Nomor : / PKM-WUK/2019
I. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
3. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
1. Jujur
2. Disiplin
3. Bertanggungjawab
4. Kerjasama
5. Profesional
6. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta PP No.
40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular mengatur agar setiap
wabah penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular
(kejadian luar biasa KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis
telah diterbitkan peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010
tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan.Dalam pasal 14 permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010
disebutkan bahwa upaya penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua
puluh empat) Jam terhitung sejak terjadinya KLB.
Oleh karena itu disusun pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian
luar biasa (KLB) penyakit menular, dan keracunan pangan sebagi pedoman bagi
pelaksana baik di pusat maupun daerah.Diperlukan program yang terarah dan
sistematis, yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab disemua tingkat
administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di
lapangan, sehingga dalam pelaksanaanya dapat mencapai hasil yang optimal.
II. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB dengan
langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulanganya
menjadi lebih cepat dan akurat. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat,
diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang
diterjunkan ke lapangan.Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
terstruktur.Sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah
dalam rangka melakukan respon KLB.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Dilaksanakanya pengendalian KLB penyakit menular dan keracunan pangan sesuai
prosedur
B. Tujuan Khusus
1. Menurunya frekuensi KLB penyakit menular dan keracunan pangan
2. Menurunya angka kesakitan pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan
3. Menurunya angka kematian pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan
4. Menurunya periode waktu KLB penyakit menular dan keracunan pangan
5. Terbatasnya daerah / wilayah yang terserang KLB penyakit menular dan keracunan
pangan.
B. KLB Campak
Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi
KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat
diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko.Disamping itu juga
untuk mendapatkan faktor resiko terjadinya KLB sehingga dapat dilakukukan tindak
lanjut. Jika dilaporkan KLB tersangka campak, maka dilakukan kunjungan dari rumah
kerumah ( rumah yang ada kasus campak dan rumah yang tidak ada kasus campak) di
wilayah tersebut., dengan mengisi format C1. Ini dilakukan untuk mencari kasus
tamabahan, populasi berisiko dan untuk melihat status imunisasi campak pada populasi
di daerah KLB. Cari faktor resiko KLB campak dengan form C2, dan beri rekomendasi.
C. DIARE
Penyelidikan KLB diare dapat menggambarkan kelompok rentan dan penyebaran
kasus yang memberikan arah upaya penanggulangan.Kurva epidemi dibuat dalam harian
dan mingguan kasus dan atau kematian. Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran
epidemi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate menurut umur, jenis kelamin
dan wilayah tertentu. Peta area map dan spot map dapat menggambarkan penyebaran
kasus dan kematian dari waktu ke waktu. Pada penyelidikan KLB juga dapat
menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan resiko tertentu, sanitasi dan
sebagainya yang sangat diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan
penyebaran KLB diare.
D. FLU BURUNG
Penyelidikan epidemiologi dan surveilans kontak kasus FB di lapangan
Berkoordinasi dengan petugas puskesmas untuk PE ke lapangan
Lakukan pencarian kasus tambahan
Lakukan pencarian faktor resiko dan sumber penularan
Lakukan pemantauan kontak baik kontak unggas maupun kontak kasus
selama 2 kali inkubasi sejak kontak terakhir Lakukan pengambilan swab
nasofaing dan orofaring bila ada kontak yang
menunjukan gejala
VI. SASARAN
Sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan meliputi
masalah-masalah yang berkaitan dengan program kesehatn yang ditetapkan
berdasrkan prioritas nasional, bilateral, regional dan global, penyakit potensial,
wabah, bencana dan komitmen lintas sektor serta sasaran spesifik lokal atau
daerah. Secara rinci sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemilogi
kesehatan adalah sebagi berikut:
Surveilans epidemiologi penyakit menular
Surveilans epidemilogi penyakit tidak menular
Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Surveilans epidemiologi kesehatn mata
VII. JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan Pelaksana Peran Waktu
Kegiatan
1 Penyelidikan 1. Pj P2 Survelens 1. Melakukan Penyelidikan Kasus Penyakit yang Setiap ada
