Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Antika Nabila Tobing


2222002

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INTSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2022
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
 
A. LATAR BELAKANG
 
Kesehatan merupakan hal yang sangat urgent dalam membentuk negara yang
hebat. Tak dapat dipungkiri bahwa, terciptanya generasi bangsa yang sehat akan
mendorong potensi yang lebih besar untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkompeten dan berkualitas. Dengan keberadaan sumber daya manusia
yang berkualitas, maka secara otomatis pembangunan nasional dari segi kesehatan
akan terus mengalami peningkatan.
 
Peran tenaga kesehatan sebagai komponen penentu pelaksanaan program haruslah
memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan dan manajemen dalam suatu
tempat pelayanan kesehatan. Yang harus disadari adalah dalam manajemen
kesehatan diperlukan adanya subjek kesehatan yang mampu menjalankan fungsi
sebagai tenaga kesehatan yang mampu mengumpulkan, mengolah, maupun
menginterpretasi data dalam suatu struktur organisasi.
 
Disinilah letak peran vital para epidemiolog. Mereka dibekali dengan kemampuan
teknis dalam melakukan fungsi surveilans. Fungsi yang semakin lama semakin
dibutuhkan apalagi Ketika kita menelitik fakta bahwa semakin banyaknya
penyebaran penyakit di Indonesia, baik penyakit menular maupun tidak menular.
Surveilans bukan hanya sekedar berfungsi untuk mengumpulkan data, namun
fungsinya kian kompleks karena mereka juga dituntut mampu menganalisis
determinan munculnya suatu penyakit serta melakukan upaya pencegahan dan
promotif di bidang kesehatan khususnya epidemiologi.
 
Kegiatan surveilans dalam rangka mendukung penyediaan informasi epidemiologi
untuk pengambilan keputusan yang meliputi Sistem Surveilans Terpadu (SST), 
Surveilans Sentinel Puskesmas, Surveilans Acute Flaccid Paralysis, Surveilans
Tetanus Neonatorum, Surveilans Campak, Surveilans Infeksi Nosokomial,
Surveilans HIV/AID, Surveilans Dampak Krisis, Surveilans Kejadian Luar Biasa
(KLB) Penyakit dan Bencana, Surveilans Penyakit Tidak Menularserta Surveilans
Kesehatan Lingkungan untuk mendukung penyelenggaraan program pencegahan
dan pemberantasan penyakit, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
(SKD-KLB) dan penelitian. Pada Peraturan Pemerintah RI. No.25 tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Propinsi sebagai daerah
otonom, BAB II Pasal 2 ayat 3.10.j menyatakan bahwa salah satu kewenangan
Pemerintah di Bidang Kesehatan adalah “surveilans epidemiologi
serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan wabah penyakit menular
dan kejadian luarbiasa,” sementara pada BAB II Pasal 3 ayat 5.9.d menyatakan
bahwa salah satu kewenangan Provinsi di Bidang Kesehatan adalah
“surveilans epidemiologi serta penanggulangan  wabah penyakit dan kejadian
luar biasa.” Oleh karenanya, diharapkan pada setiap tempat pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, harusnya memiliki tenaga surveilans
sebagai pendukung efektivitas kinerja dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
 

B. PENGERTIAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Secara garis besar, surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara


sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah masalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit
atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan.

Kegiatan surveilans dilakukan secara terpadu dan terstruktur dalam sebuah tempat
pelayanankesehatan. Tak jarang sangat mudah menemui kegiatan surveilans, yang
biasanya terdapat padalaboratorium, tempat diagnosa penyakit, ataupun di tempat-
tempat penting lainnya. Maka sudahsepatutnya tenaga surveilans harus
ditempatkan pada sektor-sektor penting di tempat pelayanankesehatan.
 
C. VISI, MISI, DAN TUJUAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
 
A. Visi
  Manajemen kesehatan berbasis fakta yang cepat, tepat, dan akurat.
 
B. Misi
- Memperkuat sistem surveilans disetiap unit pelaksana program kesehatan.
 
- Meningkatkan kemampuan analisis dan rekomendasi epidemiologi yang
berkualitas dan bermanfaat.
 
- Menggalang dan meningkatkan kerjasama dan kemitraan unit surveilans
dalam pertukaran serta penyebaran informasi.
 
- Memperkuat sumber daya manusia di bidang epidemiologi untuk manajer
dan fungsional.

I. PENYELIDIKAN KLB

Penyelidikan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada suatu KLB untuk
memastikan adanya KLB, mengetahui penyebab, gambaran epidemiologi,
sumber-sumber penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta
menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efesien. Pelaksanaan
penyelidikan KLB adalah :

1. Pada saat pertama kali mendapat informasi adanya KLB atau adanya dugaan

KLB.

2. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan.


3. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau penelitian

lainya yang dilaksanakan sesudah KLB berakhir.

Penyelidikan epidemiologi KLB dimanfaatkan untuk melaksanakan upaya-upaya

penanggulangan suatu KLB yang sedang berlangsung, dan atau untuk

mendapatkan data epidemiologi serta gambaran pelaksanaan upaya-upaya

penanggulangan KLB yang dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam

penanggulangan KLB dimasa yang akan datang.

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

Di Kecamatan “W” pada tahun 2006 telah terjadi beberapa kasus penyakit menular

(Diare) dan kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) yang menimbulkan KLB

atau dugaan KLB. Dari beberapa laporan yang diterima dari periode bulan Januari sampai

Desember 2006 hasil kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Diare

Diare merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi,

alergi, keracunan, difesiensi dan sebab-sebab lain. Diare sering menimbulkan

KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang

disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan. KLB sering terjadi di daerah

dengan sanitasi buruk, tidak tercukupinya air bersih, status gizi buruk. Upaya

penanggulangan KLB diarahkan terutama mencegah terjadinya dehidrasi dan

kematian dan menekan terjadinya penyebaran kasus. Penegakan sistem rujukan

dari keluarga – pos pelayanan kesehatan dilakukan dengan cepat dan menjangkau

semua penderita. Apabila diagnosis etiologi dapat teridentifikasi dengan tepat,

maka pemberian antibiotika dapat mempercepat penyembuhan dan sekaligus


menghilangkan sumber penularan dengan cepat. Bagaimanapun juga identifikasi

faktor resiko lingkungan sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.

Penyelidikan Epidemiologi

Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap adanya laporan penderita diare

dimana telah terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian disebabkan oleh

diare. Terjadinya KLB diare pada suatu wilayah tertentu apabila memenuhi salah

satu kriteria:

1. Angka kesakitan dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan

menunjukan kenaikan mencolok selama 3 kurun waktu observasi (harian atau

mingguan).

2. Jumlah penderita dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan

menunjukan kenaikan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu (harian,

mingguan dan bulanan) dibandingkan dengan angka rata-rata dalam satu tahun

terakhir.

3. Peningkatan CFR (case fatality rate) pada suatu kecamatan, desa/kelurahan

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang lalu.

4. KLB kolera berlaku ketentuan : a. Daerah endemis, peningkatan jumlah

penderita dengan gejala klinis kolera terutama yang menyerang golongan umur >

5 tahun atau dewasa. b. Daerah bebas, terdapat satu atau lebih penderita atau

kematian karena diare dengan gejala klinis kolera dalam satu kecamatan,

desa/kelurahan. c. Apabila ada peningkatan kasus diare dan ditemukan satu

spesimen positif vibrio cholera dari pemeriksaan usap dubur. Disamping

penegakkan diagnosa KLB, penyelidikan KLB diare dapat menggambarkan

kelompok rentan dan penyebaran kasus yang memberikan arah upaya


penanggulangan. Pada penyelidikan KLB dapat juga menggambarkan hubungan

epidemiologi kasus-kasus dan faktor resiko tertentu, sanitasi dan sebagainya yang

diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran KLB diare.

Hubungan kasus dengan faktor resiko tidak selalu diperoleh berdasarkan

hubungan asosiasi, tetapi dapat diperkirakan dari pola penyebaran kasus dan pola

sanitasi daerah-daerah KLB dalam suatu peta atau grafik. Gambaran Klinis Diare

adalah buang air besar lembek, cair bahkan seperti air yang frekuensinya lebih

sering dari biasanya, pada umumnya 3 kali atau lebih dalam sehari. Sesuai

dengan etiologinya, disamping gejala diare, dapat disertai terjadinya muntah,

dehidrasi, sakit perut yang hebat, lendir dan darah dalam tinja serta beberapa

gejala lainnya.

Etiologi Ada beberapa macam penyebab diare, dapat dilihat pada table dibawah

ini:

Sumber dan Cara Penularan


Cara penularan diare adalah secara fecal oral. Tinja penderita diare mengandung

kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan. Penyebaran

melalui lalat, tangan tercemar dan sanitasi buruk.

Kronologis

Berdasarkan laporan lisan dari Bidan desa dan petugas kesehatan yang bertempat
tinggal di Desa “X”, telah terjadi peningkatan kasus diare secara bermakna di
Desa “X” pada tanggal 19 Juni 2006. Jumlah 16 kasus dengan 1 kematian.

Gambaran Umum Desa “X “

Desa “X” adalah salah satu dari 19 desa yang berada diwilayah kerja Puskesmas

“Y” Kecamatan “W” Kabupaten “Z”. Jumlah penduduk wilayah kerja

Puskesmas “Y” Kabupaten “Z” pada tahun 2006 adalah 18.847 jiwa, degan

jumlah penduduk di desa “X” berjumlah 1.623 jiwa, terdiri dari laki-laki

sebanyak 831 jiwa dan perempuan 769 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada grafik

1 di bawah ini.

Grafik 1

Distribusi Frekuensi Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Berdasarkan Kelompok

Umur Desa X Tahun 2006


Berdasarkan data mingguan (W2) khususnya di desa “X” dari minggu 1 – 22

tidak terlihat ada peningkatan kasus yang bermakna, artinya kasus yang muncul

masih dalam kondisi normal, tetapi pada minggu ke 23 – 25 terjadi peningkatan

kasus yang bermakna, dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini.

di Desa “X”

Berdasarkan kriteria KLB yaitu angka kesakitan dan atau kematian disuatu

kecamatan, desa/kelurahan menunjukan kenaikan yang mencolok selama 3 kurun

waktu observasi (harian/mingguan). Kenaikan yang terjadi dari minggu ke 23 ke

24 lebih dari 4 kali dan minggu ke 24 ke 25 hampir 2 kali.

Anda mungkin juga menyukai