Anda di halaman 1dari 49

Investigasi KLB/Wabah

Zoonosis dengan
PendekatanTIM One Health
Penyusun

Tanggal 27 Juli
2022
Indikator
Setelah mengikuti mata
Hasil pelatihan ini peserta dapat:
Belajar
Menjelaskan dasar-dasar investigasi KLB/Wabah
01 zoonosis dengan pendekatan One Health

02 Melakukan Langkah-langkah
investigasi

03 Melakukan upaya penanggulangan


KLB/Wabah
04 Menyusun laporan
zoonosis Terintegrasi
dengan pendekatan One Health
Outline:

01 Dasar-Dasar Investigasi KLB/Wabah


02 Langkah-langkah investigasi KLB/wabah

03 Penanggulangan KLB/Wabah zoonosis


dengan pendekatan One Health

04 Studi kasus
Apa yang anda lakukan?
Apakah dalam satu bulan ini Saudara
melakukan Investigasi ?
01 Dasar-Dasar Investigasi KLB/Wabah
Pengertian Investigasi

Definisi KLB/Wabah pada


Manusia dan hewan Penyakit yang berpotensi
KLB/Wabah
Kriteria kerja KLB/Wabah
pada manusia dan Tujuan Investigasi
Hewan KLB/Wabah
Alasan dilakukannya
investigasi
a. Pengertian

Investigasi dengan pendekatan one health :

Suatu kegiatan penyelidikan yang bertujuan


untuk mendapatkan gambaran terhadap
masalah kesehatan atau penyakit secara lebih
menyeluruh yang terkoordinasi antara sektor
Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
Menyeluruh
Hewan/Satwa Liar dan Lingkungan.
dan
terkoordinasi
Infographic Style
b. Definisi
UU no 4 tahun 1984
wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya
Permenkes 1501/2010 meningkat secara nyata melebihi dari
KLB adalah timbulnya atau pada keadaan yang lazim pada waktu
meningkatnya kejadian
dan daerah tertentu serta dapat
kesakitan dan/atau kematian
yang bermakna secara menimbulkan malapetaka
epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu PP 47 tahun 2014
tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus Wabah adalah kejadian luar biasa yang
pada terjadinya wabah dapat berupa timbulnya suatu
Penyakit Hewan menular baru di
suatu Wilayah atau kenaikan kasus
Penyakit Hewan menular secara
mendadak
C. Penyakit yang berpotensi KLB/ wabah

Penyakit menular potensi wabah : Penyakit zoonosis potensi wabah :


• Kolera • Pes
• Pes • Rabies
• Demam Berdarah Dengue • Avian Influenza H5N1
• Campak • Antraks
• Polio • Leptospirosis
• Difteri • Influenza A baru (H1N1)
• Pertusis • Brucellosis
• Rabies • MERS Cov
• Malaria • Ebola
• Avian Influenza H5N1 • Hanta
• Antraks • Nipah
• Leptospirosis • Marburg
• Hepatitis • SARS
• Influenza A baru (H1N1)
• Meningitis Penyakit pada hewan yang
• Yellow Fever jarang pada manusia
• Chikungunya
d. Kriteria penetapan KLB/Wabah

Permenkes 1501/MENKES/PER/X/2010, yaitu: PP No. 47 tahun 2014 :


• Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya • Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang
tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah sebelumnya tidak ada atau tidak diketahui
• Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama tiga (3) • Di daerah endemis dikatakan outbreak apabila terjadi
kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut
peningkatan kasus dua kali lipat standar deviasi
jenis penyakitnya. • Adanya penyakit di daerah yang sebelumnya
• Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dikatakan bebas
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu • Timbulnya penyakit pada hewan eksotik baik insitu
jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
maupun eksitu
• Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu (1) bulan
menunjukkan kenaikkan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
• Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama satu (1)
tahun menunjukkan kenaikkan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada
tahun berikutnya. KLB/wabah :
• Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) Tidak ada menjadi ada
dalam satu (1) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan
50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus
Peningkatan kasus >2 kali
suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
• Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru
pada satu periode menunjukkan kenaikkan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama
Apa tujuan dilakukannya
investigasi KLB/
wabah?
e. Tujuan investigasi KLB/ wabah
Mengetahui sumber penularan dan
Cara penularannya
Mengetahui besaran masalah
KLB/wabah

Melakukan karakterisasi KLB/wabah

Mengetahui faktor risiko


Memberikan rekomendasi
intervensi/penanggulangan secara
tepat dan efektif
f. Alasan Investigasi KLB/wabah

⮚ Pencegahan dan Pengendalian


⮚ Keresahan Masyarakat, Politik, dan
Hukum
⮚ Pertimbangan Program
⮚ Kesempatan untuk belajar atau
melakukan Riset/Penelitian
⮚ Pelatihan
Infographic Style

MATERI POKOK 2

Memperjelas peran dan tanggung


Langkah- jawab setiap sektor terkait
langkah
investigasi Menentukan apakah perlu dilak
KLB/wabah ukan investigasi terkoordi
dengan Menggunakan alat keputusan
pendekatan untuk menentukan inisiasi dan
One skala respon
Health
Mengembangkan protokol investigasi
terkoordinasi dan respon
Langkah-langkah investigasi
KLB/wabah ?
Langkah-Langkah Investigasi
1. Persiapan
2. Penetapan atau memastikan KLB/Wabah
3. Menetapkan definisi kasus dan Unit epidemiologi
4. Identifikasi Kasus
5. Analisis epidemiologi deskriptif
6. Menyusun Hipotesis
7. Pengujian Hipotesis
8. Rekomendasi hasil investigasi KLB/Wabah
1. Persiapan

Mencatat semua informasi, sumber,


nama pemberi informasi dan
nomor telepon yang bisa dihubungi
01

Lakukan konfirmasi awal


dengan mencari
informasi/data tambahan dan 02 04 Berdasarkan data dan informasi
verifikasi untuk menentukan terjadi wabah/klb🡪 siapkan laporan
kebenaran dugaan KLB untuk pimpinan dan
informasi persiapan dilakukan penyelidikan
epidemiologi.
03
Melakukan pengecekan sejarah
penyakit /data
didaerah
terseburt
Pembentukan tim investigasi
Pembagian tugas (wawancara, pengambilan
sampel, dll)

Persiapan pengetahuan
penyakit, perlengkapan, alat,
bahan, Quesioner/cheklist
Hal-hal yang perlu di
persiapkan Administrasi
sebelum investigasi SPT, Surat menyurat SPPD

Koordinasi
Petugas lapangan, lintas sektor, masyarakat
2. Penetapan atau memastikan KLB/Wabah

a. Memastikan adanya peningkatan kasus

❖ KLB/wabah pada manusia, perlu membandingkan insiden


penyakit berdasarkan waktu, tempat dan orang.
❖ Wabah pada hewan perlu diperhatikan jenis hewan, transmisi,
tempat dan juga waktu kejadian. Beberapa penyakit endemis
(selalu ada sepanjang waktu) dapat bervariasi menurut waktu
(pola temporal penyakit).
b. Penggambaran pola penyakit penting untuk memastikan
terjadinya KLB adalah pola musiman penyakit (periode 12 bulan)
dan kecenderungan jangka panjang (periode tahunan).
Pseudo KLB
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan
penderita

Bertambahnya kesadaran
Adanya penyakit lain dengan gejala penduduk untuk berobat.
yang serupa

Bertambahnya jumlah
Adanya cara-cara diagnosis
penduduk yang
baru.
rentan
.
3. Menetapkan definisi kasus
kriteria/gejala untuk menentukan apakah
orang/hewan harus diklasifikasikan sakit atau tidak
(kasus atau non kasus)

01 Kasus terkonfirmasi (confirmed)


Memenuhi seluruh kriteria klinis penyakit dan
kontak langsung/tidak langsung dengan hasil
pemeriksaan laboratorium standar baku positif

Kasus kemungkinan (probable)


02 harus memenuhi semua kriteria klinis
penyakit (mayor) dan diduga kontak
langsung/tidak langsung dengan hewan
terpapar, dengan atau tanpa pemeriksaan
laboratorium

Kasus terduga (suspect):


03
Memenuhi sebagian gejala klinis penyakit
yang dilaporkan (minor).
4. Unit epidemiologi

Mengapa unit
epidemiologi
penting
4. Unit epidemiologi

❖ Adalah satuan dalam menentukan besaran masalah (jumlah


kasus).

❖ Umumnya :
– Manusia berdasarkan individu
– Hewan berdasarkan individu/peternakan untuk hewan
besar atau kandang untuk hewan kecil.
4. Identifikasi Kasus

Peta
Wawancara🡪 Probbing Meminta warga masyarakat
Semi struktur interview membuat peta desa yang berisi
Struktur interview lokasi kasus dan kemungkinan faktor
risiko

Transect walk
Skoring teknik
Observasi lapangan
Mengidentifikasi penyakit
yang ada di desa
Pertanyaan utama tahap pengumpulan data
KLB/wabah (Quesioner)
Manusia : Hewan :
• Data populasi hewan (spesies, jumlah hewan)
• Alamat • Data usaha peternakan (rakyat/komersial) pasar
• Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, hewan, pengumpul hewan, tempat usaha
dan pekerjaan) pengolahan produk asal hewan
• Data klinis (tanda, gejala, riwayat • Data klinis (tanda dan gejala klinis)
perjalanan penyakit, komplikasi, • Riwayat penyakit (awal penyakit muncul, spesies
pengobatan yang sudah didapat, dan hewan yang terserang penyakit, sifat penyakit
akut, subakut, atau kronis: penyakit kontagius
lain-lain) atau non kontagius)
• Faktor risiko harus dibuat khusus untuk • Riwayat vaksinasi dan pengobatan hewan
tiap penyakit • Luas cakupan wabah Kemungkinan sumber
• Identifikasi kontak kasus, selama 24 jam penyakit dan lokasi asal Faktor risiko
• Manajemen pemeliharaan hewan (intensif/semi
terakhir (waktu kontak terakhir) : intensif/ ekstensif, manajemen pakan,biosekuriti
– jenis kontak dan lain-lain)
– lama
– frekuensi kontak
KUISIONER
TAENIASIS/SISTISERKOSIS DI INDONESIA
Pentingnya Hasil uji laboratorium

Selama proses verifikasi diagnosis dan definisi


kasus yang sudah ditetapkan.

Konfirmasi Kasus
Diagnosa yang tidak tepat
Memastikan dapat berdampak terhadap
langkah penting dalam Diagnosa tepat
KLB/wabah penanganan KLB/wabah
Memastikan dan yang
mengidentifikasi KLB/wabah. kurang tepat.
Menentukan Karakteristik
.
agen penyakit virus

Ketika penyakit disebabkan oleh organisme Sebagai dasar penentuan /


yang belum pernah ditemukan sebelumnya. pemilihan stran vaksin
5. Analisis
epidemiologi deskriptif

Menghitung distribusi, frekuensi dari tanda-tanda


dan gejala-gejala yang ada pada kasus
• Gambaran manusia/hewan yang terpapar
berdasarkan: gejala/tanda klinis yang ada pada
kasus (gambaran dalam bentuk proporsi,
prevalensi dan insidensi)
• Gambaran distribusi penyakit bisa
menggunakan peta partisipatif
• Gambaran waktu memakai dalam bentuk
timeline atau kurva epidemi

dilakukan sedini mungkin dan memperbaharuinya setiap kali ada tambahan data.
Analisis deskriptif
Curva Epidemi laporan suspek PMK
• Variabel waktu di kabupaten Deliserdang
83
– diperlukan untuk mengetahui
kapan mulai KLB/wabah, kapan
berakhir, periode paparan, 33

masa inkubasi terpendek - 20

terpanjang,
07/05/2022 08/05/2022 09/05/2022

– pola penularan (common


source/propagated
source/combination source)
Kurva Epidemik

Continuous common source


Kunci Pembelajaran:
10
• Peningkatan tajam
9 • Kurang lebih tetap
8 • Tidak ada penurunan tajam
7
Jumlah kasus baru

6 Contoh: Paparan luas melalui


5
sumber air desa yang
4
3
terkontaminasi
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11
8 12 13
Hari kejadian
Kasus baru
Kurva Epidemik

Kunci Pembelajaran:
Propagated epidemic
• Naik dan turun ke tingkat yang
8
berbeda setelah mencapai
7
puncak yg pertama
6 • Penularan masih berlanjut tetapi
Jumlah kasus baru

5 tidak dihentikan.
4
• Interpretasi bergantung pada
lembah dan jumlah puncak serta
3
tren
2 • Contoh Brucellosis pada
1 sapi
0
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11
8 12 13
Hari kejadian
Kasus baru
Variabel tempat
• Identifikasi luasnya wilayah yang terserang
dan pengelompokkan atau pola lain yang
memberikan petunjuk tentang penyebab.
• Penyajian variable : spot map atau area map.
– Spot map adalah peta menggambarkan tempat
para penderita tinggal ataupun bekerja, atau
kemungkinan terpapar.
– Dalam spot map, dianalisis pola penyebaran
kasus penyakit, mungkin disebabkan oleh sumber
air, aliran angin, ataupun jaraknya dari rumah
makan atau toko bahan makanan.
– Area map adalah menggambarkan penyebaran
penyakit pada batas/luas wilayah dengan
menggunakan warna pada area tertentu.
– Biasanya area map dibedakan pada tinggi atau
rendahnya insidens penyakit.
Variabel orang/hewan

• Karakteristik orang cara untuk mengetahui populasi yang beresiko.


• Definisi populasi yang beresiko tersebut umumnya, berdasarkan pada karakteristik pejamu (umur,
jenis kalamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan paparan (pekerjaan, perilaku,
lingkungan).
• Kedua kelompok karakteristik tersebut mempengaruhi kepekaan dan risiko paparan.
• Risk ratio (RR) digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang berisiko tinggi.
• Dalam menghitung risk dibutuhkan pembilang (jumlah kasus) dan penyebut (jumlah populasi
yang berisiko).
• Risk berdasarkan umur dan jenis kelamin biasanya dihitung terlebih dahulu oleh karena keduanya
merupakan faktor yang paling kuat hubungannya dengan paparan dan risiko terserang penyakit.
• Kategori umur yang digunakan harus sesuai dengan penyakitnya dan harus sesuai dengan data
penyebut yang ada.
• Umumnya pekerjaan merupakan ciri yang tak kalah pentingnya, tapi mungkin tidak mudah
mendapatkan data penyebut berdasarkan pekerjaan.
• Distribusi kasus berdasarkan pekerjaan sudah memungkinkan untuk pengembangan hipotesis
yang patut diteliti.
f. Merumuskan hipotesis

Dapat diuji/dibuktikan
Definisi 02 Hipotesis harus dirumuskan
sedemikian rupa sehingga dapat
Hipotesis adalah sesuatu yang
dianggap benar untuk sebuah
01 diuji, dan hasil pengujiannya dapat
alasan atau pengutaraan memberikan jawaban yang jelas
pendapat (teori, proposisi, dan tentang benar/tidaknya hipotesis itu
sebagainya) meskipun
kebenarannya masih harus
dibuktikan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). 04 Pengembangan hipotesis
. secara
bersamasama
Dalam hal Investigasi Outbreak maka lintas sektor
hipotesis akan menyebutkan bahwa
faktor risiko tertentu dianggap benar 03
terkait dengan kejadian penyakit.
Tahapan kegiatan dalam membuat hipotesis:

Kalkulasi data umum dan faktor risiko


yang potensial (rasio, proporsi
(prevalensi)). Membuat hipotesis sementara
Mengevaluasi kalkulasi statistik
sederhana terhadap faktor risiko
Menguji hipotesis (lebih lanjut
Seleksi lebih lanjut fokus faktor
risiko
g. Pengujian Hipotesis

• dilakukan dengan membandingkan manusia/hewan dengan dan tanpa penyakit (studi kasus-kontrol)
atau manusia/hewan dengan atau tanpa paparan (penelitian kohort).
• dinilai dengan metode :
– Membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada
– analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan
Kegagalan hipotesis

• Hipotesis itu mungkin salah, atau hipotesis itu mungkin benar tapi dirumuskan secara
buruk
• pengujiannya mungkin tidak benar (valid) atau tidak memadai atau dilakukan secara
buruk
• bukti yang diperlukan tidak tersedia.
h. Rekomendasi hasil investigasi KLB/Wabah
• Rekomendasi bersifat spesifik dan jelas
• Ditujukan agar penanggulangan KLB/wabah dapat ditangani dengan baik,
cepat, efisien dan efektif dengan cara memutus mata rantai penyebaran
penyakit.
• Melibatkan lintas sektor.
• Komunikasi risiko sangat penting untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat maupun pemegang kebijakan agar kebijakan yang dilakukan
sesuai sasaran
MATERI POKOK 3:
Penanggulangan KLB/Wabah zoonosis dengan
pendekatan One Health

• Sub Materi Pokok


a. Penanggulangan cepat/segera
b. Penanggulangan terencana
c. Jenis laporan (awal/perkembangan/akhir)
d. Sistematika laporan
(awal/perkembangan/akhir)
Penanggulangan Cepat/Segera

Tujuan agar kejadian tidak meluas


a. Penanganan/pengobatan
b. Tindakan karantina/isolasi,
c. Pemusnahan sumber infeksi
d. Culling infected flock (hewan),
e. Desinfeksi (pembersihan kering dan basah)
yang ditemukan.

Kegiatan ini dilakukan selama

dalam pelaksanaan investigasi lapangan.


Penanggulangan Terencana

a.Dilakukan pada KLB/wabah dengan dampak yang besar, luas dan


membutuhkan sumber daya yang besar.
b.Contohnya Pandemi Covid 19, Wabah Polio. Pada kasus zoonosis
seperti Antraks perlu dilakukan vaksinasi kepada hewan di sekitar
wilayah terdampak serta pencarian kasus manusia untuk dilakukan
pengobatan.
Sistematika Laporan (1)
1. Pendahuluan
Menggambarkan peristiwa dan keadaan yang menyebabkan dimulainya investigasi.
2. Latar belakang
Menguraikan dengan singkat keadaan yang melatarbelakangi masalah, termasuk
segi geografis, politis, ekonomis, demografis, dan historis.
3. Uraian tentang yang dilakukan
termasuk definisi kasus, alasan (yaitu hipotesis yang hendak diuji), metode dan
sumber informasi. Contoh topik-topik yang digarap dalam bagian pemastian
diagnosis, penggunaan grup kontrol dan sampel yang dianalisis.
4. Hasil investigasi
Memuat fakta dan data sesuai dengan kondisi di lapangan Contoh data yang
disajikan dalam bagian ini adalah tabulasi kasus (umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan,
dan sebagainya) dan angka serangan yang dihitung: waktu mulai sakit (termasuk
kurva epidemi); hasil-hasil pemeriksaan laboratorium; serta bukti-bukti lain yang
menunjuk kepada suatu kemungkinan sumber infeksi atau yang menyingkirkan
kemungkinan atau kecurigaan terhadap suatu sumber.
Sistematika Laporan (2)
6. Analisis data dan kesimpulan,
Merupakan penafsiran dari data dengan tujuan untuk menerima suatu hipotesis dan menyingkirkan
hipotesis lain mengenai penyebab, sumber infeksi, reservoir, cara penularan (termasuk alat atau
vektor), dan kelompok risiko tinggi. Di sini membandingkan ciri-ciri epidemiologis KLB ini dengan KLB-
KLB lain.
7. Uraian tentang tindakan yang diambil
Tindakan penanggulangan)tindakan yang bersangkutan, diskusi tentang cara yang dipakai (bagaimana,
kapan, dimana dan oleh siapa), serta uraian tentang keefektifan dan biaya dari tindakan
penanggulangan. Yang terakhir ini mencakup jumlah kasus baru yang terjadi selama satu masa inkubasi
setelah penerapan tindakan penanggulangan hingga saat angka insidens kembali kepada tingkat Pra-
KLB.
8. Uraian tentang dampak-dampak penting lainnya, seperti: Dampak KLB terhadap populasi:
– Dampak tindakan penanggulangan
terhadap: a). populasi -status kekebalan,
cara hidup b). reservoir -banyaknya,
distribusi
c). vektor -banyaknya, distribusi kehidupan lain
– Penemuan penyebab menular baru, reservoir, cara penularan (termasuk alat/vektor baru)
TERIMA
KASIH
Studi Kasus

1. Kelompok 1-3 mengerjakan kasus 1 dan klp 4-5


mengerjakan kasus 2
2. Waktu diskusi 15-30 menit
3. Presentasi hasil
4. Diskusi
STUDI KASUS 1

Berikut data surveilans kasus rabies di Kabupaten Sukajaya tahun 2015-2021, dimana
daerah tersebut banyak dipelihara anjing untuk keperluan berburu ke hutan dan sudah
jarang ditemukan adanya anjing yang berkeliaran di jalanan.
Tabel 1. Kasus GHPR di Kabupaten Sukajaya Tahun 2015-2021

Pertanyaan :
1. Apakah telah terjadi KLB pada tahun 2021?
2. Sebagai petugas surveilans dinas kesehatan, apa yang seharusnya dilakukan?
Kasus 2

Dilaporkan adanya kasus kematian pada ayam kampung, populasi ayam dilokasi
tersebut 100 ekor, kematian 5 ekor dalam 1 minggu. Umumnya tingkat kematian di
peternakan tersebut 5-10%.
Berdasarkan data dinas peternakan telah terjadi kasus penurunan produksi telur sebesar 60%
pada ayam petelur dari populasi 1000 ekor.
Informasi terjadi penurunan produksi telur juga dilaporkan di beberapa kandang pada lokasi
yang berdekatan, namun tidak ada informasi jumlah penurunannya

Pertanyaan :
1. Apa yang Anda lakukan saat mendapatkan laporan kasus yang meningkat?
2.Apa penyebab penurunan produksi telur, serta faktor yang mempengaruhi timbulnya
penyakit tsb?
Studi kasus 1-Rabies
1. Berindikasi KLB
2.Memenuhi dasar2 investigasi
koordinasi, kolaborasi

Modul surveilans rabies kriteria KLB


kasus baru, peningkatan 2 kasus,
Studi kasus 2, AI
1pop 100, 5 mati dlm seminggu, biasa tingkat kematian
5-10

Modul surveilans rabies kriteria KLB kasus baru,


peningkatan 2 kasus,

Anda mungkin juga menyukai