Anda di halaman 1dari 23

P ER T E M U A N 1 5

EPIDEMIOLOGI GIZI

KEJADIAN LUAR BIASA


& WABAH
Disampaikan oleh :
Antun Rahmadi, SKM,MPH
Kemampuan akhir Mampu memahami Kejadian Luar
yang diharapkan Biasa (KLB) & wabah
 
Bahan Kajian / Kejadian Luar Biasa (KLB) & wabah :
Sub Bahan Kajian - Pengertian KLB & wabah
- Langkah-langkah investigasi KLB &
wabah
Pengertian
• Kejadian Luar (KLB), adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
• Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut
Wabah, adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah

a. Kolera j. Avian Influenza H5N1


b. Pes k. Antraks
c. Demam Berdarah Dengue l. Leptospirosis
d. Campak m.Hepatitis
e. Polio n. Covid 19
f. Difteri o. Meningitis
g. Pertusis p. Yellow Fever
h. Rabies q. Chikungunya
i. Malaria
Tata Cara Penemuan
• Penemuan penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah dapat dilakukan secara pasif
dan aktif.
• Penemuan secara pasif melalui penerimaan
laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan
kesehatan
• Penemuan secara aktif melaluin kunjungan
lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis
secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum
penyakit yang selanjutnya diikuti dengan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Penetapan Daerah KLB
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan
KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai
berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu
yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah (contoh : covid 19)
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus
selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau
minggu menurut jenis penyakitnya
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1
(satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-
rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan
selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case
Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima
puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate)
penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
Penetapan Daerah Wabah
Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah
dilakukan apabila situasi KLB berkembang atau
meningkat dan berpotensi menimbulkan
malapetaka, dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Secara epidemiologis data penyakit
menunjukkan peningkatan angka kesakitan
dan/atau angka kematian.
2. Terganggunya keadaan masyarakat
berdasarkan aspek sosial budaya, ekonomi,
dan pertimbangan keamanan.
Penanggulangan KLB/Wabah
a. penyelidikan epidemiologis;
b. penatalaksanaan penderita yang mencakup
kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan
dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
Upaya penanggulangan lainnya
• meliburkan sekolah untuk sementara waktu,
• Menutup fasilitas umum untuk sementara waktu,
• melakukan pengamatan secara
intensif/surveilans selama terjadi KLB
• melakukan evaluasi terhadap upaya
penanggulangan secara keseluruhan.
KLB Gizi Buruk
• KLB Gizi Buruk adalah apabila terjadi lebih dari
1% kasus gizi buruk disertai dengan
meningkatnya faktor resiko (perubahan
memburuknya pola konsumsi dan penyakit) di
suatu wilayah tertentu.
• Menkes (1998) memperlakukan kasus kurang gizi
berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sehingga setiap kasus baru harus dilaporkan
dalam 1x 24 jam.
PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN
KLB GIZI BURUK
• Kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB gizi
buruk meliputi penyelidikan KLB, tata laksana kasus
pencegahan dan surveilans ketat

Penyelidikan KLB

Tatalaksana kasus
dan upaya
pencegahan

Surveilans ketat
Penyelidikan KLB
• Tujuan: Untuk memastikan adanya KLB gizi
buruk, mengetahui penyebab, gambaran
epidemiologi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
• Penyelidikan KLB dilaksanakan :
Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB
atau dugaan KLB
Pada waktu perkembangan KLB atau
penyelidikan KLB lanjutan
Langkah Penyelidikan Epidemiologi KLB
1. Melakukan konfirmasi KLB gizi buruk :
 Konfirmasi dilakukan oleh petugas yaitu
dengan mengidentifikasi status gizi dengan
BB/TB < -3 SD atau terdapat tanda klinis gizi
buruk (marasmus/kwashiorkor).
 Konfirmasi dilakukan secepatnya setelah
menerima laporan
2. Mengetahui etiologi, distribusi, dan
gambaran epidemiologi
 Lakukan penyelidikan kasus dan sekitar
kasus dengan menggunakan formulir
penyelidikan KLB gizi buruk.
 Lakukan wawancara dengan orang tua untuk
mengetahui penyebab
 Lakukan wawancara dengan tokoh
masyarakat setempat tentang faktor risiko
terjadinya gizi buruk (pangan, kemiskinan,
kondisi lingkungan, perilaku, sarana
pelayanan kesehatan yang ada, cakupan
imunisasi/suplementasi gizi dan penyakit)
 Identifikasi jumlah balita yang ada di sekitar
kasus yang tidak pernah terakses oleh
pelayanan kesehatan/ posyandu
 Lakukan wawancara dengan orang tua untuk
mengetahui penyebab
 Identifikasi jumlah balita lainnya yang berat
badannya mengalami penurunan dalam 1
bulan terakhir (T)
 Rinci distribusi penderita gizi buruk menurut
variabel waktu (kapan kejadian, kapan ke
pelayanan kesehatan, kapan ditemukan),
tempat dan orang (jenis kelamin, umur)
3. Menetapkan faktor risiko dan anak balita
yang berisiko:
 Tentukan kemungkinan penyebab terjadinya
gizi buruk.
 Menghitung dan menetapkan jumlah balita
lainnya di sekitar daerah KLB yang berisiko
dengan cara:
 mencatat semua balita dengan melakukan
penyisiran wilayah
 menetapkan jumlah kasus
 menetapkan jumlah anak lain yang berisiko
4. Memperkirakan kecenderungan
perkembangan KLB
 Apakah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi
buruk baru dalam 1 bulan terakhir
 Apakah terjadi penambahan proporsi anak
kurus dalam 1 bulan terakhir
5. Memberikan rekomendasi/laporan
 Membuat laporan meliputi : tujuan
penyelidikan KLB, metode penyelidikan,
gambaran epidemiologi menurut orang
tempat dan waktu
 Membuat rencana tindak lanjut
Tatalaksana Kasus
1. Penanganan kasus gizi buruk merupakan
kegiatan pertama yang harus dilakukan oleh
petugas puskesmas dan Rumah sakit pada
saat KLB
2. Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah
sebagai berikut :
a. Penyuluhan kepada masyarakat tentang
tanda-tanda Gizi buruk dan cara merujuk
sebagai upaya pencegahan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat
b. Mendekatkan pelayanan dengan cara
menyiapkan pos baru/Therapeutic Feeding
Centre (TFC)
c. Melakukan pelayanan gizi dan pengobatan
berdasarkan SOP
d. Menyediakan sarana : suplementasi,
makanan formula, dll
e. Upaya pencegahan peningkatan kasus dg
meningkatkan daya tahan tubuh melalui
imunisasi, makanan tambahan, perbaikan
lingkungan
KLB dinyatakan selesai
KLB dinyatakan selesai bila penderita gizi buruk
sudah ditanggulangi (sesuai tata laksana gizi
buruk), kasus baru lagi selama 3 bulan < 1% dan
faktor risiko ditanggulangi.

Indikator kinerja penanggulangan KLB


Input : Adanya rekomendasi
Proses : Terlaksananya penanganan kasus
Output : Semua kasus gizi buruk tertangani
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai