PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian
luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi
ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon
terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat,
sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula.
Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan
ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB
yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil
langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam penelitian dan
teknik yang tepat dalam pengendalian malaria1. Tahun 2012, 74.5%
kabupaten/kota di Indonesia termuak dalam daerah endemis malaria dan 45%
penduduknya memiliki resiko tertular malaria2. Propinsi Kepualaun Bangka
Belitung (BABEL) merupakan salah satu propinsi di Indonesia dan menurut
data Kementrian Kesehatan, BABEL merupakan salah satu daerah endemis
malaria sedang dengan angka Annual parasite Insiden (API) tahun 2012
sebesar 1.70 per 1000 penduduk per tahun2,3. Kabupaten Bangka merupakan
salah satu kabupaten di Propinsi BABEL yang juga fokus pada pengendalian
malaria. Berdasarkan laporan tahuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka,
API berada dalam kisaran 9.31 (2008)- 1.70 per 1000 penduduk per tahun
1
(2012). Akan tetapi angka API ini masih diatas target emiliminasi malaria yang
ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan (API< 1 per 1000 penduduk per tahun).
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah
global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan
kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease)
dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara
berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga
di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya
menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu
penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan
kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan
oleh suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan
kejadian yang mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu.
Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB),
sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular
yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan
makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat
menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang
merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-
menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian
data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka
KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan
yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping
tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan epidemiologis
2
mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya
penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan
pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan
dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara
terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi kejadian luar biasa ( KLB)
2. Bagaiamana karakteristik kejadian luar biasa ( KLB )
3. Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa
(KLB)?
4. Penyakit-Penyakit apa yang Berpotensi Wabah/KLB ?
5. Bagaimana Penggolongan KLB Berdasarkan Sumber?
6. Bagaimana Penanggulangan KLB ?
7. Bagaiaman penyelidikan KLB ?
8. Bagaimana penyusunan laporan KLB?
9. Bagaimana identifikasi KLB pada pekerja tambang timah tradisional di
Kabupaten Bangka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi KLB ?
2. Untuk mengetahui karakteristik KLB ?
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB ?
4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit berpotensi KLB ?
3
5. Untuk mengetahui penggolongan KLB berdasarkan sumber?
6. Untuk mengetahui penanggulangan KLB ?
7. Untuk mengetahui penyelidikan KLB ?
8. Untuk mengetahui penyusunan laporan KLB ?
9. Untuk mengetahui identifikasi KLB pada pekerja tambang timah
tradisional di Kabupaten Bangka
4
BAB II
TINTAUAN PUSTAKA
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan
di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah
penyakit.
5
Badan Litbangkes berkerjasama dengan Namru telah
mengembangkan suatu system surveilans dengan menggunakan teknologi
informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak
Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu system jaringan
informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan
berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia
kepusat EWORS secara cepat (BadanLitbangkes, Depkes RI). Melalui system
ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga
tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam
masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan
data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi,
dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen
A., 2003).
6
Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia
dicantumkan Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit
potensial wabah:
1. Kholera
2. Pertusis
3. Pes
4. Rabies
5. Demam Kuning
6. Malaria
7. Demam Bolak-balik
8. Influenza
9. Tifus Bercak wabah
10. Hepatitis
11. DBD
12. Tifus perut
13. Campak
14. Meningitis
15. Polio
16. Ensefalitis
17. Difteri
18. Antraks
7
1. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut
kronis ataupun penyakit non infeksi.
2. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan
jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain
karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen
penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut
tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan
dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut
sebelumnya.
3. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat
dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan,
kabupaten atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat
tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.
4. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB
dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau
beberapa bulan maupun tahun.
8
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu
menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan duakali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata
jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu)kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh
persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
9
C. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB)
1. Herd Immunity Yang Rendah
2. Patogenesitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu
sehingga timbul sakit.
10
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi
mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.
1. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan
muntahan. Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
11
2. Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan
pestisida), pencemaran lingkungan,penangkapan ikan dengan racun,
toxin biologis dan kimia.
3. Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
4. Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya :
Salmonella, Staphylococus, Streptoccocus.
5. Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara,
misalnya Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara.