Epidemiologi 2. Bidan akan di pantau Kasus yang PE
Kelurahan 2. Melakukan Edukasi tentang penyakit yang di
3. Pj Kesling PE
4. Pj Promkes 3. Melakukan edukasi yang berkaitan dengan
lingkungan terhadap penyakit yang di PE
4. Melakukan edukasi dan Preventif yang
berkaitan dengan prilaku masyarakat
terhadap penyakit yang di PE
Nomor : / PKM-WUK/2018
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN SURVEY JENTIK
1. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalahkesehatan
masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yangdisebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedesalbopictus. Aedes aegypti
lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnyadi dalam dan di sekitar rumah,
sedangkan Aedes albopictus di
kebun,sehinggalebih jarang kontak dengan manusia(Depkes RI , 1992 ). Timbulnya
mendadak dan banyakmengakibatkan kematian bagi penderitanya, sehingga tidak
mengherankan bila adanya penyakit ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat.Wabah
pertama terjadi pada tahun 1780 – an secara bersama di Asia, Afrika danAmerika Utara. Penyakit
ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besarglobal dimulai di Asia Tenggara pada
1950– an dan hingga 1975. Penyakit DBD
muncul pertama kali pada tahun 1953 di Filipina, di Indonesia dilaporkan pertama kali ta
hun1968 di Surabaya dengan jumlah kasus 58 orang, 24 dian taranya meninggal (CFR =41,32).
Penyakit.Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalahkesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luasdaerah penyebarannya,
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.Sampai saat ini penyakit DBD
belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun jugamasih diusahakan. Satu-satunya cara efektif
adalah mencegah dan menanggulanginyadengan cara memberantas nyamuk
penularnya. Nyamuk Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersi
hseperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampuhidup
pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaa laut, suka hidup didaratan rendahyang
berpenghuni padat. Dari telur hingga dewasa mencapai kurang lebih 12 hari.Menggigit pada pagi
dan sore hari.Jarak terbang maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidupmencapai 30 hari yang betina
mencapai 3 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah- buahan, naymuk betina menghisap
darah manusia untuk mematangkan telurnya.Setelah nyamuk betina menggigit orang sakit
DBD, 7 hari kemudian virus DBDdalam tubuhnya telah matang dan siap ditularkan kepada orang
lain melalui gigitannya. Nyamuk betina infektif dapat menularkan virus DBD seumur
hidupnya.Pemeriksaan jentik adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC,
vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang ai, alas pot kembang,
ketiakdaun, lubang pohon , pagar bambu.Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang
setelahdilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.B.
2. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia
sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anak-
anak. Di Indonesia DBD timbul sebagaiwabah untuk pertama kalinya di Surabaya pada tahun
1968. Sampai saat ini DBDdilaporkan telah menyebar dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan
dan selama tahun1974 sampai 1982 dilaporkan sebanyak 3500-7800 kasus dengan Case
Fatality Rate 3.9%. Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus
Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai daerah diIndonesia di
beberapa tahun yang lalu perlu mendapat perhatian. Begitu pula vektor Aedes aegepty yang
terdapat baik di daerah pedesaan maupun perkotaan memberi risikotimbulnya wabah penyakit di
masa akan datang. Untuk mengatasi masalah penyakitdemam berdarah di Indonesia telah puluhan
tahun dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya belum optimal.
Kejadian luar biasa (KLB) masihsering terjadi secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan
rantai penularan DBDialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor)
dan penggalian vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara
yaitu dengancara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pemberantasan
sarangnyamuk (PSN).Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Wara Utara
Kota sepanjang desember sampai sekarang adalah sebanyak 22 kasus .Dari data tersebut diatas
dipandang perlu melakukan kegiatan pemantauan jentiksecara berkala untuk mecegah dan
mengontrol perkembangbiakan jentik nyamuk perantara penyakit Demam Berdarah..
3. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk melindungi masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi rumahyang
menjadi sarang berkembangbiaknya jentik nyamuk.2.
2) Tujuan Khususa.
Populasi nyamuk terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantaranyamuk dapat
dicegah atau dikurangi.
b.Diperolehnya data yang akurat mengenai kondisi jentik di lingkungan wilayahkerja
puskesmas pekkae.D.
5. SASARAN.
8. BIAYA
Biaya dibebankan pada dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Wara Utara Kota Tahun
2018.
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo
Nomor : / PKM-WUK/2019
B. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit dengan gejala demam, munculnya
ruampada kulit, pusing, dan nyeri sendi.Demam Berdarah Dengue yang tidak
segeramendapat pertolongan dapat mengakibatkan kematian. DBD bersifat menular
sehinggaperlu pengendalian segera ataun akan menjadi wabah. Demam Berdarah
Dengue atauDBD disebabkan oleh virus dengue dengan bantuan vektor yaitu nyamuk
aedes aegyptidan aedes albopictus.Ada atau tidaknya nyamuk dilingkungan yang
menyebabkanpenyakit DBD ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Nyamuk jenis ini
akan sukaberkembang di tempat yang banyak genangan air. sehingga upaya penyehatan
lingkinganmelalui program penyuluhan DBD dan pemberian abatesasi. Ini sangat
diperlukan untukpengendalian penyakit DBD.
2. b.Tujuan khususa.
Pemantauan jentik untuk di beri abate.
Pencegahan DBD dan Malaria.
Memberi pengertian pada masyarakat tentang abatesasi
Amati setiap bak genangan air yang di temukan ( bilaperlu menggunakan senter
)apakah di dalam bak genangan air tersebut terdapat jentik nyamuk.
Catat setiap bak genangan air yang ada di setiap rumah pada blangko yang
didalamnya di temukan jentik nyamuk.
Bila terdapat jentik nyamuk, berikan bubuk abate kepada pemilik rumah untuk
diletakan pada wadah penampung air.
F. SASARAN
Bak mandi
Drum
Tong Air yang terbuka
Vas Bunga
Dispenser
Kulkas
Tempat minum binatang peliharaan
Kegiatan Abatesasi dinyatakan berhasil apabila dapat dilaksanakan sesuai jadwal dan
tujuan yang telah di tetapkan sesuai rencana dan tindak lanjut dari kegiatan abatesasi ini
Evaluasi hasil kegiatan berupa populasi jentik nyamuk terkendali sehingga masyarakat terlindung
dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi rumah yang menjadi sarang berkembang
biaknya nyamuk
H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan di lakukan di buku kegiatan dan di laporkan ke Dinas Kesehatan sesuai
format yang ada dan dilaporkan setiap bulan sekali dan dievaluasi oleh Pj UKM Esensial
setiap tiga bulan sekali.
Evaluasi kegiatan di lakukan oleh kepala Puskesmas dan Pelaksana Program setelah
kegiatan dilakukan sebagai bahan masukan untuk kegiatan selanjutnya.
PEMERINTAH KOTA PALOPO
DINAS KESEHATAN KOTA PALOPO
PUSKESMAS WARA UTARA KOTA
JL. DR.Ratulangi Kel. Salobulo Kec. Wara Utara Kota Palopo
Nomor :/ PKM-WUK/2019
VI. SASARAN
1. Rumah penderita dan rumah disekitar dengan radius 100 m
2. Lahan-lahan yang diperkirakan menjadi tempat perindukan nyamuk.
Nomor : / PKM-WUK/2018
1. Pendahuluan
Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan padamasalah dan tantangan
yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan social ekonomi dan perubahan lingkungan
strategis, baik secara nasional maupunglobal. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan
pencapaian sasaranMillenium Development Goals (MDGs) merupakan contoh masalah dantantangan
yang perlu menjadi perhatian seluruh stakeholder bidang kesehatan,khususnya para pengelola
program, dalam menyusun kebijakan dan strategi
agar pelaksanaannya menjadi lebih efisien dan efektif. Program pencegahan dan pengendalian penya
kit menular telah mengalami peningkatan
capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakatyang
menonjol terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angkakesakitan DBD masih tinggi, yaitu
sebesar 65,57 per 100.000 penduduk padatahun 2010, sedangkan angka kematian dapat ditekan di
bawah 1 persen, yaitu0,87 persen. Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen
RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis(RENSTRA)
Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES 1457tahun 2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal yang menguatkan pentingnyaupaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga
ketingkatKabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program pengendalian
penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angkakesakitan, dan kematian akibat
penyakit menular di Indonesia.
2. Latar Belakang
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatanmasyarakat dan
endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di Indonesia.Sejakditemukan pertama kali pada tahun 1968
hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkanmeningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh
provinsi di Indonesia(33 provinsi).Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah
endemistinggi DBD. sejak januari sampai dengan Maret tahun 2004 total kasus DBD di
seluruh propinsi diIndonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak389orang
(CFR 1,53% ).Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta 11.534 orang.Sedangkan CFR tertinggi
terdapat diPropinsi NTT (3,96 %). Penyakit DBD sering salahdidiagnosis dengan penyakit lain seperti
8lu atau tipus. Hal inidisebabkan karena infeksivirus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat
asimtomatik atau tidak jelasgejalanya.Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering
menunjukkangejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virustersebut
dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Olehkarena itudiperlukan
kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virusdengue, patofisiologi, dan
ketajamanpengamatan klinis. Dengan pemeriksaanklinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta
pemeriksaan penunjang(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang
memadai.Masih adanya kasus tiap tahun (daerah endemis) DBD diwilayah Pattene dan
bertambahnya wilayah yang terjangkit karena banyak nyatransportasi, perumahan atau pemukiman
penduduk baru, kurangnya kesadaran prilaku masyarakat terhadap kebersihan lingkungan,
dan banyak nya vektor diseluruh wilayah
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencegah danmelindungi diri dari
penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSNDBD) dan kebersihan lingkungan.
b. Tujuan Khusus.
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD
2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan DBD
3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar4. Menurunkan angka kesakitan DBD5.
Menurunkan angka kematian akibat DBD
c. Pengendalian vector
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamukdewasa dan jentik nyamuk.Pada fase
nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untukmemutuskan rantai penularan antara
nyamuk yang terinfeksi kepadamanusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan
3MPlus :
1. Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas
2. Secara kimiawi dengan larvasidasi
3. Secara biologis dengan pemberian ikan
4. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,kelambu, memasang kawat kasa
dll)
Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :
1. Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik(Jumantik) dan dimonitor olah petugas
Puskesmas.
2. Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelummusim penularan.
3. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dandilaksanakan oleh petugas
Puskesmas.
4. Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikankepada pimpinan wilayah pada
rapat bulanan POKJANALDBD, yang menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik(ABJ).
d. Peningkatan peran serta masyarakat
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peranPKK dan organisasi
kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melaluiUKS dan pelatihan guru, tatanan institusi
(kantor, tempat0tempatumum dan tempat ibadah). Upaya pencegahan penyakit ini
telahdilakukan antara lain dengan pemutusan rantai nyamuk penularnyadengan cara penaburan
larvasida, fogging focus serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN merupakan cara
pemberantasan yang lebihaman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan
pemerintahdalam pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada programini, walaupun
cara ini sangat tergantung pada peranserta masyarakat Pada daerah-daerah dengan sumber air
bersih yang terbatas,masyarakat harus lebih berperan serta secara aktif dalam kegiatan
PSN,dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Adanya kegiatan 3M akan
sangat membantu dalam keberhasilan PSN-DBD.Tindakan 3M merupakan cara paling tepat
dalam pencegahan dan penanggulangan terjadinya Penyakit DBD. Penyuluhan kesehatan,yang
merupakan saluran penyampaian informasi dari para pelaksana program di lapangan
kepada warga masyarakat,
dapatberjalan dengan baik oleh apabila didukung oleh saran dan prasaran yang memadai.Ketidak
berhasilan program pencegahan dan pemberantasan DBD dalam mencegah dan menurunkan
tingginya angka kejadian penyakit DBD berhubungan erat dengan belum adanya peranserta
warga
e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB
Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegahterjadinya KLB dan apabila telah
terjadi KLB dapat segeraditanggulang dengan cepat dan tepat.Upaya dilapangan yaitu
denganmelaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE)
dan penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakanmasyarakat dan penyuluhan
untuk PSN serta larvasidasi. Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat manampung
pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana logistik, dan tenaga medis, paramedisdan
laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah menyiapkananggaran untuk perawatan bagi
pasien tidak mampu.Hal inidikarenakan seluruh informan menjawab mereka
melibatkanmasyarakat dalam penanggulangan DBD, juga melaksanakan kegiatanfogging focus,
adanya pengendalian sebelum musim penularan
dan penanggulangan kejadian luar biasa. Di Indonesia, pada saat musimhujan populasi nyamuk
meningkat meskipun saat musim kering populasinya tetap banyak oleh karena
masyarakat memiliki kebiasaanmenampung air di dalam bak air/drum terutama di daerah
sulitairsehingga nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun.
Kunci pencegahan penyakit DBD adalah pengawasan yang ketat untuk pelaporan dini hasil pema
ntauan kepadatan vektor sehingga pengambilan tindakan tidak terlambat
saat menerima laporan kasus darilokasi wabah.Keberadaan jumantik memiliki peran vital
dalam pemberantasan DBD karena bertugas memantau populasi nyamuk penular DBD dan
jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala dilakukan
oleh jumantik yang bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan.Hasil yang didapat
jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara jumlah
rumah/bangunan yang tidakditemukan jentik dengan jumlah rumah/ bangunan yang
diperiksadikali 100%. ABJ merupakan indikator penyebaran Aedes aegypti.ABJ yang ditargetkan
secara nasional mencapai lebih dari 95%.11,13ABJ sesungguhnya bukan jaminan akan adanya
penurunan jumlahkasus karena bisa saja daerah berpotensi sarang nyamuk yangtersembunyi
atau tidak terpantau seperti kaleng bekas di jalan, rumahkosong, lubang bambu/pohon, dan
sebagainya. Oleh karena itu, padasaat survei jentik memerlukan ketelitian dalam memeriksa
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.Secara umum, peran petugaskesehatan dinilai cukup
berhasil dalam pencegahan DBD, namunterdapat beberapa hal yang menjadi bahan
evaluasi.Pengalaman dilapangan dalam melakukan evaluasi kinerja jumantik biasanya
merekatidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenaiDBD dan
pencegahannya.Motivasi kepada masyarakat juga jarangdiberikan padahal, ini penting sekali
untuk selalu diberikan dandiingatkan kepada masyarakat tentang pencegahan DBD.
Kalau program ini berjalan dengan baik maka masyarakat akan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang DBD dan perilaku mereka
f. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanyamenyebarkan leaflet atau poster
tetapi juga ke arah perubahan perilakudalam pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan
kondisi setempat.Penyuluhan kesehatan tersebut merupakan salah satu cara yangdigunakan
untuk menambah pengetahuan dan kemampuan seseorangmelalui teknik belajar atau instruksi
dengan tujuan mengubah ataumempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok
maupunmasyarakat. Tujuan penyuluhan kesehatan tentang DBD adalahmenginformasikan
kepada masyarakat tentang penyakit tersebut.Dengan demikian, masyarakat akan
menggunakan pengetahuan darihasil penyuluhan tersebut untuk mengubah sikap dan praktik
agarmencapai kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tentang DBDmeningkatkan pemahaman
masyarakat tentang masalah yang terjadi dimasyarakat dan partisipasi masyarakat dalam
pencegahan DBD.
g. Kemitraan/jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya olehsektor kesehatan saja,
tetapi peran lintas program dan lintas sektorterkait sangat besar. Wadah kemitraan telah
terbentuk melalui SKKEPMENKES 581/1992 dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan
namaKelompok Kerja Operasional (POKJANAL).Organisasi inimerupakan wadah koordinasi dan
jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.
h. Monitoring dan evaluasiMonitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang daritingkat
kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut
pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcomeyang dicapai
pada setiap tahun.
Nomor :/ PKM-WUK/2019
A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
13. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
14. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
15. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
16. Jujur
17. Disiplin
18. Bertanggungjawab
19. Kerjasama
20. Profesional
21. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Penyakit menular di Puskesmas Wara Utara Kota masih menjadi upaya kesehatan
yangperlu di tingkatkan dan di waspadai, ada bermacam-macam jenis penyakit menular
diantaranya :
1.Penyakit menular yang potensial menimbulkan masalah/KLB
2.Penyakit menular yang bisa di cegah dengan PD3I
3.Penyakit menular yang sangat ditakuti masyarakat, seperti HIV-AIDS
Pencegahan penyakit menular merupakan salah satu masalah diwilayah Wara Utara Kota,
hal ini di perlukan penanganan dan pengobatan sedini mungkin serta peranaktif dari masyarakat
untuk menanggulangi penyakit menular
B. LATAR BELAKANG
Untuk menuju Indonesia sehat maka pemerintah mencanangkan programsurvailans
epidemiologi penyakit, penyelenggaraan survailans epidemiologi
kesehatanwajib di lakukan oleh setiap instasi kesehatan provinsi, instansi kesehatankabupaten/kot
a dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional ataustructural. survailans
epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan data danpenyelidikan KLB saja tetapi kegunaan
dari surveilans epidemiologi lebih dari itumisalnya untuk mengetahui
jangkauan dari pelayanan Masalah kesehatan, untukmeramalkan terjadinya wabah dan masih
banyak lagi, manfaat dari surveilansepidemiologi, umumnya survailans epidemiologi di gunakan
untuk:
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit
2. Untuk menentukan penyakit mana yang di prioritaskan untuk diobatiatau
diberantas
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya.
Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalahDiare,
Malaria, Demam Berdarah dengue, Influenza, Tifus Abdominalis, Penyakitsaluran pencernaan dan
Penyakit lainnya. Pada Puskesmas Wara Utara Kota, tidak berbedadengan Indonesia Pada
Umumnya, penyakit menular Juga masih menjadi masalah,ini dapat di lihat dari pencatatan dan
pelaporan Surveilans, dimana penyakit menularselalu menjadi Poin utama dalam Laporan
surveilans, seperti penyakit diare, typoid,DBDdan sebagainya hingga tahun 2018
C. TUJUAN
Tujuan pengamatan dan penyelidikan penyakit adalah :
1. Menemukan penderita menular sedini mungkin
2. Mengobati penderita menular agar tidak meluas/mewabah.
3. Pengobatan penderita secara tuntas
4. Memutus rantai penularan
5. Menganalisa hasil penyelidikan epidemiologi untuk mencegah terjadinya KLB
G. SASARAN
Penyakit Menular yang berpotensi KLB adalah Survailans
a. Penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi.
b. Penyakit AFP.
c. Penyakit filariasis
d. Penyakit tuberculosis
e. Penyakit diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya
f. Penyakit kusta
g. Penyakit frambosia
h. Penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya
i. Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat
H. JADWAL KEGIATAN
N Kegiatan Loka Tenag Jan Fe Mart Apr Me Jun Juli Ags Se Okto No De
o si a b i i t pt v s
Pelaks
ana
1 Pengamatan RS / Survel Sesuai Kasus
danPelacakan Kelur ens
Penyakit menular ahan
2 Pengiriman PKM Survel Setiap Pekan Hari selasa
Laporan ens
Mingguan (W2 Via
SMS )
3 Pengiriman Dink Survel 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Laporan Bulanan es ens
Nomor : / PKM-WUK/2019
KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PEMANTAUAN JENTIK DI SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
3. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
1. Jujur
2. Disiplin
3. Bertanggungjawab
4. Kerjasama
5. Profesional
6. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia.Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes albopictus. Aedes aegypti lebih
berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan
Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia
(Depkes RI , 1992 ). Timbulnya mendadak dan banyaK mengakibatkan kematian bagi
penderitanya, sehingga tidak mengherankan bila adanya penyakit ini menimbulkan keresahan
bagi masyarakat.
