Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi KLB
Menurut PERMENKES RI, No 560/MENKES/PER/VII/1989, definisi

dari kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya suatu

kejadian kesakitan, kematian, yang bermakna secara epidemiologi pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu.1

2.2 Kriteria KLB

Ditetapkannya suatu keadaan menjadi KLB berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria tersebut yaitu1:

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau

tidak dikenal pada suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu

dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan

periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis

penyakitnya.

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per

bulan dalam tahun sebelumnya.

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata

jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.


6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)

kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau

lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode

sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. 

7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu

periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode

sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

2.3 Penyelidikan KLB

Penyelidikan suatu KLB dimulai dengan menegakkan diagnosis terlebih

dahulu, kemudian diikuti dengan memastikan adanya KLB. Langkah selanjutnya

adalah dengan menghitung jumlah kasus atau angka insiden suatu penyakit yang

tengah berjalan. Setelah ada data yang pasti, kemudian menggambarkan

karakteristik KLB dalam variabel waktu, orang dan tempat. Dilakukan identifikasi

sumber penyebab penyakit dan cara penularannya, serta identifikasi populasi

dengan peningkatan risiko infeksi. Langkah terakhir adalah tindakan

penanggulangan terjadinya KLB.1,2

Penyelidikan KLB harus ditulis ke dalam sebuah laporan. Laporan ini

harus memuat hal penting seperti pendahuluan, tujuan penyelidikan KLB, metode

penyelidikan KLB, dan hasil penyelidikan KLB yang telah dilakukan. 1,2

2.4 Tujuan Penyelidikan KLB

Tujuan dilakukannya penyelidikan KLB terbagi menjadi dua, yaitu tujuan

umum dan khusus. Tujuan umum dilakukannya penyelidikan KLB adalah untuk
mengetahui besar masalah KLB dan mencegah penyebaran yang lebih luas.

Adapun tujuan khususnya yaitu mengetahui karakteristik epidemiologi klinik

klinis dan virus, mengidentifikasi factor risiko, mengetahui kasus tambahan untuk

menilai keefektifan penularan dan memberikan rekomendasi upaya

penanggulangan. 1

2.5 Penetapan KLB

Penetapan KLB mengacu pada pengaturan menteri kesehatan RI nomor

1501 tahun 2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan

wabah dan upaya penanggulangan bahwa suatu daerah ditetapkan dalam

keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria KLB. Kriteria tersebut

diantaranya:

1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu daerah

menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama 3 minggu berturut-turut atau

lebih.

2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu

daerah meningkat 2 kali atau lebih dibandingkan angka rata-rata sebulan

dalam setahun sebelumnya.

3. CFR, Proporsional Rate dalam 1 bulan di satu daerah menunjukkan kenaikan

dibandingkan periode tahun sebelumnya di waktu yang sama.

4. Apabila daerah tersebut terdapat penyakit menlar yang sebelumnya tidak ada,

maka terjadi 1 kasus KLB.


2.6 Pencegahan KLB

Hal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB adalah dengan

melakukan pengobatan penderita sedini mungkin, termasuk tindakan isolasi dan

karantina. Disamping itu, peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi

dan imunisasi juga dilakukan untuk memutus rantai penularan. Perlindungan diri

dari penularan penyakit, termasuk menghindari kontak dengan penderita, sarana

dan lingkungan tercemar, penggunaan alat proteksi dini, perilaku hidup bersih dan

sehat, penggunaan obat profilaksis. Adapun pengendalian sarana, lingkungan dan

hewan pembawa penyakit juga diperlukan untuk menghilangkan sumber

penularan.1

2.7 Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dimulai dari dilakukannya penyelidikan secara

epidemiologi. Hal ini juga dibarengi dengan penatalaksanaan penderita dengan

pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pencegahan serta vaksinasi. Setelah

diketahui sumber penyakitnya, maka dilakukan pemusnahan penyebab penyakit

tersebut. Jika terdapat kematian akibat kasus tersebut perlu dilakukan penanganan

jenazah akibat wabah. Tindakan selanjutnya adalah dilakukannya penyuluhan

kepada masyarakat, serta upaya penanggulangan lain seperti meliburkan sekolah

sementara apabila diperlukan.1

2.8 Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB


Penanggulangan sebuah kejadian luar biasa (KLB) dapat dikatakan

berhasil apabila dapat memenuhi indikator tertentu. Indikator tersebut diantaranya

adalah:3

a. Menurunnya frekuensi KLB

b. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB

c. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB

d. Memendeknya periode KLB

e. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

2.9 Kelompok Usia Imunisasi Campak

Dilakukannya imunisasi campak terhadap anak-anak terbagi menjadi dua

periode, yaitu periode satu dan periode dua. Pada periode satu, diberikan pada

balita berusia 9-12 bulan dengan suntikan subkutan pada bagian paha. Pada usia 9

bulan lebih dianjurkan pada daerah dengan transmisi penyakit campak yang

tinggi, sedangkan usia 12 bulan adalah waktu pemberian paling efektif karena

pembentukan antibody protektif paling optimal. Pada periode kedua, yaitu saat

anak berusia dua belas tahun, pemberiannya dilakukan dengan suntikan subkutan

di daerah deltoid. Imunisasi periode ini untuk anak yang gagal merespon pada

pemberian imunisasi periode pertama, dan anak yang tidak mengikuti imunisasi

periode pertama. 4

2.11 Penetapan KLB Campak


Kasus campak terbagi menjadi tiga katergori, yaitu kasus klinis, kasus

mungkin dan kasus konfirmasi. Kasus klinis adalah kasus yang menunjukkan

gejala panas (>37°C) dan rash disertai salah satu gejala batuk, pilek serta mata

merah (konjungtivitis). Kasus mungkin adalah kasus yang menunjukkan gejala

seperti kasus tersangka yang mempunyai hubungan epidemiologi seperti kasus.

Kasus konfirmasi adalah kasus klinis yang disertai dengan konfirmasi IgM+

campak. suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila memenuhi

salah satu kriteria KLB yaitu peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya dan lebih dari 5 kasus klinis dan hasil

pemeriksaan laboratorium 15 IgM+ Campak, maka kejadian tsb sudah dapat

dinyatakan sbg Kejadian Luar Biasa (KLB).5

2.12 Penanggulangan KLB Campak

Penanggulangan KLB campak dimulai dari investigasi rumah ke rumah

dan ke sekolah. Hal tersebut dibarengi dengan tindakan pemberian vitamin A

dosis tinggi untuk penderita sesuai usia dan pengobatan gejalanya. Surveilans

ketat juga perlu dilakukan selama KLB.6

2.13 Pencegahan KLB Campak

Pencegahan terjadinya KLB campak dilakukan dengan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat khususnya para ibu tentang manfaat dan

pentingnya imunisasi. Hal ini juga harus diimbangi dengan kualitas vaksin yang

baik dan efektif dengan cara pengawasan dan pemantauan terhadap vaksin

pengadaan genset oleh puskesmas serta pemeriksaan efektifitas vaksin oleh


BPOM. Peningkatan cakupan imunisasi dan peran kader serta masyarakat melalui

KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) juga sangat diperlukan dalam tindakan

pencegahan.6

2.14 Masalah yang Memicu KLB Campak

Beberapa masalah yang dapat memicu terjadinya KLB campak, yaitu:6

a. Listrik sering padam menggangu efisiensi vaksin

b. Cold chain tidak ada pengukur suhu

c. Cakupan imunisasi rendah

d. Data cakupan imunisasi belum akurat

e. Jadwal posyandu sering tidak diketahui masyarakat

f. Ortu enggan untuk membawa anak ke posyandu

g. Jumlah & kualitas SDM Puskesmas dan Dinkes rendah dlm penanggulangan

campak

2.15 Perbedaan KLB dengan Wabah

Menteri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah sebagai berikut:

“Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang

lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.1

Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang

melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan

yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada

wilayah yang lebih luas.1


h.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:

1501/MENKES/PER/X/2010 Tanggal : 12 Oktober 2010. Buku pedoman

penyelidikan & penanggulangan KLB. Kemenkes RI 2011.

2. Azis, Jufri. Buku Praktis Implementasi Aparatur Sipil Negara dalam

Bidang Kesehatan untuk Pembinaan Karir Jabatan Fungsional

Epidemiologi Kesehatan. Kendari ; GP Press : 2015

3. Hollingsworth TD. 2009. Controlling Infectious Diseases Outbreaks.

Lessosns from Mathematicall Modelling. Journal of Public Health Policy.

Vol. 30 (3). 328 – 341.

4. Fatmawati, AD dkk. Kadar Antibodi Campak Pada Anak Usia 1-4 tahun

pasca imunisasi Campak. Sari Pediatri. Vol. 20 No.1. 2018.

5. Musyafa’ A. penyelidikan KLB campak di kecamatan Jiken Kabupaten

Blora jawa tengah tahun 2016. Jurnal UGM. 2017.

6. Kumpulan Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB . Seksi Surveilans

dan Imunisasi Bidang P2P Dinkes Daerah Provinsi Sulawesi Utara. 2018.

Anda mungkin juga menyukai