Anda di halaman 1dari 65

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH


DENGAN IMUNISASI (PD3I)

SUBDIT SURVEILANS,
DIREKTORAT SURVEILANS & KARANTINA KESEHATAN
DITJEN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

WORKSHOP PETUGAS SURVEILANS KAB/KOTA


DALAM KEWASPADAAN DINI & RESPON NTT 24 – 28 JULI 2017

Tujuan Workshop/pelatihan
1. Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu memahami kebijakan dan strategi
dalam pengendalian dan penanggulangan kejadian
KLB PD3I

2. Tujuan Pembelajaran Khusus :


 Peserta mampu memahami definisi dan kriteria KLB
 Peserta mampu memahami konsep penyelidikan
epidemiologi
 Peserta mampu memahami Penyelidikan KLB PD3I

1
Sub Pokok Bahasan

Definisi KLB

Konsep PE

PE KLB PD3I

Definisi KLB

2
JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU
YG DAPAT MENIMBULKAN WABAH
DAN
UPAYA PENANGGULANGAN
SUBDIT SURVEILANS DAN RESPON KLB
DITJEN PP&PL KEMENKES RI

Contents

∗ Pengertian KLB/Wabah
∗ Jenis Penyakit Potensial KLB/Wabah
∗ Penetapan Daerah KLB/Wabah
∗ Penanggulangan KLB/Wabah
∗ Pelaporan
∗ Sumber Daya (Pendanaan, Ketenagaan, Sarana &
Prasarana)
∗ Pembinaan & Pengawasan

3
KEJADIAN LUAR BIASA

PP 40, 1991, Bab I, pasal 1 (7) :

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/


kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah

Jenis Penyakit Menular Tertentu


yang dapat Menimbulkan KLB/Wabah

1. Kolera 10. Avian Influenza H5N1


2. Pes 11. Antraks
3. DBD 12. Leptospirosis
4. Campak 13. Hepatitis
5. Polio 14. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
6. Difteri 15. Meningitis
7. Pertusis 16. Yellow Fever
17. Chikungunya
8. Rabies
9. Malaria

4
Kriteria KLB
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.1501/MENKES/PER/X/2010 (Pasal 6)

1. Timbulnya suatu penyakit/ menular


yang sebelumnya tidak ada/ tidak
dikenal di suatu daerah, seperti difteri,
AFP, Avian Influenza, TN, Flu baru
H1N1, kolera.

2. Peningkatan kejadian penyakit/


kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut
jenis penyakitnya (jam, hari, minggu,
bulan).

3. Peningkatan kejadian penyakit/


kematian, 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan,
tahun)

7/26/2017

Kriteria KLB (2)

4. Jumlah penderita baru dalam satu


bulan menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata perbulan selama
satu tahun menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding
dengan angka rata-rata perbulan
dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate suatu penyakit
dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau
lebih, dibanding dengan CFR dari
periode sebelumnya.

7/26/2017

5
Kriteria KLB (3)
7. Proportional rate (PR) penderita dari
suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua atau lebih dibanding
periode, kurun waktu atau tahun
sebelumnya.
8. Kriteria Khusus, contoh KLB Campak
atau Rubella jika ditemukan 5 kasus
campak klinis dalam kurun waktu 4
minggu berturut-turut di suatu wilayah yg
memiliki hubungan epidemiologis dan
minimal 2 diantaranya positif
campak/rubella secara laboratorium
9. Beberapa penyakit, seperti keracunan
pangan, menetapkan 2 kasus atau lebih
sebagai KLB (sesuai dengan PP Nomor
28 tahun 2004 tentang Keamanan
Pangan)
 Keracunan makanan
 Keracunan pestisida

Siapa yg menetapkan KLB


∗ Kadinkes kab/ko, Kadinkes Prov, atau Menteri Kesehatan
dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila
suatu daerah memenuhi salah satu kriteria diatas.
∗ Kadinkes Kab/Ko atau Kadinkes Prov. menetapkan suatu
daerah dalam keadaan KLB di wilayah kerjanya masing-
masing dengan menerbitkan laporan KLB.
∗ Dalam hal Kadinkes Kab./Kota tidak menetapkan suatu
daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Kadinkes Prov.
dapat menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
∗ Dalam hal Kadinkes Prov. atau Kadinkes Kab./kota tidak
menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan
KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan
KLB.

6
INFORMASI KLB (SKDR/RUMOR,,,,,)
• Laporan adanya penderita, atau tersangka penderita yang
terjangkit penyakit yang dapat menimbulkan KLB/wabah.
• Laporan ini harus dilaporkan dalam 24 jam.
• Laporan Kewaspadaan disampaikan kepada Lurah atau
Kepala Desa dan atau Unit Kesehatan terdekat, selambat-
lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita atau
tersangka penderita (KLB), baik dengan cara lisan, maupun
tertulis.
• Kemudian Laporan Kewaspadaan tersebut harus diteruskan
kepada Kepala Puskesmas setempat, kab/kota, provinsi dan
pusat

PENGELOMPOKAN PENYAKIT
Menurut Penyebab/Agent:
Menurut Cara 1.Biologi:
Penularan: a) Bakteri
1.Bersumber Binatang b) Virus
2.Bersumber Vektor c) Parasit
3.Bersumber Air d) Jamur
4.Bersumber Udara 2.Kimia
3.Fisika

Penyakit yang Dapat Dicegah Imunisasi (PD3I):


1.Polio 4. Hepatitis, Typhoid
2.Difteri, Pertusis, Tetanus 5. Hemofilus influensa
3.Campak, Rubela 6. Japanese encephalitis (JE)
4. Diare Rotavirus

7
KONSEP PE

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

Tindakan atau kegiatan penyelidikan yang


dilakukan segera setelah mengetahui
adanya laporan KLB berdasarkan waktu,
tempat dan orang.

Penyelidikan epidemiologi dapat pula


dilakukan setelah KLB berakhir.

8
TUJUAN KHUSUS PENYELIDIKAN KLB
 Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
 Memastikan diagnosa
 Menggambarkan variabel orang, tempat &
waktu
 Mengidentifikasi penyebab penyakit dan
menggambarkan sumber penyebab penyakit,
cara penularan.
 Mengidentifikasi populasi rentan & terpapar
 Memberikan rekomendasi tindakan
penanggulangan dan pengendalian.

LANGKAH-LANGKAH
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

1. Persiapan
2. Memastikan adanya KLB/wabah
3. Menegakkan/memastikan diagnosa
4. Menggambarkan karakteristik epid. KLB
5. Menyusun hipotesis
 Sumber infeksi, cara penularan
 indentifikasi populasi risiko infeksi
6. Uji hipotesis
7. Pencegahan & penanggulangan
8. Pembuatan laporan/diseminasi informasi

9
.
LANGKAH 1

PERSIAPAN

 TGC dg SDM yg mampu dan cepat tanggap


kemampuan pengetahuan tentang epidemiologi
penyakit yg dicurigai literatur terkait, konsultan
terkait.
 Perlengkapan penyelidikan
TOR dg kuesionernya, Referensi (guide line)
KLB KIT  Bahan pengambilan spesimen lab
APD, Profilaksis, dll
Alat komunikasi dan dokumentasi
 Persiapan administrasi
 Transportasi

LANGKAH 2.
MEMASTIKAN ADANYA KLB/WABAH

 Ketahui angka insidens kasus tersebut pada saat biasa


(angka standar)
 Hitung angka insidens kasus tersebut saat ini
 Bandingkan angka insidens kasus dengan angka
standar
• Berbeda secara bermakna?
• Berbeda tidak bermakna?
• Dibawah angka standar?
 Lihat grafik trend (kecenderungan)

10
LANGKAH 3.
MENEGAKKAN/MEMASTIKAN DIAGNOSA

Definisi kasus
Harus jelas
Pemeriksaan klinis
Tanda (sign)
Gejala (symptom)
Pemeriksaan penunjang:
Serologis, antigen, biakan
Rontgen

LANGKAH 4.
MENGGAMBARKAN KARAKTERISTIK KLB

∗ Waktu  kapan?  buat grafiknya!