Penyakit. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.Sampai saat ini penyakit DBD
belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih diusahakan. Satu-satunya cara efektif
adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk
penularnya. Nyamuk Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersh
seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampu hidup
pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaa laut, suka hidup didaratan rendah yang
berpenghuni padat.Dari telur hingga dewasa mencapai kurang lebih 12 hari.Menggigit pada pagi
dan sore hari.Jarak terbang maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidupmencapai 30 hari yang betina
mencapai 3 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah- buahan, naymuk betina menghisap
darah manusia untuk mematangkan telurnya.Setelah nyamuk betina menggigit orang sakit
DBD, 7 hari kemudian virus DBD dalam tubuhnya telah matang dan siap ditularkan kepada orang
lain melalui gigitannya. Nyamuk betina infektif dapat menularkan virus DBD seumur
hidupnya.Pemeriksaan jentik adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC,
vas bunga, tatakankulkas, dll dan diluar rumah seperti talangai, alas pot kembang,
ketiakdaun, lubang pohon , pagar bambu.Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
B. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia
sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anakanak. Di Indonesia DBD timbul sebaga
i wabah untuk pertama kalinya di Surabaya pada tahun 1968.Sampai saat ini DBD dilaporkan telah
menyebar dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan. Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk
Aedes albopictus
. Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia di
beberapa tahun yang lalu perlu mendapat perhatian. Begitu pula vector Aedes aegepty yang
terdapat baik di daerah pedesaan maupun perkotaan memberi risiko timbulnya wabah penyakit di
masa akan datang. Untuk mengatasi masalah penyakit demam berdarah di Indonesia telah
puluhan tahun dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya
belum optimal. Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi secara teoritis ada empat cara
untuk memutuskan rantai penularan DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk (vektor) dan penggalian vektor.
Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengancara kimia dan
pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pemberantasan sarangnyamuk (PSN).Jumlah
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Wara Utara Kota sepanjang tahun 2018
sebanyak 25 Kasus .Dari data tersebut diatas dipandang perlu melakukan kegiatan pemantauan
jentiksecara berkala untuk mecegah dan mengontrol perkembangbiakan jentik
nyamuk perantara penyakit Demam Berdarah..
C. TUJUAN
1. .Tujuan Umum
Untuk melindungi anak-anak dari potensi pengaruh buruk akibat kondisi sekolah yang
menjadi sarang berkembangbiaknya jentik nyamuk..
2. Tujuan Khusus.
a. Populasi nyamuk terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk
dapat dicegah atau dikurangi.
b. Diperolehnya data yang akurat mengenai kondisi jentik di lingkungan sekolah di
wilayah kerja puskesmas Wara Utara Kota.
D. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Menentukan jadwal pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah .
2. .Menyiapkan alat (senter).
3. Melapor ke Guru Wali kelas ttg kegiatan pemeriksaan jentik
4. Mencatat hasil kegiatan dan dilaporkan ke Kepala Sekolah sebagai bahan untuk
menyususn kegiatan tindak lanjut
5. Dokumetasi kegiatan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan di lakukan.
E. SASARAN.
25 Sekolah ( 9 TK, 7 SD, 6 SMP, 6 SMU ) di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota.
A. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Wara Utara Kota yakni terwujudnya Puskesmas yang berkualitas menuju
masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas Wara Utara Kota
Misi :
4. Memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, merata dan berkeadilan
5. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengoptimalkan sumber daya
6. Mendorong kemandirian masyarakat hidup sehat
Tata Nilai
7. Jujur
8. Disiplin
9. Bertanggungjawab
10. Kerjasama
11. Profesional
12. Inovatif
Puskesmas berperan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan kebijikan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat yang sehat dan berkeadilan yang merata
Penyakit menular di Puskesmas Wara Utara Kota masih menjadi upaya kesehatan yang
perlu di tingkatkan dan di waspadai, ada bermacam-macam jenis penyakit menular diantaranya :
1. Penyakit menular yang potensial menimbulkan masalah/KLB
2. Penyakit menular yang bisa di cegah dengan PD3I
3. Penyakit menular yang sangat ditakuti masyarakat, seperti HIV-AIDS
Pencegahan penyakit menular merupakan salah satu masalah diwilayah Kerja Puskesmas
Wara Utara Kota , hal ini di perlukan penanganan dan pengobatan sedini mungkin serta peranaktif
dari masyarakat untuk menanggulangi penyakit menular.
