Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mandiri SK2

Alfia Lovitania 1102019222

1. Memahami dan menjelaskan KLB & wabah penyakit di masyarakat


berdasarkan mortalitas dan morbiditas.

 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya


kesakitan/kematian yang berarti secara epidemiologi dalam kurun waktu
dan terjadi pada daerah tertentu.

 Jenis Kejadian Luar Biasa

- Menurut Deskripsi
A. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode
wabah, yang digambarkan dalam suatu kurva epdemik. Kurva
epidemic merupakan suatu grafik yang menggambarkan
frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit selama periode
wabah. Kurva ini digambarkan dengan axis horizontal dan axis
vertical. Kurva ini digunakan untuk :
 Menentukan atau memperkirakan sumber atau cara
penularan penyakir dengan melihat tipe kurvanya
 Mengidentifikasi waktu paparan atau pencarian kasus awal
dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata
atau inkubasi max dan min

B. Deskripsi Kasus Berdasarkan Tempat


Tujuan Menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat
adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan
kaitannya dengan tempat tingga atau tempat pekerjaan. Hasil
analisis bisa digunakan untuk mengindentifikasi sumber
penularan. Supaya memmudahkannya, maka kasus ini
dikelompokkan menurut daerah vairabel geografi, tempat
pekerjaan, tempah pembuangan limbah, dan tempat umum
lainnya.
C. Deskripsi KLB Berdasarkan Orang
Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan
hipotesis sumber penularan atau etiologi penyakit. Orang
dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status
kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan
setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan
variabel orang ini tampak jelas.

 Tujuan Umum KLB


- meluasnya kejadian (Penanggulangan)
- Mencegah terulangnya KLB di masa depan (Pengendalian)

 Tujuan Khusus KLB


- Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab
penyakit
- Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
- Mengidentifikasi sumber dan cara penularannya
- Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
- Mengidentifikasi populasi yang rentang atau daerah yang beresiko
akan KLB

 Penyebab KLB
- Herd Immunity yang rendah
- Patogenisiti
- Lingkungan yang buruk

 Kriteria Kejadian Luar Biasa


- Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada dan
dikenal
- Peningkatan kejadian penyakit/kematian yang terus-terusan
selama 3 kurun waktu
- Peningkatan kejadian kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya
- Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih bila dibandungkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya
- Angka rata rata perbulan setama satu tahun menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dari tahun sebelumnya
- Case Fatality Rate dari sutau penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan
periode sebelumnya
- Proportional Rate (RR) penderita baru dari stuatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode
yang sama dalam kurun waktu tahun sebelumnya
- Beberapak penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita seperti
keracunan makanan dan keracunan pestisida.

 Metodelogi Penyelidikan KLB

Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,1990 dan


pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi  Setiap penyelidikan KLB
selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah meluasnya
(penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus yaitu Diagnose kasus-kasus
yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan
keadaan tersebut merupakan KLB, mengidentifikasikan sumber dan
cara penularan, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB dan
mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko
akan terjadi KLB.

 Langkah-langkah penyelidikan KLB


1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosis etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggualan
11. Menetapkan system penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi Kesehatan
setempat dan kepada system pelayanan Kesehatan yang lebih
tinggi

 Pencegahan Kejadian Luar Biasa


a. Pencegahan Primordial
b. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

 Penanggulan Kejadian Luar Biasa

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk


menangani penderita, mencegah perluasan KLB, Mencegah timbulnya
penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
Penanggulangan ini dikenal sebagai system kewaspadaan dini yang
diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis
dan terus menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat.

 Tujuan penanggulangan KLB


- Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya KLB
- Melakukan penyelidikan epidemiologi KLB
- Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnosis
KLB
- Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan KLB
- Mengembangkan system pengamatan yang baik dan
menyeluruh, dan Menyusun perencanaan yang mantap untuk
penganggulangan KLB
- Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita
termasuk Tindakan karantina
- Pencegahan dan pengendalian
- Pemusnahan penyebab penyakit
- Penanganan jenazah akibat wabah
- Penyuluhan kepada masyarakat
- Upaya penanggulangan lainnya

 Pengukuran Angka Kesekaitan atau Morbiditas

1. Incidence Rate
Merupakan frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat atau wilayah negara pada waktu
tertentu
2. Prevalance Rate
Adalah proporsi populasi yang sedang menderita skait pada
satu saat tertentu

3. Attack Rate
Merupakan jumlah kasus penyakit dalam waktu wabah yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu temoat/wilayah/negara pada
waktu tertentu

 Pengkuruan Mortality Rate

1. Crude Death Rate

CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh


kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan
tahun.
2. Specific Death Rate

SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit


tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun.

