Anda di halaman 1dari 43

PEMERINTAH KOTA PALOPO

DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO


PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor : / PKM-WUK/2019

KERANGKA ACUAN KERJA PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE)

I. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
3. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
1. Jujur
2. Disiplin
3. Bertanggungjawab
4. Kerjasama
5. Profesional
6. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta PP No.
40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular mengatur agar setiap
wabah penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular
(kejadian luar biasa KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis
telah diterbitkan peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010
tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan.Dalam pasal 14 permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010
disebutkan bahwa upaya penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua
puluh empat) Jam terhitung sejak terjadinya KLB.
Oleh karena itu disusun pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian
luar biasa (KLB) penyakit menular, dan keracunan pangan sebagi pedoman bagi
pelaksana baik di pusat maupun daerah.Diperlukan program yang terarah dan
sistematis, yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab disemua tingkat
administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di
lapangan, sehingga dalam pelaksanaanya dapat mencapai hasil yang optimal.
II. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB dengan
langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulanganya
menjadi lebih cepat dan akurat. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat,
diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang
diterjunkan ke lapangan.Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
terstruktur.Sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah
dalam rangka melakukan respon KLB.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Dilaksanakanya pengendalian KLB penyakit menular dan keracunan pangan sesuai
prosedur
B. Tujuan Khusus
1. Menurunya frekuensi KLB penyakit menular dan keracunan pangan
2. Menurunya angka kesakitan pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan
3. Menurunya angka kematian pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan
4. Menurunya periode waktu KLB penyakit menular dan keracunan pangan
5. Terbatasnya daerah / wilayah yang terserang KLB penyakit menular dan keracunan
pangan.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


A. KLB Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap laporan adanya penderita DBD,
terutama apabila terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian DBD.Pada daerah
yang selama beberapa waktu pernah ditemukan kasus DBD, maka adanya satu kasus
DBD perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi. Disamping upaya penegakan diagnosis,
penyelidikan epidemiologi ditujukan pada penemuan kasus lain di sekitar penderita,
kasus indeks, serta sumber dan cara penularan. Penyelidikan epidemiologi ditujukan
kepada identifikasi adanya nyamuk penular DBD, tempat perindukan dan
distribusinya.KLB DBD dinyatakan telah berakhir apabila selama 14 hari keadaan telah
kembali kepada jumlah normal tanpa ada kematian karena DBD.

B. KLB Campak
Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi
KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat
diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko.Disamping itu juga
untuk mendapatkan faktor resiko terjadinya KLB sehingga dapat dilakukukan tindak
lanjut. Jika dilaporkan KLB tersangka campak, maka dilakukan kunjungan dari rumah
kerumah ( rumah yang ada kasus campak dan rumah yang tidak ada kasus campak) di
wilayah tersebut., dengan mengisi format C1. Ini dilakukan untuk mencari kasus
tamabahan, populasi berisiko dan untuk melihat status imunisasi campak pada populasi
di daerah KLB. Cari faktor resiko KLB campak dengan form C2, dan beri rekomendasi.
C. DIARE
Penyelidikan KLB diare dapat menggambarkan kelompok rentan dan penyebaran
kasus yang memberikan arah upaya penanggulangan.Kurva epidemi dibuat dalam harian
dan mingguan kasus dan atau kematian. Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran
epidemi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate menurut umur, jenis kelamin
dan wilayah tertentu. Peta area map dan spot map dapat menggambarkan penyebaran
kasus dan kematian dari waktu ke waktu. Pada penyelidikan KLB juga dapat
menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan resiko tertentu, sanitasi dan
sebagainya yang sangat diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan
penyebaran KLB diare.

D. FLU BURUNG
Penyelidikan epidemiologi dan surveilans kontak kasus FB di lapangan
Berkoordinasi dengan petugas puskesmas untuk PE ke lapangan
 Lakukan pencarian kasus tambahan
 Lakukan pencarian faktor resiko dan sumber penularan
 Lakukan pemantauan kontak baik kontak unggas maupun kontak kasus
selama 2 kali inkubasi sejak kontak terakhir Lakukan pengambilan swab
nasofaing dan orofaring bila ada kontak yang
menunjukan gejala

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Cara melaksanakan kegiatan
1) Perencanaan Lakukan analisis masalah
 Penetapan masalah prioritas
 Inventarisasi alternatif pemecahan masalah
 Menyusun dokumen perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengendalian ( monitoring/supervise )
Rincian kegiatan,
Sasaran khusus, cara melaksanakan kegiatan No Kegiatan pokok Sasaran umum
Rincian kegiatan sasaran Cara melaksanakan kegiatan
 Penyelidikan KLB DBD Lokasi KLB DBD Penyelidikan epid di lokasi sekitar
penderita, kasus indeks, dan sumber penularan. Upaya Penegakan
diagnosis Mengunjungi kolasi KLB DBD
 Penyelidikan KLB Campak Melakukan tindak lanjut pada kasus KLB
Pengecekan waktu kejadian, umur, dan status imunisasi penderita
Mengetahui gambaran epidemiologi Mengunjungi lokasi KLB Campak
 Penyelidikan KLB Diare Melakukan tindak lanjut Memberikan arah upaya
penanggulan gan Mengetahui hubungan faktor resiko dengan penyakit
tertentu Membuat tabel dan grafik
 Penyelidikan KLB Flu Burung Melakukan tindak lanjut di lokasi KLB
Berkordinasi dengan petugas puskesmas Untuk menanggulan gi kasus
KLB Menyelidiki setiap ada laporan kasus

VI. SASARAN
Sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan meliputi
masalah-masalah yang berkaitan dengan program kesehatn yang ditetapkan
berdasrkan prioritas nasional, bilateral, regional dan global, penyakit potensial,
wabah, bencana dan komitmen lintas sektor serta sasaran spesifik lokal atau
daerah. Secara rinci sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemilogi
kesehatan adalah sebagi berikut:
Surveilans epidemiologi penyakit menular
 Surveilans epidemilogi penyakit tidak menular
 Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
 Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
 Surveilans epidemiologi kesehatn mata
VII. JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan Pelaksana Peran Waktu
Kegiatan
1 Penyelidikan 1. Pj P2 Survelens 1. Melakukan Penyelidikan Kasus Penyakit yang Setiap ada
Epidemiologi 2. Bidan akan di pantau Kasus yang PE
Kelurahan 2. Melakukan Edukasi tentang penyakit yang di
3. Pj Kesling PE
4. Pj Promkes 3. Melakukan edukasi yang berkaitan dengan
lingkungan terhadap penyakit yang di PE
4. Melakukan edukasi dan Preventif yang
berkaitan dengan prilaku masyarakat
terhadap penyakit yang di PE