B. LATAR BELAKANG
Untuk menuju Indonesia sehat maka pemerintah mencanangkan program survailans
epidemiologi penyakit, penyelenggaraan survailans epidemiologi kesehatan
wajib di lakukan oleh setiap instasi kesehatan provinsi, instansi kesehatan
kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional ataustructural.
survailans epidemiologi bukan hanya sekedar pengumpulan data dan penyelidikan KLB saja tetapi
kegunaan dari surveilans epidemiologi lebih dari itu misalnya untuk mengetahui
jangkauan dari pelayanan Masalah kesehatan, untuk meramalkan terjadinya wabah dan masih
banyak lagi, manfaat dari surveilans epidemiologi, umumnya survailans epidemiologi di gunakan
untuk
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit
2. Untuk menentukan penyakit mana yang di prioritaskan untuk diobati atau diberantas
3. .Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya.
Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah Diare,
Malaria, Demam Berdarah dengue, Influenza, Tifus Abdominalis, Penyakit saluran pencernaan dan
Penyakit lainnya. Pada Puskesmas Wara Utara Kota, tidak berbeda dengan Indonesia Pada
Umumnya, penyakit menular Juga masih menjadi masalah,ini dapat di lihat dari pencatatan dan
pelaporan Surveilans, dimana penyakit menular selalu menjadi Poin utama dalam Laporan
surveilans, seperti penyakit diare, typoid,malaria dan sebagainya hingga tahun 2018.
C. TUJUAN
Tujuan pengamatan dan penyelidikan penyakit adalah :
1. Menemukan penderita menular sedini mungkin
2. Mengobati penderita menular agar tidak meluas/mewabah.
3. Pengobatan penderita secara tuntas
4. Memutus rantai penularan
5. Menganalisa hasil penyelidikan epidemiologi untuk mencegah terjadinya KLB
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN UPAYA KEGIATAN DI DALAM GEDUNG KEGIATAN
DI LUAR GEDUNG
Upaya pencegahan penyakit menular dan tidak menular
1. Pengamatan perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian),
menular menurut karakteristik epidemiologi (waktu,tempat dan orang )
dalam rangka kewaspadaan dini serta respon Kejadian Luar Biasa (KLB)
2. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
3. Melakukan system kewaspadaan dini KLB
a. Penyelidikan epidemiologi bila terjadi KLB.
b. Melakukan pelacakan dan menentukan daerah fokus penyakit potensi
KLB (Diare, Typoid, kolera, pes Bubo, IVD, Campak,Polio, Difteri, Pertusis,
Rabies, Malaria,Avian influenza H5N1, penyakit Antraks,Leptospirosis,
Hepatitis, Influenza A baru(H1N1), Meningitis, Demam kuningcikungunya
dengan dengan membuat pemetaan
c. Melakukan pencarian kasus penderitasecara aktif (pelacakan kasus,
kunjunganrumah, dan pelacakan kontak sweeping
d. Melakukan pelacakan dalam upaya penanggulangan KLB
e. Penyuluhan kepada masyarakat melaluikegiatan yan ada di desa/
kelurahan setempat.
f. Melakukan kordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit menular
Rincian Kegiatan pengamatan dan penyelidikan Penyakit berpotensial KLB adalah
1. Pengumpulan data pencatatan insidensi terhadap population at risk. Rinciankegiatan ini meliputi
menentukan kelompok high risk, menetukan jenisdan karakteristiknya, menentukan reservoir,
transmisi, pencatatan kejadianpenyakit.
2. Pengololaan data. Rincian kegiatan ini meliputi mengolah bentuk data yang mentah kemudian di
susun sedemikian rupa sehingga mudah di analisis, data yang terkumpul dapat di olah
dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta
3. Analisis dan intrepertasi data. Rincian kegiatan ini meliputi menganalisisuntuk memberikan arti Dan
memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat
4. Penyebarluasan data. Rincian kegiatan ini meliputi menyebarluaskan kepadasemua pihak yang
berkepentingan,agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
5. Evaluasi. Rincian kegiatan ini meliputi perencanaan, penanggulangan khusus,untuk kegiatan
followup, serta untuk penilaian hasil kegiatan
EVALUASI
Evaluasi dilakukan oleh Tim Audit Internal Puskesmas Kabere terhadapketepatan pelaksanaan kegiatan
apakah sesuai jadwal pada saat persiapan danpelaksanaan
kegiatanLaporan evaluasi pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhirkegiatan evaluasi oleh Tim
Audit Internal Puskesmas Kabere Kab Enrekang
I.