Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA

Deskripsi
Pada bab ini dibahas mengenai persiapan penelitian lapangan, pemastian Diagnosis
Penyakit dan Penetapan KLB, teknik Identifikasi Kasus atau Paparan, gambaran KLB
berdasarkan waktu, tempat dan orang, teknik identifikasi sumber dan keadaan penyebab KLB
dan membuat laporan KLB.
Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah penyelidikan KLB
Tujuan Intruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan penelitian lapangan
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Pemastian Diagnosis Penyakit dan Penetapan KLB
3. Mahasiswa dapat menjelaskan teknik Identifikasi Kasus atau Paparan
4. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang
5. Mahasiswa dapat menjelaskan teknik identifikasi sumber dan keadaan penyebab KLB
6. Mahasiswa dapat membuat laporan KLB

A. Pengertian
Penyelidikan lapangan didasarkan pada kondisi dimana dibutuhkan investigas lebih lanjut
terkait kasus yang menyebabkan wabah atau kejadian luar biasa. Wabah merupakan timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan/ kematian yg bermakna secara epidemilogi dalam kurun
waktu dan daerah tertentu. Sedangkan KLB adalah kejadian yang melebihi kebiasaan, pada
satu/kelompok masyarakat tertentu (Rothman et al., 2008)Peningkatan frekuensi Penderita
penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama (Gordis, 2000).
Berdasarkan Undang-Undang Wabah, 1969, Wabah merupakan peningkatan kejadian
kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah
penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB merupakan timbulnya suatau
kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatau kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Permenkes RI : No.949 Tahun 2004, KLB merupakan timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatua daerah dalam kurun waktu tertentu (Koban, A.W. and Psi, S., 2005).
Perbedaan definisi antara wabah dan KLB, diman wabah harus mencakup : jumlah kasus
besar, daerah yang luas, waktu yang lebih lama, dampak yang ditimbulkan lebih berat
Kriteria KLB berdasarakn Keputusan Dirjen PPM No.451/91 tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan KLB, bahwa tergolong KLB jika ada unsur :
a. Timbulnya penyakit yang sebelumnya tdk ada atau tdk dikenal,1 kasus = KLB.
b. Peningkatan Kesakitan / kematian selama 3 kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan Kesakitan / kematian meningkat 2 kali atau lebih dibanding periode waktu
sebelumnya (Jam, minggu, bulan, tahun)
d. Jumlah penderita baru rata-rata dalam sebulan menunjukan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
e. Angka kematian (CFR) suatu penyakit pada kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50
% dari waktu sebelumnya
f. Setiap ada kasus : tetanus neonatorum, polio myelitis/ AFP, Keracunan makanan/pestisida (2
kasus atau lebih ), Flu Burung, SARS, Dipteri/pertussis, DBD (pada kab/kota yang belum,
ada kasus/belum endemis)

A. Tujuan
Tujuan umum peneyelidikan KLB adalah mencegah meluasnya (penanggulangan) dan
mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (Pengendalian).
Sedangkan tujuan khususnya menurut (CDC, 1991;Bres, 1986) adalah
a. memastikan diagnosa kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit,
b. memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
c. Menggambarkan variabel orang, tempat & waktu
d. Menggambarkan sumber penyebab penyakit, cara penularan (alat, vektor, jalan)
e. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
f. Mengidentifikasi populasi rentan & terpapar daerah yang berisiko akan terjadi KLB
B. Langkah-langkah
Langkah-Langkah Penyelidikan KLB (Gregg, 2008):
a. Persiapan Penelitian Lapangan
b. Menenentukan pakah kejadian tersebut suatu KLB
c. Memastikan diagnosis Etiologisnya
d. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
e. Mendeskripsikan kasus menurut waktu, tempat dan orang
f. Membuat cara penggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
g. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan
h. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
i. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
j. Menetapkan saran dan cara pencegahan dan penggulangan
k. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan kompilkasi
l. Melaporkan hasil penyelidikan kepda instansi kesdehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

C. Persiapan Penelitian Lapangan


1. Pemantapan (konfirmasi Informasi)
2. Pembuatan rencana kerja (rencana penyelidikan/proposal)
a. Tujuan Penyelidikan KLB :
- Memastikan diagnosis penyakit
- menetapkan KLB
- Menentukan sumber dan cara penularan
- Mengetahui keadaan penyebab KLB
b. Definisi kasus awal: arahan pada pencarian kasus
c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), sumber dan cara penularan
d. Macam dan sumber data yang diperlukan
e. Strategi penemuan kasus
f. Sarana dan tenaga yang diperlukan
3. Pertemuan dengan pejabat setempat
Membicarakan rencana dan pelaksanaan KLB, Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah
dan memperoleh ijn dan pengamanan
D. Pemastian Diagnosis Penyakit dan Penetapan KLB
1. Pemastian Diagnosis
Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala yang ada pada kasus
adalah sebagai berikut : Buat daftar gejala yang ada pada kasus, Hitung persen kasus yang
mempunyai gejala tersebut dan Susun kebawah menurut urutan frekuensinya Contoh :
Tabel 1 Distribusi Gejala Klinis Keracunan Makanan
No Tanda dan Gejala Jumlah Persentase
1 Muntah 87 100%
2 Mual 67 77,01%
3 Sakit Kepala 37 42,52%
4 Diare 26 29,88%
5 Demam 10 11,49%

Berdasarkan tabel di atas, penderita keracunan banyak mengalami muntah dengan 87


kasus dan paling sedikit gejala demam sebanyak 10 kasus (Heriana, C, Supriatna, 2014)
2. Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah
berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik) pada populasi yang dianggap
berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Dengan pola maksimum dan minimum 5 tahunan atau
3 tahunan. Dan membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau
bulan yang sama tahun berbeda
Petunjuk Penetapan KLB sebagai berikut :
a. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular disuatu Kecamatan menunjukkan
kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.
b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan,
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut
itu.
c. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit
menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di
Kecamatan yang sama pula
d. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di sutu
Kecamatan, menunjukkan kenaikan 50 % atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang
sama dalam bulan yang lalu di Kecamatan tersebut.
e. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan,
dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama
selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih.
f. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DBD :
1) Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah
endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas
2) Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut diatas, di suatu
Kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas
selama 4 minggu berturut-turut.
3) Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.
4) Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada/dikenal.
Perlu diingat bahwa : KLB tersebunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum dikenal
atau penyakit yang tidak mendapat perhatian karena dampaknya belum diketahui. KLB palsu
(Pseudeo-epidemic), terjadi oleh karena : Perubahan cara mendiagnosis penyakit. Perubahan
perhatian terhadap penyakit tersebut atau perubahan organisasi pelayanan kesehatan dan
perhatian yang berlebihan
F. Identifikasi Kasus atau Paparan
1. Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus bertujuan untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti. Hasil
perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan KLB berdasarkan waktu,
tempat dan orang dengan lebih teliti.
2. Identifikasi Paparan
Identifikasi paparan meruapakn arahan untuk identifikasi sumber penularan. Identifikasi
paparan ini selanjutnya dapat dipakai sebagai arahan untuk identifikasi sumber penularan yang
lebih spesifik (tingkat risiko penularan) atau untuk membantu penegakan diagnosis penyakit.
G. Deskripsi KLB
1. Deskripsi berdasarkan waktu
Bertujuan menggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah/periode paparan
(lamanya KLB berlangsung), digambarkan dalam suatu kurva epidemik. kurva epidemik : Grafik
yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama
periode wab. Axis horizontal adalah saat mulainya sakit , axis vertikal adalah jumlah kasus.
Kegunaan kurva epidemik
a. Menentukan atau memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan melihat tipe
kurva epidemik tersebut (common source atau propagated).
b. Semua kasus digambarkan menurut tanggal mulainya gejala
c. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus Awal (index case). dengan cara
menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan
minimum.
Kesalahan yang sering terjadi pada pembuatan kurva epidemik yaitu penetapan waktu,
Interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan perbedaan- perbedaan kecil pada
distribusi temporal (menyembunyikan puncak-puncak kasus). Interval yang terlalu pendek akan
menimbulkan puncak-puncakpalsu. Pedoman memilih interval waktu ialah memilih sebesar
seperdelapan atau seperempat inkubasi penyakit. Ada baiknya membuat beberapa kurva
epidemik dengan interval yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik yang yang paling baik
untuk menyajikan data (Friedman, 1974; Kelsey et al., 1986; CDC, 1979).
Gambar 21 Kasus-kasus keracunan stapilokokus menurut masa inkubasi
Sumber : website pmpk FK UGM
Pada KLB common source tergambarkan: Puncak KLB, permulaan, akhir dan lama KLB,
periode paparan sumber kepada kasus
2. Gambaran variabel menurut tempat:
Tujuan untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat
(tempat tinggal, tempat pekerjaaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sumber penularan. Agar supaya tujuan ini tercapai, maka kasus dapat dikelompokkan menurut :
Daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), Tempat pekerjaaan, tempat (lingkungan)
pembuangan limbah, tempat rekreasi rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi
air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979,
Friedman, 1980).
Manfaat ini bisa dijadikan sebagai salah satu bahan dalam pelaksanaan sistem surveilans.
Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah informasi dalam bentuk keruangan (spatial)
yang bergantung kepada skala peta terkait yang bersifat selektif. Analisis keruangan suatu
administrasi yang luas, akan memuat informasi terbatas dalam peta itu, maka diperlukan
tampilan dalam bentuk objeck oriented dalam konteks mikroregional yang dapat divisualkan
dengan jelas sehingga mudah dipahami (Darwin, dkk, 2009).
Dengan “spot-map” dari kasus-kasus, dapat juga menggambarkan juga pada map
tersebut: Sungai, tempat sampah, SAB, pembuangan limbah, dll. yg mungkin berkaitan dgn
sumber infeksi dan Lokasi Index Case (kasus pertama) Spot map dibuat berdasarkan perkiraan
lokasi penularan penyakit, Di pemukiman, RT, RW, desa, kecamatan, Sekolah, kelas, Tempat
kerja, ruangan, shift kerja. Dapat dibuat spot map dengan “Attack Rate” (bukan jumlah kasus)
dan Area Map.