3. Case Fatality Rate

CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit


tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit
tersebut.

4. Maternal Mortality Rate

Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab


kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per
100.000 kelahiran hidup.

5. Infant Mortality Rate


Angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur
<1tahun) per 1000 kelahiran hidup.
6. Neonatal Mortality Rate

Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi


sampai umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup.

7. Perinatal Mortality Rate

Angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin


umur 28 minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup.

Wabah merupakan penyakit menural yang berjangkir dengan cepat


menyerang orang dengan jumlah yang banyak di daerah yang luas. Dimana wabah
harus mencakup jumlah kasus yang ebsar, daerah yang luas, waktu yang lebih
lama dan dampak yang ditimbulkan harus lebih berat.

2. Memahami dan menjelaskan gizi buruk & gizi berlebih


Gizi kurang jika tidka segera ditangani dikhawatirkan akan
berkembang menjadi gizi buruk. Gizi buruk dapat dikatakan kurang gizi
kronis akibat kekurangan asupan energi dan protein yang berlangsung dalam
jangka waktu lama.
Menurut Depkes tahun 2007, di Indonesia dikenal dengan 4 masalah gizi yaitu:
1. KEP (kurang energi protein)
2. Anemia gizi (kekurangan zat besi)
3. Gaki atau gangguan akibat kekurangan iodium
4. Kekurangan vitamin A
Tanda-tanda anak gizi buruk adalah:
1. BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
2. Edema pada ketua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:
BB/TB >-3 SD atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD
Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
fasilitas pelayanan Kesehatan:

 Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk pendidikan


kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan serta
dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta
dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang
dapat diterapkan dalam jangka waktu lama. 
 Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola dan perilaku
makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayur,
mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi
konsumsi makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi
junk food, serta peningkatan aktivitas sik dan mengurangi sedentary
life style. 
1. Konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi per hari 
2. Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/ playstation <
2 jam/hari Tidak menyediakan TV di kamar anak
3. Mengurangi makanan dan minuman manis 
4. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan 
5. Kurangi makan diluar 
6. Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
l Biasakan makan bersama keluarga minimal 1 x sehari 
7. Makanlah makanan sesuai dengan waktunya 
8. Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari 
9. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan
gizi lebih 
10. Target penurunan BB yang sehat 

3. Memahami dan menjelaskan gaya perilaku hidup tidak sehat


Pola hidup sehat yang dapat kita jalani, diantaranya :

1. Mengatur makanan dan pola makan


Makanan yang dimakan harus seimbang dengan kebutuhan
tenaga. Mengkonsumsi makanan berlebih dapat berakibat langsung
pada kelebihan berat badan, kegemukan dan akan berakibat
menimbulkan penyakit lain seperti jantung, diabetes mellitus dan
secara tidak langsung dapat menimbulkan depresi dan
ketidaknyamanan sosial. Sebaliknya, mengkonsumsi makanan yang
kurang memenuhi standar kecukupan gizi juga dapat menyebabkan
tubuh tidak sehat, badan tampak kurus dan penampilan menjadi kurang
percaya diri. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) menganjurkan
agar 60-70% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat (karbohidrat
kompleks), 10-15% dari protein dan 10-25% dari lemak.

2. Menjaga Kesehatan pribadi


Kesehatan pribadi dapat dimaknai sebagai aktivitas rutin yang
biasa dilakukan oleh setiap orang, seperti mandi, sikat gigi, berpakaian
dan kebersihan rambut. Hal ini harus dijaga sebaik-baiknya.