VIII. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Monitoring dilakukan oleh Pj UKM Esensial, Evaluasi dilakukan oleh Kepala Puskesmas
setelak kegiatan dilkasanakan untuk menyusun rencana tindak lanjut
IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN ( DOKUMEN )
a. Pencatatan dan di laporkan setelak kegiatan dilaksanakan dan dibuatkan rencana
tindak lanjut
b. Dokument yang di butuhkan dalam kegiatan ini :
 Buku Pedoman Penyelidikan Epidemiologi
 SOP PE
 Surat Tugas
 Dokumentasi Kegiatan ( daftar Penderita, daerah penderita,)
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor : / PKM-WUK/2018
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN SURVEY JENTIK
1. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalahkesehatan
masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yangdisebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedesalbopictus. Aedes aegypti
lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnyadi dalam dan di sekitar rumah,
sedangkan Aedes albopictus di
kebun,sehinggalebih jarang kontak dengan manusia(Depkes RI , 1992 ). Timbulnya
mendadak dan banyakmengakibatkan kematian bagi penderitanya, sehingga tidak
mengherankan bila adanya penyakit ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat.Wabah
pertama terjadi pada tahun 1780 – an secara bersama di Asia, Afrika danAmerika Utara. Penyakit
ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besarglobal dimulai di Asia Tenggara pada
1950– an dan hingga 1975. Penyakit DBD
muncul pertama kali pada tahun 1953 di Filipina, di Indonesia dilaporkan pertama kali ta
hun1968 di Surabaya dengan jumlah kasus 58 orang, 24 dian taranya meninggal (CFR =41,32).
Penyakit.Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalahkesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luasdaerah penyebarannya,
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.Sampai saat ini penyakit DBD
belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun jugamasih diusahakan. Satu-satunya cara efektif
adalah mencegah dan menanggulanginyadengan cara memberantas nyamuk
penularnya. Nyamuk Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersi
hseperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampuhidup
pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaa laut, suka hidup didaratan rendahyang
berpenghuni padat. Dari telur hingga dewasa mencapai kurang lebih 12 hari.Menggigit pada pagi
dan sore hari.Jarak terbang maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidupmencapai 30 hari yang betina
mencapai 3 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah- buahan, naymuk betina menghisap
darah manusia untuk mematangkan telurnya.Setelah nyamuk betina menggigit orang sakit
DBD, 7 hari kemudian virus DBDdalam tubuhnya telah matang dan siap ditularkan kepada orang
lain melalui gigitannya. Nyamuk betina infektif dapat menularkan virus DBD seumur
hidupnya.Pemeriksaan jentik adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC,
vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang ai, alas pot kembang,
ketiakdaun, lubang pohon , pagar bambu.Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang
setelahdilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.B.
2. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia
sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anak-
anak. Di Indonesia DBD timbul sebagaiwabah untuk pertama kalinya di Surabaya pada tahun
1968. Sampai saat ini DBDdilaporkan telah menyebar dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan
dan selama tahun1974 sampai 1982 dilaporkan sebanyak 3500-7800 kasus dengan Case
Fatality Rate 3.9%. Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus
Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai daerah diIndonesia di
beberapa tahun yang lalu perlu mendapat perhatian. Begitu pula vektor Aedes aegepty yang
terdapat baik di daerah pedesaan maupun perkotaan memberi risikotimbulnya wabah penyakit di
masa akan datang. Untuk mengatasi masalah penyakitdemam berdarah di Indonesia telah puluhan
tahun dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya belum optimal.
Kejadian luar biasa (KLB) masihsering terjadi secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan
rantai penularan DBDialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor)
dan penggalian vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara
yaitu dengancara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pemberantasan
sarangnyamuk (PSN).Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Wara Utara
Kota sepanjang desember sampai sekarang adalah sebanyak 22 kasus .Dari data tersebut diatas
dipandang perlu melakukan kegiatan pemantauan jentiksecara berkala untuk mecegah dan
mengontrol perkembangbiakan jentik nyamuk perantara penyakit Demam Berdarah..

3. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk melindungi masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi rumahyang
menjadi sarang berkembangbiaknya jentik nyamuk.2.

2) Tujuan Khususa.
Populasi nyamuk terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantaranyamuk dapat
dicegah atau dikurangi.
b.Diperolehnya data yang akurat mengenai kondisi jentik di lingkungan wilayahkerja
puskesmas pekkae.D.

4. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN1.

Menentukan jadwal pemeriksaan jentik nyamuk.

Menyiapkan alat (senter).

Melapor ke Kepala Puskesmas tentang kegiatan pemeriksaan jentik

Menuju ke lokasi kegiatan.


Advokasi ke masyarakat (sasaran).

Melakukan pemeriksaan jentik dilokasi kegiatan.

Mencatat hasil kegiatan

5. SASARAN.

 4Kelurahan wilayah kerja puskesmas Wara Utara Kota .

 Sekolah-Sekolah di wilayah kerja puskesmas Wara Utara Kota

6. JADWAL PELAKSANAN KEGATANKEGIATAN


a. Jadwal Survey Jentik yang dilakukan Kader jumantik
No Kelurahan Jan Feb Mart Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des
1 Salobulo
2 Pattene
3 Luminda
4 Sabbamparu

b. Jadwal Survey Jentik di Sekolah ( TK 7, SD 7, SMP 6, SMA 5, PTS 4)


No Nama Sekolah Jan Feb Mart Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov De
s
1 SDN 26 Pattene
2 SDN 35 Lamandu
3 SDN 5 Salamae
4 SDN 8 Salobulo
5 SDN 15 Salolo
6 SDN 25 Sabbamparu
7 SDN Kristen
8 SMPN 1 Palopo
9 SMP Cokroaminoto
10 MTs Opu Daeng
Risaju
11 SMP Kristen Palopo
12 SMP 7 Palopo
13 SMP Frater Palopo
14 SMUN 1 Palopo
15 SMKN 1 Palopo
16 SMK Kristen
17 SMA Kristen
18 SMU Frater
7. EVALUAS
Evaluasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan dilakukan secara bertahap oleh Pj Esensial dan
Pj Program P2

8. BIAYA
Biaya dibebankan pada dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Wara Utara Kota Tahun
2018.
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor : / PKM-WUK/2019

KERANGKA ACUAN PEMBERIAN ABATESASI


A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
3. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
1. Jujur
2. Disiplin
3. Bertanggungjawab
4. Kerjasama
5. Profesional
6. Inovatif
Puskesmas sangat berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Pembangunan kesehatan merupakan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,kem
auan dan kemampuan masyrakat untuk hidup sehat, agar dapat kesehatan yang
optimal.Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk
kelangsunganhidup manusia. baik individu maupun kelompok agar bisa menciptakan
kualitas sumbermanusia yang sehat serta produktif. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh
empat factor yaitu,keturunan,pelayanankesehatan,prilkau,dan lingkungan.Lingkungan
mempuyai andil yang paling besar jika dibandingkan dengan tiga factor lainnya,kondisi
atau kualitas bisa mempengaruhi munculnya penyakit penyakit menularterutama
seperti demam berdarah dengue atau biasa dikenal dengan istilah ( DBD )

B. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit dengan gejala demam, munculnya
ruampada kulit, pusing, dan nyeri sendi.Demam Berdarah Dengue yang tidak
segeramendapat pertolongan dapat mengakibatkan kematian. DBD bersifat menular
sehinggaperlu pengendalian segera ataun akan menjadi wabah. Demam Berdarah
Dengue atauDBD disebabkan oleh virus dengue dengan bantuan vektor yaitu nyamuk
aedes aegyptidan aedes albopictus.Ada atau tidaknya nyamuk dilingkungan yang
menyebabkanpenyakit DBD ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Nyamuk jenis ini
akan sukaberkembang di tempat yang banyak genangan air. sehingga upaya penyehatan
lingkinganmelalui program penyuluhan DBD dan pemberian abatesasi. Ini sangat
diperlukan untukpengendalian penyakit DBD.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. Tujuan umum
Untuk membasmi jentik nyamuk pada air tergenang seperti pada bak
mandi dansumur gali dengan cara abayesasi selektif.

2. b.Tujuan khususa.
 Pemantauan jentik untuk di beri abate.
 Pencegahan DBD dan Malaria.
 Memberi pengertian pada masyarakat tentang abatesasi

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan pokok :
 memberikan abatesasi pada sumur gali, tong penampungan air yang tidak di
tutup dan bak mandi.
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
 Periksa setiap bak mandi, selokan,pot bunga yang ada di setiap rumah di
dalamlingkungan RT yang telah ditentukan oleh Puskesmas.

 Amati setiap bak genangan air yang di temukan ( bilaperlu menggunakan senter
)apakah di dalam bak genangan air tersebut terdapat jentik nyamuk.

 Catat setiap bak genangan air yang ada di setiap rumah pada blangko yang
didalamnya di temukan jentik nyamuk.

 Bila terdapat jentik nyamuk, berikan bubuk abate kepada pemilik rumah untuk
diletakan pada wadah penampung air.

F. SASARAN
 Bak mandi
 Drum
 Tong Air yang terbuka
 Vas Bunga
 Dispenser
 Kulkas
 Tempat minum binatang peliharaan

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Pemberian Abatesasi
No Kegiatan Pelakasana Peran Waktu Kegiatan
1 Abatesasi 1. Petugas o Melakukan edukasi Setiap 3 bulan
Survelens tentang kegiatan sekali ( Jan, Apr,
2. Surpervesor abatesasi Juli, Oktoner )
3. Koordinator RT o Menberi bubuk abate
4. Kader Jumantik / ke warga masyarakat
Jumantik Cilik

Kegiatan Abatesasi dinyatakan berhasil apabila dapat dilaksanakan sesuai jadwal dan
tujuan yang telah di tetapkan sesuai rencana dan tindak lanjut dari kegiatan abatesasi ini
Evaluasi hasil kegiatan berupa populasi jentik nyamuk terkendali sehingga masyarakat terlindung
dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi rumah yang menjadi sarang berkembang
biaknya nyamuk
H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan di lakukan di buku kegiatan dan di laporkan ke Dinas Kesehatan sesuai
format yang ada dan dilaporkan setiap bulan sekali dan dievaluasi oleh Pj UKM Esensial
setiap tiga bulan sekali.
Evaluasi kegiatan di lakukan oleh kepala Puskesmas dan Pelaksana Program setelah
kegiatan dilakukan sebagai bahan masukan untuk kegiatan selanjutnya.
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor :/ PKM-WUK/2019

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN FOGGING


I. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
3. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
7. Jujur
8. Disiplin
9. Bertanggungjawab
10. Kerjasama
11. Profesional
12. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat
yang sehat dan berkeadilan yang merata
Pada umumnya program pemberantasan penyakit DBD belum berhasil, terutama
karena masih tergantung pada penyemprotan dengan insektisida untuk membunuh
nyamuk dewasa. Penyemprotan membutuhkan pengoperasian khusus, membutuhkan
biaya cukup tinggi, dan detail teknis yang harus dikuasai pelaksana program. Berikut
beberapa informasi yang perlu diketahui tentang pemberantasan vektor DBD secara
kimia, khususnya melalui metode fogging.menurut Depkes RI (2007), kegiatan
pengendalian vektor dengan pengasapan atau fogging fokus dilakukan di rumah
penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi sumber
penularan. Fogging (pengabutan dengan insektisida) dilakukan bila hasil PE positif, yaitu
ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan tiga lebih penderita panas
tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5 %. Fogging dilaksanakan dalam radius 200 meter
dan dilakukan dua siklus dengan interval + 1minggu.
II. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan penanggulangan DBD secara umum dapat dibagi dalam tiga
wilayah: endemis, sporadis dan potensial bebas. Pemberantasan vektor masih harus
dilakukan dengan cara fogging foccus, abatisasi masal dan PSN dengan cara gerakan 3M.
Penyuluhan dengan cara gerakan bulan bakti 3M dilaksanakan oleh kader POKJA
setempat seminggu sekali sejalan dengan gerakan Jum’at bersih. Fogging (pengasapan)
memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut.Salah yang
menyebabkan Demam Berdarah dan Malaria. Selain itu juga dapat dilakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan (MBS)
III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
a. Tujuan Umum
Untuk menurunkan kejadian penyebab penyakit DBD
b. Tujuan Khusus
1. Memutus rantai penularan penyakit DBD
2. Mencegah terjadinya KLB
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
a. Kegiatan pokok Pelaksanaan Fogging
b. Rincian kegiatan
1. Penetapan wilayah/daerah focus yang akan defogging (biasanya radius 200 m).
2. Menyiapkan lokasi yang akan di foging.
3. Pelaksanaan fogingg oleh tim (siklus I dan II)
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
a. Menentukan waktu dan tempat yang akan di foging
b. Berkoordinasi dengan lintas sector kelurahan setempat
c. Menentukan area yang akan di lakukan fogging
d. Menentukan jarak radius 200 meter dari lokasi dengue
e. Memberitahu pada masyarakat yang dilakukan foging untuk Tidak mengunci
pintu,menutup makanan,mengeluarkan ternak piaraan.
f. Melakukan pengasapan di lokasi yang sudah ditentukan
g. Mencatat jumlah rumah yang dilakukan fogging

VI. SASARAN
1. Rumah penderita dan rumah disekitar dengan radius 100 m
2. Lahan-lahan yang diperkirakan menjadi tempat perindukan nyamuk.

VII. JADWAL KEGIATAN


No Kegiatan Pelaksana Peran Waktu Kegiatan
1 Foging o Tim P2 DinKes ( o Memberikan edukasi Januari s/d Desember
Focus Tim Foging ) tentang foging ( sebab & ( kasus yang ada )
o Petugas akibat ) kepada
Survelens masyarakat sekitar
wilayah foging
o Melakukan kegiatan
foging di wilayah kasus
DBD

VIII. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Monitoring dilakukan oleh Pj UKM Esensial. Evaluasi dilakukan oleh pelaksanan
program P2 dan Pj UKM Esensial setelah kegiatan
IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN ( DOKUMEN )
a. Pencatatan dan pelaporan
Hasil kegiatan dicatat dan dilaporkan untuk menyusun rencana tindak lanjut
b. Dokumen yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah :
 Kerangka Acuan
 SOP
 Surat Tugas
 Dokumentasi Kegiatan ( Daftar lokasi, jumlah rumah yang di foging )
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor : / PKM-WUK/2018

KERANGKA ACUAN DBD

1. Pendahuluan
Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan padamasalah dan tantangan
yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan social ekonomi dan perubahan lingkungan
strategis, baik secara nasional maupunglobal. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan
pencapaian sasaranMillenium Development Goals (MDGs) merupakan contoh masalah dantantangan
yang perlu menjadi perhatian seluruh stakeholder bidang kesehatan,khususnya para pengelola
program, dalam menyusun kebijakan dan strategi
agar pelaksanaannya menjadi lebih efisien dan efektif. Program pencegahan dan pengendalian penya
kit menular telah mengalami peningkatan
capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakatyang
menonjol terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angkakesakitan DBD masih tinggi, yaitu
sebesar 65,57 per 100.000 penduduk padatahun 2010, sedangkan angka kematian dapat ditekan di
bawah 1 persen, yaitu0,87 persen. Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen
RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis(RENSTRA)
Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES 1457tahun 2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal yang menguatkan pentingnyaupaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga
ketingkatKabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program pengendalian
penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angkakesakitan, dan kematian akibat
penyakit menular di Indonesia.

