Anda di halaman 1dari 30

PENYAKIT KARANTINA

A. Pendahuluan

Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di


Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik
tersendiri, karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai
banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi.
Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan
dalam menanggulangi wabah atau KLB. Karena itu dibutuhkan
satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan
dan tindakan dapat segera diambil.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB :
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB
apabila memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada /
tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama


tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih


dibandingkan dengan periode sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata
– rata perbulan dari tahun sebelumnya.

6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS :


- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada
daerah endemis)

- Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode


4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas
dari penyakit yang bersangkutan.

7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita,


seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.

B. Pembagian Penyakit Menular

Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit


menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Penyakit yang bersifat kronis endemis
2. Penyakit yang bersifat akut epidemis

1. Penyakit kronis endemis


Adalah penyakit menular yang gejala – gejalanya datang
secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam
masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang
termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta,
trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit
tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat
Indonesia.

2. Penyakit akut epidemis


Adalah penyakit menular yang gejala –gejalanya datang
secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung
dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa
penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit
wabah.

C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984

Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU


No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk
penyakit wabah adalah :

1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari :


a. Pes (Plague)
b. Kolera (Cholera)
c. cacar (Smallpox)
d. Demam Kuning (Yellow Fever)
e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)
f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus
Epidemika)

2. Penyakit Non Karantina :


a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis)
b. Para Typhus A, B dan C
c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris)
d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa)
e. Para Cholera Eltor
f. Diphteria
g. Kejang Tengkuk (Meningitis Cerebrospinalis
Epidemica)
h. Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta)

3. Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri


Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax.

Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai


dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang
pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara
internasional.
Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan
seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit
Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang
diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar
menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan,
dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan
dibebaskan.
Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit
karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah :
 Pes : 6 hari
 Kolera : 5 hari
 Cacar : 14 hari
 Demam Kuning : 6 hari
 Demam Balik – Balik : 8 hari
 Typhus Bercak Wabahi : 14 hari

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit


karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang
diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk :

1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit


karantina di negara masing – masing.

2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan


yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah
keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat
perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara,
kereta api, bus dan lain – lain.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah


dikeluarkan 2 undang – undang yaitu :
1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.
2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.
Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan
baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit
Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit
karantina di kapal / pesawatnya.
UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang
menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya
penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib
melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit
Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah
maka penyakit – penyakit yang termasuk dalam Kelompok
Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang
wajib dilaporkan ).

D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit


Menular

1. Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit


menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.

2. Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit


menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif tetap dalam waktu yang lama.

3. Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit


menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam
waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat
menimbulkan malapetaka.

4. Pandemi, adalah keadaan dimana suatu penyakit menular


frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi,
sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.
E. Penyakit Menular Yang Dilaporkan

Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit


– penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit –
penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Penyakit – penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut :

1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain


Pes, Cholera dan Tetanus

2. Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu


cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang
telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan
tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis,
rabies dan poliomyelitis.

3. Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan


beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia,
influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis,
keracunan, encephalitis dan tetanus.

4. Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi


menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan
ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui
puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang
sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut
meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe,
filariasis dan AIDS.

F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit


Menular
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan
penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah
maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1. Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan :


a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara
aktif maupun pasif.
b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit
menular tertentu.
c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus,
d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan
faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih.
e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

2. Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) :


a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat
perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit )
b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini.
c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang
– barang yang dapat menjadi sarana penularan.
d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa
di laboratorium.
e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah (
perawatan, pengangkutan dan pemakamannya )
f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal /
sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan
sebagainya )
g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka
nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan
carrier.
h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit
karantina.

3. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan


a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi.
b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi
atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan
berbentuk :
(1) Laporan berkala mingguan
(2) Laporan berkala bulanan
(3) Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa
atau wabah
(4) Laporan khusus apabila ada kematian akibat
penyakit wabah
c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk
grafik untuk memudahkan pemantauan.

G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya

1. Kolera ( Cholera )
Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.

Penyebab : Cholera asiatica oleh Vibrio cholera


(= Vibrio comma) sedangkan Paracholera
eltor oleh Vibrio eltor

Masa inkubasi : Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut


undang – undang karantina ditetapkan
5 hari.

