Anda di halaman 1dari 13

BAB I

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
 
A. Latar Belakang
 
Kesehatan merupakan hal yang sangat urgent dalam membentuk negara yang
hebat. Takdapat dipungkiri bahwa, terciptanya generasi bangsa yang sehat akan
mendorong potensi yanglebih besar untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkompeten dan berkualitas. Dengan keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas,
maka secara otomatis pembangunan nasional dari segi kesehatan akan terus mengalami
peningkatan.
Peran tenaga kesehatan sebagai komponen penentu pelaksanaan program haruslah
memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan dan manajemen dalam suatu tempat
pelayanan kesehatan. Yang harus disadari adalah dalam manajemen kesehatan diperlukan
adanya subjek kesehatan yang mampu menjalankan fungsi sebagai tenaga kesehatan yang
mampu mengumpulkan, mengolah, maupun menginterpretasi data dalam suatu struktur
organisasi.
 
Disinilah letak peran vital para epidemiolog. Mereka dibekali dengan kemampuan
teknis dalam melakukan fungsi surveilans. Fungsi yang semakin lama semakin dibutuhkan
apalagi ketikakita menelitik fakta bahwa semakin banyaknya penyebaran penyakit di
Indonesia, baik penyakitmenular maupun tidak menular. Surveilans bukan hanya sekedar
berfungsi untuk mengumpulkan data, namun fungsinya kian kompleks karena mereka juga
dituntut mampu menganalisisdeterminan munculnya suatu penyakit serta melakukan
upaya pencegahan dan promotif di bidangkesehatan khususnya epidemiologi.
Kegiatan surveilans dalam rangka mendukung penyediaan informasi epidemiologi
untuk pengambilan keputusan yang meliputi Sistem Surveilans Terpadu (SST), SurveilanS
entinel Puskesmas, Surveilans Acute Flaccid Paralysis, Surveilans Tetanus Neonatorum,
SurveilansCampak, Surveilans Infeksi Nosokomial, Surveilans HIV/AID, Surveilans
Dampak Krisis,Surveilans Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit dan Bencana, Surveilans
Penyakit Tidak Menular serta Surveilans Kesehatan Lingkungan untuk mendukung
penyelenggaraan program pencegahandan pemberantasan penyakit, Sistem Kewaspadaan
Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) dan penelitian.
Oleh karenanya, diharapkan pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti
puskesmas,rumah sakit, poliklinik, harusnya memiliki tenaga surveilans sebagai
pendukung efektivitas kinerja dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 
B. Pengertian Surveilans Epidemiologi

Surveilans pada awalnya hanya dipahami sebatas proses pengumpulan dan


pengolahandata. Namun semakin berkembangnya dunia kesehatan, mendorong perluasan 
makna sekaligus perandan fungsi para tenaga surveilans. Tuntutan bahwa perlunya ada
proses analisis data
dan pengamatan terhadap faktor determinan penyakit justru membuat tenaga surveilans se
makinmemiliki posisi yang penting dalam pelayanan kesehatan. Sistem surveilans dalam
epidemiologiharus mampu melakukan kajian kritis terhadap insidensi dan prevalensi
penyakit sehingga mampumemberikan saran terkait upaya yang harus dilakukan dalam
menanggulangi penyakit tertentu.
Secara garis besar, surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara
sistematis danterus menerus terhadap penyakit atau masalah masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhiterjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agardapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulandata, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara programkesehatan.
Kegiatan surveilans dilakukan secara terpadu dan terstruktur dalam sebuah tempat
pelayanankesehatan. Tak jarang sangat mudah menemui kegiatan surveilans, yang
biasanya terdapat padalaboratorium, tempat diagnosa penyakit, ataupun di tempat-tempat
penting lainnya. Maka sudahsepatutnya tenaga surveilans harus ditempatkan pada sektor-
sektor penting di tempat pelayanankesehatan.
 