Tabel 16 Contoh penyajian gambaran variabel berdasarkan tempat

Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan


Berdasarkan Variabel Tempat
Ds. Karoya Ds. Lebaksiu Ds. Pasayangan

6% 2%

92%

Berdasarkan gambar di atas, penderita yang mengalami keracunan terbanyak berasal dari
Dusun Empat Desa Karoya Kecamatan Cipicung Kabupaten Kuningan sebanyak 80 kasus, Desa
Lebaksiu Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan 5 kasus dan Desa Pasayangan
Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan 2 kasus.
3. Gambaran berdasarkan orang
Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau
etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status
kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat.
Distribusi penyakit berdasarkan sifat-sifat yang lain dapat dikerjakan jika sifat-sifat
tersebut ditemukan berulang-ulang di antara kasus. Misalnya kategori kasus berdasarkan
pekerjaan dilakukan jika diantara kasus jenis pekerjaan tertentu ditemukan berulang-ulang.
Gambar 1. Distibusi berdasarkan orang Tabel 1 Distribusi kasus KLB keracunan makanan
menurut jenis kelamin
Jenis Jumlah Jumlah Persentase Attack Rate CFR
kelamin penduduk penderita (%) (%) (%)
Laki-laki 1557 41 47,12% 2,63% 0
Perempuan 1637 46 52,87% 2,81% 0
Jumlah 3194 87 100% 2,72% 0

Berdasarkan tabel di atas, penderita keracunan makanan lebih banyak perempuan 46


orang dengan Persentase 52,87% daripada laki-laki 41 orang dengan Persentase 47,12%. Attack
rate lebih besar pada perempuan yaitu 2.81% dengan CFR 0.
Selain jenis kelamin variabel yang dianggap mempunyai pengaruh paling besar terhadap
kejadian penyakit adalah umur. Dibandingkan dengan karakteristik individu yang lain umur
mempunyai lebih banyak efek pengganggu atau dengan kata lain umur merupakan determinan
perbedaan yang paling signifikan diantara semua variabel manusia (Timmreck, 2005).
Distribusi kasus KLB keracunan makanan menurut kelompok umur di Desa Karoya Kec.
Cipicung Kab. Kuningan dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar 2 Distribusi kasus KLB keracunan makanan menurut kelompok umur.

Distribusi Kasus KLB Keracunan


Makanan Menurut kelompok Umur
0-5 >5-15 >15-20 >20-60 >60
2%
22% 31%

2%
43%

Tabel 2 Distribusi kasus KLB keracunan makanan menurut kelompok umur di Desa Karoya
Kecamatan Cipicung Kabupaten Kuningan tahun 2014
Klasifikasi Jumlah Jumlah Persentase Attack Rate
umur penduduk Pendertia (%) (%)
0-5 Tahun 302 27 31,03% 0,84%
>5-15 tahun 683 37 42,52% 1,15%
15-20 tahun 1072 2 2,29% 0,06%
>20-60 tahun 656 19 21,83% 0,59%
> 60 tahun 481 2 2,29% 0,06%
Jumlah 3194 87 100 % 2,72%

Berdasarkan gambar dan tabel di atas, kelompok umur yang banyak menderita gejala
keracunan adalah >5-15 tahun dengan 37 penderita, dan Attack Rate tertinggi pada kelompok
umu >5-15 tahun yaitu 1,15%.

H. Penanggulangan Sementara
Penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau diperlukan, sebelum semua tahap
penyidikan dilampaui. Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari
diketahuinya etiologi penyakit sumber dan cara penularannya. (Goodman et al., 1990), sebagai
berikut :

Tabel 17 Penggulangan Sementara KLB

SUMBER PENULARAN
Tahu Tidak
ETIOLOGI Tahu Penyidikan + Penyidikan +++
Penanggulangan +++ Penanggulangan +
Tidak Penyidikan +++ Penyidikan +++
Penanggulangan +++ Penanggulangan +

I. Identifikasi sumber dan keadaan penyebab KLB


1. Keadaan penyebab KLBS
KLB merupakan kejadian yang alami (natural), Penyidikan KLB merupakan kesempatan
baik untuk melakukan penelitian. Setiap Penyidikan KLB sebaiknya - KLB, digunakan sebagai
sarana mendapatkan informasi untuk perbaikan program kesehatan pada umumnya dan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan sistim surveilens pada khususnya.
Penyidikan KLB selalu dilakukan : Pengkajian terhadap sistim surveilens yang ada, untuk
mengetahui kemampuannya sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan
pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistim surveilens. Evaluasi terhadap program kesehatan.
2. Penyusunan KLB
Tujuan utama penyidikan KLB adalah merumuskan tindakan untuk mengakhiri KLB
pada situasi yang dihadapi (penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa
mendatang (pengendalian). Tindakan penanggulangan KLB didasari atas diketahuinya :
etiologis, sumber dan cara penularan.
Tabel 18 Beberapa dara penggulangan KLB

Tindakan Contoh ;
1. Menghilangkan sumber • Menjauhkan sumber penularan dari orang
penularan • Membunuh bakteri pada sumber penularan
• Melakukan isolasi atau pengobatan pada orang
yang diduga sebagai sumber penularan
2. Membutus rantai • Sterilisasi sumber penularan
penularan • Mengedalikan vektor
• Peningkatan hygiene perorangan
3. Merubah respon orang • Melakukan imunisasi
terhadap penyakit • Mengadakan pengobatan

Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan melihat tipe
kurva epidemik tersebut (common source atau propagated). Semua kasus digambarkan menurut
tanggal mulainya gejala. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus Awal (index
case). dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa inkubasi
maksimum dan minimum.
Sistem Surveilens diperlukan untuk : Untuk evaluasi terhadap tindakan penanggulangan
yang dijalankan . Sistim surveilans penyakit di masyarakat (menggunakan tenaga masyarakat)
biasanya lebih dapat dipergunakan untuk memantau kasus baru dan komplikasinya.
J. Penyusunan Laporan KLB
Sistematika laporan hasil survei atau pelacakan epidemiologi pada umumnya terdiri atas:
Judul laporan, Latar belakang, Tujuan survei/penyelidikan, Metode survei/penyelidikan, Hasil
survei/penyelidikan, Pembahasan, Ringkasan dan Kepustakaan
1. Judul laporan
Judul laporan merupakan jawaban singkat terhadap pertanyaan:
- Survei/penyelidikan apa yang telah dilaksanakan?
- Dimana tempat pelaksanaannya?
- Bilamana survei/penyelidikan dilaksanakan?