2. Latar Belakang
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatanmasyarakat dan
endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di Indonesia.Sejakditemukan pertama kali pada tahun 1968
hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkanmeningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh
provinsi di Indonesia(33 provinsi).Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah
endemistinggi DBD. sejak januari sampai dengan Maret tahun 2004 total kasus DBD di
seluruh propinsi diIndonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak389orang
(CFR 1,53% ).Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta 11.534 orang.Sedangkan CFR tertinggi
terdapat diPropinsi NTT (3,96 %). Penyakit DBD sering salahdidiagnosis dengan penyakit lain seperti
8lu atau tipus. Hal inidisebabkan karena infeksivirus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat
asimtomatik atau tidak jelasgejalanya.Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering
menunjukkangejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virustersebut
dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Olehkarena itudiperlukan
kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virusdengue, patofisiologi, dan
ketajamanpengamatan klinis. Dengan pemeriksaanklinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta
pemeriksaan penunjang(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang
memadai.Masih adanya kasus tiap tahun (daerah endemis) DBD diwilayah Pattene dan
bertambahnya wilayah yang terjangkit karena banyak nyatransportasi, perumahan atau pemukiman
penduduk baru, kurangnya kesadaran prilaku masyarakat terhadap kebersihan lingkungan,
dan banyak nya vektor diseluruh wilayah
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencegah danmelindungi diri dari
penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSNDBD) dan kebersihan lingkungan.
b. Tujuan Khusus.
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD
2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan DBD
3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar4. Menurunkan angka kesakitan DBD5.
Menurunkan angka kematian akibat DBD

4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


a. Surveilans epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus secara aktif maupun pasif,
surveilans vektor (Aedes sp), surveilans laboratorium dan surveilans terhadap faktor risiko
penularan penyakitseperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban sertasurveilans
akibat adanya perubahan iklim (climate change). Surveilans kasus itu sendiri merupakan suatu
proses pengamatan yang terus menerus sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan
data,analisa dan interpretasi data kesehatan dalam upaya menguraikan dan memantau suatu
peristiwa kesehatan agar dapat
dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap masalah kesehatan.Data yang
termasuk dalam surveilans kasus antara lain dokumen prosessurveilans kasus yaitu trend atau
grafik kasus, CFR, jumlah desaterjangkit; musim penularan; grafik maksimum minimum bulanan
kasus; petalokasi kelurahan/desa rawan DBD; daftar kecamatan, kelurahan endemis, sporadis,
potensial dan bebas yang ditanggulangi; buku catatan kasus per Keurahan; laporan kasus cepat
melalui jalur lain diluar lap KDRS; pengambilan kasus di RS oleh petugas ; pemberitahuan
kasusdari kab/kota lain serta lama waktu rata-rata antara dirawat sampai dilaksanakan PE dan
fogging kasus. Surveians juga dapat digunakan untuk menentukan luasnya infeksi dan resiko
penulara penyakit sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara
efektifdan efisien. Mekanisme pengumpulan data dapat dipilih secara pasif dengan menerima
laporan atau secara aktif mengumpulkan data dilapangan serta sumber data.Pengmpulan data
terhadap perorangan perlu juga mempertimbangkan kerahasiaan data. Surveilans kasus Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di meliputi kegiatan pengumpulan
dan pencatatan data tersangka DBD dan penderita DD,DBD,SSD; pengolahan dan penyajian data
penderita DBD untuk pemantauan KLB;KD/RS-DBD untuk pelaporan tersangka DBD, penderita
DD, DBD,SSD dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan; laporan KLB (W1);laporan mingguan
KLB (W2-DBD); laporan bulanan kasus/kematianDBD dan program pemberantasan (K-DBD); data
dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD (DPDBD), penentuan stratifikasi (endemisitas)
desa/kelurahan, distribusi kasus DBD per
RW/dusun, penentuan musim penularan dan kecenderungan DBD. Penyakit DBDyang termasuk
penyakit menular yang dapat menimbulkan wabahsehingga keberhasilan pencegahan dan
pemberantasan penyakit harus ditunjang oleh sistem survailans dan sistem manajemen yang
baik.Faktor-faktor manajemen meliputi faktor manusia (pengetahuan, sikap,tindakan, tingkat
pendidikan dan pelatihan yang pernahdiikuti petugas),faktor imbalan (uang jasa), faktor bahan
(material) dan faktor metode.Laporan penderita DD, DBD dan SSD selain untuk tindak
lanjut penyelidikan epidemiologis (PE) dan penanggulangan fokus (PSN DBD, larvasidasi,
penyuluhan tentang DBD/PSN DBD, dan fogging focus bila memenuhi kriteria) untuk membatasi
penyebaran penyakit, sekaligus sebagai pelaporan penderita secara berjenjang ke propinsi dan
pusat.Laporan tersangka DBD dimaksudkan untuk tindakan kewaspadaan seperti pemantauan
perkembangan diagnosis di unit pelayanan kesehatanatau oleh dinas kesehatan, pencarian
informasi kemungkinan adanyakasus tambahan (case active finding) di desa/kelurahan
tersangka berdomisili dan pemberian anjuran pemeriksaan di fasilitas kesehatanagar tidak terjadi
keterlambatan, peningkatan upaya penyuluhan DBDatau PSN DBD dan upaya penggerakan
masyarakat dalam PSN DBD diRT/RW/desa/kelurahan tempat tersangka berdomisili terutama
didesa/kelurahan endemis, dan lain-lain
b. Penemuan dan tatalaksana kasus
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatanyang cukup besar di
Indonesia, karena walaupun jumlah angka kematiansudah dapat ditekan, tetapi jumlah kasus
secara keseluruhan cenderungmeningkat dari tahun ke tahun.Manifestasi penyakit ini sangat
bervariasimulai dari yang paling ringan sampai gejala yang paling berat yang dapatdisertai
dengan renjatan.Penderita klinis tersangka DBD apabiladiagnosa tidak segera ditegakkan secara
dini maka dapat menuju kearahlebih berat, mudah terjadi renjatan dan akhirnya dapat berakibat
fatalkarena terjadinya DSS. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, makadiagnose `pasti DBD
penting sekali artinya, karena selain membantu penatalaksanaan dan pengelola