Cara penularan : Melalui makanan dan minuman yang


terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal
oral infection )

Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak,


berupa muntah – muntah dan berak – berak
(diare) yang sangat sering. Biasanya gejala
muntah – muntah datangnya lebih
belakangan darai pada diare. Faecesnya cair
keputihan dengan sedikit lendir yang
mengambang (seperti air cucian beras).

Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan


banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya.
Besarnya angka kematian 5 % - 75 %.
Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa
tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang
lebih 6 bulan.
Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera
selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat
menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea
terdapat endemis di India

Kolrea di Indonesia
Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang
buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang
dengan sendirinya apabila hygiene dan sanitasi lingkungan
diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju.
Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang
memenuhi sasaran.

Pencegahan dan pemberantasan :


(a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan
secepat – cepatnya .
(b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan
benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan.
(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar.
(d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan.
(e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan
carrier, untuk diobati sampai sembuh.
(f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang
meliputi :
- Penyediaan air bersih yang baik
- Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan
limbah.
- Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan
minuman,pasar, rumah makan, rumah potong
ternak,perusahaan susu dan lain – lain.
- Upaya pemberantasan lalat.
(g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
(h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.

2. PES
1.1 Definisi Penyakit Pes
Pes atau Plagueadalah infeksi yang disebabkan bakteri
Yersinia pestisdan ditularkan oleh kutu tikusXenopsylla
cheopis. Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga
ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara-
negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla
astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus,
gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak
dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi
dapat membawa bakteri ini sampai berbulan-bulan lamanya.
Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi
dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.
Pes merupakan penyakit zoonosis terutama pada tikus
dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia. Pes
juga merupakan penyakit yang bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman/bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama
Pesteurellois atau Yersiniosis/Palgue.
1.2 Etiologi
Pes disebabkan oleh Kuman/Bakteri Yersinia pestis
(Pasteurellois pestis), berbentuk batang, ukuran 1,5-2x0,5-
0,7 mikron, bersifat biopolar, non motil, non sporing, gram
negatif. Pada suhu 280C merupakan suhu optimum tetapi
kapsul terbentuk tidak sempurna. Pada suhu 370C merupakan
suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut.
Organisme ini tidak motil dan tumbuh sebagai anaerob
fakultatif di beberapa media bakteriologi. Pertumbuhan lebih
cepat bila berada pada media yang mengandung darah atau
cairan jaringan dalam suhu 300C. Pada kultur darah dimana
suhunya 370C, koloninya akan semakain mengecil dalam
waktu 24 jam.
Inokulum virulen yang diturunkan dari jaringan yang
terinfeksi menghasilkan koloni yang berwarna abu-abu dan
kental, namun bila dipindahkan dalam media laboratorium
koloni tersebut berubah menjai irregular dan kasar.
Klasifikasi bakteri Yersinia pestis:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriacheae
Genus : Yersinia
Spesies : Yersinia pestis.

1.3 Epidemiologi
Sampai pada tahun 1960 telah tercatat kematian
sebanyak 245.375 orang. Tahun 1968-1969 masih terjadi
wabah di kabupaten Boyolali, Jawa tengah dengan kematian
sebanyak 42 orang dan berulang pada tahun 1970 dengan 2
kematian. Penyakit ini di Indonesia masih dalam pemantauan.

1.4 Peran Vektor dan ReservoirPenyakit Pes


Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia
yang membawa penyakit yang menyebarkan dan menjalani
proses penularan penyakit. Vektor menyebabkan agent
infeksi dari manusia atau hewan yang rentan melalui,
kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya, atau secara tidak
langsung melalui kontaminasi pada makanan. Vektor pes
adalah pinjal. Di Indonesia saatini ada 4 jenis pinjal yaitu:
Xenopsylla cheopis, culexiritans, Neopsylla sondaica dan
stivalus cognatus.
Reservoir (sumber penularan) adalah manusia, hewan,
tumbuhan, tanah, atau zat organik (seperti tinja dan makanan)
yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak infeksius.
Sewaktu organisme infeksius berkembang biak dalam
reservoir, mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga
penyakit dapat ditularkan pada pejamu rentan. Manusia
sering berperan sebagai reservoir sekaligus pejamu. Reservoir
utama dari penyakit pes adalah hewan –hewan rodent
(tikus,kelinci). Sumber penularan ini dapat merupakan risiko
bagi kesehatan masyarakat.