Contoh :

Laporan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan di Desa Sumber


Arum Kec. Moyudan Kab. Sleman
2. Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan diuraikan sebab atau alasan untuk melaksanakan
survei/penyelidikan, misalnya karena adanya laporan Dinas Kesehatan Kabupaten ataupun
Puskesmas mengenai adanya suatu KLB, atau informasi lainnya. Disebutkan pula peristiwa apa
yang telah terjadi, dimana dan bilamana terjadinya, serta siapa yang melaksanakan
survei/penyelidikan dan bilamana dilaksanakannya.
3. Latar belakang
Dalam bagian ini diuraikan latar belakang daerah survei/penyelidikan, yaitu mengenai:
a. Karakteristik geografi: apakah daerah tersebut merupakan daerah pantai atau pegunungan,
daerah rawa atau daerah kering, keadaan iklimnya, curah hujan, dan sebagainya.
b. Karakteristik demografi: keadaan penduduknya, jumlahnya, distribusi menurut kelompok
usia, jenis kelamin, pendidikan, suku bangsa, dan sebagainya.
c. Karakteristik sosial-ekonomi status sosial ekonomi secara umum, distribusi menurut
penghasilan, jenis pekerjaan, kebiasaan/adat istiadat, dan sebagainya.

Contoh :
Bahan pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toxin yang diproduksi
oleh mikroba patogen. Bahan pangan juga dapat mengandung racun akibat proses pembusukan
atau pencampuran bahan kimia yang berbahaya yang dapat menyebabkan kesakitan dan
keracunan. Pada umumnya, keracunan pangan atau makanan terjadi pada suatu keadaan dimana
orang secara bersamaan atau hampir bersamaan terpapar dengan jenis makanan atau minuman
tertentu yang menyebabkan keracunan.
Kejadian Luar biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian atau kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu, termasuk kejadian kesakitan/kematian
yang disebabkan oleh penyakit menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam
yang disertai wabah penyakit.
Keracunan makanan merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dan
pemecahannya secepat mungkin. Oleh karena itu perlu upaya segera untuk menanggulangi dan
mencegah meluasnya kejadian, serta mencegah kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Identifikasi apa yang menjadi penyebab kejadian tersebut perlu dilaksanakan secara sistematis
dan cepat. Kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan pada umumnya terjadi pada suatu
keadaan dimana orang secara bersamaan atau hampir bersamaan pada waktu yang sama terpapar
dengan jenis makanan atau minuman tertentu
Pada tanggal 28 Mei 2012 pukul 09.00 Puskesmas Mayudan Mendapatkan laporan dari
masyarakat Desa Sumberarum tentang adanya kejadian diare beberapa warga Dusung Pingitan
dan Dusun Jitar IV Desa Sumberarum. Kemudian pada hari yang bersamaan warga masyarakat
Dusun Pingitan dan Jitar IV ada yang memeriksakan diri ke Puskesmas Moyudan. Kemudian
unit Survailens Puskesmas Moyudan mencari informasi awal terkait penyebab diare pada
beberapa warga Dusun Pingitan dan Jitar IV, dan didapatkan informasi sementara diduga
penyebabnya adalah mengkonsumsi gado-gado pada acara Pengajian di Dusun Pingitan. Setelah
mendapatkan informasi sementara tersebut, unit Survailens Puskesmas Moyudan melaporkan
kejadian tersebut ke Bagian Pencegahan dan Pemberantasan dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Dinas Kesehatan Kab. Moyudan.
Setelah itu, dilakukan koordinasi di bagian P2PL dan akhirnya diputuskan akan dilakukan
investigasi ke lapangan pada hari itu juga yang dilakukan oleh Tim Gerak Cepat Bagian P2PL
Dinas Kesehatan, puskesmas dan Karyasiswa FETP UGM 2011. Kemudian hal ini disampaikan
ke Puskesmas Moyudan, dan puskesmas Moyudan berkoordinasi dengan pemerintahan Desa
Sumberarum dan pihak Kecamatan Moyudan. Dan akan dilaksanakan kegiatan pemeriksaan
massal oleh Puskesmas Moyudan pada hari selasa tanggal 29 Mei 2012. Lokasi kejadian
penyakit berada di RT 05 RW 07,Dusun Pingitan, Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan,
Kabupaten Moyudan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sumber : Heriana, Fauzi (2012)


4. Tujuan survei/penyelidikan
Disebutkan maksud dan bentuk pelaksanaan kegiatan, apakah berupa evaluasi terhadap
sebuah program, penyelidikan untuk membuktikan laporan/informasi yang diterima, atau sebuah
penelitian.
Selanjutnya dinyatakan secara singkat dan jelas tujuan yang hendak dicapai.
Contoh :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran besarnya masalah kejadian KLB
keracunan makanan di Dusun Pingitan, Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten
Moyudan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Memastikan penyebab keracunan (agent/ zat)
b. Mencari sumber makanan penyebab keracunan
c. Menetapkan KLB dan mengetahui keadaan penyebab KLB
d. Membuat saran atau rekomendasi tentang cara penanggulangan serta pengendalian KLB
yang terjadi.

Sumber : Heriana, C, Fauzi, L (2012)

5. Metode survei/penyelidikan
Dalam bagian ini diuraikan penyakit/penderita yang diselidiki serta tata cara pelaksanaan
survei/penyelidikan, antara lain yaitu:
- Batasan mengenai penyakit/penderita
- Sampel yang diperiksa: apakah dilakukan pengambilan darah, feses, hapusan tenggorokan,
dan sebagainya
- Cara pengambilan sampel dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau mengumpulkan
anggota masyarakat di suatu tempat
- Siapa saja yang akan dijadikan responden
- Peralatan yang akan digunakan
- Waktu pelaksanaan survei/penyelidikan tersebut

Contoh :

Metode Penyelidikan
1. Batasan Wilayah Pelacakan
Pelacakan kasus dilaksanakan di Dusun Pingitan Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan
Kabupaten Sleman.
2. Memastikan Diagnosa
Diagnosa keracunan makanan berdasarkan adanya gejala klinis keracunan seperti diare,
mual, muntah, demam, demam megigil, nyeri perut, dan sakit kepala setelah mengkonsumsi
makanan yang sama, berupa makanan gado-gado pada acara pengajian mingguan tanggal 27 Mei
2012 di Dusun Pingitan Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.
Pada hari Senin- Rabu tanggal 28-30 Mei 2012, dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh karyasiswa FETP 2011, dinas kesehatan, petugas
surveilans puskemas. Pada hari yang sama, sampel makanan gado-gado diamankan oleh petugas
survailens Dinas Kesehatan dan diserahkan ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi
Yogyakarta untuk dianalisis laboratorium. Sebelum dilakukan PE, para petugas surveilans
puskemas oleh karyasiswa FETP 2011 tentang pertanyaan kuesioner yang akan ditanyakan
kepada warga.
3. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang diambil berupa laporan/catatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
serta petugas yang melakukan pertolongan pertama. Hasil pemeriksaan sampel makanan dari
Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi Yogyakarta. Data kependudukan diambil dari
Kantor Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Tahun 2011.
4. Pengumpulan Data Primer
Pengambilan data primer dilakukan melalui dua cara yaitu : Pertama, untuk mengetahui
deskripsi KLB diperoleh dari observasi langsung dilokasi pembuatan makanan. Melakukan
wawancara langsung kepada pembuat makanan untuk memperoleh kronologis kejadian, produksi
makanan, dan warga lain yang mendapat makanan gado-gado dan teh manis di luar yang
mengikuti pengajian. Melakukan wawancara langsung kepada warga yang mengikuti pengajian
dan keluarga dari warga mengikuti pengajian tersebut, baik yang sakit maupun tidak sakit untuk
memperoleh waktu paparan, makanan yang dimakan, dan waktu timbul gejala
Kedua, untuk mencari sumber penularan dan kasus diperoleh dengan wawancara
terstruktur dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan terhadap kasus dan kontrol.
Untuk mengetahui faktor risiko dilakukan observasi langsung terhadap kondisi lingkungan
tempat pengolahan makanan menggunakan formulir yang telah dipersiapkan.