c. Pengendalian vector
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamukdewasa dan jentik nyamuk.Pada fase
nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untukmemutuskan rantai penularan antara
nyamuk yang terinfeksi kepadamanusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan
3MPlus :
1. Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas
2. Secara kimiawi dengan larvasidasi
3. Secara biologis dengan pemberian ikan
4. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,kelambu, memasang kawat kasa
dll)
Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :
1. Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik(Jumantik) dan dimonitor olah petugas
Puskesmas.
2. Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelummusim penularan.
3. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dandilaksanakan oleh petugas
Puskesmas.
4. Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikankepada pimpinan wilayah pada
rapat bulanan POKJANALDBD, yang menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik(ABJ).
d. Peningkatan peran serta masyarakat
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peranPKK dan organisasi
kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melaluiUKS dan pelatihan guru, tatanan institusi
(kantor, tempat0tempatumum dan tempat ibadah). Upaya pencegahan penyakit ini
telahdilakukan antara lain dengan pemutusan rantai nyamuk penularnyadengan cara penaburan
larvasida, fogging focus serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN merupakan cara
pemberantasan yang lebihaman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan
pemerintahdalam pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada programini, walaupun
cara ini sangat tergantung pada peranserta masyarakat Pada daerah-daerah dengan sumber air
bersih yang terbatas,masyarakat harus lebih berperan serta secara aktif dalam kegiatan
PSN,dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Adanya kegiatan 3M akan
sangat membantu dalam keberhasilan PSN-DBD.Tindakan 3M merupakan cara paling tepat
dalam pencegahan dan penanggulangan terjadinya Penyakit DBD. Penyuluhan kesehatan,yang
merupakan saluran penyampaian informasi dari para pelaksana program di lapangan
kepada warga masyarakat,
dapatberjalan dengan baik oleh apabila didukung oleh saran dan prasaran yang memadai.Ketidak
berhasilan program pencegahan dan pemberantasan DBD dalam mencegah dan menurunkan
tingginya angka kejadian penyakit DBD berhubungan erat dengan belum adanya peranserta
warga
e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB
Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegahterjadinya KLB dan apabila telah
terjadi KLB dapat segeraditanggulang dengan cepat dan tepat.Upaya dilapangan yaitu
denganmelaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE)
dan penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakanmasyarakat dan penyuluhan
untuk PSN serta larvasidasi. Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat manampung
pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana logistik, dan tenaga medis, paramedisdan
laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah menyiapkananggaran untuk perawatan bagi
pasien tidak mampu.Hal inidikarenakan seluruh informan menjawab mereka
melibatkanmasyarakat dalam penanggulangan DBD, juga melaksanakan kegiatanfogging focus,
adanya pengendalian sebelum musim penularan
dan penanggulangan kejadian luar biasa. Di Indonesia, pada saat musimhujan populasi nyamuk
meningkat meskipun saat musim kering populasinya tetap banyak oleh karena
masyarakat memiliki kebiasaanmenampung air di dalam bak air/drum terutama di daerah
sulitairsehingga nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun.
Kunci pencegahan penyakit DBD adalah pengawasan yang ketat untuk pelaporan dini hasil pema
ntauan kepadatan vektor sehingga pengambilan tindakan tidak terlambat
saat menerima laporan kasus darilokasi wabah.Keberadaan jumantik memiliki peran vital
dalam pemberantasan DBD karena bertugas memantau populasi nyamuk penular DBD dan
jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala dilakukan
oleh jumantik yang bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan.Hasil yang didapat
jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara jumlah
rumah/bangunan yang tidakditemukan jentik dengan jumlah rumah/ bangunan yang
diperiksadikali 100%. ABJ merupakan indikator penyebaran Aedes aegypti.ABJ yang ditargetkan
secara nasional mencapai lebih dari 95%.11,13ABJ sesungguhnya bukan jaminan akan adanya
penurunan jumlahkasus karena bisa saja daerah berpotensi sarang nyamuk yangtersembunyi
atau tidak terpantau seperti kaleng bekas di jalan, rumahkosong, lubang bambu/pohon, dan
sebagainya. Oleh karena itu, padasaat survei jentik memerlukan ketelitian dalam memeriksa
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.Secara umum, peran petugaskesehatan dinilai cukup
berhasil dalam pencegahan DBD, namunterdapat beberapa hal yang menjadi bahan
evaluasi.Pengalaman dilapangan dalam melakukan evaluasi kinerja jumantik biasanya
merekatidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenaiDBD dan
pencegahannya.Motivasi kepada masyarakat juga jarangdiberikan padahal, ini penting sekali
untuk selalu diberikan dandiingatkan kepada masyarakat tentang pencegahan DBD.
Kalau program ini berjalan dengan baik maka masyarakat akan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang DBD dan perilaku mereka
f. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanyamenyebarkan leaflet atau poster
tetapi juga ke arah perubahan perilakudalam pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan
kondisi setempat.Penyuluhan kesehatan tersebut merupakan salah satu cara yangdigunakan
untuk menambah pengetahuan dan kemampuan seseorangmelalui teknik belajar atau instruksi
dengan tujuan mengubah ataumempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok
maupunmasyarakat. Tujuan penyuluhan kesehatan tentang DBD adalahmenginformasikan
kepada masyarakat tentang penyakit tersebut.Dengan demikian, masyarakat akan
menggunakan pengetahuan darihasil penyuluhan tersebut untuk mengubah sikap dan praktik
agarmencapai kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tentang DBDmeningkatkan pemahaman
masyarakat tentang masalah yang terjadi dimasyarakat dan partisipasi masyarakat dalam
pencegahan DBD.
g. Kemitraan/jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya olehsektor kesehatan saja,
tetapi peran lintas program dan lintas sektorterkait sangat besar. Wadah kemitraan telah
terbentuk melalui SKKEPMENKES 581/1992 dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan
namaKelompok Kerja Operasional (POKJANAL).Organisasi inimerupakan wadah koordinasi dan
jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.
h. Monitoring dan evaluasiMonitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang daritingkat
kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut
pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcomeyang dicapai
pada setiap tahun.

5. Cara melaksanakan kegiatan.


a. Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam pencegahan dan pengendalian penyakit DBD merupakan salah satukunci keberhasilan
upaya pengendalian DBD. Untuk mendorongmeningkatnya peran aktif masyarakat, maka KIE,
pemasaran sosial,advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnyadilaksanakan
secara intensif dan berkesinambungan melalui berbagaimedia massa maupun secara
berkelompok atau individual denganmemperhatikan aspek sosial budaya yang lokal spesifik.
b. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD Upaya pengendalian DBD tidak
dapat dilaksanakan oleh sector kesehatan
saja, peran sektor terkait pengendalian penyakit DBD sangat menentukan.Oleh sebab itu
maka identifikasi stake-holders baik sebagai mitramaupun pelaku potensial
merupakan langkah awal dalam menggalang,meningkatkan dan mewujudkan kemitraan.
Jejaring kemitraandiselenggarakan melalui pertemuan berkala guna memadukan
berbagaisumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra. Pertemuan berkalasejak dari
tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan, pemantauandan penilaian melalui wadah
Kelompok Kerja Operasional(POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan administrasi.
c. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program SDM yang terampildan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satuunsur penting dalam mencapai
keberhasilan pelaksanaan program pengendalian DBD.
d. Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaankegiatan pengendalian
DBD kepada pemerintah kabupaten/kota,melalui SPM bidang kesehatan
e. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan Meningkatkanmutu lingkungan hidup
yang dapat mengurangi risiko penularan DBDkepada manusia, sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan akibatinfeksi Dengue/DBD
6. Sasaran
a. Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN yaitutatanan rumah tangga,
institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-tempat umum, tempat penjual makanan, fasilitas
olah raga dan yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD mampu mengatasi masalah
termasuk melindungi diri dari penularan DBD di dalam wadah organisasi kemasyarakatan yang
ada dan mengakar dimasyarakat.
b. Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,LSM dan organisasi
kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam penanggulangan penyakit DBD
c. Penanggungjawab program mampu membuat dan menetapkankebijakan operasional dan
menyusun prioritas dalam pengendalianDBD
d. SDM bidang kesehatan Kabupaten/Kota, Kecamatan danDesa/Kelurahan
7. Jadwal pelaksanaan kegiatan
No Nama Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Oktb Nov Des Tempat
t Kegiatan
1 Penemuan Puskesmas
dantatalaksana kasus
2 Pengendalian Vektor Insedentil
3 Peningkatan Peran Puskesmas
serta Masyarakat
4 Penyuluhan Puskesmas
dan
Tempat
Kunjungan
5 Sistem Kewaspadaan Tempat
Dini ( SKD ) dan Kunjungan
Penanggulangan KLB /Insedentil
6 Kemitraan Jejaring Wilayah
Kerja Kerja
Puskesmas
7 Monitoring dan Dinkes
Evaluasi Kab/Kota

