : Apabila dicurigai terjadi
suatu KLB, harus dilakukan penghitungan awal dari kasus-kasus yang tengah berjalan
(orang-orang yang infeksinya atau keracunannya terjadi di dalam periode KLB) untuk
memastikan adanya frekuensi kasus baru yang "berlebihan".
4. Menggambarkan karakteristik KLB : KLB sebaiknya dapat digambarkan menurut variabel
waktu, tempat dan orang. Penggambaran ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
disusun hipotesis mengenai sumber, cara penularan, dan lamanya KLB berlangsung.
5. Mengidentifikasikan Sumber dari Penyebab Penyakit dan Cara Penularannya: Untuk
mengidentifikasikan sumber dan cara penularan dibutuhkan lebih dari satu kali siklus
perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis adalah adalah suatu pernyataan, keadaan
atau asumsi "dugaan yang terbaik" dari peneliti, dengan menggunakan informasi yang
tersedia, yang menjelaskan terjadinya suatu peristiwa.
6. Mengidentifikasikan Populasi yang Mempunyai Peningkatan Risiko Infeksi: Apabila
sumber dan cara penularan telah dipastikan, maka orang-orang yang mempunyai risiko
paparan yang meningkat harus ditentukan, dan tindakan-tindakan penanggulangan serta
pencegahan yang sesuai harus dilaksanakan
7. Melaksanakan Tindakan Penanggulangan
8. Laporan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa
(BUKU PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA
PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN (PEDOMAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT)
EDISI REVISI TAHUN 2017)
5. belum
6. belum
7. belum
8. blum jg
9. Penanggulangan demam berdarah dengue secara umum ditujukan pada pemberantasan rantai
penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes aegypti
dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih yang
tergenang di permukaan tanah maupun di tempattempat penampungan air (Bang & Tonn
1993), (Ditjen PPM & PLP 1987), (Nadesul 2004), (Suroso & Umar 1999 Epidemiologi dan
Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Saat Ini), (WHO 2004).

Kebijakan Khusus Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Upaya


penanggulangan KLB DBD meliputi:
(1) pengobatan dan perawatan penderita,
(2) penyelidikan epidemiologi dan sarang nyamuk penular DBD,
(3) pemberantasan vektor 17 (yaitu nyamuk penularnya),
(4) penyuluhan kepada masyarakat,
(5) evaluasi penanggulangan KLB (Ditjen PPM & PLP 1987).

Anda mungkin juga menyukai