Anda di halaman 1dari 69

KONSEP DASAR KLB/WABAH

Noor Ahda Fadillah


Prodi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
2020
Ilustrasi

46 orang tamu Hotel X menderita pusing, mual, muntah, dan diare


beberapa saat setelah makan pagi di restoran hotel pd tgl 12 April
2019. Mereka kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat dan
sebagian besar tidak membutuhkan rawat inap, kecuali 2 orang anak
yang dirawat 1 malam dan diperbolehkan pulang keesokan harinya.
Jumlah karyawan 50 orang dan jumlah tamu yg berkunjung di hotel
tersebut 300 orang.

Apakah ini suatu wabah/KLB?


Bila Ya, apakah kemungkinan penyebabnya?
Pengertian KLB
• Kejadian yg melebihi keadaan biasa pada suatu
/sekelompok masyarakat ttt, atau lebih sederhana
peningkatan frekuensi penderita penyakit, pd populasi
ttt, pd tempat dan musim atau tahun yg sama (Last,
KLB 1983, Mac Mahon and Pugh, 1970; Benenson, 1990).

• suatu peningkatan jlh kasus melebihi keadaan biasa, pd


waktu dan daerah ttt.
KLB Penyakit2
endemis
Pengertian KLB
§ Pada penyakit yg lama tidak muncul /baru pertama kali muncul di suatu
daerah (non-endemis), adanya satu kasus blm dapat dikatakan sebagai
suatu KLB.
§ Untuk keadaan tsb, definisi KLB: suatu episode penyakit dan timbulnya
penyakit pd dua atau lebih penderita yg berhubungan satu sama lain.
§ Hub ini mgkn pd faktor saat timbul gejala (onset of illness), faktor
tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan),
faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan, dll)
Pengertian KLB

• Terkandung arti adanya kesamaan pada


ciri-ciri orang yang terkena, tempat dan
Wabah/KLB waktunya.

• Selalu dikaitkan dengan waktu, tempat dan


orang. Selain itu terlihat bahwa definisi
Mendefinisikan KLB ini sangat tergantung pada kejadian
KLB (insidensi) penyakit tersebut sebelumnya.
Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam undang-undang
wabah sbb:

• Peningkatan kejadian kesakitan/kematian,


yang meluas secara cepat baik dalam
Wabah jumlah kasus maupun luas daerah
penyakit, dan dapat menimbulkan
malapetaka (UU. No. 4, 1984, Bab I, Pasal 1 ).

• Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan


atau meningkatnya suatu kejadian

KLB
kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah(PP 40, 1991, Bab I, pasal 1 (7)).
Perbedaan Definisi KLB & Wabah

Wabah harus
mencakup:
1. jumlah kasus
yang besar,
2. daerah yang
Wabah &
luas
KLB
3. waktu yang
lebih lama,
4. dampak yang
ditimbulkan
lebih berat
Wabah pada umumnya disebab oleh :
§ Keracunan makanan yaitu enteritis oleh : E. coli, staphylococcus dan
salmonella.
§ Penyakit menular yang masa inkubasinya singkat, yakni ; DBD,
kholera, influenxa, malaria, campak, pes, dan demam kuning.
§ Penyakit menular yang masa inkubasinya lebih lama :
tripanosomiasis afrika, hepatitis infeksi dan kala azar
§ Bahan beracun : yakni makanan yang tercemar insektisida dan
bahan kimia yang dipakai dalam pertanian.
Jenis-jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan KLB
Penyakit Menular Berpotensi KLB
o Tifus perut
q Kolera o Meningitis
q Pes o Ensefalitis
o Antraks
q Demam kuning o Leptospirosis
q Demam bolak balik o SARS
q DBD o Legionellosis
o Chikungunya
q Tifus bercak wabah o Tetanus neonatorum
q Polio dan AFP o Frambosia
o Campak
q Difteri o Penyakit menular baru
q Pertusis q Rabies
q Malaria
q Influensa termasuk Flu
burung
q Hepatitis
Untuk mempermudah petugas lapangan dalam mengenali
adanya KLB disusun petunjuk penetapan KLB, sbb (1):

§ Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan


menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau
lebih.

§ Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu
Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit
menular yang sama di kecamatan tersebut itu.
§ 2017 : --------------------- Rata-rata per bln = x
§ 2018 : --------------------- bulan Y = 2 x
Untuk mempermudah petugas lapangan dalam mengenali
adanya KLB disusun petunjuk penetapan KLB, sbb (2):

q Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu
penyakit menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila
dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang
sama di kecamatan yang sama pula.
2017 : -----------à rata-rata per bulan = X
2018 : -----------à rata-rata per bulan : Y = > 2 X

q Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di suatu
kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang
sama dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.
CFR CFR + 50%
---------:--------------
I II
Untuk mempermudah petugas lapangan dalam mengenali
adanya KLB disusun petunjuk penetapan KLB, sbb (3):

§ Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan,
dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama
selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih.
§ 2017: ----------- PR I
§ 2018 : ----------- PR 2 = 2 PR 1

§ Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :


Ø Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah endemis
yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.
Ø Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu
kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu
berturut-turut.
Untuk mempermudah petugas lapangan dalam mengenali
adanya KLB disusun petunjuk penetapan KLB, sbb (4):

§ Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu


kelompok masyarakat.

§ Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya


tidak ada/dikenal.
Kondisi rawan wabah
(meningkatkan kejadian penyakit)
• 1. Masuknya agent baru ke dlm populasi
• 2. Meningkatnya patogenitas agent yg sebelumnya sdh ada
• 3. Meningkatnya proporsi populasi yg rentan
Pseudo-epidemik

• Pseudo-epidemik: Peningkatan laporan jumlah kasus yg bukan


merupakan wabah
* Perubahan cara pelaporan
* Perbaikan cara diagnosis
* Ada penyakit dg gejala sama
* Peningkatan proporsi penderita yg
berobat
Kriteria kerja KLB…….
§ Satu kasus tunggal dari suatu penyakit menular yang lama tidak
ditemukan, atau adanya penyakit baru yang belum diketahui
sebelumnya di suatu daerah memerlukan laporan yg secepatnya disertai
penyelidikan epidemiologi (penjelasan UU no.4 1984, dlm lembaran negara)

§ Apabila ditemukan penderita kedua dari jenis penyakit yang sama dan
diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan malapetaka, maka
keadaan ini cukup merupakan indikasi (pertanda) untuk menetapkan
daerah tersebut sebagai daerah KLB/wabah. (penjelasan UU no.4 1984, dlm lembaran
negara)
NormalàKLBàWabah
Penanggulangan Wabah Wabah
KLB
Penanggulangan penyakit
Seperlunya menular

??? Normal

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Kondisi Rentan Kasus


Metode Penyelidikan KLB
Metode Penyelidikan

• Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat


sulit ditentukan, sehingga metode yang dipakai pada
penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey
et al., 1986; Goodman et al., 1990 dan Pranowo,
1991, variasi tersebut meliputi :
Metode Penyelidikan

a. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif


atau retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya
penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian deskriptif,
analitik atau keduanya.
b. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
c. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya
(Rumah sakit, klinik, laboratorium dan lapangan).
Tujuan Utama

• Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang


sama yaitu à mencegah meluasnya (penanggulangan) dan
terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Tujuan Khusus

a. Diagnosa kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi


penyebab penyakit
b.Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d.Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
berisiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Langkah-langkah Penyelidikan:
Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,
1990.

1. Persiapan penelitian lapangan


2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan Diagnosa Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan)
Langkah-langkah Penyelidikan
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan
kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Pengerjaan
§ Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak
harus dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah
dapat dikerjakan secara serentak.
§ Pemastian diagnosis dan penetapan KLB merupakan langkah awal
yang harus dikerjakan (Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989).
Respons pertama

Pastikan apakah memang ada wabah. Cari


informasi (dr petugas kesehatan) ttg:
§ kebenaran adanya wabah. Jumlah
kasus biasanya? Jumlah saat ini?
§ apa penyakitnya (pemastian klinis?
Lab? dslb.)
§- pseudo-epidemik?
§- adakah faktor yg dicurigai?
§- tindakan yg sdh dilakukan?
Pemastian kejadian wabah
Data sekunder (1)
Dari data yang ada (rutin) pastikan ada
peningkatan:
1. Jumlah penderita
2. Pola (trend) penyakit. Meningkat?
3. Attack rate.

Ingat!!!
Definisi kasus dan populasi berisiko dpt
berubah sesuai dg informasi yg didapat !!!
Contoh

46 orang tamu Hotel X menderita pusing, mual, muntah,


dan diare beberapa saat setelah makan pagi di restoran
hotel. Jumlah seluruh tamu yg menginap 300 orang,
karyawan 50 orang.
Attack rate = 46/350 x 100% = 13%
Yg sarapan di hotel 300 orang à attack rate untk yg
sarapan = 46/300 x 100% = 15, 3%
Yg makan nasi goreng = 150 orang, yg sakit 43 orang à
attack rate untk makan nasi goreng = 43/150 x 100% =
28,7%
Contoh (lanjutan)

Yg diare saja 40 orang.