3. Mengatur istirahat
Jika kegiatan seperti bekerja, bermain dan istirahat tidak
seimbang maka akan menyebabkan badan menjadi tidak nyaman dan
bisa menimbulkan rasa sakit. Istirahat diperlukan tubuh untuk
memberikan kesempatan agar organ-organ tubuh mengurangi
pekerjaannya agar dapat terus bekerja dengan baik. Istirahat yang baik
adalah tidur selama 7-8 jam/hari. 

4. Berolahraga teratur
Olahraga yang teratur dapat dilakukan setiap dua hari sekali.
Contoh olahraga yang dapat dilakukan seperti jogging, jalan kaki,
senam aerobik, berenang, bersepeda dan lain sebagainya. Aktivitas
seperti ini juga harus muncul dari motivasi diri sendiri atau sebagai
orangtua kita bisa membiasakan pada kegiatan anak sehari-harinya dan
dapat dipilih sesusai dengan kemampuan yang dimiliki. Dosis Latihan
untuk olahraga yang baik adalah antara 60-80% dari denyut jantung
maksimal dan lama Latihan selama 30-60 menit. 

5. Rasa syukur
Kesehatan jasmani, makanan dan jiwa yang sehat tidak lain adalah
pemberian dari Allah SWT yang maha Pengasih. Nikmat yang diberikan
kepada manusia tidak ada batasnya, karena itu manusia harus selalu
bersyukur dalam hidup (Perpustakaan et al., 2019).

4. Memahami dan menjelaskan sistem rujukan pelayanan kesehatan


Sistem rujukan pelayanan Kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
Kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
Kesehatan secara timbal balik baik vertical maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan Kesehatan atau asuransi Kesehatan sosial, dan
seluruh fasilitas Kesehatan

Ketentuan umum
1. Pelayanan Kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a) Pelayanan Kesehatan tingkat pertama
b) Pelayanan Kesehatan tingkat kedua, dan
c) Pelayanan Kesehatan tingkat ketiga
2. Pelayanan Kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan Kesehatan
dasar yang diberikan oleh fasilitas Kesehatan tingkat pertama
3. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan Kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
4. Pelayanan Kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan Kesehatan
subspesialistik yang dilaukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi.
5. Dalam menjalankan pelayanan Kesehatan, fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan system rujukan dengan
mengacu dan oeraturan perundang-perundangan yang berlaku
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
system rujukan, dapat dimasukkan kedalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan
7. Faskes yang tidak menerapkan system rujukan masa BPJS Kesehatan akan
melakukan Crendentialing terhadap kinerja fasilitas Kesehatan tersebut dan
dapat berdampak pada kelanjutan Bersama
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertical
9. Yang dimaksud rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan Kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasulitas, perakatan atau ketenangan yang sifatnya sementara
atau menetap
10. Rujukan vertikel merupakan rujukan yang dilakukan antar pelayanan
Kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan
yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya

Tata Cara Pelaksanaan System Rujukan Berjenjang


1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke


faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di
faskes tersier.

3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam


kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan
mengikuti ketentuan yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
atau Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang
sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya
dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas

4. Pelayanan oleh bidan dan perawat


a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama

5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
- pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau Tindakan
- pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
- Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk

5. Memahami dan menjelaskan aspek sosial budaya dalam mengakses


pelayanan kesehatan
Pengaruh sosial budaya terhadap Kesehatan masyarakat yang
merupakan tantangan berat yang masuk dirasakan dalam pembangunan
Kesehatan di Indonesia :
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang tinggi
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai
3. Kebiasaan yang negative yang berlaku di masyarakat, adat
istiadar, dan perilaku yang kurang menunjang dalam bidang
Kesehatan
4. Kurang peran serta masyarakat dalam pembangunan bisang
Kesehatan.
Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan Kesehatan antara lain
adalah factor kemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup
dan homoseksual. Adapun factor lain yang mendukung dan berpengaruh
terhadap Kesehatan anatara lain:
1. Komunikasi : akibat dari kurangnya dan sikap masyrakat terhadap
Kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative
tentang penyakit, makanan, lingkungan dan sebagainya
2. Pola pikir : dua hal peranan yang kuat dalam menentukan
pengambilan keputusan tentang pengobatan yang pertama adalah
persepsi mereka terhadap penyakit. Kebanyakan orang
mempersepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan dan
cencderung memiliki pengobatan sendiri (self medication). Kedua
adalah persepsi mereka tentang layanan Kesehatan professional,
mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan sulit untuk
dijangkau, mahal dan tidak merasa efektif cenderung untuk lari ke
pengobatan sendiri dan alternatif
3. Kebiasaan