C. Visi, Misi, dan Tujuan Surveilans Epidemiologi
 
a. Visi
Manajemen kesehatan berbasis fakta yang cepat, tepat, dan akurat.
b. Misi
- Memperkuat sistem surveilans disetiap unit pelaksana program kesehatan.
- Meningkatkan kemampuan analisis dan rekomendasi epidemiologi yang berkualitas
dan bermanfaat.
- Menggalang dan meningkatkan kerjasama dan kemitraan unit surveilans dalam
pertukaran serta penyebaran informasi.
- Memperkuat sumber daya manusia di bidang epidemiologi untuk manajer dan
fungsional

c. Tujuan

Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen


kesehatan
untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi 
programkesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang
cepat dan tepatsecara nasional, propinsi dan kabupaten/kota menuju Indoensia yang
lebih sehat.
BAB II

LAPORAN KEGIATAN SURVEILANS DI PUSKESMAS KOLELET

A. Profil Petugas Surveilans


a. Nama : Nur Atikah, S.Kep.,Ners
b. Alamat : Kp. Sukaraja RT.002/RW.003 Desa Bantarpanjang Kec.Tigaraksa
c. No. Hp : 081806616500
d. Menjadi Tenaga Surveilans : Mulai bulan januari 2020 – sekarang
B. Jumlah Petugas Surveilans
Jumlah petugas survelans di puskesmas Kolelet berjumlah 1 orang. Dalam
menjalankanfungsingya petugas surveilans dibantu oleh tenaga kesling, promkes, dan
bidan desa yangmmasing-masing berjumlah 1 orang. Jumlah petugas surveilans yang
turun dalam mengumpulkan data biasanya tergantung dari tingkat temuan penyakit.
Misalnya kasus Covid-19 maka yang turun ke lapangan biasanya 2-3 orang.
C. Sasaran Daerah Petugas Surveilans
Petugas surveilans di Puskesmas Kolelet mencakup 3 Desa yaitu Desa Kolelet Wetan,
Desa Pabuaran dan Desa Sukamanah.
D.  Tugas dan Peran Petugas Surveilans
Petugas surveilans puskesmas tersebut mengutarakan bahwa tugas utama mereka adalah
mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data penyakit yang terjadi di 3 Desa yaitu
Desa Kolelet Wetan, Desa Pabuaran dan Desa Sukamanah kemudian menganalisis faktor
penyebab penyakit tersebut.
E. Siklus Pelaporan Surveilans
Siklus Pelaporan Surveilans yaitu mereka mengumpulkan data melalui buku
diagnosa pengunjung yang datang ke puskesmas untuk berobat, kemudian dicatat di
laporan harian, terus data tersebut dianalisa kenapa penyakit tersebut dapat terjadi. Apabila
penyakitnya tergolong berbahaya, maka akan diberikan rujukan ke tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi. Ia menyatakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
yaitu lingkungan dan pola hidupnya. Setelah itu petugas surveilans melaporkan hasil
analisis data penyakit ke Dinkes melalui sms.
F. Kegiatan Petugas Surveilans
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan petugas surveilans yakni :
a. Perencanaan,
b. Pengumpulan data,
c. Analisis,
d. Interpretasi,
e. Pelaporan,
f. Evaluasi.
BAB III
HASIL KEGIATAN

1. SURVEILANS PENYAKIT DBD


A. Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu penyakit yang
ditandai dengan
demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas.
Terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie)
misalnya perdarahan pada gusi, muntah atau berak darah, ada
pembesaran hati dan dapat timbull syok ( pasien gelisah, nadi cepat
dan lemah, extremitas dingin, kulit lembab, kesadaran menurun) pada
pemeriksaan Laboratorium ditemukan peningkatan hematokrit 20 %
dan trombosittopeni ( trombosis 100.000/mm3) ( Depkes RI,2003).
Sumber penularan penyakit adalah manusia dan nyamuk Aedes
. Manusia tertular melalui gigitan nayamuk Aedes yang telah terinfeksi
virus dengue, sebaliknya nyamuk terinfeksi ketika menggigit manusia
dalam stadium viremia. Viremia terjadi pada sebelum awalnya
munculnya gejala dan selama kurang lebih lima hari sejak timbulnya
gejala. Terdapat 2 jenis Vektor, yaitu Ae.aegypti yang merupakan
vektor utama.dan Ae.albopictus.
B. Penyelidikan Epidenologi
Penyelidikan Epidemologi diarahkan untuk
mengidentifikasikan faktor risiko, populasi yang berisiko tertular,
selingga bisa menetapkan program prioritas program
penanggulanagan wabah/KLB dan melakukan perbaikan keadaan yang
menyebabkan timbulnya kerentanan popoulasi yang nanatinya
dapat dijadikan bahan penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
KLB.Penyelidikan Epidemologi KLB DBD lebih diarahkan pada
identifikasi faktor risiko berupa vektor (nyamuk aedes aegypti) dan
tempat perindukan vektor tanpa mengesampaingkan faktor manusia
sebagai populasi risiko.

