Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EPIDEMIOLOGI WABAH

DosenPembimbing :Fijri Rahmawati M.Keb

DisusunOleh kelompok 2:
1. Gusti ayu putu shinta A P (20340002)
2. Ni wayan rendiyani (20340005)
3. Helma fadila (20340001)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI, BANDARLAMPUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” EPIDEMIOLOGI WABAH ” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
EPIDEMIOLOGI. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang kami
peroleh dari beberapa buku dan situs blog di internet. Tak lupa saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah EPIDEMIOLOGI atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini,sehingga dapat diselesaikan dengan
semestinya. Selanjutnya saya menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya
sempurna. Sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangunguna
menambah kualitas serta mutu dari makalah tersebut.saya berharap semoga
makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita semua.

Bandar lampung, 04 juni 2022


EPIDEMIOLOGI WABAH
A. DEFINISIWABAH
 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang
Wabah Penyakit Menular : Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut
wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
 Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari
normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan
mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya :
 Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
 Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes
RI, DirJen P2MPLP : 1981).
 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa ( Benenson : 1985 )
 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
 Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang
mengandungdan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan
wabah.
 Menurut peraturan Menkes RI Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 Kejadian
luar biasa (KLB)adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.
 Wabah mencakup :
 Jumlah kasus yang besar
 Daerah yang luas
 Waktu yang lebih lama
 Dampak yang ditimbulkan lebih berat
 Penetapan status wabah dilakukan oleh Menteri Kesehatan, sedangkan
KLB ditetapkan oleh kepala daerah yang bersangkutan
 Tiga komponen wabah:
1. Kenaikan jumlah penduduk
2. Kelompok penduduk disuatu daerah
3. Waktu tertentu
B. PENYAKIT-PENYAKIT YANG MASUK DALAM WABAH PENYAKIT
MENULAR
Jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah menurut
Permenkes RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 adalah sebagai berikut:
a. Kolera
b. Pes
c. Demam Berdarah Dengue
d. Campak
e. polio
f. Difteri
g. pertusis
h. Rabies
i. Malaria
j. Avian influenza H5N1
k. Antraks
l. Leptospirosis
m. Hepatitis
n. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
o. Meningitis
p. Yellow fever
q. Chikungunya
C. TATA CARA PENEMUAN PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG
DAPAT MENIMBULKAN WABAH
1. Secara pasif: yaitu melalui penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas
pelayanan kesehatan meliputi diagnosis secara klinis dan konfirmasi
laboratorium.
2. Secara aktif: melalui kunjungan lapangan untuk penegakan diagnosis secara
epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah.
D. BENTUK WABAH
1. Berdasarkan Sifatnya
a. Common Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya
sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi
dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu
berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi
kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara
satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada
angka serangan ke dua.
b. Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga
waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula.
Propagated/Progresive Epidemic terjadi karena adanya penularan dari
orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama
waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk
serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari
pendudu setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan
jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota
masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis
sesuai dengan urutan generasi khusus.
2. Berdasarkan Cara Transmisinya
a. Wabah dengan Penyebaran melalui Media Umum (Common Vehicle
Epidemic), yaitu :
a) Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya Salmonellosis.
b) Inhalasi bersama udara pernafasan,
c) Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis
serum.
b. Wabah dengan Penjalaran oleh Transfer Serial dari Pejamu ke Pejamu
(Epidemics Propagated by Serial Transfer from Host to Host)
a) Penjalaran melalui rute pernapasan (campak), rute anal-oral
(shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya.
b) Penjalaran melalui debu.
c) Penjalaran melaluivektor (serangga dan arthropoda)
E. KRITERIA WABAH/KLB
Beberapa kriteria penyakit di sebut wabah/KLB menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor : 1501/MENKES/PER/X/2010, antara lain :
1) Penyakit tersebut tidak ada/tidak dikenal pada suatu daerah
2) Peningkatan kejadian sakit selama 3 kurun watu jam, hari, minggu
3) Peningkatan kejadian sakit 2 kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya
4) Jumlah penderita dalam 1 bulan mengalami kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya
5) Angka kematian (CFR) mengalami kenaikan 50% atau lebih dibandingkan
angka kematian kasus penyakit periode sebelumnya.
F. INVESTIGASI WABAH
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah di mulai dengan adanya
penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenal dengan metode
investigasi wabah kolera di London (1854).
Selain kata wabah dikenal pula letusan (outbreak) dan kejadian luar biasa
(KLB). Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh di tetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Apabila peningkatan penderita penyakit yang memenuhi
kriteria definisi wabah di atas, akan dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit bila
kejdian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah
dan dinyatakan sebagai KLB bila penanggulangannya membutuhkan bantuan dari
pemerintah pusat (Dirjen P2M & PLP tahun 1981).
Pengungkapan adanya wabah yang sering dilakukan atau didapatkan
adalah dengan deteksi dari analisis data surveilans rutin atau adanya laporan
petugas, pamong, atau warga yang cukup peduli.
Pihak yang bertugas melakukan penyelidikan atau investigasi wabah yaitu
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Tim Gerak Cepat
terdiri atas tenaga medis, epidemiologi kesehatan , sanitarian, entomolog
kesehatan, tenaga laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada program/sector
terkait maupun masyarakat.
Tim gerak cepat ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atas nama bupati/walikota untuk tingkat kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan
provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi, dan direktur jenderal atas
nama menteri untuk tingkat pusat. Tim gerak cepat ditingkat pusat dapat
melibatkan tenaga ahli asing setalah mendapat persetujuan dari menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
G. TUJUAN INVESTIGASI/PENYELIDIKAN WABAH
1. Tujuan umum
a. Upaya penanggulangan dan pencegahan
b. Surveilans (lokal, nasional, dan internasional)
c. Penelitian
d. Pelatihan
e. Menjawab keingintahuan masyarakat
f. Pertimbangan program
g. Kepentingan politik, dan hukum
h. Kesadaran masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Memastikan diagnosa
b. Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
c. Mengidentifikasi penyebab KLB
d. Mengidentifikasi sumber penyebab
e. Rekomendasi : cepat dan tepat
f. Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu, periode KLB,
serta tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu, dan tempat).
H. LANGKAH INVESTIGASI WABAH
Langkah melakukan investigasi wabah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan yang sistematik yang terdiri dari: (Rajab, 2009)
1. Persiapan investigasi di lapangan,
Persiapan investigasi di lapangan meliputi: pengetahuan perlengkapan dan
alat yang sesuai; prosedur administrasi; peran masing-masing petugas yang
terjun (investigasi, administrasi, konsultasi)
2. Memastikan adanya wabah
Dalam menentukan apakah ada wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa
minggu atau bulan sebelumnya
2) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang
diharapkan
3) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
a. Catatan hasil surveilans
b. Catatan keluar dari rumah sakit, statistik kematian, register, dll
c. Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah dekatnya
atau data nasional
d. Boleh juga dilaksanakan survei di masyarakat menentukan kondisi
penyakit yang biasanya ada
4) Pseudo-epidemik:
a. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
b. Adanya cara diagnosis baru
c. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
e. Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
3. Memastikan diagnosis
Semua temuan klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium yang menyebabkan
peningkatan kasus yang dilaporkan
c. Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi
d. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
4. Membuat definisi kasus
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat kriteria untuk menentukan
apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis
dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus
menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable), meragukan (possible),
sensitivitas dan spesifitas.
5. Menemukan dan menghitung kasus
Metode untuk menemukan kasus harus sesuai dengan penyakit dan
kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan
diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulkan dari setiap kasus:
a. Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
b. Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan)
c. Dara klinis
d. Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
e. Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi
umpan balik
6. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
a. Gambaran wabah berdasarkan waktu, perjalanan wabah berdasarkan waktu
digambarkan dengan grafik histogram yang berbentuk kurva epidemi,
gambaran ini membantu: memberi informasi sampai di mana proses wabah
itu dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya; memperkirakan kapan
pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut,
bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya; menarik kesimpulan
tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber
tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya.
b. Gambaran wabah berdasarkan tempat, menggunakan gambaran grafik
berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/ simbol
tertentu yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut
golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi (tidak
menggambarkan risiko).
c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang, variabel orang dalam
epidemiologi adalah karakteristik indivisu yang ada hubungannya dengan
keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit.
7. Membuat hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas
memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan,
dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.
1) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
• Apa reservoir utama agen penyakitnya?
• Bagaimana cara penularannya?
• Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
• Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2) Wawancara dengan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.
3) Mengumpulkan beberapa penderita
4) Kunjungan rumah penderita
5) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
6) Epidemiologi diskriptif
8. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu
dari dua cara, yaitu:
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan
menyelidiki peran kebetulan.
3) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
9. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan Dalam hal ini penelitian
tambahan akan mengikuti hal dibawah ini:
1) Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik)
2) Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan
(pemeriksaan tempat pembuangan tinja)

10. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan


Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin. Upaya
penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah
diketahui. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai
yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin
diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
11. Menyampaikan hasil penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Laporan Lisan
Laporan lisan pada pejabat setempat dilakuakan dihadapan pejabat
setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan
pencegahan .
2) Laporan Tertulis
Penyampaian penyelidikan diantaranya :
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan
beralasan
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan
dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah
c. Laporan lisan harus dilengkapi laporan tertulis, bentuknya sesuai
dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, kesimpulan, dan saran)
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan
merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa
mendatang.
Susunan laporan lengkap tentag penyelidikan epidemiologi
tersebut :
a) Pendahuluan
b) Latar Belakang
c) Uraian tentang penelitian yang dilakukan
d) Hasil peneitian
e) Analisis data dan kesimpulan
f) Tindakan penangnggulangan
g) Dampak-dampak penting
h) Saran rekomendasi
I. UPAYA PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR
Upaya penanggulangan secara dini harus dilakukan apabila di daerah
tersebut memenuhi salah satu kriteria KLB/ wabah baik sebelum daerah tersebut
ditetapkan sebagai daerah KLB/wabah maupun setalah ditetapkan menjadi daerah
dalam keadaan KLB/wabah. Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang
dari 24 jam terhitung sejak daerah tersebut memenuhi salah satu kriteria
KLB/wabah. Penanggulangan KLB/wabah juga dilakukan secara terpadu oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, dijelaskan bahwa upaya
penanggulangan wabah adalah segala upaya yang ditujukan untuk memperkecil
angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah
tidak meluas ke daerah lain. Upaya penanggulangan wabah yang dilakukan
meliputi: (PP No. 40 Tahun 1991)
1. Tindakan penyelidikan epidemiologis
Tujuan dari tindakan penyelidikan epidemiologis, meliputi:
a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;
b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;
c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah;
d. Menentukan cara penanggulangan.
Tindakan penyelidikan epidemiologis dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan:
a. Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk;
b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis;
c. Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain
dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung
penyebab penyakit wabah.
2. Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan tindakan
karantina dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang
ditentukan. Dalam keadaan KLB/wabah seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan terhadap
penderita atau tersangka penderita, selain itu pemerintah dan pemerintah
daerah wajib menyediakan perbekalan kesehatan meliputi bahan, alat, obat, dan
vaksin serta bahan/ alat pendukung lainnya (Permenkes No. 1501 Tahun 2010).
3. Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap masyarakat yang
mempunyai risiko terkena penyakit wabah. Hal ini dilakukan dengan atau
tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan.
4. Tindakan pemusnahan penyebab penyakit dilakukan terhadap:
a. bibit penyakit/kuman;
b. hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab
penyakit.
Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan
hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit
5. Tindakan penanganan jenazah, dilakukan dengan memperhatikan norma agama
atau kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus
menurut jenis penyakitnya. Penanganan secara khusus meliputi:
a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
b. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat
yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.
6. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah
dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi
lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai
media komunikasi massa baik Pemerintah maupun swasta.
7. Upaya penanggulangan lainnya, ditetapkan oleh menteri
Dalam upaya penanggulangan wabah penyakit menular, harus
dilakukan secara terpadu dengan upaya kesehatan lain, yaitu upaya
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.Oleh karena itu
penanggulangannya harus dilakukan secara dini. Penanggulangan secara dini
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa dari suatu
penyakit wabah yang dapat menjurus terjadinya wabah yang dapat
mengakibatkan malapetaka. Hal ini disebabkan karena wabah penyebarannya
dapat berlangsung secara cepat, baik melalui perpindahan, maupun kontak
hubungan langsung atau karena jenis dan sifat dari kuman penyebab penyakit
wabah itu sendiri. Fakta lain yang dapat menimbulkan wabah penyakit
menular, dapat disebabkan karena kondisi masyarakat dari satu wilayah
tertentu kurang mendukung antara lain kesehatan lingkungan yang kurang baik
atau gizi masyarakat yang belum baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, Hebert.,Yuwono, Natalia. 2018. Pengantar Blok Penyakit Tropis dari


Zaman Kuno Hingga Abad 21 Terkni. Jawa Timur : Pustaka Abadi
Indra, Rahman.2017. 10 Hal yang Patut Diketahui Seputar Wabah Difteri.
Jakarta.CNNIndonesia. Diakses melalui
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171208035427-255-
260967/10-hal-yang-patut-diketahui-seputar-wabah-difteri?(30 Agustus
2019).
Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Alfabeta.
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
Permenkes No. 82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular
Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Wabah dan KLB.
Permenkes RI No. 949/MENKES/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah
Penyakit Menular.

Anda mungkin juga menyukai