8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap bulan sekalisaat lokmin bulanan
dan laporan dikirim ke Dinkes kabupaten. Pelaporan menggunakan format laporan yang telah
disediakan, meliputi ;
a. Pelaporan Rutin
1. Pelaporan dari unit pelayanan kesehatan (selain puskesmas)Setiap unit pelayanan
kesehatan yang menemukan tersangka
atau penderita DBD wajib segera melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten
/kota setempat selambat– lambatnya dalam 24 jam dengan tembusan ke
Puskesmas wilayah tempat tinggal penderita. Laporan tersangka DBD merupakan
laporan yang dipergunakan untuk tindakan kewaspadaan dan tindak lanjut
penanggulangannya juga merupakan laporan yang dipergunakan sebagai laporan
kasus yang diteruskan secara berjenjang dari puskesmas sampai pusat. Formulir
yangdigunakan adalah formulir kewaspadaan dini RS (KD/RS-DBD), danformulir
rekapitulasi penderita DBDper bulan (DP-DBD/RS).
2. Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten / kota
a. Menggunakan formulir KD/RS-DBD untuk pelaporan kasus DBDdalam 24 jam
setelah diagnosis ditegakkan
b. Menggunakan formulir DP DBD sebagai data dasar peroranganDBD yang
dilaporkan perbulan
c. Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan
d. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB
e. Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB
b. Pelaporan dalam situasi kejadian luar biasa
1. Pelaporan oleh unit pelayanan kesehatan (selain puskesmas)
a. Menggunakan formulir W1
b. Pelaporan dengan formulir DP-DBD ditingkatkan frekuensinyamenjadi mingguan
atau harian
c. Pelaporan dengan formulir KD/RS-DBD tetap dilaksanakan
2. Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten / kota
a. Menggunakan formulir W1
b. Menggunakan formulir KD/RS-DBD untuk pelaporan kasus DBDdalam 24 jam
setelah diagnosis ditegakkan
c. Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB

9. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


a. Pencatatan kegiatan dilaksanakan oleh programmer/pelaksana kegiatandengan menggunakan
komputer metode entri dan olah data.
b. Pelaporan dilakukan setiap bulan melalui lokmin Puskesmas, dandikirimkan kepada Dinas
Kesehatan secara berjenjang denganmenggunakan format yang terstandar setiap bulan
c. Evaluasi kegiatan meliputi evaluasi proses yakni cakupan per-bulan danevaluasi hasil dilakukan
pada akhir tahun sebagai bentuk kinerja program
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor :/ PKM-WUK/2019

KERANGKA ACUAN PELACAKAN PENYAKIT MENULAR BERPOTENSIAL KLB DI RUMAH SAKIT

A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
13. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
14. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
15. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
16. Jujur
17. Disiplin
18. Bertanggungjawab
19. Kerjasama
20. Profesional
21. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Penyakit menular di Puskesmas Wara Utara Kota masih menjadi upaya kesehatan
yangperlu di tingkatkan dan di waspadai, ada bermacam-macam jenis penyakit menular
diantaranya :
1.Penyakit menular yang potensial menimbulkan masalah/KLB
2.Penyakit menular yang bisa di cegah dengan PD3I
3.Penyakit menular yang sangat ditakuti masyarakat, seperti HIV-AIDS

Pencegahan penyakit menular merupakan salah satu masalah diwilayah Wara Utara Kota,
hal ini di perlukan penanganan dan pengobatan sedini mungkin serta peranaktif dari masyarakat
untuk menanggulangi penyakit menular
B. LATAR BELAKANG
Untuk menuju Indonesia sehat maka pemerintah mencanangkan programsurvailans
epidemiologi penyakit, penyelenggaraan survailans epidemiologi
kesehatanwajib di lakukan oleh setiap instasi kesehatan provinsi, instansi kesehatankabupaten/kot
a dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional ataustructural. survailans
epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan data danpenyelidikan KLB saja tetapi kegunaan
dari surveilans epidemiologi lebih dari itumisalnya untuk mengetahui
jangkauan dari pelayanan Masalah kesehatan, untukmeramalkan terjadinya wabah dan masih
banyak lagi, manfaat dari surveilansepidemiologi, umumnya survailans epidemiologi di gunakan
untuk:
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit
2. Untuk menentukan penyakit mana yang di prioritaskan untuk diobatiatau
diberantas
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya.
Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalahDiare,
Malaria, Demam Berdarah dengue, Influenza, Tifus Abdominalis, Penyakitsaluran pencernaan dan
Penyakit lainnya. Pada Puskesmas Wara Utara Kota, tidak berbedadengan Indonesia Pada
Umumnya, penyakit menular Juga masih menjadi masalah,ini dapat di lihat dari pencatatan dan
pelaporan Surveilans, dimana penyakit menularselalu menjadi Poin utama dalam Laporan
surveilans, seperti penyakit diare, typoid,DBDdan sebagainya hingga tahun 2018
C. TUJUAN
Tujuan pengamatan dan penyelidikan penyakit adalah :
1. Menemukan penderita menular sedini mungkin
2. Mengobati penderita menular agar tidak meluas/mewabah.
3. Pengobatan penderita secara tuntas
4. Memutus rantai penularan
5. Menganalisa hasil penyelidikan epidemiologi untuk mencegah terjadinya KLB

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Upaya Kegiatan Dalam Gedung Kegiatan di Luar Gedung
Upaya 1. Pengamatanperk 1. Penyelidikan epidemiologi bila terjadi KLB.
pencegahan embanganpenyak 2. Melakukan pelacakan dan menentukandaerah
penyakit it (datakesakitan fokus penyakit potensi KLB (Diare, Typoid, kolera,
menular dan dankematian), pes Bubo, Campak,Polio, Difteri, Pertusis, Rabies,
tidak menular menularmenurut Malaria,Avian influenza H5N1, penyakit
karakteristikepide Antraks,Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A
miologi baru(H1N1), Meningitis, Demam
(waktu,tempat kuningcikungunya dengan dengan membuat
dan orang)dalam pemetaan.
rangkakewaspada 3. Melakukan pencarian kasus penderitasecara aktif
an dini (pelacakan kasus, kunjunganrumah, dan
sertarespon pelacakan kontak sweeping)
Kejadian 4. Melakukan pelacakan dalam
LuarBiasa (KLB). upayapenanggulangan KLB.
2. Membuat 5. Penyuluhan kepada masyarakat melaluikegiatan
pencatatandan yan ada di desa/ kelurahansetempat.
pelaporankegiata 6. Melakukan kordinasi lintas sektor dantokoh
n. masyarakat dalam rangkapencegahan dan
3. Melakukan pengendalian penyakitmenular
sistemkewaspada
an dini KLB

E. RINCIAN KEGIATAN PENGAMATAN DAN PENYELIDIKAN PENYAKIT BERPOTENSIAL KLB


1. Pengumpulan data pencatatan insidensi terhadap population at risk. Rinciankegiatan ini
meliputi menentukan kelompok high risk, menetukan jenisdan karakteristiknya, menentukan
reservoir, transmisi, pencatatan kejadianpenyakit
2. Pengololaan data. Rincian kegiatan ini meliputi mengolah bentuk data yangmentah kemudian
di susun sedemikian rupa sehingga mudah di analisis, data yang terkumpul dapat di olah
dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentukpeta
3. Analisis dan intrepertasi data. Rincian kegiatan ini meliputi menganalisisuntuk memberikan arti
Dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat
4. Penyebarluasan data. Rincian kegiatan ini meliputi menyebarluaskan kepadasemua pihak
yang berkepentingan,agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
5. Evaluasi. Rincian kegiatan ini meliputi perencanaan, penanggulangan khusus,untuk kegiatan
followup, serta untuk penilaian hasil kegiatan

F. CARA MELAKUKAN KEGIATAN


Kegiatan pelacakan penyakit menular berpotensi
KLBmerupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematisdengan
mekanisme kerja sebagai berikut:
1. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya
2. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
3. Analisis dan interpretasi data
4. Studi epidemiologi
5. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
6. Membuat rekomendasi dan alternative tindak lanjut
7. Umpan Balik

G. SASARAN
Penyakit Menular yang berpotensi KLB adalah Survailans
a. Penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi.
b. Penyakit AFP.
c. Penyakit filariasis
d. Penyakit tuberculosis
e. Penyakit diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya
f. Penyakit kusta
g. Penyakit frambosia
h. Penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya
i. Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat

H. JADWAL KEGIATAN

N Kegiatan Loka Tenag Jan Fe Mart Apr Me Jun Juli Ags Se Okto No De
o si a b i i t pt v s
Pelaks
ana
1 Pengamatan RS / Survel Sesuai Kasus
danPelacakan Kelur ens
Penyakit menular ahan
2 Pengiriman PKM Survel Setiap Pekan Hari selasa
Laporan ens
Mingguan (W2 Via
SMS )
3 Pengiriman Dink Survel 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Laporan Bulanan es ens

I. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan ini dilaksanakan sesuai jadwal dan tujuan yang telah di tetapkan sesuai rencana
dan tindak lanjut dari kegiatan ini Evaluasi hasil kegiatan berupa penurunan angka kesakitan pada
masyarakat baik itu penyakit menular ataupun penyakit tidak menular

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan di lakukan di buku kegiatan dan di laporkan ke Dinas Kesehatan sesuai
format yang ada dan dilaporkan setiap bulan sekali
Dokumen yang di butuhkan dalam kegiatan ini adalah
1. Form STP Bulanan
2. Form W2
3. Laporan hasil pemantauan
Evaluasi kegiatan di lakukan oleh kepala Puskesmas dan Pelaksana Program setelah
kegiatan dilakukan sebagai bahan masukan untuk kegiatan selanjutnya
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo

Nomor : / PKM-WUK/2019
KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PEMANTAUAN JENTIK DI SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
3. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
1. Jujur
2. Disiplin
3. Bertanggungjawab
4. Kerjasama
5. Profesional
6. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia.Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes albopictus. Aedes aegypti lebih
berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan
Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia
(Depkes RI , 1992 ). Timbulnya mendadak dan banyaK mengakibatkan kematian bagi
penderitanya, sehingga tidak mengherankan bila adanya penyakit ini menimbulkan keresahan
bagi masyarakat.
Penyakit. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.Sampai saat ini penyakit DBD
belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih diusahakan. Satu-satunya cara efektif
adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk
penularnya. Nyamuk Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersh
seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampu hidup
pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaa laut, suka hidup didaratan rendah yang
berpenghuni padat.Dari telur hingga dewasa mencapai kurang lebih 12 hari.Menggigit pada pagi
dan sore hari.Jarak terbang maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidupmencapai 30 hari yang betina
mencapai 3 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah- buahan, naymuk betina menghisap
darah manusia untuk mematangkan telurnya.Setelah nyamuk betina menggigit orang sakit
DBD, 7 hari kemudian virus DBD dalam tubuhnya telah matang dan siap ditularkan kepada orang
lain melalui gigitannya. Nyamuk betina infektif dapat menularkan virus DBD seumur
hidupnya.Pemeriksaan jentik adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC,
vas bunga, tatakankulkas, dll dan diluar rumah seperti talangai, alas pot kembang,
ketiakdaun, lubang pohon , pagar bambu.Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.

B. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia
sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anakanak. Di Indonesia DBD timbul sebaga
i wabah untuk pertama kalinya di Surabaya pada tahun 1968.Sampai saat ini DBD dilaporkan telah
menyebar dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan. Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk
Aedes albopictus
. Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia di
beberapa tahun yang lalu perlu mendapat perhatian. Begitu pula vector Aedes aegepty yang
terdapat baik di daerah pedesaan maupun perkotaan memberi risiko timbulnya wabah penyakit di
masa akan datang. Untuk mengatasi masalah penyakit demam berdarah di Indonesia telah
puluhan tahun dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya
belum optimal. Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi secara teoritis ada empat cara
untuk memutuskan rantai penularan DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk (vektor) dan penggalian vektor.
Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengancara kimia dan
pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pemberantasan sarangnyamuk (PSN).Jumlah
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Wara Utara Kota sepanjang tahun 2018
sebanyak 25 Kasus .Dari data tersebut diatas dipandang perlu melakukan kegiatan pemantauan
jentiksecara berkala untuk mecegah dan mengontrol perkembangbiakan jentik
nyamuk perantara penyakit Demam Berdarah..

C. TUJUAN
1. .Tujuan Umum
Untuk melindungi anak-anak dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi sekolah yang
menjadi sarang berkembangbiaknya jentik nyamuk..
2. Tujuan Khusus.
a. Populasi nyamuk terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk
dapat dicegah atau dikurangi.
b. Diperolehnya data yang akurat mengenai kondisi jentik di lingkungan sekolah di
wilayah kerja puskesmas Wara Utara Kota.
D. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Menentukan jadwal pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah .
2. .Menyiapkan alat (senter).
3. Melapor ke Guru Wali kelas ttg kegiatan pemeriksaan jentik
4. Mencatat hasil kegiatan dan dilaporkan ke Kepala Sekolah sebagai bahan untuk
menyususn kegiatan tindak lanjut
5. Dokumetasi kegiatan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan di lakukan.

E. SASARAN.
 25 Sekolah ( 9 TK, 7 SD, 6 SMP, 6 SMU ) di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota.

F. JADWAL PELAKSANAN KEGATANKEGIATAN


No Kegiatan Pelakasana Peran Waktu
Kegiatan
1 Pemantauan 1. Petugas o Melakukan pembinaan terhadap anak sekolah Setiap hari
Jentik
Survelens tentang cara melakukan pemantauan jentik Jumat setiap
Berkala
Sekolah 2. Anak Sekolah berkala di sekolah minggunya
3. Guru Wali Kelas o Merekap hasil pemantauan jentik ( Januari s/d
o Melakukan pemantauan jentik di rumah warga Desember )

G. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan Jumantik di sekolah dinyatakan berhasil apabila dapat dilaksanakan sesuai jadwal
dan tujuan yang telah di tetapkan sesuai rencana dan tindak lanjut dari kegiatan jumantik ini
Evaluasi hasil kegiatan berupa populasi nyamuk terkendali sehingga anak sekolah dan guru-guru
yang ada di Sekolah terlindung dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi sekolah yang menjadi
sarang berkembang biaknya nyamuk
Monitoring di lakukan oleh Pj UKM Esensial , Evaluasi di lakukan oleh Kepala
Puskesmas setelah kegiatan di laksanakan untuk menyusun rencana selanjutnya
H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan di lakukan di buku kegiatan dan di laporkan ke Dinas Kesehatan sesuai
format yang ada dan dilaporkan setiap bulan sekali dan dievaluasi oleh Pj UKM Esensial
setiap tiga bulan sekali.
Dokumen yang di butuhkan dalam kegiatan ini adalah
1. Form Pemantau jentik
2. Form rekapan pemantau jentik
3. Laporan hasil pemantauan jentik
.