∗ Periode penyakit
∗ Saat paparan
∗ Sumber: common source / propagated source
∗ Tempat  distribusi geografis  buat peta!
∗ Tempat tinggal (RT, RW, desa, kec), tempat kerja, sekolah
∗ Orang (kasus)  buat grafiknya!
∗ Menurut umur, sex
∗ Tertinggi & terendah pada klp umur, sex

11
LANGKAH 4. … [LANJUTAN]
∗ Gambaran variabel menurut waktu:
∗ Menggambarkan periode paparan
∗ Semua kasus digambarkan menurut tanggal
mulainya gejala
∗ Menggambarkan kurva common source atau
propagated source atau keduanya
∗ Pada KLB common source tergambarkan:
∗ Puncak KLB
∗ Permulaan, akhir dan lama KLB Menentukan “Periode Paparan” yang
∗ Periode paparan sumber kepada kasus paling mungkin dari kasus-kasus dalam KLB
“Common Source”
 Masa inkubasi terpendek & terpanjang
 Masa inkubasi rata-rata
 Kasus pertama & kasus terakhir
 Lama berlangsungnya KLB
 Bentuk grafik: satu puncak

Mengidentifikasi kasus-kasus penyebaran


sekunder
 Bentuk grafik: banyak puncak

LANGKAH 4. … [LANJUTAN]

∗ Gambaran variabel menurut tempat:


∗ Dengan “spot-map” dari kasus-kasus
∗ Gambarkan juga pada map tersebut:
∗ Sungai, tempat sampah, SAB, pembuangan limbah, dll. yg
mungkin berkaitan dgn sumber infeksi
∗ Lokasi Index Case (kasus pertama)
∗ Spot map dibuat berdasarkan perkiraan lokasi penularan
penyakit
∗ Di pemukiman, RT, RW, desa, kecamatan
∗ Sekolah, kelas
∗ Tempat kerja, ruangan, shift kerja
∗ Dapat dibuat spot map dengan “Attack Rate” (bukan jumlah
kasus)  Area Map

12
LANGKAH 4. … [LANJUTAN]
∗ Gambaran variabel menurut orang:  kasus
penyakit spesifik menyerang kelompok tertentu:
∗ Menurut sifat bawaan:
∗ Umur, sex, ras, status imunisasi, status perkawinan
∗ Menurut kegiatan:
∗ Jenis pekerjaan, ras, agama, adat
∗ Keadaan tempat hidup:
∗ Sosial, ekonomi, lingkungan
∗ Lain-lain

LANGKAH 5.
MENGIDENTIFIKASI SUMBER PENYEBAB PENYAKIT DAN CARA
PENULARANNYA

∗ Dugaan dibuat berdasarkan data dan literatur 


dugaan yang logis
∗ Membandingkan kasus yang terpapar dengan
yang tidak terpapar  penyebab penyakit
∗ Hipotesis mengenai:
∗ Penyebab penyakit
∗ Sumber infeksi
∗ Periode paparan
∗ Cara penularan
∗ Populasi terpapar / berisiko akan terpapar

13
JALUR TRANSMISI
D
I  Droplet
R  Sexual
E  Darah
C  Kulit ke kulit, dll
T

VEKTOR  Serangga, hewan dll

LINGKUNGAN  udara, air, debu, partikel,


makanan, minuman, dll

LANGKAH 6.
MENGIDENTIFIKASI POPULASI YANG MEMPUNYAI
PENINGKATAN RISIKO INFEKSI

 Penyakit tertentu terutama menyerang


kelompok orang (populasi) tertentu:
• Polio pada anak <15 th
• TN pada bayi <28 hari
 Antisipasi penyebaran penyakit (kasus baru)
pd populasi tsb  pencegahan
 Tindakan penanggulangan spesifik

14
LANGKAH 7.
TINDAKAN PENCEGAHAN &
PENANGGULANGAN

• Ditujukan pada:
 Sumber infeksi: makanan, tinja, air, udara
 Sumber awal: kasus penyakit
 Alat/cara penularan: jarum suntik, droplet dsb.
 Orang rentan:  diberi imunisasi
• Penanggulangan sedini mungkin dengan diagnosa
dini (pengobatan/pencegahan yang tepat)

PENANGGULANGAN KLB
∗ TANGGUNG JAWAB BERSAMA DINKES/PEMDA,
MASYARAKAT & SEKTOR TERKAIT
∗ KETERPADUAN PENANGGULANGAN KLB
 KLB PD3I (Lab Nas Polio/Campak-Rubela, Dinkes, Msy,
Komite Ahli)
 KLB Keracunan ( BLK, BTKL, BPOM, Dinkes, Msy)
 KLB DBD (Pemda, Kebersihan, Masy, Dinkes)
 KLB Malaria (KLH, Pemda, Masy, DinKes)
 KLB Diare (PU, Pemda, Masy, DinKes)
 KLB FLU BURUNG (Dinas Peternakan, Pemda, Masy,
Dinkes)

15
LANGKAH 8.
LAPORAN PENANGGULANGAN KLB

Pendahuluan
Latar belakang
Uraian tentang yang dilakukan dalam investigasi /
penyelidikan (bahan dan cara)
Hasil penyelidikan
Analisa data dan kesimpulan
Tindakan penanggulangan yang sudah diambil
Dampak penting yang mungkin timbul
Saran / rekomendasi

PE KLB PD3I

16
FAKTOR RESIKO TERJADINYA PD3I
Agent Bakteri & Virus:
‘Penyebab virulensi
• Perubahan ’
iklim/cuaca
• Perubahan
suhu
• Bencana alam
• Migrasi,
Pengungsi • Kekebalan umum: Gizi
• Kekebalan spesifik: Imunisasi
• Perilaku
• Umur, genetik

Lingkungan Host
‘Inang’’

SUMBER DATA
FAKTOR RESIKO PENYEBAB PD3I

1. Host/Manusia:
a. Data cakupan imunisasi termasuk data monitoring harian cold-chain
b. Data status gizi
c. Umur & Jenis Kelamin
2. Agent/Penyebab Penyakit
a. Strain/Genus
b. Virulensi/Patogenitas
c. Mutasi genetika
3. Lingkungan:
a. Data Demografi, Migrasi penduduk/Pengungsi (jumlah dan lokasi).
b. Data sanitasi rumah & lingkungan
c. Data penduduk/kelompok menolak imunisasi