1.5 Jenis Pes dan Gejalanya Pada Manusia


Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya
kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan
binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan
akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil,
lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid
(amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular
pada orang lain.
Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil,
pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah
kulit atau organ-organ tubuh lainnya, pembekuan darah pada
saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ
tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat benjolan
pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang
lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic
plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan
benar.
Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya
pneumonia (radang paru-paru), napas pendek, sesak napas,
batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang
paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic
plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi
sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang
tidak diobati dengan benar.

1.6 Penularan Penyakit Pes


Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau
terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di
dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke hewan lain atau
manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang
mengandung kuman pes, maka kuman-kuman tersebut akan
dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara
yang sama yaitu melalui gigitan. Penularan pes secara
eksidental dapat terjadi pada orang – orang yang bila digigit
oleh pinjal tikus hutan yang infektif.Ini dapat terjadi pada
pekerja-pekerja di hutan, ataupun pada orang-orang yang
mengadakan rekreasi/camping di hutan.
Kasus yang umum terjadi dimana penularan pes pada
orang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit
tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes.
Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui
gigitan pinjal ke manusia. Penularan pes dari orang yang
menderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan
ludah atau pernapasan.

1.7 Upaya Pencegahan dan Pengobatan


a. Pencegahan
Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui
penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak
dengan tikus serta pinjalnya. Cara mengurangi atau
mencegah terjadinya kontak antara tikus beserta pinjalnya
dengan manusia dapat dilakukan seperti berikut.
1. Penempatan kandang ternak di luar rumah.
2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung
sehingga mengurangi kesempatan bagi tikus untuk
bersarang (rat proof).
3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari
atau memasang genting kaca sehingga sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-
banyaknya.
4. Menggunakan lantai semen.
5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di
tempat yang tidak mungkin dicapai atau
mengundang tikus.
6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana
menjumpai adanya tikus mati tanpa sebab yang jelas
(rat fall).
7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah.

b. Pengobatan
Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes,
baik yang menularkan maupun yang tertular adalah sebagai
berukut:
1) Untuk tersangka pes
Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari
berturut-turut atauCholamphenicol 4x250 mg
diberikan selama 5 hari berturut-turut
2) Untuk penderita pes
- Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM)
selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis
dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari
berturut-turut.Setelah panas hilang.
- Dilanjutkan dengan pemberian :Tetracycline 4-6
gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian
dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5
hari berturut-turut atauChlomphenicol 6-8
gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian
dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5
hari berturut-turut.
3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:
- Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita
pes bobo.
- Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada
penderita pes paru.
Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian
Tertracycline 500mg/hari selama 10 hari berturut-
turut.

3. Demam Kuning (Yellow Fever)

Yellow fever (demam kuning) adalah penyakit sistemik


akut yang disebabkan oleh flavivirus yang ditularkan oleh nyamuk
yang terinfeksi virus (terutama nyamuk aedes aegypti, tetapi dapat
pula oleh spesies lain) ke inang atau host dalam hal ini adalah
manusia dan primata (monyet) yang menyebabkan kerusakan pada
saluran hati, ginjal, jantung dan sistem pencernaan. Penyakit ini
dapat menyebabkan berbagai gejala klinis seperti demam, mual,
nyeri dan dapat berlanjut ke fase beracun/toksik yang terjadi
setelah itu, ditandai dengan kerusakan hati dengan jaundis/ikterik
atau kulit menjadi berwarna kuning, gagal ginjal, meningitis dan
akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Kata yellow/kuning
diambil dari keadaan beberapa pasiennya yang menjadi
jaundis/ikterik yaitu perubahan warna pada kulit dan selaput lendir
yang menjadi kuning, sedangkan pada bagian konjungtiva mata
berwarna merah. Karena penyakit ini menyebabkan kecenderungan
pendarahan yang meningkat (diatesis pendarahan), yellow
fever termasuk dalam kelompok demam haemorhagik atau
kelompok demam berdarah. Pada penderita demam kuning juga
dapat terjadi perdarahan antara lain melalui mulut, hidung, gusi,
maupun BAB (melena). Masa inkubasi yellow fever 3 6 hari.
Secara umum angka kematiannya sekitar 5 %, tetapi dapat
mencapai 20% - 40% pada wabah tertentu.
Ada tiga siklus penularan yellow fever yaitu tipe sylvatic
yellow fever, demam kuning intermediet, dan demam kuning urban
(urban yellow fever). Tipe sylvatic (jungle yellow fever) ini hanya
terdapat pada hutan hujan tropis dan terjadi ketika nyamuk
menggigit monyet terinfeksi virus yellow fever. Setelah terinfeksi,
nyamuk ini biasanya akan menggigit monyet lain, namun dalam
kasus tertentu, nyamuk ini bisa juga menggigit manusia,
terutama manusia yang memasuki hutan. Tipe intermediet hanya
ditemukan dipadang sabanah Afrika. Infeksi bisa terjadi pada
monyet dan host manusia yang tinggal atau bekerja di daerah
perbatasan hutan. Dalam siklus ini, virus dapat ditularkan dari
monyet ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui
nyamuk. Ini adalah jenis yang paling umum dari wabah di
Afrika. Tipe demam kuning urban (urban yellow fever). Siklus
perkotaan (urban) ini melibatkan penularan virus antar manusia
melalui nyamuk, terutama aedes aegypti. Jenis transmisi ini sangat
rentan menyebabkan epidemi penyakit demam kuning dalam area
yang lebih luas.
Patofisiologi yellow fever pada dasarnya serupa dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Perbedaan utamanya terletak
pada lebih hepatotrofiknya (lebih merusak hati) virus demam
kuning dibanding virus dengue, sehingga gejala klinis yang
berkaitan dengan fungsi hepar (hati) lebih menonjol. Seperti
DBD,yellow fever mempunyai sifat bifasik yaitu demam dengan 2
episode yang berbeda, demam pertama dengan durasi 2-3 hari,
kemudian turun sampai dengan hari ke-5, kemudian demam lagi
bahkan kenaikan suhu bisa lebih tinggi periode pertama. Diagnosis
awal sering dibuat berdasarkan tanda-tanda klinis pasien dan
gejala, dan anamnesis riwayat perjalanan (kapan dan di mana), dan
kegiatan terkait perjalanan terutama pada daerah-daerah endemi
dan juga riwayat vaksinasi dan penyakit lainnya.
Pemeriksaan laboratorium menunjukan leukopeni (jumlah sel darah
putih rendah), trombositopeni (jumlah trombosit yang rendah),
mungkin ditemukan kenaikan hematokrit, waktu protombrin yang
memanjang dan bila terjadi KID (Koagulasi Intravaskuler
Deseminata) ditemukan kelainan pada fibrinogen dan produk
degradasi fibrinogen. Enzim transaminase, fosfatase alkali, gamma-
glutamyl transfarase, bilirubin direct dan indirect, BUN dan kreatin
meningkat kadarnya. Kenaikan yang bermakna dari transaminase
dan bilirubin pada stadium awal penyakit merupakan petanda akan
buruknya penyakit. Diagnosa demam kuning ditegakkan antara lain
dengan isolasi virus, kultur sel, ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay), atau dengan metode PCR (Polymerase
Chain Reaction).
Tidak ada pengobatan yang spesifik pada yellow fever,
sebagian besar pasien yang mengalami gejala yellow fever yang
ringan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu tiga sampai
empat hari. Terapi suportif ditujukan langsung untuk memperbaiki
kehilangan cairan dan mempertahankan stabilitas hemodinamik,
misalnya dengan pemberian oksigen, pemberian cairan intravena
untuk dehidrasi dan intubasi endotrakeal (penempatan tabung
pernapasan) dan ventilasi mekanik dalam kasus gangguan
pernapasan. Pemberian vitamin K dan Fresh Frozen Plasma (FFP)
disarankan untuk menangani gangguan koagulasi. Bila terjadi gagal
ginjal akut maka dialisis dapat ditempuh. Pada pengobatan hindari
pemakaian obat-obatan tertentu, seperti aspirin atau obat anti-
inflamasi lainnya (misalnya ibuprofen, naproxen), yang dapat
meningkatkan risiko perdarahan. Prognosis untuk individu yang
mengalami yellow fever yang ringan umumnya sangat baik.
Namun, bagi pasien yang mengalami intoksikasi/keracunan yellow
fever, tingkat fatalitas kasus berkisar dari 15% sampai 50%. Bayi
dan orang tua yang berusia lebih dari 50 tahun cenderung memiliki
penyakit lebih parah dan tingkat kematian yang lebih tinggi.
Selanjutnya, kerentanan host dan virulensi dari strain virus yang
menginfeksi juga dapat mempengaruhi tingkat kematian. Jika
dengan pengobatan yang baik pasien dapat sembuh dari
penyakit yellow fever, biasanya akan mengalami gejala kelemahan
dan kelelahan yang dapat berlangsung beberapa bulan dan
umumnya pasien yang telah sembuh dari infeksi virus yellow
fever akan memiliki kekebalan seumur hidup dari penyakit ini dan
biasanya tidak ada kerusakan organ yang tersisa.

4. Cacar (Smallpox)
Etiologi (penyebab) :
virusvariola
Masa inkubasi :
antara 7-14 hari. Menurut undang-undang karantina ditetapkan 14
hari.
Cara penularan :
penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi
infeksi primernya selalu melalui hawa napas. Virusnya yang
terdapat di udara, berasal dari debu pakaian, tempat tidur dari
keropeng yang jatuh di tanah ataupun dari hawa napas sipenderita,
terhirup bersama hawa pernapasan sehingga terjadi penularan.
Cacar adalah penyaki yang sangat menular.
Gejala penyakit :
penyakit cacar adalah suatu penyakit infeksi yang akut dengan
gejala-gejala berupa demam, sakit kepala, sakit pinggang dan
anggota gerak, kadang-kadang menggigil disertai rasa mual atau
muntah yang berlangsung selama 3-4 hari. Kemudian panasnya
menurun dan timbul kelainan-kelainan pada kulit berturut-turut:
erythem (titik-titik kemerahan pada kulit), macula (bercak-bercak
kemerahan pada kulit), papula (bercak kemerahan pada kulit yang
agak menonjol dari permukaan kulit/ bentolan), vesikula
(gelembung berisi cairan jernih), pustule (gelembung berisi nanah),
crusta (keropeng, terjadi karena nanah pada pustule menering).
Erupsi (ruam) pada kulit biasanya simetris dan mengenai seluruh
tubuh terutama muka, lengan dan kaki. Bila sembuh akan
meninggalkan bekas pada kulit yang tidak hilang seluruh hidup
(bopeng)
Perbedaan cacar (variola) dan cacar air (varicella) :
cacar adalah penyakit yang sangat menular dan berbahaya. Karena
itu janganlah sampai keliru dengan cacar air yang merupakan
penyakit yang ringan. Untuk amannya, bila terjadi kematian karena
penyakit ruam (rash) kulit anggaplah penyakit itu sebagai penyakit
cacar.

Gejala Cacar (variola):


1. Penderita mulai sakit antara hari ke 7-17 sesudah kontak erat
dengan penderita cacar.
2. 2-4 hari sebelum rash penderita biasanya demam dan merasa
lemah.
3. Kelainan kulit (macula – papula dan lain-lain) lebih banyak
terdapat di muka, tangan dan kaki.
4. Keopeng biasanya terbentuk antara hari ke 10-14 sesudah rash.
5. Keripeng mulai terlepas dalam waktu 14-28 hari sesudah rash.

Gejala Cacar air (vericella) :


1. Penderita mulai sakit antara hari ke 14-21 sesudah kontak erat
dengan penderita cacar air.
2. Penderita umumnya tidak menunjukkan gejala apa-apa sebelum
kelainan kulit (rash) timbul.
3. Kelainan kulit (macula – papula dan lain-lain) lebih banyak
terdapat dibandingkan dengan dibagian tungkai (lengan-kaki).
4. Kelainan biasanya tidak terdapat ditelapak tangan dan kaki.
5. Keropeng biasanya terbentuk antara hari ke 4-7 sesudah rash.
6. Keropeng mulai terlepas dalam waktu 14 hari sesudah rash.
Usaha pencegahan dan pemberantasannya yaitu dengan
meningkatkan kekebalan masyarakat dengan melaksanakan
vaksinasi rutin yang sebaik-baiknya (setiap bayi di cacar pada umur
1-2 bulan).

5. Malaria

Penyebab : Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu


1. Plasmodium falciparum, penyebab
malaria tropika
2. Plsamodium vivax, penyebab malaria
tertiana
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria
quartana
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria
ovale

Masa inkubasi : Antara 12 hari sampai dengan 30 hari

Cara penularan : Dengan perantaraan gigitan nyamuk


anopheles sp. Betina, dan di Indonesia
dikenal ada lebih kurang 93 spesies
Anopheles yang merupakan vektor malaria
dan yang terpenting diantaranya adalah :
1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus
2. Di sawah : Anopheles aconicus
3. Di pegunungan : Anopheles maculates
4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus
5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus

Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti


demam tinggi, seringkali disertai mengigau
dan menggigil diakhiri dengan berkeringat
banyak. Plasmodium dapat pula menyerang
otak, yang menyebabkan malaria cerebralis
dengan gejala – gejala radang otak yang
lainnya.