KERANGKA ACUAN PENGAMATAN DAN PENULARAN PENYAKITBERPOTENSIAL KLB

A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
4. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
5. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
6. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
7. Jujur
8. Disiplin
9. Bertanggungjawab
10. Kerjasama
11. Profesional
12. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Penyakit menular di Puskesmas Wara Utara Kota masih menjadi upaya kesehatan yang
perlu di tingkatkan dan di waspadai, ada bermacam-macam jenis penyakit menular diantaranya :
1. Penyakit menular yang potensial menimbulkan masalah/KLB
2. Penyakit menular yang bisa di cegah dengan PD3I
3. Penyakit menular yang sangat ditakuti masyarakat, seperti HIV-AIDS
Pencegahan penyakit menular merupakan salah satu masalah diwilayah Kerja Puskesmas
Wara Utara Kota , hal ini di perlukan penanganan dan pengobatan sedini mungkin serta peranaktif
dari masyarakat untuk menanggulangi penyakit menular.

B. LATAR BELAKANG
Untuk menuju Indonesia sehat maka pemerintah mencanangkan program survailans
epidemiologi penyakit, penyelenggaraan survailans epidemiologi kesehatan
wajib di lakukan oleh setiap instasi kesehatan provinsi, instansi kesehatan
kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional ataustructural.
survailans epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan data dan penyelidikan KLB saja tetapi
kegunaan dari surveilans epidemiologi lebih dari itu misalnya untuk mengetahui
jangkauan dari pelayanan Masalah kesehatan, untuk meramalkan terjadinya wabah dan masih
banyak lagi, manfaat dari surveilans epidemiologi, umumnya survailans epidemiologi di gunakan
untuk
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit
2. Untuk menentukan penyakit mana yang di prioritaskan untuk diobati atau diberantas
3. .Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya.
Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah Diare,
Malaria, Demam Berdarah dengue, Influenza, Tifus Abdominalis, Penyakit saluran pencernaan dan
Penyakit lainnya. Pada Puskesmas Wara Utara Kota, tidak berbeda dengan Indonesia Pada
Umumnya, penyakit menular Juga masih menjadi masalah,ini dapat di lihat dari pencatatan dan
pelaporan Surveilans, dimana penyakit menular selalu menjadi Poin utama dalam Laporan
surveilans, seperti penyakit diare, typoid,malaria dan sebagainya hingga tahun 2018.
C. TUJUAN
Tujuan pengamatan dan penyelidikan penyakit adalah :
1. Menemukan penderita menular sedini mungkin
2. Mengobati penderita menular agar tidak meluas/mewabah.
3. Pengobatan penderita secara tuntas
4. Memutus rantai penularan
5. Menganalisa hasil penyelidikan epidemiologi untuk mencegah terjadinya KLB
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN UPAYA KEGIATAN DI DALAM GEDUNG KEGIATAN
DI LUAR GEDUNG
Upaya pencegahan penyakit menular dan tidak menular
1. Pengamatan perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian),
menular menurut karakteristik epidemiologi (waktu,tempat dan orang )
dalam rangka kewaspadaan dini serta respon Kejadian Luar Biasa (KLB)
2. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
3. Melakukan system kewaspadaan dini KLB
a. Penyelidikan epidemiologi bila terjadi KLB.
b. Melakukan pelacakan dan menentukan daerah fokus penyakit potensi
KLB (Diare, Typoid, kolera, pes Bubo, IVD, Campak,Polio, Difteri, Pertusis,
Rabies, Malaria,Avian influenza H5N1, penyakit Antraks,Leptospirosis,
Hepatitis, Influenza A baru(H1N1), Meningitis, Demam kuningcikungunya
dengan dengan membuat pemetaan
c. Melakukan pencarian kasus penderitasecara aktif (pelacakan kasus,
kunjunganrumah, dan pelacakan kontak sweeping
d. Melakukan pelacakan dalam upaya penanggulangan KLB
e. Penyuluhan kepada masyarakat melaluikegiatan yan ada di desa/
kelurahan setempat.
f. Melakukan kordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit menular
Rincian Kegiatan pengamatan dan penyelidikan Penyakit berpotensial KLB adalah
1. Pengumpulan data pencatatan insidensi terhadap population at risk. Rinciankegiatan ini meliputi
menentukan kelompok high risk, menetukan jenisdan karakteristiknya, menentukan reservoir,
transmisi, pencatatan kejadianpenyakit.
2. Pengololaan data. Rincian kegiatan ini meliputi mengolah bentuk data yang mentah kemudian di
susun sedemikian rupa sehingga mudah di analisis, data yang terkumpul dapat di olah
dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta
3. Analisis dan intrepertasi data. Rincian kegiatan ini meliputi menganalisisuntuk memberikan arti Dan
memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat
4. Penyebarluasan data. Rincian kegiatan ini meliputi menyebarluaskan kepadasemua pihak yang
berkepentingan,agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
5. Evaluasi. Rincian kegiatan ini meliputi perencanaan, penanggulangan khusus,untuk kegiatan
followup, serta untuk penilaian hasil kegiatan

E. CARA MELAKUKAN KEGIATAN


Kegiatan pengamatan dan penyelidikan penyakit menular berpotensi
KLBmerupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematisdengan
mekanisme kerja sebagai berikut:
1. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya
2. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
3. Analisis dan interpretasi data
4. Studi epidemiologi
5. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
6. Membuat rekomendasi dan alternative tindak lanjut
7. Umpan
F. SASARAN
1. Penyakit Menular yang berpotensi KLB adalah Survailansa.
2. Penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi.
3. Penyakit AFPc.
4. Penyakit filariasisd.
5. Penyakit tuberculosise.
6. Penyakit diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya
7. Penyakit kusta
8. Penyakit frambosia
9. Penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya
10. Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat
G. JADWAL KEGIATAN
NOKEGIATANLOKASIPELAKSANAANTENAGAPELAKSANAJADWALJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG
SEP OCT NOV
DES1Pengamatan danPelacakan PenyakitmenularDesa Surveilans Sesuai Kasus2Pembinaan
/Monev PetugasPustu/PoskesdesPustu
/PoskesdesSurveilans Januari s / d Desember3Pengiriman LaporanMingguan (W2 ViaSMS),
analisa dataPuskesmas Surveilans Setiap Pekan Hari Selasa4Pengiriman
laporanBulananDinkes Surveilans 6 5 6 5 5 5 6 4 6 5 6 5
H.

EVALUASI
Evaluasi dilakukan oleh Tim Audit Internal Puskesmas Kabere terhadapketepatan pelaksanaan kegiatan
apakah sesuai jadwal pada saat persiapan danpelaksanaan
kegiatanLaporan evaluasi pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhirkegiatan evaluasi oleh Tim
Audit Internal Puskesmas Kabere Kab Enrekang
I.

PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pelaporan dan evaluasi dilakukan dengan menulis laporan kegiatan dalambentuk dokumen laporan baik
laporan W2 yang dilaporkan setiap pekan maupunlaporan STP yang dilaporkan setiap bulan setelah selesai
kegiatan dilakukan,kemudian laporan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang.
J.

Anda mungkin juga menyukai