Attack rate diare = 40/350 x 100% = 11,56%

Yg sarapan di hotel 300 orang à attack rate diare pd yg


sarapan = 40/300 x 100% = 13,3 %

Yg makan nasi goreng (150 orang), yg diare 25 orang à attack


rate diare pd yg makan nasi goreng = 25/150 x 100% = 16,6%
Diskripsi wabah

1. Gambarkan data yang ada berdasarkan person, time,


place untuk mendapatkan gambaran awal ttg kapan,
dimana dan siapa yang terserang
2. Pastikan diagnosis (periksa lab, dlsb.)
3. Buat distribusi frekuensi gejala untuk membuat kriteria gejala. Pilih gejala
utama, obyektif dan patognomonis (tegas/khusus), mudah dikenal. Bila
perlu cari informasi rujukan (pustaka, internet dll.)
4. Buat definisi kasus
5. Cari kemungkinan pemapar. Bila masa inkubasi diketahui à apa yg
terjadi sebelum masa inkubasi?
Kombinasikan dg cara penularan dan kesamaan yg ada
dng penderita lain.
Data sekunder (2)

6. Buat instrumen untuk menemukan kasus yg ada (tercatat dan


belum), berisi:
*identitas,
*gejala sesuai definisi kasus,
*waktu mulai sakit,
*pemapar yg dicurigai
Contoh diskripsi wabah
Keracunan makanan di Hotel X

• Berdasarkan ciri orang


1. Umur : 5 th – 43 th, 60% dewasa
2. Sex: 43% laki2, 57% wanita
3. Pekerjaan: Macam2

• Berdasarkan tempat
Semua tlh menginap di Hotel X seminggu, di kamar2 berbeda.
Bagian dr 1 rombongan dr luar kota. Sering pergi ke tempat2
wisata. Hari seblmnya ke Bandung
Keracunan makanan di Hotel X

• Berdasarkan waktu
Semua mulai merasa sakit tgl 12. Desember 2017. Bbrp jam stlh
sarapan, anak2 mulai mual, muntah & mencret. Diikuti oleh yang
lbh dewasa. Tidak ada yg sakit lagi hari berikutnya
Keracunan makanan di Hotel X

Diagnosis dokter yg menangani: Diare akibat keracunan


makanan. Obat yg diberikan sesuai gejala (simtomatik).
Tak dilakukan pemeriksaan lab. Masa inkubasi? Tak
diketahui pasti
Gejala: * mual 100%
* muntah 90%
* diare 87%
Mual, muntah & diare adl gejala gangguan pencernaan
bag atas & bawah
Kasus : Adalah tamu Hotel X yang menderita mual, muntah
dan/atau diare pd tgl. 12 Desember 2017
Data primer

Cari kasus-kasus yg ada di populasi termasuk yg sdh tercatat à data


lengkap

Gambarkan kejadian wabah berdasarkan person, time dan place


(epidemiologi diskriptif) à gambaran wabah yg lebih utuh
Keracunan makanan di Hotel X

Kasus lain: Tak ada


Kemungkinan pemapar? Makanan/minuman
Waktu pemaparan? Tak diketahui pasti
Tempat pemaparan?
DESKRIPSI KLB/WABAH
Deskripsi KLB/Wabah Berdasarkan Orang
Deskripsi KLB/Wabah Berdasarkan Orang
§ Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan
atau etiologi penyakit.
§ Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan,
status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat.
§ Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas.
§ Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai
penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber
penyakit (MacMahon and Pugh, 1970; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al.,
1986).
Deskripsi KLB Berdasarkan Orang
§ Penyusunan distribusi kasus berdasarkan umur dilakukan dengan mengelompokan
kasus pada interval umur, yang disesuaikan dengan kemungkinan pembuatan
kesimpulan yang lebih baik.
§ Pengelompokan dapat menggunakan interval yang sistematis (5, 10 tahun) atau
interval kelompok tertentu (balita, usia sekolah, usia dewasa).
§ Kesalahan yang sering terjadi adalah interval umur yang terlalu lebar, sehingga
menyembunyikan perbedaan risiko sakit yang mungkin berharga untuk
mengetahui sumber penularan.
Deskripsi KLB Berdasarkan Orang
Sebagai contoh :
Apabila penyediaan susu di sekolah tercemar dan menjadi sumber infeksi, maka penggunaan
interval umur 5 tahun akan memungkinkan perhatian diberikan pada anak usia sekolah
(berisiko sakit), populasi belum sekolah dan pasca sekolah (tidak mempunyai risiko sakit).
Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa yang terpapar adalah anak sekolah.
Seandainya digunakan interval 10 tahun atau lebih, maka kesimpulan tersebut akan sulit
dibuat (CDC, 1979).
Diskripsi KLB/wabah (1)
Person
Ciri penderita:
* Umur
* Jenis kelamin
* Pekerjaan
* Ras
* Dll
à cari hal yg mungkin menunjukkan
tempat/waktu/apa yg menyebabkan sakit
à cocokkan dng sifat penyakit
Deskripsi kasus berdasarkan waktu
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
• Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya
KLB berlangsung), yang digambarkan dalam suatu kurva epidemik.
• Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus
berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah.
• Kurva ini digambarkan dengan axis horizontal adalah saat mulainya sakit
dan sebagai axis vertikal adalah jumlah kasus.
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu

Kurva epidemik dapat digunakan untuk tujuan :


• Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit
dengan melihat tipe kurva epidemik tersebut (common source atau
propagated).
• Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index
case). Dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau
masa inkubasi maksimum dan minimum.
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
• Kesalahan yang sering terjadi pada pembuatan kurva epidemik adalah penetapan
interval waktu.
• Pemilihan interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan perbedaan-
perbedaan kecil pada distribusi temporal (menyembunyikan puncak-puncak
kasus).
• Pemilihan interval yang terlalu pendek akan menimbulkan puncak-puncak palsu.
• Suatu pedoman yang berguna untuk memilih interval waktu ialah memilih sebesar
seperdelapan atau seperempat inkubasi penyakit. Ada baiknya membuat kurva
epidemik dengan interval yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik yang
paling baik untuk menyajikan data (Fiedman, 1974; Kelsey., 1986; CDC, 1979).
Diskripsi KLB/wabah

Time
Grafik yang menggambarkan distribusi kasus berdasarkan waktu
timbulnya gejala (time onset) à kurva epidemik
1. Menentukan periode wabah
2. Menunjukkan status wabah
3. Menunjukkan kemungkinan cara penularan
4. Memungkinkan perhitungan masa inkubasi/menentukan
saat pemaparan
Gambar 1 : Kasus-kasus keracunan stapilokokus menurut
masa inkubasi, Tennesse, 25 Mei 1969 (dikutip dari CDC,
1979)
Gambar 1. di atas menampilkan kurva epidemik dengan tipe point common
source (penularan berasal dari satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB
dengan kasus-kasus yang terpapar dalam waktu yang sama dan singkat.
Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan
makanan (misalnya : kolera, typoid).
Gambar 2 : Distribusi kasus Campak menurut tanggal
mulai mulai sakit di Desa Wiromartan Kecamatan Mirit
Kabupaten Kebumen, Juli 2002
Gambar 2 di bawah ini menampilkan kurva epidemik dengan tipe
propagated. Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan cara penularan kontak
dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa puncak. Jarak antara puncak
sistematis, Kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit tersebut.
Gambar 3. Distibusi kasus Salmonelosis menurut hari
mulai sakit, Clarkville, Tennese, 4-15 Juli 1970 (dikutip dari
CDC, 1979

Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated


(gambar 3). Tipe kurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus
memperoleh paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi
karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu

Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan


periode paparan yang paling mungkin (pada KLB
tipe common source), yaitu dengan menggunakan :
• Masa inkubasi rata-rata, dan
• Masa inkubasi maksimum-minimum
Metode masa inkubasi rata-rata lebih sering digunakan,
karena hasilnya lebih sering mendekati kebenaran.
Metode masa inkubasi rata-rata :
• Pertama, identifikasi puncak KLB (25 Juni). Kedua, dari puncak KLB
dihitung ke belakang selama masa inkubasi rata-rata rubella 18 hari
(minimum 14 hari – maksimum 21 hari). Diperoleh waktu paparan yang
paling mungkin 7 Juni (gambar 4).
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
• Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan
petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat
pekerjaan).
• Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan.
• Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut :
daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat
(lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan
(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau
melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980).
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Kesalahan yang sering terjadi:
• pemikiran bahwa pengelompokan kasus berdasarkan tempat adalah berdasarkan
tempat tinggal, sehingga sering tidak didapatkan hasil yang nyata.
• Sebagai contoh suatu KLB Brucellosis pada manusia, jika dilakukan pengelompokan
kasus berdasarkan tempat tinggal tak akan mendapatkan sesuatu, tetapi
pengelompokan berdasarkan tempat pekerjaan mungkin akan memberikan
petunjuk tentang sumber penularan (CDC, 1979).
• Penilaian variasi geografik dari suatu paparan infeksi harus memperhitungkan
distribusi populasi (area specific attack rate), maka kesimpulan mengenai
perbedaan risiko daerah harus dinyatakan dalam rate bukan jumlah kasus.
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
• Pada tabel 1 ditampilkan suatu contoh analisis kasus-kasus menurut tempat yang
dikunjungi atau dilalui.
• Terlihat bahwa attack rate pada daerah A jauh lebih besar dari daerah B.
• Tetapi setelah kasus-kasus di daerah B ditabulasikan menurut orang yang
mengunjungi dan minum air di daerah A terlihat bahwa attack rate-nya hampir
sama.
• Analisis KLB berdasarkan tempat dianggap telah dilakukan dengan baik apabila
angka insidens daerah yang diduga sebagai sumber infeksi, berbeda secara
bermakna dengan angka rata-rata (CDC, 1979).
Tabel 1. Angka serangan diare menurut Sumber Air
Minum pada Masyarakat A dan B, Agustus 1985
Informasi apa yg didapat dari tabel di atas?
• Informasi ttg tingkat attack rate diare di dua wilayah (masyarakat A dan B).
Attack rate atau angka kejadian penyakit di wilayah A (63,23) lebih tinggi daripada
attack rate di wilayah B (16,58).

• Informasi ttg kemungkinan wilayah yang menjadi sumber penyakit


Dilihat dari kejadian sakit, di masyarakat B yang terpapar lebih tinggi (47,83)
daripada masyarakat B yang tidak terpapar (6,38). Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa masyarakat B yang terpapar air dari masyarakat A banyak yang
menderita sakit, sehingga kemungkinan wilayah yang menjadi sumber penyakit
berasal dari wilayah masyarakat A (sumber air).
• Informasi ttg kelompok Masyarakat yang kemungkinan lebih rentan terkena diare
Karena kemungkinan besar wilayah yang menjadi sumber penyakit berasal dari
wilayah masyarakat A, maka masyarakat di kelompok tersebut memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi rentan terkena diare dibandingkan masyarakat
kelompok B.

• Informasi ttg jenis paparannya yaitu langsung dan tidak langsung


Berdasarkan jenis paparannya yaitu langsung (masyarakat yang minum air) dan
tidak langsung (masyarakat yang terpapar air), terlihat bahwa masyarakat yang
terkena paparan langsung (masyarakat A dan masyarakat B yang minum air A)
memiliki attack rate yang lebih besar.
PENANGGULANGANKLB
/WABAH
Penanggulangan sementara
• Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau
diperlukan, sebelum semua tahap penyelidikan dilampaui.
• Cara penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubah sesudah semua langkah
penyelidikan KLB dilaksanakan.
• Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya
etiologi penyakit, sumber dan cara penularannya (Goodman et al., 1990), sebagai
berikut :
1.Jika etiologi telah diketahui sumber dan cara penularannya dapat dipastikan
maka penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan yang luas.

contoh : adanya kasus Hepatitis A di Rumah sakit, segera dapat dilakukan


penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada penderita yang
diduga kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk mencari orang
yang kontak dengan penderita (MMWR, 1985).
2. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat
dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih
diperlukan penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara
penularannya.

contoh : KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan telah


diketahui etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara
penanggulangan tidak segera ditetapkan sebelum hasil penyelidikan
mengenai sumber dan cara penularan ditemukan. Cara penanggulangan
baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber penularan dengan suatu
penelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982).
3. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah
diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih
memerlukan penyelidikan yang luas tentang etiologinya.

contoh : suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui bahwa


sumber penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera
dapat dilakukan dengan mengamankan roti tersebut. Penyelidikan KLB
masih diperlukan untuk mengetahui etiologinya yaitu dengan pemeriksaan
laboratorium, yang ditemukan parathion sebagai penyebabnya (Etzel et
al., 1987).
4. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka
penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara
penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan.

contoh : Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara penanggulangan baru
dapat dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang luas mengenai etiologi
dan cara penularan penyakit tersebut (Frase et al., 1977).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai