Anda di halaman 1dari 26

LANGKAH INVESTIGASI WABAH

Disusun Oleh :
Aprilia Elisabet (0918011105)
Rahma Putri Kinasih (0918011127)
Raihan Syafiin Sakti (0918011129)




ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
JUNI 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya yang tidak terhitung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah diskusi Ilmu Kedokteran Komunitas mengenai
Investigasi Wabah
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para pembimbing kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing terselesaikannya makalah ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih banyak kepada para rekan-rekan yang
telah banyak membantu baik dorongan semangat maupun berupa materi untuk
dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu penulis sangat berterimakasih untuk saran dan kritik yang membangun. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Bandar Lampung, Juni 2014

Penulis






I. PENDAHULUAN

Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien,
kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang terjadinya
wabah bisa juga berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil
pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (surat kabar dan televisi). Pada
dasarnya wabah merupakan penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah
ditentukan dengan cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata
jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun).
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan terjadinya wabah. Terdapat
sejumlah faktor yang bisa menyebabkan jumlah kasus tampak meningkat:
(1) Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada musim kemarau ketika air
bersih langka)
(2) Perubahan dalam pelaporan kasus;
(3) Kesalahan diagnosis (misalnya, kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium);
(4) Peningkatan kesadaran petugas kesehatan (meningkatkan intensitas
pelaporan);
(5) Media yang memberikan informasi bisa dari sumber yang tidak benar.

Terjadinya wabah dan teridentifikasinya sumber dan penyebab wabah perlu
ditanggapi dengan tepat. Jika terjadi kenaikan signifikan jumlah kasus sehingga
disebut wabah, maka pihak dinas kesehatan yang berwewenang harus membuat
keputusan apakah akan melakukan investigasi wabah. Sejumlah faktor
mempengaruhi dilakukan atau tidaknya investigasi wabah:
(1) Keparahan penyakit;
(2) Potensi untuk menyebar;
(3) Perhatian dan tekanan dari masyarakat;
(4) Ketersediaan sumber daya.
Beberapa penyakit menimbulkan manifestasi klinis ringan dan akan berhenti
dengan sendirinya (self-limiting diseases), misalnya flu biasa. Implikasinya, tidak
perlu dilakukan investigasi wabah maupun tindakan spesifik terhadap wabah,
kecuali kewaspadaan. Tetapi wabah lainnya akan terus berlangsung jika tidak
ditanggapi dengan langkah pengendalian yang tepat. Sejumlah penyakit lain
menunjukkan virulensi tinggi, mengakibatkan manifestasi klinis berat dan fatal,
misalnya flu burung. Implikasinya, sistem kesehatan perlu melakukan investigasi
wabah dan mengambil langkah-langkah segera dan tepat untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut penyakit itu.

Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini
mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau
penyelidikan wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis
tentang penyebab terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang
menyebabkan wabah, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu
menunggu pengujian hipotesis.
















II. ISI


1. DEFINISI WABAH
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya
penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode
investigasi wabah kolera di London (1854). Wabah adalah istilah umum untuk
menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada
banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut.
Wabah dipelajari dalam epidemiologi.
Berikut adalah beberapa pengertian wabah menurut berbagai sumber :

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .

Last 1981
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa.

Undang-undang RI No.4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.

Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia th 1989
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah yang luas.

a. Dari sudut arti kata
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada
dan demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan
sebagai hal-hal yang terjadi pada penduduk.

b. Dari sudut epidemiologi
Dari sudut epidemiologi wabah berarti suatu peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang
melebihi keadaan biasanya.
Tinjauan definisi menurut undang-undang no.4 tahun 1984 dapat
mencakup empat hal berikut :
- Penyakit menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme atau produk toksinnya, yang ditularkan dari
penderita atau reservoirnya kepada manusia lain yang rentan
- Keadaan yang lazim
Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu masyarakat atau
wilayah sangat bervariasi tergantung dari penyebab penyakitnya, sifat-
sifat penduduk yang terserang serta lingkungan dimana penykait itu
terjangkit. Pada umumnya jumlah penderita penyakit menular di suatu
wilayah diamati dalam suatu kurun waktu tertentu (mingguan, bulan,
atau tahunan).
- Peningkatan jumlah penderita

Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak,
yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan
lingkup global (pandemi).

- OUTBREAK
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama
lain.
- EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
frekuensinya meningkat.
- PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya
telah mencakup wilayah yang luas
- ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama
berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul
dalam suatu wilayah tertentu.


II. PEMBAGIAN WABAH MENURUT SIFATNYA
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah
orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu
yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa
keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia
di udara terbuka. Dapat ditandai oleh :
- Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat.
- Masa inkubasi yang pendek.
- Episode penyakit merupakan episode tunggal.
- Waktu munculnya penyakit jelas.
- Lenyapnya penyakit dalam waktu yang c\\\epat.
b. Propagated/Progresive Epidemic atau Contagious disease epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu
lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau
progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang
baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama
masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat,
masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita
dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang
rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus. Ditandai oleh :
1. Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan.
2. Masa inkubasi yang panjang.
3. Episode penyakit yang bersifat majemuk.
4. Waktu munculnya penyakit tidak jelas.
5. Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.

c. Mix Source Epidemic
Yang dimaksud disini adalah suatu keadaan wabah yang disamping
ditemukan gejala-gejala dari wabah bentuk pertama juga ditemukan
gejala-gejala dari wabah bentuk kedua.

III. LANGKAH LANGKAH INVESTIGASI WABAH
1. Konfimasi / menegakkan diagnosa
Definisi kasus
Klasifikasi kasus dan tanda klinik
Pemeriksaan laboratorium
2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah
ditentukan tentang KLB
Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun
sebelumnya
3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat
dan orang
Kapan mulai sakit (waktu)
Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)
Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)
4. Rumuskan suatu hipotesa sementara
Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita
(pattern of disease)
Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut
5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji
hipotesis :
Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi
Kembangkan dan buatkan check list.
Lakukan survey dengan sampel yang cukup
6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
Lakukan wawancara dengan :
a. Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
b. Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai
waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit
(control)
Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan
faktor yang ikut berperan
Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
7. Buatlah analisa dan interpretasi data
Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan
Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-
grafik yang diperlukan
Terapkan test statistik
Interpretasi data secara keseluruhan
8. Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
Lakukan uji hipotesis
Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
b. Sumber infeksi
c. Cara penulara
d. Faktor lain yang berperan
9. Lakukan tindakan penanggulangan
Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang
berhubungan.
Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.
Pendahuluan
Latar Belakang
Uraian tentang penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian
Analisis data dan kesimpulan
Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendasi

IV KLASIFIKASI WABAH
Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah digolongkan
menjadi :
1. Toxin, terdiri dari :
a. Enterotoxin (Stapylococcus aureus)
b. Exotoxin (Clostridium botolinum)
c. Endotoxin
2. Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis
a. Racun jamur, Plankton, racun ikan, racum tumbuhan.
b. Afla toxin
4. Toxin Kimia
a. Zat kimia organik : logam berat (Hg).
b. Gas beracun : CO2, CO.

V. PENYAKIT YANG SERING MENIMBULKAN WABAH
Penyakit yang dapat menimbulkan wabah (Permenkes RI no.
560/Menkes/Per/VIII/1989)
1. Kholera
a. Berak-berak mendadak disertai muntah-muntah, Tinja mengucur
seperti air sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan
(dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada najis/ muntahan menunjukkan adanya
kuman cholera (vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.
2. Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak, kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual,
muntah, denyut nadi lemah dan lambat, seringkali disertai dengan
perdarahan berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak
darah.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus
demam kuning atau zat antinya.
3. Tifus bercak
a. Demam 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadang-
kadang selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah
menimbul pada kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti
terhadap tifus bercak wabah I (Rickettsia prowazeki).

4. Campak
a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis fotophoby
yang berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-
bercak merah (rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-
mula timbul pada belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada
dan anggota badan lainnya. Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan tenggorokan
menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus
campak atau zat antinya.
5. Difteri
a. Panas lebih kurang 38
0
, adanya pseudomembran putih keabu-abuan,
tak mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembran bisa di
faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak
seperti leher sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan
sesak nafas disertai bunyi (stridor).
b. Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka menunjukkan adanya
kuman difteri.
6. Rabies
a. Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari tungkai
menjalar ke atas, sulit menelan, takut air (hydrophobia), sulit bernafas,
kesadaran menurun, terjadi beberapa minggu sampai satu tahun setelah
digigit anjing, kucing, kera, atau hewan penular rabies lainnya yang
menderita rabies.
b. Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan yang
menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak penderita
menunjukkan adanya virus rabies.


7. Influenza
Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali disertai sakit
kepala, sakit pada otot-otot dan batuk. Pemeriksaan laboratorium pada
darah menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.
8. Tifus Perut
Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit
kepala, sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan
pinggirnya merah, disertai dengan kesadaran menurun. Pemeriksaan
laboratorium pada darah, air seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan
kuman salmonella typhi dan pada darah terdapat kenaikan kadar zat
antinya.
9. Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis
positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya
virus/ kuman atau zat antinya.
10. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar (bubo)
dilipat paha atau ketiak, atau leher, batuk darah mendadak (tanpa
didahului sakit batuk).
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum atau usap
tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia pestis).
11. Demam bolak-balik
a. Demam 2-9 hari diikuti masa tanpa demam 3-4 hari yang berulang-
ulang 2-10 kali. Kadang-kadang selama masa masa demam ditemukan
bercak-bercak merah dikulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus
kuman demam bolak-balik (Borellia recurrentis)
.
12. DBD
a. Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu
atau gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar, dan disertai perdarahan
dikulit berupa bintik merah (petechiae), ruam, lebam. Kadang-kadang
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun, dan renjatan (shock).
b. Pemeriksaan lab pada darah menunjukkan adanya pengentalan darah
(hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembekuan darah (trombosit),
dan ditemukan virus dengue atau zat antinya.
13. Polio
a. Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare. Panas menurun kemudian
timbul kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak (lengan/kaki), biasanya
asimetris.
b. Pemeriksaan laboratorium pada tinja atau lendir tenggorokan
menunjukkan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat antinya.
14. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang dan
terdengar suara hup (whoop) khas, biasanya disertai muntah.
Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Anak mengeluarkan riak
liat dan kental. Akibat batuk yang dapat terjadi perdarahan konjungtiva
atau edema periorbital. Lamanya batuk 1-3 bulan (batuk 100 hari).
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir tenggorokan menunjukkan
adanya kuman pertusis (Bordetella pertusis).
15. Malaria
a. Demam, berkeringat, dingin, menggigil, yang berulang setiap 1-3 hari,
sakit kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering disertai mual,
muntah dan nyeri otot. Kadang-kadang limpa membesar, kejang dan
kesadaran menurun.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya parasit
malaria.
16. Hepatitis
a. Demam, badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni berwarna
seperti air the kental.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah/ tinja menunjukkan adanya virus
hepatitis dan darah juga terdapat antigen virus tersebut.
17. Meningitis
Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun, reflek patologis
positif. Pemeriksaan laboratorium pada LCS.
18. Anthrax
a. Tipe kulit : Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau tukak
(ulkus) dengan pinggir menonjol dan bagian tengahnya berwarna
merah tua-kehitaman, kadang-kadang disertai demam tinggi.
b. Tipe gastrointestinal : Sakit perut hebat terjadi beberapa jam sesudah
makan daging hewan yang menderita penyakit anthrax (Bacillus
anthracis).
19. Diare
Penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar/defekasi (lebih 3 kali sehari) disertai adanya perubahan bentuk atau
kondisi tinja dari penderita.
20. Keracunan
a. Penderita jatuh sakit mendadak dengan gejala pusing, mual/muntah,
dan kejang (cramp) perut atau usus, kadang-kadang disertai adanya
kejang otot serta gejala khas keracunan lainnya.
b. Pada pemeriksaan laboratorium tinja atau muntahan menunjukkan
adanya penyebab keracunan dan konsentrasinya melebihi ambang
normal.
VI. KEGIATAN PENANGGULANGAN WABAH
Untuk dapat melakukan penanggulangan wabah banyak kegiatan yang harus
dilakukan. Untuk suatu Puskesmas, kegiatan tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu
1) Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
Merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan. Untk dapat
menetapkan terjangkit atau ridaknya wabah tersebut, perlu dilakukan
pengumpulan data, penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Agas
kesimpulan tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya perlu dimiliki
suatu pedoman pengambilan kesimpulan. Pedoman yang dimaksud dikenal
dengan nama Nilai Batas Keadaan Wabah.

Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok
tertentu, selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya
wabah biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan
pasien, keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi
informasi tentang terjadinya wabah bisa juga berasal dari petugas
kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau
media lokal (surat kabar dan televisi). Pada dasarnya wabah merupakan
penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah
kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun).

2) Melaksanakan penanganan keadaan wabah
Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan
fakta tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah
pengendalian hendaknya segera dilakukan. Makin cepat respons
pengendalian, makin besar peluang keberhasilan pengendalian. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan yang
paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang
berhubungan.
Apabila telah dibuktikan adanya wabah, kegiatan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah melaksanakan penanganan wabah. Untuk ini ada tiga hal
yang harus dilakukan yakni :
a. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada penderita
b. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat
c. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan terhadap lingkungan
3) Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
Cara menetapkan berakhirnya keadaan wabah adalah sama dengan
menetapkan terjangkitnya wabah, yakni melakukan pengumpulan data,
penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
disini juga memanfaatkan Nilai Batas Keadaan Wabah yang telah
ditetapkan.
4) Pelaporan wabah
Pada dasarnya laporan wabah tersbut meliputi laporan terjangkitnya
keadaan wabah, laporan penanganan wabah serta laporan berakhirnya
keadaan wabah. Semua laporan ini dipersiapkan oleh Puskesmas untk
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Tingkat II. Adanya laporan seperti ini
dipandang penting dalam rangka penyusunan rencana-rencana dan
pelaksanaan rencana kerja penanggulangan wabah itu sendiri.

Ruang lingkup penanggulangan wabah di Indonesia masih terbatas pada
penyakit menular. Jika ditinjau dari sudut program kesehatan masyarakat,
maka ada tidaknya penyakit menular di suatu Negara merupakan petunjuk
dari maju atau tidaknya program kesehatan masyarakat di Negara tersebut.
Lazimnya jika penyakit menular banyak ditemukan ini berarti program
kesehatan masyarakat belum maju dan demukian juga sebaliknya.






VII. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan
yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB mengacu pada
Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada
unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
VIII. PELACAKAN KLB
1) Garis Besar Pelacakan KLB
a. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan
tempat kejadian
b. Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran.
c. Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang
pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha
pelacakan.
2) Analisis Situasi Awal
a. Penentuan atau penegakan diagnosis
b. Penentuan adanya wabah
c. Uraian keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)
3) Analisis Lanjutan
a. Usaha Penemuan kasus tambahan
Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk
menemukan kemungkinan adanya kasus diteliti yang belum ada
dalam laporan.
Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala
ringan tetapi mempunyai potensi menderita atau kontak dengan
penderita.
b. Analisa Data secara berkesinambungan.
c. Menegakkan Hipotesis
d. Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis
Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.
Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan
suatu format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk
survailans epidemiologi terutama high risk.
4) Penanggulangan KLB
a. SKD KLB
b. Penyelidikan dan penanggulangan KLB
c. Pengembangan sistem surveilans termasukpengembangan jaringan
informasid) Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas
sektoral

Macam Penyakit Menular
Jika ditinjau dari kaitannya dengan kemungkinan timbulnya wabah, maka
penyakit menular secara umum dapat dibedakan atas empat kelompok yakni :
1. Penyakit karantina atau penyakit wabah
Jenis penyakit yang masuk dalam kelompok ini ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan yaitu UU No.2 dan No.1 tahun 1962.
2. Penyakit menular dengan potensi wabah rendah
Apabila penyakit tersebut dapat menjalar dengan cepat dan atau memiliki
angka mortalitas yang tinggi . Contohnya adalah penyakit DBD, diare,
campak,pertusis dan diare. Sebenarya penyakit ini sama dengan kedua
akan tetapi karena kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran serta
kemajuan pragram kesehataan masyarakat maka angka penjalaran serta
mortalitas dapat ditekan.
3. Penyakit menular yang tidak berpotensi wabah
Merupakan kelompok penyakit yang tidak berpotensial menimbulkan
wabah.Hanya saja dalam program angka morbiditasnya masih tinggi, perlu
diprogramkan pemberantasannya.

IX. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULYA WABAH
a. Herd immunity yang rendah
adalah daya tahan masyarakat terhadap penyebran penyakit infeksi
karena sebagian besar anggota masyarakat memiliki kekebalan terhadap
penyakit infeksi tersebut. Dalam keadaan tertentu herd immunity ini bisa
menurun sehingga terjadi wabah.
b. Patogenesis
adalah kemampuan bibit penyakit untuk dapat menimbulkan suatu
penyakit.


c. Lingkungan yang buruk
adalah seluruh kondisi yang terdapat disekitar mikroorganisme tetapi
mempengaruhi kehidupan atau perkembangan mikroorganisme tersebut.

Epidemiologi Deskriptif
a. Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
1. Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana
kemungkinan kelanjutannya
2. Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan
pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa
inkubasinya.
3. Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian
mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang,
atau campuran keduanya
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
1. Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2. Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung
mundur satu masa inkubasi rata-rata
3. Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa
inkubasi terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai
timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa
penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam
memperikan periode pemaparan. Cara menghitung median masa inkubasi :
a. Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
b. Buat frekuensi kumulatifnya
c. Tentukan posisi kasus paling tengah
d. Tentukan kelas median
e. Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara
waktu pemaparan dan kasus median


2. Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik
berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat
tertentu yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut
golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi.

3. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada
hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu
penyakit.Misalnya karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status
kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)

4. Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas
memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan
pemaparan yang mengakibatkan sakit.
1. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
a. Apa reservoir utama agen penyakitnya?
b. Bagaimana cara penularannya?
c. Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
d. Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2. Wawancara dengan beberapa penderita
3. M
4. Kunjungan rumah penderita
5. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
6. Epidemiologi diskriptif

5. Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua
cara ini:
1. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
2. Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan
menyelidiki peran kebetulan.
3. Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.

6. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
1. Penelitian Epidemiologi
2. Penelitian Laboratorium dan Lingkungan
7. Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya
penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah
diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang
terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada
agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.

8. Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan
pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang
bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan
tertulis.Penyamapin penyelidikan diantaranya
- Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan
beralasan
- Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan
dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah
- Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya
sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi,
hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)
- Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
- Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan
merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang
.

































DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2004. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid ke II.
Hal 78-81.
Soerawidjaja, Resna A dan Azrul Azwar, 1989. Penanggulangan Wabah oleh
Puskesmas Edisi Pertama. Jakarta. Bina Rupa Aksara.
www.worldpress.com, Dasar-dasar epidemiologi. Diakses tanggal 25 mei 2013.
Kunthi, Dyah. Epidemiologi dan Informatika Kesehatan. Available at
www.blogspot.com/dyahkunthi.com. diakses tanggal 25 Mei 2013
http://aamhabank.blogspot.com/2008/06/tugas-ikm.html

Anda mungkin juga menyukai