Malaria di Indonesia :
Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia
dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan
menyebabkan :
 Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit
lain
 Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun
 Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat
menghambat kepariwisataan.

Usaha pencegahan dan pemberantasan :


(a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian
dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan
kesehatan dan pengobatan sampai sembuh.
(b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka
pencegahan dan pemberantasannya dengan
menggunakan obat anti malaria seperti Quinine,
Nivaquine, Primaquine dan sebagainya.
(c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan
pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan
memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk
sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan
insektisida.

6. Tuberculosis
Penyebab : BasilMycobacterium tuberculosis (yang
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun
1882).

Masa inkubasi : Antara 4 – 6 minggu


Cara penularan : 1. Melalui pernapasan dengan ludah
penderota yang dibuang sembarang
tempat dan debu yang mengandung basil
TBC.
2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa
dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk
TBC bovinum )

Gejala – gejalanya : TBC adalah penyakit kronis. Sering kali


dimulai dengan gejala yang ringan seperti
badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan
ada yang tidak menunjukkan gejala sama
sekali.
Bila penyakit semakin berat maka penderita
akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat
lemah dan batuk darah.
Kecuali paru – paru, TBC dapat pula
menyerang organ – organ badan yang lain
seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat
kandungan. Jika menyerang otak, TBC
menimbulkan gejala seperti pada penyakit
radang otak lainnya. Pada bayi dan anak –
anak dapat menyebabkan infeksi milier
(military tuberculosis)

Pemberantasan penyakit :
Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota –
kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan.
Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi
rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over
crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan
sebagainya.
Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta
banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita
mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana
seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila
terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita
penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak.

Pencegahannya :
(a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak.
(b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum
(c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik,
istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya.
(d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat
kesehatan.
(e) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya
agar tidak biasa meludah disembarang tempat.

7. Framboesia (patek = puru = jaws)

Penyebab : Troponema partenue (golongan Spirochaeta)

Masa inkubasi : Antara 3 minggu sampai 6 bulan

Cara penularan : Melalui kontak langsung dengan penderita


atau secara tidak langsung melalui pakaian
atau dengan perantaraan lalat.

Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu,


tidak enak badan, demam.
Dalam stadium erupsi (masa awal gejala)
timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama
di malam hari,resa tak enak dan nyeri di
tempat timbulnya erupsi

Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan


timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit
penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak),
bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah
framboesia.
Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws =
initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang
banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar
lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha.
Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang
sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun.
Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan
gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi.
Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung
selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian
setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala
cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar
yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan
luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri.
Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan
menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan
nampak pesek.
Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit
hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut
Himopharingitis Mutilans.

Cara pencegahan dan pemberantasannya :


a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan
menjaga kebersihan.
b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua
penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di
masyarakat.

8. Penyakit Kelamin (veneral diseases)


Pendahuluan
Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga,
baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang
sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat.
Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis
epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial
maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama
antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial,
agama dan kepolisian.
Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini
menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh :
a. Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya
penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarga dan masyarakat lainnya.
b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita
dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat
umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila.

Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah :


(a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe
(b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum
(c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl
(d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus
Lymphogranuloma venerum
(e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania
granulomatis

Cara penularan
Penularan melalui kontak langsung dengan penderita (
Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda
- benda terkontaminasi

Usaha pencegahan dan pemberantasannya


(a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan
pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari
adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa
saja ia telah berhubungan intim dan telah
menularkannya.
(b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan
WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat
penghapusan sama sekali WTS.
(c) Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat
mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya,
keluarganya, dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/570
/3/KMK425-0407-G.pdf
2. Ichsan, Moch. Undang-undang republik Indonesia Nomor 1
tahun 1962 Tentang Karantina laut. 2015. Link:
www.bphn.go.id/data/documents/62uu001.pdf
3. Ariyanto. Mengenal Penyakit Yellow Fever. 2017. Link:
http://kespel.depkes.go.id/news/news_public/detail/39
4. Penyakit karantina. Cited on 02 Aug 2015. Link:
https://dokumen.tips/documents/penyakit-karantina.html
5. Ashar. Penyakit Karantina PES. Cited on 14 apr 2015. Link:
https://www.scribd.com/document/261807003/PENYAKIT
-KARANTINA
6. Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, Oleh dr. Indan Entjang,
PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Anda mungkin juga menyukai