C. Langkah −Langkah Penyelidikan


a. Koordinasikan tim(klinis, progemer,laboratorium entomologist,
atau tenaga yang memahami antraks).
b. Penyiapan administrasi, alat, dan bahan,(surat tugas, surat izin
investigasi, kuesioner,dll)
c. Pengumpulan data dengan cara :
Petugas melakukan wawancara dengan penderita/keluarga,baik yang
masih dirawat di rumah sakit, puskesmas atau yang sudah pulang,
serta kasus tersangka yang dilaporkan oleh masyarakat . Data
dikumpulkan dengan maksud antara lain :
• Penetapan diagnosis DBD
• Identifikasi faktor risiko
• Pencarian kasus tambahan DBD
• Pengolahan Data
• Analisa Data
• Membuat laporan hasil Penyelidikan

Penemuan Kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kolelet Tahun 2022

NO DESA JUMLAH MENINGGAL


KASUS
1 Desa Kolelet 8 0
2 Desa Pabuaran 1 0
3 Desa Sukamanah 5 0

II. SURVEILANS PENYAKIT CAMPAK


A.Pengertian
Campak merupakan penyakit menular akut. Penyakit ini disebabkan oleh
virus golongan Paramyxoviridae (RNA) jenis Morbilivirus dengan masa
inkubasi antara 8-13 hari atau rata H rata 10 hari. Virus mudah rusak
terhadap panas dan cahaya. Sumber penularan yaitu manusia sebagai
Penderita. Penularan terjadi dari orang ke orang melaui batuk, bersin,
(sekrasi hidung) sampai 2 Jam setelah seseorang dengan campak
meninggalkan ruangan. Penularan dapat terjadi 1-3 hari Sebelum panas.
Waktu penularan yang paling sering adalah 4 hari sebelum dan 4 hari setelah
Rash. Penularan maksimum pada 3 - 4 hari setelah rash. Sangat menular, lebih dari
90 % diantara Kelompok rentan. Virus campak pertama kali dikenal pada abad ke
7. Sangat mudah menular, dan pada Umumnya terjadi pada anak-anak.
Gejala penyakit campak adalah sebagai berikut : Hari 1 - 3 :
• Panas makin hari makin tinggi
• Mata merah dan sakit bila kena cahaya
• Anak batuk/pilek
Hari 3 - 4 :
• Panas agak turun
• Timbul bercak-bercak merah pada kulit dimulai di belakang telinga
menjalar ke muka
• Mata bengkak terdapat cairan kuning kental
• Seluruh tubuh terlihat bercak-bercak Hari 4 - 6
• Bercak berubah menjadi kehitaman dan mulai mongering
• Selanjutnya mengelupas secara berangsur-angsur
• Akhirnya kulit kembali seperti semula tanpa menimbulkan bekas Factor
Resiko Komplikasi Campak
• Usia
• Malnutrisi
• Populasi padat
• Defisiensi immunitas
• Defisiensi vitamin A
B. Penyelidikan Epidomologi
Surveilance campak diperlukan untuk mengidentifikasi kasus dan populasi
resiko,deteksi dan investigasi KLB serta evaluasi.
Strategi imunisasi untuk meningkatkan pencegahan campak.
KLB campak ditetapkan jika di temukan minimal 5 kasus suspek campak yang
mengelompok dalam satu wilayah epidrmiologi dalam periode 3 minggu
berturut-turut.
C. Langkah-langkah Epidemologi
Langkah penanggulangan/pencegahan yang harus dilakukan oleh surveillance
apabila ditemukan kasus campak meliputi :
a. Koordinasi tim penyelidikan sesuai dengan bidang keahliannya atau yang
memahami penyakit campak (laboratories,dokter,epidemiologist (dll).
b. Ambil specimen darah dari 5 kasus saja dengan rash > 3 hari - 28 hari
c. Penyiapan penyelidikan epidemiologi (surat tugas,Kuisioner,Surat izin
investigasi dll)
d. Pengumpulan data (data primer,data sekunder) pengolahan data dan
analisa data kemudian laporkan hasil investigasi ke dinas kesehatan kab.
Lebak secepatnya.
e. Melakukan langkah kolaborasi medis untuk memberikan pengobatan
simtomatis dan antibiotika dan pemberian vit.A dosis tinggi pada kasus yang
ditemukan dilapangan
f. Pemberian vit.A dosis tinggi pada populasi balita beresiko disekitar daerah
KLB
g. Jika diperlukan melakukan vaksinasi campak pada populasi rentan