17
Eradikas
JE/ Rota i Polio
dsb
thn 2020
Eliminasi Progra
Campak &
Pencegaha
m
Kontrol PD3I
n&
Rubela /CRS Pengendal
thn 2020 ian Difteri
Eliminasi
Tetanus
Maternal
& Neonatal
2016

SEJARAH PERKEMBANGAN IMUNISASI


DI INDONESIA

1956 1973 1749 1976 1980 1982 1997 2004 2013 2016

Variola TT Polio Hepatitis Haemofilus


influensa tipe b
B (DPT/HB/Hib)

BCG DPT/HB
DPT Campak
(Kombinasi)

IPV

18
Imunisasi untuk mencapai
Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubela
2020
2017-2018

2014
Eliminasi
Kampanye Campak dan
2005 - 2011 Campak & kontrol
Introduksi Rubela
Dosis ke-2
Imunisasi Rubela (MR)
1982
Campak
Kampanye
Campak

Mulai Imunisasi
Campak Rutin Nasional

Imunisasi untuk mencapai


Pengendalian Difteri, Pertusis, dan Tetanus
2013
2011
2004
1998 DT/Td DPT – HB – Hib:
BoosterImunisasi Dasar < 1 th
DPT – HB pada SDdan Booster pd 18 bln
1976 Imunisasi
DT Dasar
Booster
pada SD
Mulai Imunisasi
DPT Rutin Nasional

19
MENGAPA KLB (PD3I) TERJADI DAN
BERULANG ?

Faktor resiko tidak mendapat perhatian


KLB terlambat diketahui
KLB yang diinvestigasi dan dilaporkan masih “under
reported”
Investigasi kurang adekuat
Penanggulangan tidak optimal
Pengendalian terlupakan

Yang sering terjadi:


Batasan
1.Campak KLB
2.Difteri
3.Pertusis
Penyelidikan
KLB
Penanggulangan
KLB

20
TUJUAN INVESTIGASI KLB  MENGHENTIKAN KLB

KLB
(masalah)

Penyebab?
What?
Who? Stop KLB
Where? -Jangka Pendek
When? Why?
-Jangka Panjang

How?

Langkah Penyelidikan
KLB PD3I
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan segera KLB
3. Persiapan penyelidikan KLB
4. Penyelidikan lapangan
5. Mengumpulkan informasi faktor risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan analisa data
8. Pelaporan hasil penyelidikan KLB
9. Umpan balik dan rencana tindak lanjut

21
GOAL ERADIKASI POLIO

Tidak ada lagi kasus polio

Tidak ada transmisi virus polio liar

Tidak ada transmisi virus polio vaksin (VDPV/VAPP)

Dibuktikan dengan Surveilans AFP yang


adekuat selama 3 th berturut-turut
Ditetapkan secara bertahap per regional

22
KONSEP SURVEILANS AFP

Menemukan semua kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Membuktikan kasus AFP tersebut polio/bukan polio dg pengujian


virus polio pada tinja

Mendeteksi adanya kasus polio yang disebabkan oleh VPL


maupun berkaitan dengan vaksin (cVDPV dan VAPP) 
SEGERA INTERVENSI

Membuktikan tidak ada transmisi VPL dan VDPV

Mendeteksi virus polio yang bersirkulasi di lingkungan dengan


memperkuat surveilans polio lingkungan

Kelumpuhan
yang sifatnya
lemas
(flaccid)
Mendadak
Anak usia dalam 1–14
< 15 tahun Bila Ragu
Tetap hari
Laporkan!

AFP

23
Diagnosis Penyakit yg Selalu
Ditandai AFP
Polio
myeli
tis

Guillain-
Traumatic
Neuritis AFP Barre
Syndro
me

Myelitis
Transver
sa

1. Sindrom Guillain Barre DIAGNOSIS PENYAKIT


(SGB) DENGAN GEJALA AFP
2. Myelitis transversa (Pokja Ahli Nasional)
3. Poliomyelitis
4. Polyneuropathy 13. Periodic Paralysis hipokalemi
5. Myelopathy 14. Spinal Muscular Atrophy
6. Dermatomyositis 15. Efek samping sitostatika (mis:
7. Hipokalemi vincristin)
8. Erb’s paralysis 16. Ensepalitis atau Ensefalopati
9. Food drop paralysis 17. Meningitis
10. Stroke pada anak 18. Miastenia gravis umum
11. Todd’s paralysis 19. Metabolic myopathies
12. Duchene Muscular 20. Herediter Motor and Sensory
Dystrophy Neoropathy (HMSN)
INGAT:
Gejala AFP dapat ditemukan juga pada penyakit selain tersebut di atas.
Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan dapat dituliskan suspek dan DD-
nya

24
PETUNJUK KE ARAH AFP

Paralysis:
Terjadi tiba2

Tungkai lemas Kelemahan

Acute Flaccid
Paralysis

Tdk bisa gerakkan


Tdk bisa bangun
kaki, tangan
Tdk bisa jalan

KONFIRM
VPL (+) POLIO

RESIDUAL RESUME POLIO


PARALISIS (+) MEDIS KOMPATIBEL

KASUS
AFP KU – 60 hr RESIDUAL KOMISI
PARALISIS (-) AHLI

SPESIMEN
TIDAK ADEKUAT
dan atau SABIN (+)

AFP
VPL (-) SPESIMEN NON POLIO
ADEKUAT

25
PENANGANAN SURVEILANS
TERHADAP KASUS AFP

Kelumpuhan Isi FP-1


≤ 14 hari Ambil Spesimen

Isi FP-1
Kelumpuhan
Ambil Spesimen
> 14 hari – 2 bulan
Ku 60 hr & Resume
medis

Kelumpuhan Isi FP-1


> 2 bulan KU 60 hr
Resume medis
DR. CORNELIA HESADARMA

CAMPAK

26
DEFINISI OPERASIONAL CAMPAK

Kasus klinis:
• Demam,
• Bercak merah (rash)
berbentuk makulopapular,
• Batuk/pilek atau mata merah
(conjunctivitis)

Masa Inkubasi:
7 – 18 hari, rata-rata 10 hari.

BATASAN KLB CAMPAK

∗ Tersangka KLB: Adanya 5 atau lebih kasus klinis


suspek campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut
yang terjadi secara kluster dan dibuktikan adanya
hubungan epidemiologi.

∗ KLB Campak Pasti: Apabila minimum 2 spesimen


positif IgM campak dari hasil pemeriksaan kasus
pada tersangka KLB campak.