Pada air, misalnya Vibrio cholerae, Salmonella. Sedangkan pada
makanan, misalnya keracunan singkong, jamur, makan dalam kaleng
F. Penanggulangan KLB
12
untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes
Kota Surabaya, 2002). Upaya penanggulangan KLB yaitu :
1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina.
3. Pencegahan dan pengendalian.
4. Pemusnahan penyebab penyakit.
5. Penanganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
7. Upaya penanggulangan lainnya.
13
a. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan
logistic
b. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
c. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
d. Memperbaiki kerja laboratorium
e. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
2. Pengendalian KLB
14
H. Penyidikan KLB
15
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran.
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB.
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis.
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikan.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan
kepala sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
16
BAB III
17
A. HASIL
1. Kasus Malaria
18
Gambar 2. Karakteristik demografi, jenis Plasmodium dan lokasi geografi
kasus malaria pada Pekerja Tambang Tradisional di Kabupaten Bangka,
Propinsi BABEL, Indonesia, 2011-2012
19
2. Kejadian Luar Biasa
Dari tahun 2011 sampai 2012, hanya ada satu laporan Kejadian
Luar Biasa (KLB). Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangka, lokasi KLB yaitu di desa Bintet dan Bukit Ketok Kecamatan Belinyu.
Kasus KLB pertama kali teridentifikasi diantara buruh/pekerja tambang timah
tradisional yang mana lokasi tempat tinggal dan tempat kerja dekat (<500
meter) dengan tempat perindukan nyamuk (Lagoon) dan lubang bekas galian
tambang tradisional (kolong). Selanjutnya, survei entomologi yang dilakukan
pada tanggal 19-22 july 2011 menunjukkan hasil dari 124 nyamuk anopheles
dewasa, 2 jenis anopheles teridentifikasi yaitu A.Sundaicus and A.Barbirostris.
selain itu, selama KLB berlangsung tambang positive malaria (Dinas
Kesehatan Kabupaten Bangka, 2011). Tempat Perindukan and Jenis
Anopheles Transmisi malariA memerlukan keberadaan vektor malaria.
Berdasarkan survei rutin entomologi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Bangka, ditemukan 12 nyamuk anopheles di Kabupaten Bangka.
Vektor nyamuk ini menyebar diseluruh wilayah Kabupatn Bangka, bergantung
kepada kondisi geograpis tiap wilayah. Untuk daerah pantai, jenis anopheles
utama adalah An.Sundaicus.
B. Pembahasan
20
Aktivitas mobilisasi atau pada populasi yang tidak menetap
menciptakan masalah dalam usaha mengontrol malaria: bagaimana memonitor,
mengobati, dan melaksanakan program perlindungan terhadap malaria secara
berkesinambungan. Pergerakan penduduk akan menciptakan faktro risiko
untuk terinfeksi malaria dan penyakit infeksi lainnya yang tidak bisa dikontrol.
Sangat disayangkan, kami tidak dapat menghitung incidence rate malaria pada
pekera tambang karena ketidaklengkapan data pekerja tambang yang bekerja di
Kabupaten Bangka.
21
pada studi ini sama dengan beberapa hasil penelitian terdahulu di berbagai
negara. Lebih luas, studi ini memberikan ilustrasi penyebaran malaria di
Kabupaten Bangka diantara pekerja tambang.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah
penyakit.
2. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya
penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
3. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB.
4. Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan
datang (pengendalian).
5. Tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang terjadi dan
mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan bahwa keadaan
tersebut merupakan
23
sebagai suatu faktor risiko potensial malaria dan akan lebih fokus pada
penetapan strategi untuk perlindungan pekerja tambang tradisional terhadap
penularan malaria di Kabupaten Bangka dengan mempertimbangkan standar
penanggulangan dan pengukuran surveilan malaria malaria untuk daerah
endemis sedang.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://derenyy.wordpress.com/2013/09/28/kejadian-luar-biasa/
http://windaamelia.wordpress.com/2010/12/13/kejadian-luar-biasa-klb/
http://fajarasma.wordpress.com/2010/12/16/wabah-kejadian-luar-biasa-klb/
http://dunia-khayalanqyu.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa.html
http://decha-ariani.blogspot.com/2013/07/kejadian-luar-biasa.html
Artikel-Cisral-Shodiana-S2-IKM-Unpad
25
Pim M, Lisbeth H. Malaria on the Move: Human Population Movement and
26