6. Memahami dan menjelaskan pandangan islam terhadap KLB

Pada masa Nabi Muhamad SAW terjadi wabah, misalnya dalam


sejarah Islam dapat dikaitkan dengan wabah penyakit yang terjadi pada
masa kaum muslimin menaklukkan Irak dan Syam. Setelah itu datanglah
wabah penyakit korela yang menelan kurang lebih 25.000 jiwa pada saat
itu. Wabah merupakan musibah yang ditakuti oleh manusia karena bahaya
yang di timbulkan oleh wabah ini. Sehingga manusia berusaha untuk
menghindar dan selamat dari wabah tersebut. Diantara petunjuk-petunjuk
Al-Qur’an yang sangat agung yaitu bahwasanya seorang hamba tidak akan
ditimpa suatu musibah kecuali Allah telah menuliskan dan mentakdirkan
musibah tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT : 

Artinya:

“Katakanlah: Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah
tuliskan untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah
bertawakal orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah (99): 51).

Dari ayat-ayat diatas dijelaskan bahwa setiap musibah dan


termasuk wabah datangnya dari Allah dan Allah SWT pula yang akan
memberikan petunjuk serta melindungi orang-orang yang beriman.
Sebagai manusia diwajibkan memiliki keyakinan bahwa setiap penyakit
yang Allah berikan maka Allah pula yang akan memberikan obat atau
penawarnya.

pandangan islam tentang menjaga kesehatan & bertobat


- Ash-Shihhah” = sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar,
dan sesuai dengan kenyataan
- Sehat: (1) dalam keadaan baik, segenap badan serta bagian
bagiannya (bebas dari sakit) dan waras, (2) mendatangkan
kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit
- Islam menekankan agar menjaga kesehatan, menjaga setiap
penyebab yg dapat menjadikannya menderita sakit. Agar sehat,
Islam sangat mengedepankan pola hidup sehat, seperti anjuran
tentang: Menjaga kesehatan, Menjaga kebersihan, Mengatur
pola makan, Menjaga kehormatan dari perbuatan keji, dan lain-
lain.
Aturan menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada
meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
“Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap
Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu
doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada
Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagi pada
kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku
sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai
Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di
dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat


menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengkonsumsi gizi
yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari
berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal
tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits
shahih maupun ayat al-Quran.

Hukum Berobat
Para fuqoha’ (ahli fiqih)  bersepakat bahwa berobat hukum asalnya
dibolehkan kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum
berobat, -ed) menjadi beberapa  pendapat yang masyhur:

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib,


dengan alasan adanya perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam  untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini
adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafi’iyah,
dan mazhab Hanabilah
2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada
hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan bersabar dan ini adalah madzhab
Syafi’iyah
3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena
terdapat keterangan dalil-dalil yang sebagiannya menunjukkan
perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah  madzhab
Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah)
4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar
dengan sakitnya Imam Qurthubi rahimahullah mengatakan bahwa ini
adalah pendapat Ibnu Mas’ud,  Abu Darda radiallahu anhu, dan
sebagian para Tabi’in.
5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat
tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya,
perincian ini dari kalangan madzhab Syafi'iyah.

Berobat hukumnya berbeda-beda pada berbagai keadaan

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:

- Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka


menyelamatkan jiwa adalah wajib.
- Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara
wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa
sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga
dihukumi wajib.
- Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit
menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab

Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai


membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak
mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.

3. Berobat menjadi mubah/ boleh

Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak


berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka
boleh baginya berobat atau tidak berobat.

4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi


- Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat
yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak
berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan
membuang harta.
- Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap
balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para
ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang
bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.
- Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan
penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi
rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.
- Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiat, lalu ditimpa suatu
penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Allah
mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya.
- Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak
mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada
kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.

5. Berobat menjadi haram

Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka
hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau
sesuatu yang haram lainnya.

Anda mungkin juga menyukai