27
KEMATIAN CAMPAK

Penyebab kematian campak: Komplikasi


 Kematian dari seorang penderita
campak pasti, yang terjadi dalam 30 hari
setelah timbul rash, bukan disebabkan
oleh hal-hal lain (seperti: trauma atau
penyakit kronik yang tidak berhubungan
dengan komplikasi campak)

Flowchat: Manajemen KLB Campak


Informasi-rumor adanya Suspek KLB campak
KLB campak (5/> kasus, cluster)

Ambil spesimen serum dari 5 -10 kasus dan


sampel urin 5 kasus

< 2 samples IgM+ ≥2 samples IgM+

BUKAN KLB KLB campak


Campak konfirm

Jika KLB > 1 bl, Pertimbangkan


ambil 5 spesimen setiap bulan

28
FLOW OF MEASLES OUTBREAK INVESTIGATION
& RESPONCE
Case Report
(W1 Form)

Confirmation
Case
Case Management Investigation Identification

Collect Specimens
Identification of Risk Factors

Coverage Survey
Nat Lab

INTENSIVE SURVEILLANCE

Follow Up
Measles Immunization

Langkah Investigasi KLB Campak

1. Konfirmasi awal KLB Cek Data di Pusk (reg &


2. Pelaporan Segera KLB W2) / lapangan:
3. Persiapan investigasi • Kasus sesuai dengan
4. Investigasi lapangan
kriteria klinis suspek
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus campak: demam, rash,
7. Pengolahan dan Analisa data batuk/pilek/mata merah
8. Pelaporan • Jumlah kasus minimal 5
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut  4 minggu berturut2 &
mempunyai hub epid

29
Langkah Investigasi KLB Campak
1. Konfirmasi awal KLB  SMS/Telp/Email dlm
2. Pelaporan Segera KLB 24 jam pertama:
3. Persiapan investigasi 1. Pusk  Kab/Kota
4. Investigasi lapangan
2. Kab/Kota  Prov
3. Prov  Pusat
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko

 Tindak lanjuti dg W1
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut

Langkah Investigasi KLB Campak


• Tentukan tim investigasi dan siapkan
surat Tugas
1. Konfirmasi awal KLB
• Mengumpulkan informasi awal
2. Pelaporan Segera KLB
– Area KLB (dataran rendah/tinggi)
3. Persiapan investigasi – Total populasi dan populasi rentan
4. Investigasi lapangan di area KLB
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko – Buat mapping kasus sementara
6. Tatalaksana kasus unt menentukan luas investigasi
7. Pengolahan dan Analisa data – Sarana & prasarana kesehatan
8. Pelaporan terdekat
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut – Keamanan
– Cuaca/musim
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan (C1, C2),
pedoman, bahanKIE, dll.)
– Form pendataan st. im anak sehat
– Alat ambil spesimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi
ke pihak berwenang (Kec – RT &
Polsek – Binpolda, sekolah, kantor)

30
Langkah Investigasi KLB Campak
• Mendata Usia dan st. imunisasi anggota
kelg yg dalam 1bln terakhir:
1. Konfirmasi awal KLB – sakit campak  C1
2. Pelaporan Segera KLB – Tidak sakit campak  Format
3. Persiapan investigasi bantu
4. Investigasi lapangan – Riwayat bepergian ke daerah KLB
dalam 1 bulan terakhir.
Fully investigated :
• Pendataan dimulai dari “index case”
a. Kunjungan rumah ke rumah bergerak melingkar hingga semua
 form C1 kasus yg telaporkan terdata.
b. Mengambil 5 – 10 spesimen • Pendataan dilanjutkan ke area yg
mempunyai hub epid dg kasus2 yg
darah, dan 5 urin ditemukan.
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko • Ambil sample pada kasus yg memenuhi
6. Tatalaksana kasus kriteria:
7. Pengolahan dan Analisa data – 5 – 10 Darah/serum : rash 4 – 28 hr
8. Pelaporan (terbaik 14 hr)  kirim ke Lab tidak
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut lebih dari 5 hr tiba di lab.
– 5 Urin: rash ≤ 5 hr  segera kirim
ke Lab, usahakan dlm 24 jam
pertama
Cat: sample darah/serum dan urin
tidak HARUS pada org yg sama

Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi


x Kasus

Semua rumah di data:


umur, sakit/tidak, st
imunisasi, riwayat
bepergian dlm 1 bln
terakhir
Ambil 5-10 spesimen
darah/serum dan 5 urin

31
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi
Kasus

Sekolah

x Kasus

Lampiran 6

FORMAT: C-1 (Rutin atau KLB)

LAPORAN KASUS CAMPAK


BULAN: / 200..

Puskesmas : ……………………………… Kabupaten : ………………………………


Kecamatan : ……………………………… Propinsi : ………………………………

Vaksin
Tgl Diambil
Umur / Sex Campak seblm Tgl Timbul Hasil Spesimen Klasifikasi Final *
Spesimen
sakit Diberi Keadaan
No Epid Alamat Lengkap
Nama Anak Nama Org Tua Vit A Akhir Campak
Kasus/KLB (Desa/RT/RW) Brp
Tidak /
Y/T (H/M)
Bukan
L P Tdk Demam Rash Darah Urin Darah Urin Rubella Camp
Kali Lab Epid Klinis
Tahu / Rub

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22

Periode KLB : Tgl ……………. s/d …………………. …………………, Tgl……………


Penjelasan : Kolom 16 : H = Hidup, M = Mati Kepala Puskesmas ……
: * Klasifikasi final diisi oleh Kabupaten

32
Daftar Populasi yang TIDAK SAKIT di Area KLB
(Format bantu)

Umur Th/Bln Status Imunisasi


Riwayat Bepergian (Tgl dan
No Nama Alamat Brp Tgl/Th terakhir
Laki-laki Perempuan Lokasi/Acara)
x diimunisasi

Langkah Investigasi KLB Campak


1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB Gunakan Form C2
3. Persiapan investigasi • Cakupan imunisasi campak di
4. Investigasi lapangan
tingkat puskesmas, desa
5. Mengumpulkan Informasi terjangkit dan desa sekitar
Faktor Risiko beresiko selama 3 - 5 tahun
6. Tatalaksana kasus
terakhir.
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan • Frekuensi pelayanan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut imunisasi masyarakat
setempat
• Ketenagaan, ketersediaan
vaksin, penyimpanan vaksin
dan kontrol suhu
• Status gizi masyarakat secara
umum, daerah kumuh atau
padat atau daerah pengungsi.

33
dr. Cornelia Hesadarma

Langkah Investigasi KLB Campak


1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB • Istirahat
3. Persiapan investigasi • Beri obat sesuai gejala
4. Investigasi lapangan (simptomatis)
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
Risiko • Beri vit. A: 2 x sesuai dosis
6. Tatalaksana kasus • Komplikasi: yang sering
7. Pengolahan dan Analisa data Pneumonia dan Diare  rujuk
8. Pelaporan ke fasyankes
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut • Info ke orang tua, bila ada
gejala komplikasi: demam tetap
tinggi, sesak napas, diare 
segera bawa ke fasyankes
Dosis Vit A, unt Penderita Campak
Umur Pada saat di diagnosis Hari berikutnya*
0 – 6 Bln
50 000 IU 50 000 IU
tdk ASI
6 – 11 Bln 100 000 IU 100 000 IU
≥12 Bln 200 000 IU 200 000 IU

34
Langkah Investigasi KLB Campak

Mengetahui letak masalah 


1. Menghitung angka serangan
1. Konfirmasi awal KLB (Attack Rate = AR), berdasarkan:
2. Pelaporan Segera KLB – Gol umur
3. Persiapan investigasi – Area KLB
4. Investigasi lapangan
– St. imunisasi di vaksin/tidak
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
2. Angka kematian = CFR
Risiko
6. Tatalaksana kasus
3. Efikasi vaksin =

7. Pengolahan dan Analisa data EV = 1 – AR di vaksin sakit


AR tidak di vaksin sakit
8. Pelaporan

Bila EV < 0,85  ada masalah dg cold


9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut

chain.
4. Periode KLB, buat grafik
berdasarkan tgl rash  Stop KLB
bila 2 x 18 hr tdk ada kasus baru
5. Populasi rentan dapat memprediksi
besar KLB/terulang

EV= 1 – AR divaksin sakit


AR tak divaksin sakit

Contoh Hitung AR dan CFR


Gol. Umur
AR
Gol Umur Populasi Jumlah Jumlah
CFR (%)
(tahun) Beresiko Kasus Meninggal (%)

< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00

Total 266 11 1

Jumlah kasus campak pada kelompok umur


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk (kelompok umur tersebut)

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak

35
Contoh Hitung AR dan CFR
Gol. Umur
AR
Gol Umur Populasi Jumlah Jumlah
CFR (%)
(tahun) Beresiko Kasus Meninggal (%)

< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00
Total 266 11 1 4,14 9,09

Jumlah kasus campak pada kelompok umur


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk (kelompok umur tersebut)

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak

Hitung AR dan CFR


Wilayah KLB
AR
Populasi Jumlah Jumlah
Wilayah CFR (%)
Beresiko Kasus Meninggal (%)

A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00

Total 266 19 1

Jumlah kasus campak pada Wilayah A


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk di Wilayah A

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak

36
Hitung AR dan CFR
Wilayah KLB
AR
Populasi Jumlah Jumlah
Wilayah CFR (%)
Beresiko Kasus Meninggal (%)

A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00
Total 266 19 1 7.14 5.26

Jumlah kasus campak pada Wilayah A


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk di Wilayah A

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak

Hitung Efikasi Vaksin


Imunisasi Tdk Imunisasi Attack Rate
Efikasi
Golongan Tdk Tdk Vaksin
Umur Sakit Tdk Sakit Sakit Sakit Imunisasi Imunisasi
< 1 Th 5 20 0 1 20.00 0.00 #DIV/0!
1-4 Th 0 143 2 5 0.00 28.57 100
5-14 Th 2 120 10 0 1.64 100.00 98.36
Total 7 283 12 6

Dengan cara yang sama hitunglah Efikasi vaksin


berdasarkan wilayah KLB dan hubungkan dengan
faktor resiko rantai dingin vaksin.

37
Hitung Efikasi Vaksin
Imunisasi Tdk Imunisasi Attack Rate
Efikasi
Golongan Tdk Tdk Vaksin
Umur Sakit Tdk Sakit Sakit Sakit Imunisasi Imunisasi
< 1 Th 5 20 0 1 20.00 0.00 #DIV/0!
1-4 Th 0 143 2 5 0.00 28.57 100
5-14 Th 2 120 10 0 1.64 100.00 98.36

Total 7 283 12 6 2.41 66.67 96.38

Dengan cara yang sama hitunglah Efikasi vaksin


berdasarkan wilayah KLB dan hubungkan dengan
faktor resiko rantai dingin vaksin.

Cara Menghitung Populasi Rentan


Jumlah Jumlah Tdk
Jumlah Populasi
Sasara Cakup Tidak Terbentuk
Tahun Imunis Balita
n an Imunisasi Antibodi
ai Rentan
(A-B) (15%xB)
A B C
2010 218 91 % 198 20 30 50
2011 253 50 % 127 126 19 145
2012 253 54 % 136 117 20 137
2013 361 91 % 327 34 49 83
Juml 72,6
1085 788 297 118 415 (38%)
ah %

Populasi rentan = (A – B) + (C)


Umur (bulan) Seroconversion* (%)
Im Campak
6 50
9 85 (rutin - bayi)
12 90
15 95 (rutin/kampanye)

38
Kurva Epidemiologi KLB Campak
35

30 31

25
24
20 21
(# of Case)

20

15 15
12
10 10 10
7 7
5

2 3
0 1 1 0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
N=164 cases We e k

KLB dinyatakan berhenti bila selama 2 x masa


inkubasi terpanjang (18 hr) tidak ditemukan kasus
baru.

Langkah Investigasi KLB Campak


• Latar Belakang
1. Konfirmasi awal KLB • Metodologi
2. Pelaporan Segera KLB • Analisa kasus campak :
3. Persiapan investigasi – Distribusi kasus menurut waktu
4. Investigasi lapangan (Time), Tempat (Place) dan orang
5. Mengumpulkan Informasi Faktor (person).
Risiko – Kurva epidemi kasus, Mapping
6. Tatalaksana kasus kasus, Grafik kasus menurut
7. Pengolahan dan Analisa data kelompok umur dan status imunisasi
– Attack rate menurut kelompok umur
8. Pelaporan – Menghitung vaksin evikasi bila
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut memungkinkan
• Analisa pelaksanaan program imunisasi
(Manajemen, logistik, cakupan)
• Upaya yang sudah dilakukan
• Outbreak response bila ada
• Kesimpulan dan rekomendasi

39
Upaya Yang Dilakukan
1. Outbreak Response Imunisasi (ORI):
∗ Imunisasi selektif: pada daerah dengan risiko sedang, yaitu bila cakupan
imunisasi > 90% atau jumlah balita rentan belum mendekati jumlah <20%
kohort bayi satu tahun:
 Imunisasi campak seluruh anak usia 6 bulan – 59 bulan yang tidak mempunyai
riwayat imunisasi campak (lisan maupun berdasarkan kartu/catatan) yang
berkunjung ke puskesmas maupun posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir.
 Meningkatkan cakupan imunisasi rutin di desa terjangkit dan sekitarnya,
upayakan semua anak sudah diimunisasi.
Apabila KLB berlanjut  konsultasikan dengan Subdit Surveilans/Imunisasi
Pusat/Prov mempertimbangkan pelaksanaan imunisasi massal di
wilayah KLB dan desa sekitarnya yang mempunyai hubungan
epidemiologi, upayakan cakupan 100%.

Upaya Yang Dilakukan (2)


1. 1. Outbreak Response Imunisasi (ORI):
∗ Imunisasi massal: pada daerah risiko tinggi:
∗ cakupan imunisasi rendah (<90 %) atau jumlah balita rentan telah
mendekati jumlah kohort bayi satu tahun ≥20%
∗ Mobilitas penduduk tinggi
∗ Daerah rawan gizi
∗ Daerah pengungsi maupun daerah padat dan kumuh.
Pada keadaan ini dilakukan imunisasi campak secara masal kepada
seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat status
imunisasi anak tersebut.
Golongan umur dan luas wilayah yang menjadi sasaran sesuai dengan
hasil kajian epidemiologi.
Harus dilaksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada saat daerah
tersebut diperkirakan belum terjadi penularan secara luas.
Selanjutnya cakupan imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan
merata.

40
Upaya Yang Dilakukan (3)
2. Perbaikan manajemen cold chain
3. Perbaikan Gizi (PMT)
4. KIE kepada para pengambil kebijakan dan
masyarakat

Kesimpulan dan Rekomendasi


Kesimpulan:
1. Telah terjadi KLB di ….. pada periode ….. dengan jumlah kasus…..
2. Angka serangan tertinggi pada wilayah….dan gol. Umur…..
3. Faktor resiko terjadinya KLB kemungkinan berhubungan
dengan…..(sesuai hasil analisa faktor resiko:
 Cakupan imunisasi rendah  populasi rentan tinggi
 Jangkauan pelayanan rendah
 Penerimaan masyarakat rendah
 Menejemen Cold Chain  Efikasi vaksin rendah
4. Kegiatan penanggulanan yang telah dilakukan:
 Imunisasi selektif atau massal
 Perbaikan menejemen rantai dingin vaksin
 Penyuluhan masyarakat ttg pentingnya imunisasi dan
kesehatan pada umumnya
 Advokasi kepada Para pengambil kebijakan

41
Kesimpulan dan Rekomendasi

Rekomendasi:
• Untuk penanggulangan yang belum dapat
dilakukan dan membutuhkan sumber daya
lebih besar/luas.

Langkah Investigasi KLB Campak


• Umpan Balik disampaikan
1. Konfirmasi awal KLB kepada program terkait
2. Pelaporan Segera KLB secara langsung maupun
3. Persiapan investigasi
tidak: Imunisasi, KIA/Gizi,
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
dan Kesling
Risiko • Tindak lanjut sebagai upaya
6. Tatalaksana kasus
penanggulangan yang
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
melibatkan LS dan LP jangka
9. Umpan Balik dan rencana panjang agar tidak terulang
tindak lanjut – Meningkatkan pemahaman
masy ttg imunisasi dan
kesehatan
– Perbaikan sarana tempat
tinggal
– Sebagai masukkan Renc
Tahunan

42
DIFTERI

43
EPIDEMIOLOGI DIFTERIA
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier)

Cara penularan Kontak dengan penderita pada masa inkubasi


Kontak dengan Carrier
Melalui pernafasan (droplet infection, muntahan,
luka (difteri kulit)- Mencemari tanah sekitarnya.

Masa Inkubasi 2 – 5 hari


Masa penularan  Dari penderita : 2 – 4 minggu (sejak masa
inkubasi)
 Dari Carrier bisa sampai 6 bulan
Kematian  Komplikasi (Myocarditis)
 Rata2: 5-10%
 Umur < 5 th & > 40 th: bisa mencapai 20 %

DEFINISI OPERASIONAL DIFTERI

 Peyakit Difteri adalah:


suatu penyakit yang ditandai dengan demam disertai adanya Satu Kasus Difteri adalah KLB
pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan
(laring, faring, tonsil) yang tidak mudah lepas dan tetapi mudah
berdarah.

 Kontak erat dengan penderita adalah:


Kontak Serumah atau sepermainan atau kontak
dengan sekret penderita

 Karier :
Hasil lab positif tetapi tidak ada
manifestasi klinis

44
KLASIFIKASI KASUS DIFTERI

Kasus klinis (Probable)


Kasus dengan Faringitis, Laringitis atau tonsilitis dan
ditemukannya membran yang melekat pada faring/laring
atau mucosa hidung.

Kasus konfirm
- Kasus klinis yang ditemukan kuman
difteri pada pemeriksaan spesimen, atau
-Kasus klinis yang ada hub epidemiologi dg kasus Satu Kasus Difteri adalah KLB
konfirmasi lab.

Surveilans Difteri
Setiap satu kasus dinyatakan sebagai
KLB dan dilaporkan 1 x 24 jam

Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan

Penyediaan ADS dan profilaksis


disediakan oleh pemerintah ( pusat dan Provinsi)
Pemeriksaan spesimen dapat di laboratorium provinsi /
BBTKLPP/ Nasional
(SK Biro Hukum)

Pencatatan dan pelaporan kasus pada form W1 dan list


kasus difteri serta form PD3I terintegrasi

45
BATASAN KLB DIFTERI

• Mengacu pada kriteria penetapan KLB pada


Permenkes 1501 tahun 2010

ALUR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI


KLB DIFTERI
Kasus dilaporkan Manajemen Kasus Pengawasan minum obat
(dg Format W1) (Rujuk ke RS) (PMO) thdp ESO dan DO!
Ambil spesimen, Pengobatan (AB & ADS), dan
vaksinasi setelah 1 bln ADS

Kontak Erat
Penyelidikan Identifikaksi Karier
Epidemiologi Ambil spesimen, Prophylaxis, dan vaksinasi

(Form PE)

Identifikasi Faktor Resiko:


- Status vaksinasi kasus dan kontak
-Cakupan imunisasi di wilayah terjangkit,
berdasarkan laporan rutin maupun survei.
- Manajemen Coldchain

Pemberian vaksinasi dengan jenis vaksin sesuai umur sasaran dan


dosis sesuai kebutuhan.
Outbreak Response Early detection in the community and health facility
Immunization (ORI) Deteksi kasus secara dini di komunitas dan fasilitas kesehatan.

46
Penyelidikan Epidemiologi (1)
Pengumpulan Data Lapangan
• Mendata usia dan st. imun dalam 1 bln terakhir:
– Kasus difteri 
– Tidak sakit  Format bantu
– Riwayat bepergian ke daerah KLB dalam 1 bulan terakhir.
• Pendataan dimulai dari “index case” bergerak melingkar hingga
semua kasus yg terlaporkan dan belum terlaporkan terdata 
mencari kasus tambahan dan karier
• Pendataan dilanjutkan ke area yg mempunyai hub epid dg kasus2
yg ditemukan.
• Ambil sample pada kasus dan kontak yg memenuhi kriteria:
– Swab tenggorok  kirim ke Lab tidak lebih dari 3 hr tiba di lab.
• Mengukur besar KLB: luas wilayah, # kasus, # karier  kelompok
usia dan rentang usia terjangkit

Penyelidikan Epidemiologi (2)


(Informasi Faktor Risiko)

• Cakupan imunisasi DPT di tingkat puskesmas, desa


terjangkit dan desa sekitar beresiko selama 3 - 5 tahun
terakhir.
• Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat
• Ketenagaan, ketersediaan vaksin, penyimpanan vaksin
dan kontrol suhu

47
Penyelidikan Epidemiologi (3)
(Tatalaksana Kasus)

Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium diphtheriae Toksin

Antibiotik
Darah

ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan syaraf &
Pusat  lumpuh
Kematian • Gagal ginjal

Kasus Klinis/Probable/Lab konfirm

Pemberian Anti Toksin (ADS)


Kondisi Penyakit Rentang Dosis Antitoksin
(Unit)
Lesi kulit saja 20.000 – 40.000
Penyakit faring/laring dalam 20.000 – 40.000
durasi <48 jam
Lesi nasofaring 40.000 – 60.000
Penyakit yang meluas dalam 80.000 – 100.000
durasi >72 jam
Pembengkakan difus pada 80.000 – 100.000
leher

48
Tatalaksana Kasus (Suportif)(4)

 Tirah rebah 2-3 minggu (lebih lama bila terjadi


miokarditis)
 Diet makanan lunak kalori tinggi yang mudah dicerna
 Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hari, tiap 6-8 jam pada
kasus berat selama 14 hari
 Satu bulan setelah sembuh, Imunisasi 0,5 mL i.m. :
DPT anak <5 thn, DT anak < 5-7 tahun, Td anak > 7
tahun (tanpa melihat status imunisasi sebelumnya)

Tatalaksana Kontak & Karier (5)


* ERITROMISIN secepatnya
• dosis : 50 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari
• lama pemberian : 7 – 10 hari
• cara pemberian : sehabis makan
• anak-anak : sirup 250 mg x 4 /hari
• dewasa : 500 mg x /hari
• pantauan : PMO
• side efek : mual dan diare

Kultur ulang dilakukan minimal 2 minggu setelah


terapi terhadap kasus/kontak/karier, bila masih positif
diberikan terapi ulang selama 10 hr.

49
Penyelidikan Epidemiologi (6)
(Pengolahan & Analisa Data)
∗ Hitung Attack rate dan Hitung Efikasi
vaksin tingkat perlindungan vaksin
berdasarkan kelompok pemberian
imunisasi
∗ Imunisasi dasar: kasus dan populasi rentan pada
usia < 18 bln
∗ Booster 1: kasus dan populasi rentan pada usia
18 bln – 6 th
∗ Booster 2: ≥ 7 th

PERTUSIS
PERTUSSIS
(WHOOPING COUGH)
7/26/2017

50
EPIDEMIOLOGI PERTUSIS
∗ Gejala dan Tanda: ∗ Penularan:
∗ Infeksi tenggorok, trakhea, ∗ Percikan ludah/batuk
sal napas
∗ Periode menular mulai batuk smp
∗ Mulai seperti pilek 
3 mg kemudian.
lendir cair  kental &
lengket ∗ Masa inkubasi: 7 – 10 hr
∗ Rasa lelah,
∗ Kadang demam tinggi ∗ Pencegahan:
∗ Batuk diikuti dengan ∗ Imunisasi dasar (2/4/6 bl)
tarikan napas dalam ∗ Booster
(“whoop”), diakhiri dg
muntah ∗ Lab:
∗ Dapat terjadi “gagal ∗ Swab Nasofaring atau sputum
napas” pada anak kecil.
∗ Tes serologi

Definisi Pertusis (Batuk Rejan)


Tersangka Pertusis:
Batuk minimal 2 minggu: batuk
terus menerus tanpa jeda dan
diakhiri dg napas dalam atau
muntah (whooping cough).

Pertusis pasti:
Ditemukan kuman Bordetella
pertussis pada pemeriksaan
isolasi atau PCR swab nasofaring

7/26/2017

51
∗ Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga, teman
bermain, teman sekolah, termasuk guru, teman kerja
yang kontak dengan kasus dalam periode 21 hari dari
mulai timbul gejala (stadium kataral)

7/26/2017

Gambaran Klinis
Infeksi berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang
melalui 3 tahapan:
Tahap kataral (7-10 hari setelah terinfeksi): flu ringan;
bersin-bersin, mata berair, nafsu makan berkurang, lesu,
batuk (awalnya hanya malam hari kemudian sepanjang
hari).
Tahap paroksismal (10-14 hari setelah gejala awal). Batuk 5-
15 kali diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada
tinggi. Pada bayi bisa terjadi apneu (henti nafas)
Tahap konvalesen (4-6 minggu setelah gejala awal). Batuk
semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak
merasa lebih baik.

52
BATASAN KLB PERTUSIS

Mengacu pada kriteria penetapan KLB pada Permenkes


1501 tahun 2010
∗ Satu kasus Pertusis ditetapkan sebagai KLB.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

∗ Erytromisin dalam dosis bagi selama 14 hari

∗ Imunisasi DPT

53
Langkah Investigasi KLB Difteri dan Pertusis

1. Konfirmasi awal KLB


2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan investigasi
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut

Langkah Investigasi KLB Difteri dan pertusis

1. Konfirmasi awal KLB Cek Data di Pusk (reg &


2. Pelaporan Segera KLB W2) / lapangan:
3. Persiapan investigasi • Kasus sesuai dengan
4. Investigasi lapangan
kriteria klinis suspek
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
pertusis: st. kataral &
7. Pengolahan dan Analisa data Paroksismal
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut

54
Langkah Investigasi KLB Difteri dan pertusis
1. Konfirmasi awal KLB  SMS/Telp/Email dlm
2. Pelaporan Segera KLB 24 jam pertama:
3. Persiapan investigasi 1. Pusk  Kab/Kota
4. Investigasi lapangan
2. Kab/Kota  Prov
3. Prov  Pusat
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko

 Tindak lanjuti dg W1
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut

Langkah Investigasi KLB Difteri dan Pertusis


• Tentukan tim investigasi dan siapkan
surat Tugas
1. Konfirmasi awal KLB
• Mengumpulkan informasi awal
2. Pelaporan Segera KLB
– Area KLB (dataran rendah/tinggi)
3. Persiapan investigasi – Total Populasi dan populasi rentan
4. Investigasi lapangan di area KLB
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko – Buat mapping kasus sementara
6. Tatalaksana kasus unt menentukan luas investigasi
7. Pengolahan dan Analisa data – Sarana & Prasarana Kesehatan
8. Pelaporan terdekat
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut – Keamanan
– Cuaca/musim
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan kasus dan bukan
kasus
– Alat ambil spesimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi
ke pihak berwenang (Kec – RT &
Polsek – Binpolda, sekolah, kantor)

55
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB • Mendata Usia dan st. imunisasi
2. Pelaporan Segera KLB kasus dan anggota kelg
3. Persiapan investigasi
- (Mendata usia dan status
4. Investigasi lapangan imunisasi kasus dan bukan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
kasus)
- Mencari kasus tambahan 
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan Pendataan dimulai dari kasus
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut pertama yang dilaporkan
bergerak melingkar smp tidak
ditemukan kasus baru lagi yang
berhubungan secara
epidemiologi
- Kasus dirujuk ke RS
- Ambil sampel apus dibawah
pseudomembran pada kasus &
kontak dengan sebelum diberikan
antibiotik dan minimal 20 kontak

Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi

x Kasus

Semua rumah di data:


umur, sakit/tidak, st
imunisasi, riwayat
bepergian dlm 3 minggu
terakhir
Setiap kasus diambil
spesimen swab tenggorok

56
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi

Kasus

Sekolah

x Kasus

Daftar Populasi yang SAKIT di Area KLB

Umur Status Imunisasi Tgl Nyeri Tgl ambil Riwayat


No Nama Alamat Gejala
Bl/Th D (DPT/DT/Td) tenggorok Spes Bepergian

57
Daftar Populasi yang TIDAK SAKIT & KONTAK
di Area KLB

Status Tgl Ambil


Umur Riwayat
No Nama Alamat Imunisasi Spes (20
Bl/Th Bepergian
D (DPT/DT/Td) kontak)

Langkah Investigasi KLB Difteri


1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB • Cakupan imunisasi DPT 3
3. Persiapan investigasi atau booster DPT/DT/Td
4. Investigasi lapangan sesuai usia (18 bln/ 6th, 7 th) di
5. Mengumpulkan Informasi tingkat puskesmas, desa
Faktor Risiko terjangkit dan desa sekitar
6. Tatalaksana kasus beresiko selama 3 - 5 tahun
7. Pengolahan dan Analisa data
terakhir.
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut • Frekuensi pelayanan
imunisasi masyarakat
setempat
• Ketenagaan, ketersediaan
vaksin, penyimpanan vaksin
dan kontrol suhu

58
Langkah Investigasi KLB Dfteri
• Rujuk ke puskesmas/RS
1. Konfirmasi awal KLB
• Penderita diberikan antibiotik
2. Pelaporan Segera KLB
(eritromicin) dosis 40 - 50
3. Persiapan investigasi
kg/BB/hari mak 2 gram/hari
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
dibagi dalam 4 dosis diberikan
Risiko selama 14 hr.
6. Tatalaksana kasus • Penderita diberi ADS dosis
7. Pengolahan dan Analisa data sesuai berat ringan kasus
8. Pelaporan • Kontak dan karier diberikan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut antibiotik yang sama sebagai
profilaksis selama 10 hari.

Langkah Investigasi KLB Difteri dan Pertusis


Mengetahui letak masalah 
1. Menghitung angka serangan
1. Konfirmasi awal KLB (Attack Rate = AR), berdasarkan:
2. Pelaporan Segera KLB – Gol umur
3. Persiapan investigasi – Area KLB
4. Investigasi lapangan
– St. imunisasi diimun /tidak
5. Mengumpulkan Informasi Faktor lengkap/ tidak im
Risiko
2. Angka kematian = CFR
6. Tatalaksana kasus
3. Efikasi vaksin
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan Bila EV < 0,95  ada masalah dg cold
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut chain.
4. Periode KLB, buat grafik
berdasarkan tgl rash  Stop KLB
bila 2 x 5 hr tdk ada kasus baru
5. Populasi rentan dapat memprediksi
besar KLB/terulang

VE= 1 - % divaksin sakit


% tak divaksin sakit

59
Contoh Hitung AR dan CFR
Gol. Umur
AR
Gol Umur Populasi Jumlah Jumlah
CFR (%)
(tahun) Beresiko Kasus Meninggal (%)

< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00
Total 266 11 2 4,14 18.18

Jumlah kasus campak pada kelompok umur


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk (kelompok umur tersebut)

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak

Hitung AR dan CFR


Wilayah KLB
AR
Populasi Jumlah Jumlah
Wilayah CFR (%)
Beresiko Kasus Meninggal (%)

A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00
Total 266 19 1 7.14 5.26

Jumlah kasus campak pada Wilayah A


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk di Wilayah A

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak

60
Hitung Efikasi Vaksin
Imunisasi Tdk Imunisasi Attack Rate
Efikasi
Golongan Tdk Tdk Vaksin
Umur Sakit Tdk Sakit Sakit Sakit Imunisasi Imunisasi
< 1 Th 5 20 0 1 20.00 0.00 #DIV/0!
1-4 Th 0 143 2 5 0.00 28.57 100
5-14 Th 2 120 10 0 1.64 100.00 98.36

Total 7 283 12 6 2.41 66.67 96.38

Dengan cara yang sama hitunglah Efikasi vaksin


berdasarkan wilayah KLB dan hubungkan dengan
faktor resiko rantai dingin vaksin.

Kurva Epidemiologi KLB Difteri


kasus
8

0
minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

• KLB dinyatakan berhenti bila selama 2 x masa inkubasi


terpanjang (10 hr) tidak ditemukan kasus baru dan ditemukan
karier.

• Jika karier tidak ditemukan maka harus dipantau selama KLB


untuk menyatakan KLB berhenti

61
Langkah Investigasi KLB Difteri dan Pertusis
• Latar Belakang
1. Konfirmasi awal KLB • Metodologi
2. Pelaporan Segera KLB • Analisa kasus pertusis :
3. Persiapan investigasi – Distribusi kasus menurut waktu
4. Investigasi lapangan (Time), Tempat (Place) dan orang
5. Mengumpulkan Informasi Faktor (person).
Risiko – Kurva epidemi kasus, Mapping
6. Tatalaksana kasus kasus, Grafik kasus menurut
kelompok umur dan status imunisasi
7. Pengolahan dan Analisa data
– Attack rate menurut kelompok umur
8. Pelaporan – Menghitung vaksin efikasi bila
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut memungkinkan
• Analisa pelaksanaan program imunisasi
(Manajemen, logistik, cakupan)
• Upaya yang sudah dilakukan
• Outbreak response bila ada
• Kesimpulan dan rekomendasi

Upaya Yang Dilakukan


1. Outbreak Response Immunization (ORI):
∗ Imunisasi selektif :
bila cakupan immunisasi dasar DPT-HB >90% dilakukan bagi
sasaran yang belum mendapatkan imunisasi lengkap sesuai
dengan usia dengan ketentuan sebagai berikut:
∗ Pada semua usia, bila status imunisasi dasar diketahui < 3 dosis, maka segera
lengkapi dosis imunisasi difteri (3 dosis), dengan interval waktu pemberian
sesuai usia anak.
∗ Anak usia > 18 bulan, bila status imunisasi dasar diketahui sudah lengkap
imunisasi dasar 3 dosis tetapi belum mendapatkan imunisasi booster, maka
diberikan 1 dosis sebagai booster.

Interval waktu pemberian 3 dosis imunisasi dasar:


- Pada usia < 1 tahun: antara dosis pertama - kedua dan dosis kedua –
ketiga interval 1 bulan.
- Pada usia > 1 tahun: antara dosis pertama – kedua interval 1 bulan
dan dosis kedua – ketiga interval 6 bulan.

62
Upaya Yang Dilakukan (2)
1. Outbreak Response Immunization (ORI):
∗ Imunisasi massal :
Bila cakupan immunisasi dasar DPT-HB-Hib <90% berturut-turut
selama 3 tahun terakhir, dilaksanakan sebanyak 3 putaran dengan
interval 1 bulan di desa KLB dan sekitarnya (interval 1 bln dan 6 bln)
2. Perbaikan manajemen cold chain
3. KIE kepada para pengambil kebijakan dan
masyarakat

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:
1. Telah terjadi KLB di ….. pada periode ….. dengan jumlah kasus…..
2. Angka serangan tertinggi pada wilayah….dan gol. Umur…..
3. Faktor resiko terjadinya KLB kemungkinan berhubungan
dengan…..(sesuai hasil analisa faktor resiko:
 Cakupan imunisasi rendah  populasi rentan tinggi
 Jangkauan pelayanan rendah
 Penerimaan masyarakat rendah
 Menejemen Cold Chain  Efikasi vaksin rendah
4. Kegiatan penanggulanan yang telah dilakukan:
 Imunisasi selektif atau massal
 Perbaikan menejemen rantai dingin vaksin
 Penyuluhan masyarakat ttg pentingnya imunisasi dan
kesehatan pada umumnya
 Advokasi kepada Para pengambil kebijakan

63
Kesimpulan dan Rekomendasi

Rekomendasi:
• Untuk penanggulangan yang belum dapat
dilakukan dan membutuhkan sumber daya
lebih besar/luas.

Langkah Investigasi KLB Difteri


• Umpan Balik disampaikan
1. Konfirmasi awal KLB kepada program terkait secara
2. Pelaporan Segera KLB langsung maupun tidak:
3. Persiapan investigasi Imunisasi, KIA/Gizi, dan Kesling
4. Investigasi lapangan • Tindak lanjut sebagai upaya
5. Mengumpulkan Informasi Faktor penanggulangan yang
Risiko
6. Tatalaksana kasus
melibatkan linpro dan linsek
7. Pengolahan dan Analisa data
jangka panjang agar tidak
8. Pelaporan terulang
9. Umpan Balik dan rencana – Meningkatkan
tindak lanjut pemahaman masy ttg
imunisasi dan kesehatan
– Perbaikan sarana tempat
tinggal
– Sebagai masukkan Renc
Tahunan

64
TERIMA KASIH

65

Anda mungkin juga menyukai