Penemuan Kasus Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Kolelet Tahun 2022

NO DESA JUMLAH MENINGGAL


KASUS
1 Desa Kolelet 0 0
2 Desa Pabuaran 1 0
3 Desa Sukamanah 8 0

III. SURVEILANS PENYAKIT COVID19


A.Pengertian Coronavirus ( Covid-19 )

Coronavirus atau coronavirus  adalah sekumpulan virus dari sub


famili Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nido
virales. Kelompok virus ini yang dapat
menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia
). Koronavirus ditemukan pada tahun 1960-an. Virus yang paling awal
ditemukan adalah virus bronkitis infeksius pada ayam dan dua virus
dari rongga hidung manusia dengan flu biasa yang kemudian diberi
nama human coronavirus 229E dan human coronavirus OC43. Sejak
saat itu, anggota koronavirus yang lain mulai diidentifikasi,
termasuk SARS-CoV pada 2003, HCoV NL63 pada 2004, HKU1 pada
2005, MERS-CoV (sebelumnya dikenal sebagai 2012-nCoV) pada 2012,
dan SARS-CoV-2 (sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV) pada 2019;
sebagian besar dari virus-virus ini terkait dengan infeksi saluran
pernapasan yang serius.

Coronavirus menyebabkan pilek dengan gejala utama


seperti demam dan sakit tenggorokan akibat pembengkakan adenoid,
terutama pada musim dingin dan awal musim semi. Koronavirus dapat
menyebabkan pneumonia, baik pneumonia virus langsung atau
pneumonia bakterial sekunder, dan dapat menyebabkan bronkitis, baik
bronkitis virus langsung atau bronkitis bakterial sekunder.

Coronavirus manusia yang ditemukan pada tahun 2003, SARS-CoV,


yang menyebabkan sindrom pernafasan akut berat (SARS), memiliki
patogenesis yang unik karena menyebabkan infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk
mencegah atau mengobati infeksi koronavirus manusia. Penularan
koronavirus dari manusia ke manusia diperkirakan terjadi melalui kontak
langsung dalam jarak dekat via tetesan kecil atau percikan (droplet) dari
saluran pernapasan yang dihasilkan penderita saat bersin dan batuk.
Penemuan Kasus Covid 19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kolelet Tahun 2022

NO DESA JUMLAH MENINGGAL


KASUS
1 Desa Kolelet 2 0
2 Desa Pabuaran 1 0
3 Desa Sukamanah 3 0
FISHBONE SURVEILANS

Alat Man

Belum adanya buku panduan dan


juknis dalam penanganan kasus DBD
SDM Puskesmas Kolelet
dan campak, kurang nya media
yang sudah terlatih TGC
penyuluhan, dan belum ada SOP
baru 4 orang
penanganan campak dan DBD Potensi Terjadinya KLB
Campak dan DBD di
Terdapat beberapa kampung di wilayah Wilayah Kerja PKM
Terbatasnya anggaran dalam kerja Puskesmas kolelet yang kumuh dan Kolelet
penanganan wabah KLB di kotor, masyarakat masih belum paham
tahun 2022 tentang pencegahan dbd dan campak,
masyarakat masih banyak yang tidak
mengetahui manfaat imunisasi campak

Dana Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai