1. Dokumen penanganan
kejadian outbreak di
Puskesmas
TAHUN 202212023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Defunisi
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang
lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. penyakit menular ditandai dengan
adanya pathogen penyakit yang hidup dan dapat berpindah. lnfeksi merupakan invasi lubuh
oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (potter dan perry, 2005).
outbreaukejadian luar biasa/wabah adalah kejadian peningkatan kejadian yang
bermakna adanya infeksi atau non infeksi yang diderita sebelumnya pada pasien atau pekerja
misal terjadinya keracunan makanan terhadap pasien dan pekerja
KlB=outbreak=wabah=Epidemik. outbreak atau epidemik merupakan peningkatan melebihi
level yang didapatkan dari suatu penyakit dalam area geografik lertentu: terdapat satu kasus
penyakit dari sebelumnya tidak pernah ada. Endemi merupakan level biasa (usual) suatu
penyakit pada area geografis tertentu (misalnya puskesmas). outbreak adalah peningkatan
insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di
suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya
sekolah, tempat kerja, atau pesantren pada suatu periode waktu tertentu.
'1. Peningkatan jumlah kasus yang cukup bermakna dari yang diharapkan/
tingkat endemitas
pada kurun waktu terlentu.
2. Peningkatan jumlah kematian yang biasa.
3. Munculnya kasus yang sebelumnya belum pernah ada atau muncul kembali.
4. Kejadian luar biasa/KlB HAls: Kejadian infeksi yang meningkat di luar keadaan biasa
dalam suatu periode pada kelompok orang/pasien tertentu.
5. Klaster (c/usfer) kumpulan kasus/kejadian terjadi bersamaan waktu atau tempat.
Petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan menerapkan kewaspadaan isolasi
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi. Jenis kewaspadaan
berdasar penularan transmisi yaitu: kontak, dtoplet, aibome serla immuno comlomised yaitu
pasien dengan imunitas rendah sehingga mudah tertuler infeksi.
Pasien menurar yang akan dirawat di ruang isorasi, harus sesuai kategori transmisi
penyakit dengan persyaratan ruang isolasi sehingga dapat memutus siklus penuiaran
penyakit
dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Memastikan adanya KLB
b. Mengetahui luasnya masalah
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahuiagen kausa ouhreak
b. Mengetahui cara transmisi
c. Mengetahuisumber outbreak
d. Mengetahui rantai penularan/pencegahan dan pengendalian
e. Mencegah terulangnya kejadian serupa
f. Populasiberesiko
g. Paparan yang menyebabkan penyakit (faktor resiko)
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Panduan ini dibuat sebagai acuan untuk semua pekerja yang i:erada di lingkungan
'Puskesmas,
terutama dukungan dari pimpinan, manajemen, dan merupakan suatu upaya
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi Puskesmas.
B. Panduan ini dapat diterapkan kepada semua pekerja yang berada di lingkungan
Puskesmas.
C. Panduan ini dapat berupa sosialisasi.
BAB III
TATA LAKSANA
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian outbreak ciapat dimulai seclini mungkin (do
earry) setelah tersedia ihformasi yang memadai. Bila investigasi outbreak telah memberikan faKa
yang jelas mendukung hipotesis tentang kausa outbreak, sumber agen infekis, dan cara transmisi
yang menyebabkan outbreak, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu
menunggu pengujian hipotesis oleh studi analitik yang lebih formal.
B. lnvestigasi Kasus
Deffnisi Kasus
Peneliti melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis
dengan benar (valid). Peneliti outbreak mendefenisikan kasus dengan menggunak€n
seperangkat kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria klinis (gejala, tanda, onset)
2. Kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat dan waKu terjadinya
ouibreak);
3.' Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waKu pemeriksaan)
Dengan menggunakan definisi kasus, maka individu yang diduga mengalami penyakit
akan dimasukkan dalam salah satu klasifikasi kasus. Berdasarkan tingkat ketidakpastian
diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kasus suspek (suspected case, syndromic case)
2. Kasus mungkin Qtrobable case, presumptive case)
3. Kasus pasli (confirmed case, deftnite case)
Klasifikasi Kasus
Kasus suspek (suspecfed case, syndromic Tanda dan gejala klinis cocok dengan
case) penyakit, terdapat bukti epidemiologi, tetapi
tidak terdapat bukti laboratorium yang
menunjukkan tengah atau telah terjadi
infeksi (bukti laboratorium negatif, tidak
ada, atau belum ada)
Kasus mungkin (probable case, Tanda dan gejala klinis cocok dengan
presumptive case) penyakit, terdapat bukti epidemiologis,
terdapat bukti laboratorium yang mengarah
tetapi belum pasti, yang menunjukkan
tengah atau telah terjadi infeksi (misalnya,
bukti darisebuah tes serologis tunggal)
Kasus pasli{confirmed case, definite case) Terdapat bukti pasti laboratorium
(serologis, biokimia, bakteriologis, virologis,
parasitologis) bahwa tengah atau telah
terjadi infeksi, dengan atau tanpa.kehadiran
tanda, gejala klinis, atau bukti
epidemiologis.
Penemuan Kasus
Kasus pertama yang dilaporkan (kasus indeks) belum tentu sama dengan kasus
primer, yaitu kasus pertama dalam komunitas. Kasus pertama yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan biasanya hanya merupakan sebagian kecil dari jumlah kasus yang ada
"tip of the ieeberg" (puncak gunung es). Karena itu, seteiah mendefinisikan kasus, iangkah
investigasi selanjutnya adalah mencari kasus (case fthding).
Tujuan penemuan kasus:
1. Mengetahui luas outbreak
2. Mengetahui popuiasi berisiko
3. Mengidentifikasi kasus sekunder (kemungkinan penyebaran dari orang ke orang)
4. Mengidentifikasi sumber-sumber infeksi
5. Mengidentifikasi kontak dengan kasus terinfeksi
G. lnyestigasi Kasus
Wawancara dengan Kasus
Tujuan wawancara dengan kasus dan narasumber terkait kasus adalah untuk
menemukan kausa outbreak. Dengan menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti
mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan wawancara cian dokumentasi
untuk memperoleh informasi berikut:
1. ldentitas diri (nama, alamat, nomortelepon jika ada)
2. Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan)
e.' Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa
4. Faktor-faktor risiko
5. Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala untuk
membuat kurva epidemi, catat komplikasidan kematian akibat penyakit)
6. Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil investigas).
Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang meragukan atau tidak
didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan pemeriksaan laboratorium)
Prinsip intervensi untuk menghentikan outbreak sebagai berikut:
1. Mengeliminasi sumber patogen
2. Memblokade proses transmisi
3. Mengeliminasi kerentanan
Sedang eliminasi sumber patogen mencakup:
1. Eliminasi atau investigasi patogen
2. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)
3' Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi (karantina
kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)
4- Perubahan perilaku penjamu dan/atau sumber (higiene perorangan, memasak daging
dengan benar, dan sebagainya)
5. Pengobatan kasus
'Prinsip
intervensi untuk menghentikan outbreak sebagai berikut:
1. Mengeliminasi sumber patogen
2. Memblokade proses transmisi
Mengeiiminasi kerentanan eliminasi sum ber patogen mencakup:
1. Eliminasi atau inahivasi patogen
2. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)
3. Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi (karantina
kontak, isoiasi kasus, dan sebagainya)
4. 'Ferubahan peritaku penjamu dan/atau sumber (higiene perorangan, memasak ciaging
dengan benar, dan sebagainya)
5. Pengobatan kasus
1 Lembar Surveiians
2. Data Outbrcak
LAPoRAN KEJADTAN LUAR BrASA ixLel
UPT PUSKESMAS MINASATENE
4
5
Kriteria kasus: kasus suspek (suspecfed) apabila tanda dan gejala klinis cocok dengan
penyakit, terdapat bukti epidemiologis, tetapi tidak terdapat bukti laboratorium yang
menunjukkan sedang atau telah terjadi infeksi; kasus mungkin (prabable) apabila tanda dan
gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat bukti epidemiologis, terdapat. bukti laboratorium
yang mengarah tetapi belum pasti sedang atau telah terjadi infeksi; kasus pasli (confirmed)
apabila terdapat bukti pasti laboratorium bahwa sedang atau telah terjadi infeksi dengan atau
tanpa tanda dan gejala klinis maupun buktiepidemiologis.
LAPORAN KEJADTAN LUAR BTASA (KLB)
UPT PUSKESMAS MINASATENE
Hipotesis:
Pathogen:
6....-L--
Durileer --^aL-----
paurugen.
Modus transmisi:
Paparan yang berhubungan ciengan penyakit:
t$engetahui
Kepala UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
,
[{
SUKMAWATI. S. Kep
NI 1 200604 2A15 NlP. 1983041A200701 2 006
1q
ttx t5 r'
LAPORAN KEJADIAN LUAR B|ASA (KLBI
UPT PUSKESMAS MINASATENE
Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
ry
\A
SUKMAWATI. S. Keo
200604 2015 NlP. 19830410 200701 2 006
LAPORAN KEJADTAN LUAR BIASA (KLBI
UPT PUSKESMAS MINASATENE
Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
!t
*
_!
E
I
\\
fi
SUKMAWATI. S. Keo
2 015 NlP. 19830410200701 2 006
\ l:
LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB}
UPT PUSKESMAS MINASATENE
Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
({
SUKMAWATI. S. Kep
1 2A$ NlP. 19830410200701 2 006
I t4 IH'
LAPORAN KEJADTAN LUAR BTASA (KLB)
UPT PUSKESTTIAS I'IINASATENE
Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
{'{
SUKMAWATI. S. l(gp
2 015 NlP" 198304102CI0701 2 006
:il
LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB}
UPT PUSKESMAS IT'IINASATENE
Mengetahui
UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
qq
I uta
I !
e
SUKMAWATI. S. Kep
1 2 015 NlP. 19830410200701 2 006
-'iI rlx r i.
LAPORAN KEJADIAN LUAR B|ASA (KLB)
UPT PUSKESMAS MINASATENE
Mengetahui
UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
u
SUKMAWATI. S. Keo
1 2 015 NlP. 19830410 2907012 006
IAc t1-
*
LAPORAN KEJADTAN LUAR B|ASA (KLBI
UPT PUSKESMAS MINASATENE
Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Minasatene Koordinator PPI
r I
r& \{
Suxmewltt. s. xep
NIP. 1 200604 2 015 NlP. 19830410200701 2 006
{ xll