5. Penelitian Kohort
a. Batasan Paparan
Paparan adalah bahan makanan yang dikonsumsi oleh warga yang mengikuti pengajian di
Dusun Pingitan Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan. Jenis makanan adalah gado-gado yang
terdiri dari lontong, kacang panjang, telur, tempe, touge, tomat, timun dan sambal kacang serta
teh manis.
b. Batasan Efek
Efek atau kasus adalah semua orang yang sedang sakit atau baru mengalami sakit dengan
gejala klinis utama diare, mual, muntah, demam, demam megigil, nyeri perut, dan sakit kepala
setelah mengkonsumsi makanan yang sama, berupa makanan gado-gado di Dusun Pingitan Desa
Sumberarum Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman
c. Cara Pengambilan Sampel
Sampel adalaha semua penderita atau yang pernah memiliki riwayat menderita gejala
klinis utama gejala klinis utama gejala klinis utama diare, mual, muntah, demam, demam
megigil, nyeri perut, dan sakit kepala setelah mengkonsumsi makanan yang sama, berupa
makanan gado-gado, sedangkan kontrol diambil dari warga yang tidak sakit setelah
mengkonsumsi makanan yang sama, berupa makanan gado-gado.
d. Variabel Penelitian
Variabel yang akan menjadi pengamatan dalam KLB ini yaitu variabel jenis makanan
yang dikonsumsi oleh warga, umur, tempat domisili warga dan gejala diare.
6. Cara Analisa Data
Analisa data univariat dilakukan dengan menyusun dalam tabel distribusi frekuensi relatif
mengenai gejala klinis untuk mengetahui gejala yang paling dominan dan untuk
mendeskripsikan kejadian penyakit menurut tempat, orang dan waktu disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, dan narasi.
Analisa data bivariat dilakukan dengan menyusun tabel 2x2 untuk menghitung
keterkaiatan besar risiko dengan menggunakan Relative Risk (RR), uji kemaknaan statistik yang
digunakan adalah uji statistik chi quadrat (X2). Uji statistik tersebut digunakan untuk mengetahui
jenis makanan yang diduga menyebabkan keracunan dengan menggunakan program komputer
Epi Info Versi 7. Definisi Operasional
a. Efek adalah orang yang makan gado-gado dan teh pada acara pengajian dan mengalami
gejala klinis dan/atau sakit
b. Paparan adalah jenis makanan dan minuman yang dibagikan dan dimakan oleh warga dalam
acara pengajian tanggal 27 Mei 2012, meliputi lontong, kacang panjang, telur, touge, tomat,
tempe, bumbu kacang dan teh manis.
c. Waktu makan adalah jam subyek makan makanan yang berasal dari makan gado-gado dan
teh manis yang diolah dan dibagikan acara pengajian tanggal 27 Mei 2012.
d. Gejala klinis adalah tanda-tanda/keluhan sakit yang dirasakan oleh subyek berupa diare,
mual, muntah, demam, demam megigil, nyeri perut, dan sakit kepala
e. Waktu mulai sakit adalah waktu/jam pertama kali tanda dan gejala dirasakan oleh subyek.
Sumber : Heriana, C, Fauzi, L (2012)

6. Hasil survei/penyelidikan
Dalam bagian ini disajikan semua data yang diperoleh pada pelaksanaan survei, baik data
primer maupun data sekunder. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk:
a. Tabel
b. Grafik (termasuk peta)

Penyajian tabel dan grafik ini hanya untuk memberikan gambaran umum, sedangkan
rinciannya harus tetap diberikan dalam bentuk narasi.
Contoh :
Hasil Penyelidikan
1. Pemastian Diagnosa
Diagnosis KLB keracunan makanan di Dusun Pingitan Desa Sumberarum Kecamatan
Moyudan Kabupaten Sleman adalah berdasarkan gejala klinis berupa diare, mual, muntah,
demam, demam megigil, nyeri perut, dan sakit kepala. Berdasarkan pelaksanaan PE pada tanggal
27-30 Mei 2012, diperoleh 98 orang yang diwawancarai. Dari 98 orang yang diwawancarai, yang
menderita sakit sebanyak 89 orang. Sebanyak 11 orang makan tapi tidak sakit. Jadi, analisis
penderita menurut orang, waktu, dan tempat hanya untuk 89 orang yang sakit. Dari hasil
wawancara terhadap 89 kasus didapatkan gejala klinis sebagai berikut:

Tabel 2 Distribusi Gejala Klinis Keracunan Makanan di Dusun Pingitan Desa Sumberarum
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Tahun 2012
No Tanda dan Gejala Jumlah Persentase
1 Mual 72 80,90
2 Muntah 30 33,71
3 Pusing 69 77,53
4 Sakitperut 36 40,45
5 Kembung 21 23,60
6 Diare 77 86,52
7 Demam 56 62,92
8 Demam menggigil 11 12,36
Berdasarkan tabel di atas, penderita keracunan banyak mengalami diare dengan 77 kasus
dan paling sedikit gejala demam menggigil sebanyak 11 kasus. Berdasarkan gejala klinis
keracunan makanan diatas maka diduga keracunan makanan tersebut disebabkan oleh bakteri
E.coli.
Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sampel makanan dan feces yang
dilakukan oleh BLK Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut :
Bakteri yang diambil dari sampel makanan tidak terdapat bakteri yang patogen. Bakateri
tersebut diantarnya pada wortel Pseudomonas Aeruginosa dan Enterobacter gergoviae. Pada
tempe terdapat bakteri E.Coli non patogen dan Pseudomonas Aeruginosa. Pada bumbu kacang
terdapat bakteri Pseudomonas Aeruginosa dan Enterobacter gergoviae. Pada lontong terdapat
bakteri Enterobacter gergoviae dan Citrobacter freundii. pada kacang panjang terdapat bakteri
Klebsiella ozaena dan Acinetobactercalcoaceticus dan pada toge terdapat bakteri Enterobacter
gergoviae serta Klebsiella ozaena. Sedangkan pada pemeriksaan feses didapatkan bakteri yang
patogen yaitu E.Coli dan Staphylococcus.
2. Penetapan KLB
Menindaklanjuti informasi dari Puskemas Moyudan tanggal 28 Mei 2012, mengenai
adanya kejadian yang diduga keracunan makanan, maka dilakukan konfirmasi kejadian tersebut
kepada kepala Desa Sumberarum, pada hari yang sama olehTim Gerak Cepat Bagian P2PL
Dinas Kesehatan, puskesmas dan Karyasiswa FETP UGM 2011. Informasi awal didapatkan
bahwa dugaan awal kejadian keracunan makanan berawal dari makanan yang dibagikan pada
saat acara pengajian di Mesjid Al-Ikhlas RT 5 RW 7 Dusun Pingitan, Desa Sumberarum,
Kecamatan Moyudan, Kabupaten Moyudan.
Acara pengajian tersebut diadakan pada hari Minggu 27 Mei 2012 dimulai pada pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00.Warga yang mengikuti acara tersebut sebanyak 98 orang,
yang terdiri dari 91 orang warga dusun Pingitan dan dusun Jitar IV serta 7 orang rombongan dari
Condong catur Kecamatan Depok sebagai pengisi acara. Setelah acara selesai, pada pukul 12.15
dibagikan makanan yaitu gado-gado dan minuman teh manis. Kemudian makanan tersebut
langsung dimakan di tempat acara dan ada yang beberapa dibawa pulang. Gado-gado tersebut
tersebut berisi lontong, telur tauge, kacang panjang, wortel, timun, tomat, tempe, tahu, krupuk
dan bumbu kacang dan minuman teh manis. Pengemasan makanan tersebut dipisah antara
sayuran gado-gado dengan bumbu kacang, dimana sayuran gado-gado tersebut dijadikan satu
bungkus dan dibungkus dengan menggunakan kertas plastik yang kedap air, sedangkan bumbu
kacang dipisah dan dibungkus menggunakan pelastik ukuran ¼ kg.
Warga yang setelah mengkonsumsi gado-gado tersebut mengalami gejala, seperti diare,
mual, kembung, muntah, pusing (sakit kepala), demam, demam menggigil. Menurut hasil
investigasi awal, didapatkan informasi bahwa warga yang mengalami gejala tersebut baru
menyampaikan dan yamg gejala tersebut kepada masyarakat lainnya pada esok harinya, tepatnya
hari senin tanggal 28 Mei 2012.
Dugaan sementara keracunan makanan berasal dari makanan gado-gado. Yang dimasak
oleh Ny, Maryam (penanggung jawab untuk memasak gado-gado), yang dibantu oleh 3 orang
warga lainnya di rumah Ny Maryam Dusun Jitar IV RT 3 RW 9 Desa Sumberarum.
Pada hari senin tanggal 28 Mei 2012, warga yang mempunyai gejala keracunan makanan
tersebut langsung memeriksakan diri ke Puskesmas Moyudan. Karena adanya peningkatan kasus
diare, maka pihak Puskesmas Moyudan menghubungi Dinas Kesehatan kabupaten Moyudan.
Selanjutnya, petugas surveilans dinas kesehatan, puskesmas, dan karyasiswa FETP 2011
langsung mengamankan sisa makanan gado-gado. Makanan yang bisa diamankan hanya
lontong, dan bahan mentah seperti tempe, tomat, kacang panjang, wortel, tuge timun kacang
mentah, dan bumbu kacang sedangkan makanan yang lain, sepertitahu, telur, krupuk dan
minuman teh manis sudah tidak ada.
Pada hari Senin- Rabu tanggal 28-30 Mei 2012, dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh karyasiswa FETP 2011, dinas kesehatan, petugas
surveilans puskemas. Pada hari yang sama, makanan gado-gado diamankan oleh petugas
survailens Dinas Kesehatan dan diserahkan ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi
Yogyakarta untuk dianalisis laboratorium. Sebelum dilakukan PE, para petugas surveilans
puskemas oleh karyasiswa FETP 2011 tentang pertanyaan kuesioner yang akan ditanyakan
kepada warga.

2. Penetapan KLB
Menindaklanjuti informasi dari Puskemas Moyudan tanggal 28 Mei 2012, mengenai
adanya kejadian yang diduga keracunan makanan, maka dilakukan konfirmasi kejadian tersebut
kepada kepala Desa Sumberarum, pada hari yang sama olehTim Gerak Cepat Bagian P2PL
Dinas Kesehatan, puskesmas dan Karyasiswa FETP UGM 2011. Informasi awal didapatkan
bahwa dugaan awal kejadian keracunan makanan berawal dari makanan yang dibagikan pada
saat acara pengajian di Mesjid Al-Ikhlas RT 5 RW 7 Dusun Pingitan, Desa Sumberarum,
Kecamatan Moyudan, Kabupaten Moyudan.
Acara pengajian tersebut diadakan pada hari Minggu 27 Mei 2012 dimulai pada pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00.Warga yang mengikuti acara tersebut sebanyak 98 orang,
yang terdiri dari 91 orang warga dusun Pingitan dan dusun Jitar IV serta 7 orang rombongan dari
Condong catur Kecamatan Depok sebagai pengisi acara. Setelah acara selesai, pada pukul 12.15
dibagikan makanan yaitu gado-gado dan minuman teh manis. Kemudian makanan tersebut
langsung dimakan di tempat acara dan ada yang beberapa dibawa pulang. Gado-gado tersebut
tersebut berisi lontong, telur tauge, kacang panjang, wortel, timun, tomat, tempe, tahu, krupuk
dan bumbu kacang dan minuman teh manis. Pengemasan makanan tersebut dipisah antara
sayuran gado-gado dengan bumbu kacang, dimana sayuran gado-gado tersebut dijadikan satu
bungkus dan dibungkus dengan menggunakan kertas plastik yang kedap air, sedangkan bumbu
kacang dipisah dan dibungkus menggunakan pelastik ukuran ¼ kg.
Warga yang setelah mengkonsumsi gado-gado tersebut mengalami gejala, seperti diare,
mual, kembung, muntah, pusing (sakit kepala), demam, demam menggigil. Menurut hasil
investigasi awal, didapatkan informasi bahwa warga yang mengalami gejala tersebut baru
menyampaikan dan yamg gejala tersebut kepada masyarakat lainnya pada esok harinya, tepatnya
hari senin tanggal 28 Mei 2012.
Dugaan sementara keracunan makanan berasal dari makanan gado-gado. Yang dimasak
oleh Ny, Maryam (penanggung jawab untuk memasak gado-gado), yang dibantu oleh 3 orang
warga lainnya di rumah Ny Maryam Dusun Jitar IV RT 3 RW 9 Desa Sumberarum.
Pada hari senin tanggal 28 Mei 2012, warga yang mempunyai gejala keracunan makanan
tersebut langsung memeriksakan diri ke Puskesmas Moyudan. Karena adanya peningkatan kasus
diare, maka pihak Puskesmas Moyudan menghubungi Dinas Kesehatan kabupaten Moyudan.
Selanjutnya, petugas surveilans dinas kesehatan, puskesmas, dan karyasiswa FETP 2011
langsung mengamankan sisa makanan gado-gado. Makanan yang bisa diamankan hanya
lontong, dan bahan mentah seperti tempe, tomat, kacang panjang, wortel, tuge timun kacang
mentah, dan bumbu kacang sedangkan makanan yang lain, seperti tahu, telur, krupuk dan
minuman teh manis sudah tidak ada.
Pada hari Senin- Rabu tanggal 28-30 Mei 2012, dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh karyasiswa FETP 2011, dinas kesehatan, petugas
surveilans puskemas. Pada hari yang sama, makanan gado-gado diamankan oleh petugas
survailens Dinas Kesehatan dan diserahkan ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi
Yogyakarta untuk dianalisis laboratorium. Sebelum dilakukan PE, para petugas surveilans
puskemas oleh karyasiswa FETP 2011 tentang pertanyaan kuesioner yang akan ditanyakan
kepada warga.

Deskripsi KLB
1. Daftar kasus
Hasil penyelidikan di lapangan diketahui bahwa kasus KLB keracunan makanan di
Dusun Pingitan Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman pertama kali timbul
gejala pada tanggal 4 Januari 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Kurva epidemic berdasarkan time onset


Sumber : Heriana, C, Fauzi, L (2012)

2. Deskripsi kasus berdasarkan variabel tempat, orang dan waktu


a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Tempat
KLB keracuanan makanan terjadi di dua dusun dari 16 dusun yang ada di Desa
Sumberarum yaitu Dusun Pingitan dan Dusun Jitar.
Gambar 4 Lokasi KLB Keracunan Makanan di Desa Sumberarum,
Kec. Moyudan Tahun 2012
Berdasarkan gambar di atas, penderita yang mengalami keracunan terbanyak berasal dari
Dusun Pingitan sebanyak 71 kasus, Dusun Jitar sebanyak 18 kasus..
Distribusi kasus KLB keracunan makanan berdasarkan variabel tempat asal penderita,
terjadi di Dusun Pingitan dan Dusun Jitar IV dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Kasus KLB Berdasarkan Variabel Tempat di Desa Sumberarum Kec.
Moyudan, Kab. Sleman Tahun 2012

Tempat Jumlah Jumlah Persentase AR (%) CFR (%)


penduduk penderita (%)
Dsn Pingitan 788 71 80 9,01 0
Dsn Jitar IV 482 18 20 3,73 0
Jumlah 1.270 89 100 7,01 0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus KLB keracunan makanan
di Dusun Pingitan lebih banyak dibanding di Dusun Jitar IV yaitu sebesar 80% dan attack rate
sebesar 9% dengan Case Fatality Rate (CFR) 0.
b. Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Orang
Deskripsi kasus KLB keracunan makanan di Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan
Kabupaten Sleman menurut variabel orang yaitu berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat
digambarkan sebagai berikut :
Distribusi kasus KLB keracunan makanan menurut jenis kelamin di Desa Sumberarum
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi kasus KLB keracunan makanan menurut jenis kelamin di Desa Sumberarum
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman tahun 2012
Jenis Jumlah Jumlah Persentase Attack Rate CFR
kelamin penduduk penderita (%) (%) (%)
Laki-laki 642 34 38,2 5,30 0
Perempuan 628 55 61,8 8,76 0
Jumlah 1270 89 100 7,01 0

Berdasarkan tabel di atas, penderita keracunan makanan lebih banyak perempuan 55


orang (61,8%) daripada laki-laki 34 orang (38,2%). Attack rate lebih besar pada perempuan
yaitu 8,76 %.
Selain jenis kelamin variabel yang dianggap mempunyai pengaruh paling besar terhadap
kejadian penyakit adalah umur. Dibandingkan dengan karakteristik individu yang lain umur
mempunyai lebih banyak efek pengganggu atau dengan kata lain umur merupakan determinan
perbedaan yang paling signifikan diantara semua variabel manusia (Timmreck, 2005). Distribusi
kasus KLB keracunan makanan menurut kelompok umur di Desa Sumberarum Kecamatan
Moyudan Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi kasus KLB keracunan makanan menurut kelompok umur di Desa
Sumberarum Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman tahun 2012
Klasifikasi Jumlah Jumlah Persentase Attack Rate
umur penduduk Pendertia (%) (%)
< 0-6 tahun 84 6 6.74 7,14
7-25 tahun 301 21 23.60 6,98
26-60 tahun 668 45 50.56 6,74
>60 tahun 217 17 19.10 7,83
Jumlah 1.270 89 100 7,01

Berdasarkan gambar di atas, kelompok umur yang banyak menderita gejala keracunan
adalah 26-60 tahun dengan 45 penderita, dan Attack Rate tertinggi pada kelompok umu >60tahun
yaitu 7,83%.
c. Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Waktu
Waktu merupakan variabel yang menggambarkan masa inkubasi yaitu waktu dari infeksi
sampai munculnya gejala. Disamping itu waktu juga dapat menjelaskan mengenai durasi atau
perjalanan alamiah suatu penyakit (Timmreck, 2005). Dengan menyusun grafik jumlah kasus
berdasarkan waktu (kurva epidemik) dapat diketahui tipe penularan penyakit yang terjadi dalam
suatu komunitas. Periode paparan dihitung berdasarkan masa inkubasi racun bakteri.
Deskripsi kasus berdasarkan waktu digambarkan dalam kurva epidemik sebagai berikut :
60

50

40
Jumlah

30

20

10

0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Masa Inkubasi Jam ke

Masa inkubasi terpendek (3 jam) Masa inkubasi terpanjang (29 jam)

Gambar 5. Kurva Epidemik KLB Keracunan Makanan


Berdasarkan gambar kurva epidemik di atas, sebagian besar penderita baru merasakan
gejala pada jam ke-11 setelah makan. Tipe kurva ini merupakan tipe common source yang
artinya sumber penularan hanya satu sumber yaitu dari makanan yang mengandung bakteri yang
di konsumsi pada saat acara pengajian.
3. Lama Pemaparan
KLB keracunan makanan yang berlangsung di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan
Kabupaten Sleman berlangsung selama lebih kurang 3 (tiga) hari dimulai pada tanggal 27 Mei
2012 sampai dengan 29 April 2012 atau selama 29 jam, dengan puncak kasus terjadi pada jam ke
11 setelah mengkonsumsi makanan.
4. Attackrate menurut golongan umur
Attack rate dari jumlah kasus adalah 7,01% sedangkan AR yang lebih besar terjadi pada
kelompok usia > 60 tahun yaitu 7,83 dan terkecil pada kelompok umur 26-60 tahun yaitu 7,83%.
Hal ini menunjukan kecepatan serangan lebih banyak terjadi pada kelompok umur >60 tahun.
5. Populasi risiko tinggi
Berdasarkan deskripsi KLB keracunan makanan yang berlangsung di Desa Sumberarum,
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman menurut orang, tempat, dan waktu maka populasi yang
dianggap berisiko tinggi adalah :
a. Berdasarkan variabel orang, populasi yang memiliki risiko tinggi terkena keracunan makanan
adalah orang yang mengkonsumsi makanan dan jenis kelamin perempuan (attack rate =
8,76%) serta golongan umur 60 tahun keatas (attack rate = 7,83 %).
b. Berdasarkan variabel tempat, populasi yang memiliki risiko tinggi kasus keracunan makanan
adalah warga dusun Pingitan (attack rate = 9,01%).
c. Berdasarkan variabel waktu, populasi yang memiliki risiko tinggi kasus keracunan makanan
di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman terjadi pada pada jam ke 11
setelah mengkonsumsi makanan tanggal 28 Mei 2012 yang merupakan puncak kasus.

6. Identifikasi Sumber dan Cara Penularan


a. Hasil penelitian Kohort
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian KLB keracunan makanan di
Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman, diketahui dari hasil penelitian
kasus kontrol yang bertujuan untuk menguji variabel makan lontong, kacang panjang, telur,
tomat, touge, timun, tempe dan bumbu kacang. Pengujian hipotesis didasarkan pada taraf
signifikan p<0,05, untuk melihat risiko dan seberapa kecepatan serangan dengan melihat Attack
Rate dan pengukuran keterkaitan dengan risiko relatif (RR) dimana nilai RR menunjukan
kelebihan risiko pada kelompok tak terpapar (latar belakang, yang tidak diharapkan), kelebihan
tersebut dinyatakan sebagai rasio atau perbandingan (Gregg, 2008). Hasil analisis bivariat dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Analisis Bivariat konsumsi makanan dengan dan sakit diare KLB keracunan makanan di
Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan
Kabupaten Sleman
Attack
Variabel Sakit Sehat Total RR P value
Rate (%)
Makan Ya 85 7 92 92,3
1,39 0,03
Lontong Tidak 4 2 6 66,6
Makan Ya 81 8 89 91,0
Kacang Tidak 1,02 0,83
8 1 9 88,8
panjang
Makan telur Ya 82 8 90 91,1 1,04 0,72
Tidak 7 1 8 87,5
Makan tomat Ya 82 8 90 91,1
1,04 0,72
Tidak 7 1 8 87,5
Makan touge Ya 82 8 90 91,1
1,04 0,72
Tidak 7 1 8 87,5
Makan timun Ya 82 8 90 91,1
1,04 0,72
Tidak 7 1 8 87,5
Makan tempe Ya 82 8 90 91,1
1,04 0,72
Tidak 7 1 8 87,5
Makan bumbu Ya 82 8 90 91,1
1,04 0,72
kacang Tidak 7 1 8 87,5

Berdasarkan tabel diatas, Attack Rate tertinggi pada responden yang makan lontong dan
jika dilihat nilai Relative Risk maka orang-orang yang makan lontong 1,39 kali berisiko untuk
menjadi sakit dibandingkan mereka yang tidak makan lontong. Sedangkan jika dilihat dari nilai p
nya maka variabel yang berhubungan dengan kejadian diare adalah makan lontong dengan nilai
p<0,05.
b. Sumber Penularan
Identifikasi sumber penularan dilakukan dengan menemukan kontak primer (index case)
dengan agen selanjutnya terjadinya kontak dengan orang sehat yang menyebabkan KLB (Bres,
1995).
Keracunan makanan yang terjadi erat kaitannya dengan menu makanan yang dikonsumsi
pada saat acar pengajian mingguan. Menu makanan yang dibagikan pada acara pengajian
mingguan tanggal 27 Mei 2012 di rumah Mushola Dusun Pingitan teridiri dari lontong, kacang
panjang, telur, tomat, touge, timun, tempe dan bumbu kacang. Penduduk yang makan pada saat
acara mempunyai risiko untuk menderita keracunan. Pada umumnya orang yang ikut acara
pengajian mingguan memakan semua jenis makanan yang dibagikan.
c. Cara Penularan
Cara penularan pada peristiwa keracunan makanan di Dusun Pingitan adalah common
source artinya penularan keracunan makanan bersumber dari satu sumber yang berlangsung
dalam waktu yang cepat.
d. Kegiatan Penanggulangan yang Telah Dilaksanakan
Kegiatan Penanggulangan yang telah dilaksanakan yaitu memberikan pengobatan bagi
warga yang diduga keracunan oleh Puskesmas Moyudan dan melakukan penyuluhan terhadap
warga RT 05 RW 07, Dusun Klelen, DesaTrimulyo, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Moyudan

7. Pembahasan
Dalam bagian ini diberikan ulasan terhadap semua hasil yang diperoleh. Apabila perlu
dapat dilakukan perhitungan dan/atau analisis statistik. Ulasan dapat berupa perbandingan
dengan angka nasional ataupun „angka harapan‟.
Dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan ataupun hipotesis yang apabila perlu dikaji
lebih lanjut dengan pembuktian statistik.
Contoh :
Pembahasan
Berdasarkan hasil penyidikan yang dilakukan Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan
Kabupaten Sleman diketahui bahwa telah terjadi KLB keracunan makanan dengan jumlah warga
yang kengkonsumsi makanan sebanyak 98 orang dan yang sakit atau kasus sampai akhir
penyidikan berjumlah 89 orang sedangkan yang tidak sakit sebanyak 9 orang dan kasus kematian
atau case fatality rate (CFR) 0 (0%). Pada penelitian kasus keracunan makanan dengan
rancangan kohort study ini mempunyai kelemahan yaitu adanya recall bias, sehingga informasi
yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan sering tidak akurat karena hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh daya ingat responden. Untuk mendukung keterbatasan informasi ini
maka perlu didukung oleh konfirmasi laboratorium terhadap faktor risiko (bahan makanan atau
spesimen yang dicurigai).
Masa inkubasi terpendek + 3 jam dan masa inkubasi terpanjang adalah + 29 jam
sehingga masa inkubasi rata-ratanya adalah 16 jam, sementara itu gejala klinis yang dominan
adalah diare (86,5%) diikuti dengan mual (80,9%) dan yang terendah adalah demam mengigil
(12,3%)
Gambaran kurva epidemik dengan interval 1 jam menunjukkan kurva yang terbentuk
adalah tipe common source yaitu hanya ada satu puncak dalam satu kasus yang semakin
mempertegas terjadinya keracunan makanan karena mengkonsumsi makanan/minuman dalam
waktu yang relative bersamaan.
Kejadian luar biasa keracunan makanan berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan kasus terbanyak terjadi pada penduduk dengan jenis kelamin perempuan dengan
jumlah kasus 55 kasus (61,8%). Distribusi penderita berdasarkan golongan umur terbanyak
terjadi pada golongan umur 26-60 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 45 kasus (50,6%). Hal
ini terjadi karena yang diundang untuk menghadiri acara syukuran ini lebih banyak perempuan
dengan golongan umur tersebut.
Jenis makanan yang dicurigai menyebabkan keracunan makanan bila dilihat dari attack
ratenya yang tertinggi adalah lontong (92,3%), walaupun attack rate untuk beberapa jenis
makanan lain yang disajikan juga cukup tinggi sehingga tidak tertutup kemungkinan sumber
penularan berasal dari makanan tersebut.
Untuk memastikan jenis kuman yang menimbulkan keracunan ini dapat diketahui dari
hasil pemeriksaan laboratorium dari contoh spesimen yang dikirim ke BLK Yogyakarta, dari
hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa ditemukannya E.coli pada jenis makanan
tempe,.
Dengan demikian hipotesis penelitian ini ditolak, hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
penyelidikan sumber penularan berbeda dengan yang diduga sebelumnya. Yaitu hasil
penyelidikan menunjukan adanya bakteri E. Coli non pathogen pada tempe, sebelumnya diduga
seumber penularan dari makanan lontong dan terdapat bakteri pathogen. Sedangkan berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan makanan lontong mengandung bakteri non patogen
yaitu Enterobacter gergoviae dan Citrobacter freundii. Hal ini dikarenakan terlambatnya
pengambilan sampel oleh tim Penyelidikan Epidemiologi (PE) Dinas Kesehatan Kab. Sleman
dan karyasiswa FETP, katerlambatan ini disebabkan oleh terlambatnya petugas puskesmas
Moyudan melaporkan adanya KLB keracunan makanan. Sehingga sampel makanan yang dapat
diambil untuk di lakukan uji laboratorium adalah sampel makanan mentah dan feces salah satu
penderita.
Meskipun adanta keterlambatan mendapatkan sampel, petugas Puskesmas dan Dinas
Kesehatan melakukan penanggulangan KLB dengan cepat yaitu melakukan pemeriksaan
kesehatan serta pengobatan bagi yang sakit dan melakukan penyuluhan kesehatan tentang
higiene dan sanitasi makanan dan lingkungan, dengan tujuan supaya warga Dusun Pingitan dan
Dusun Jitar mengetahui dan mampu melakukan prilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian
diharapakan tidak terjadi KLB keracunan makanan berikutnya.

8. Kesimpulan dan saran


Dalam bagian ini dikemukakan kesimpulan terhadap apa yang telah dilakukan dan
dibahas sebelumnya dalam bentuk kalimat yang jelas dan mudah dimengerti:
- Apakah laporan KLB yang diterima benar merupakan suatu KLB?
- Berapa Insidensi rate-nya?
- Berapa case fatality rate-nya?
- Bagaimana perbandingannya dengan angka nasional?
- Dan sebagainnya

Selanjutnya diajukan saran-saran mengenai gejala sesuatu yang perlu diperhatikan /


dilaksanakan sehubungan dengan permasalahan yang ada, misalnya:
- Perlu adanya perbaikan pencatatan agar dapat dilakukan deteksi lebih dini
- Cara penanggulangan permasalahan
- Cara pengajuan biaya, dan sebagainya

Contoh :

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Telah terjadi KLB keracunan makanan pada acara pengajian yang diadakan di Dusun
Pingitan Desa Sumberarum Kec. Moyudan Kabupaten Sleman pada tanggal 27 Mei 2012.
Penularan terjadi secara common source karena adanya satu sumber penularan yaitu
mengkonsumsi makanan dalam waktu yang hampir bersamaan. Masa inkubasi yang pendek
menunjukkan adanya kontaminasi oleh bakteri yang menghasilkan toksin. Sumber keracunan
makanan tidak bisa dipastikan karena sampel yang diambil makanan mentah karen
keterlambatan pengambilan sampel. Sumber agent penyebab keracuanan dipastikan adalah
adanya bakteri E.coli pada makanan yang dikonsumsi.
2. Saran
a. Untuk Masyarakat :
1) Memberikan pembinaan kepada masyarakat/penjamah makanan tentang pentingnya
keamanan makanan termasuk menjaga personal hygiene. Dalam pembinaan ini dapat
bekerja sama dengan dinas kesehatan atau puskesmas setempat.
2) Melaporkan segera kepada pihak yang berwenang termasuk dinas kesehatan (melalui
Puskesmas) setempat apabila terjadi kasus serupa sehingga dapat dilakukan tindakan yang
cepat, guna mencegah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.
3) Mengamankan sisa makanan, agar dapat diperiksa secara laboratorium sehingga sumber
penularan penyakit dapat diketahui.
b. Untuk Puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan
1. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral mengenai keamanan makanan di
semua jenjang administrasi dan berbagi tanggung jawab.
2. Melaporkan segera apabila adanya peningkatan kasus di masyarakat
3. Mengembangkan sistem surveilens keracunan dan keamanan makanan.

9. Ringkasan
Ringkasan disajikan dalam bentuk satu alinea yang tidak lebih daripada satu lembar
kuarto (22 baris), berisikan antara lain:
- Pernyataan mengenai masalah
- Gambaran mengenai apa yang telah dikerjakan (penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan
laboratorium, dan sebagainya)
- Hasil-hasil yang diperoleh
- Kepentingan penyelidikan
- Kesimpulan

Contoh :

Ringkasan

Keracunan makanan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.


Selama tahun 1997-2001 terdapat 189 kali laporan KLB keracunan makanan. Kabupaten Sleman
termasuk salah satu daerah yang sering mengalami KLB keracunan makanan. Pada tanggal 28
Mei 2012, berita kejadian keracunan makanan diperoleh dari laporan Puskesmas Moyudan,
kejadian KLB keracunan makanan diduga terjadi setelah acara pengajian di Desa Sumberarum
Kecamatan Moyudan Sleman. Untuk itu diadakan penyelidikan KLB keracunan makanan untuk
memperoleh informasi sumber penularan, cara penularan dan faktor risiko yang mempengaruhi
KLB keracunan makanan tersebut.
Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan kohort study. Populasi adalah
warga yang mengikuti pengajian sebanyak 98 orang. Kasus adalah orang yang mengkonsumsi
makanan yang dibagikan pada saat pengajian dan mengalami gejala klinis keracunan makanan.
Analisi dilakuakn secara deskriptif dan analitik, untuk mengukur besar paparan perjenis makanan
terhadap efek digunakan attack rate dan relative risk.
Hasil penelitian menunjukan jumlah kasus kasus sebanyak 89 kasus, sebanyak 80%
warga Dusun Pingitan, 61,8% jenis kelamin perempuan, 50,6% usia 45-60 tahun dengan gejala
klinis yang dominanyaitu diare 86%, mual 80,9%, pusing 77%. Masa Inkubasi terpendek 3 jam
dan terpanjang 29 jam. Attack Rate makanan tertinggi adalah lontong (92,3%), analsisis statistik
menunjukan bahwa makanan lontong merupakan paparan terhadap kejadaian keracunan
makanan dengan RR=1,39 dan nilai p=0,03. Hasil laboratorium menunjukan tidak ada bakteri
yang patogen, hal ini dimungkinan karena kesalahan pengambilan sampel.
Maka kesimpulannya telah terjadi KLB keracunan makan di Desa Sumberarum
Kecamatan Moyudan sumber makanan yang diduga adalah makanan lontong yang
terkontaminasi bakteri Eshcerichia coli. Kontmainasi diduga karena pengolahan yang kurang
baik. Sehingga dibutuhkan pembinaan kepada masyarakat dan kerjasama lintas ektoral mengenai
pencegahan keracunan
Kata kunci : KLB, keracunan makanan, Sleman

10. Kepustakaan
Semua bahan kepustakaan yang digunakan untuk penyusunan laporan, termasuk
dokumen yang belum dipublikasikan, harus dicantumkan dalam kepustakaan. Cara penulisannya
disesuaikan dengan tata cara yang dianut di masing-masing instansi. Cara penulisan yang lazim
digunakan dalam jurnal epidemiologi adalah sistem Harvard atau sistem Vancouver.
Contoh kepustakaan dengan sistem Harvard :
Daftar Pustaka :
BPS (2011) Sleman dalam Angka, Sleman,Yogyakarta:BPS Kab. Sleman.
Bres (1995) Tindakan Darurat Kesehatan masyarakat pada Kejadian Luar Biasa,
Yogyakarta:UGM Press
Gregg, M. (2008) Field epidemiology:Oxford University Press, USA.
Sartono (2002) Racun dan Keracunan, Jakarta:Widya Medika.

K. Latihan
1. Judul laporan survey/penyelidikan harus memuat jawaban terhadap pertanyaan berikut,
kecuali:
A. Survei/penyelidikan apa yang telah dilaksanakan?
B. Dimana tempat pelaksanaan survei/penyelidikan?
C. Bilamana survei/penyelidikan dilaksanakan?
D. Apa alas an untuk melaksanakan survei/penyelidikan?
2. Karakteristik yang perlu diuraikan dalam latar belakang laporan survei/penyelidikan ialah:
A. Karakteristik geografi
B. Karakteristik demografi
C. Karakteristik sosial-ekonomi
D. Semuanya benar
3. Yang harus dijelaskan dalam bagian metode survei/penyelidikan ialah:
A. Batasan mengenai penyakit/penderita
B. Siapa saja yang akan dijadikan responden
C. Waktu pelaksanaan survei/penyeledikan
D. Semua yang disebutkan di atas harus dijelaskan di bagian metode
4. Hasil survei/penyelidikan yang diperoleh dalam bentuk angka, dalam pembahasan sebaiknya
diperbandingkan dengan:
A. Angka nasional
B. Angka „harapan‟
C. A) dan B) benar
D. A) dam B) salah
5. Ringkasan laporan survei/penyelidikan yang baik antara lain:
A. Tidak mengulangi pernyataan mengenai masalah
B. Hanya mencantumkan hasil-hasil yang diperoleh pelaksana
C. Menyerahkan penarikan kesimpulan kepada pembaca
D. Semuanya benar
6. Persyaratan penulisan kepustakaan laporan survei/penyelidikan yaitu:
A. Hanya mencantumkan sumber tertulis
B. Hanya mencantumkan dokumen yang telah dipublikasikan
C. Tata cara penulisan disesuaikan dengan kebiasaan]
D. Semuanya salah
Kepustakaan ;
Bres (1995) Tindakan Darurat Kesehatan masyarakat pada Kejadian Luar Biasa,
Yogyakarta:UGM Press
Darwin, E., Ruliansyah, A., Lasut, D. & Ridwan, W. (2009) Karakteristik Dan Pergerakan
Sebaran Penderita DBD Berdasarkan Geographic Information System Sebagai Bagian
Sistem Informasi Surveilans di Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang
Provinsi Jawa Barat. Aspirator, (Vol 1, No 1 (2009)).
Gordis, L. (2000) Epidemiology. WB Saunders, Philadelphia.
Gregg, M. (2008) Field epidemiology:Oxford University Press, USA.
Heriana, C, Fauzi, L (2012), Investigation of a food Poisioning Outbreak during the Recitation
Activity in Moyudan District, Sleman Regency, Yogyakarta, Prosiding The 7th
TEPHINET Biregional Scientific Conference, Vietnam pp.49
Heriana, SC, Supriatna, U (2014), KLB Keracunaan Makanan di Desa Karoya, Kec.Cipicung,
kab. Kuningan. Laporan Penelitian STIKKU Jawa Barat
Koban, A.W. and Psi, S., 2005. Kebijakan Pemberantasan Wabah Penyakit Menular: Kasus
Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB DBD). POLICY.Last, J. M.
(2000) A dictionary of epidemiology:Oxford University Press, USA.
MacMahon, B. & Pugh, T. F. (1970) Epidemiology: principles and methods. Epidemiology:
principles and methods.
Rothman, K. J., Greenland, S. & Lash, T. L. (2008) Modern epidemiology: Lippincott Williams
& Wilkins

Anda mungkin juga menyukai