1102013268
Sasaran Belajar
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa atau Wabah Penyakit di Masyarakat
Berdasarkan Angka Morbiditas dan Mortalitas
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan Masyarakat (Pola
Pencarian Pengobatan)
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Mengenai Cakupan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Serta
Imunisasi
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Aspek Sosial dan Budaya di Masyarakat dalam
Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
LO.5 Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat
LO.6 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dan Konsep KLB
LO.7 Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Dalam Pandangan Islam
1
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa atau Wabah Penyakit di
Masyarakat Berdasarkan Angka Morbiditas dan Mortalitas
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1984).
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka.
1) Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN
1984).
2) Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah
besar orang didaerah luas (KBBI : 1989).
3) Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara
cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP
: 1981).
4) Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu
daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)
5) Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita
penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang
berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
(Last : 1981)
Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan:
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan
penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian
atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara
nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.
CONTOH WABAH :
1. Polio
Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan
populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio telah
menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh pertama
1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas pada tahun
1955.
2. Cacar (variola vera)
Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat khusus
untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua bentuk klinis
dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum, ditandai dengan
ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar memiliki tingkat
kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa berakibat fatal.
Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini kurang parah, dengan
angka kematian historis dari 1% atau kurang.
3. Kolera
Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala
utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat
menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
2
Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit
pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi
berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada dan demos berarti rakyat. Dengan kata
lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah
kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidens
rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan
epidemi, yaitu kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada suatu
populasi. Berasal dari bahasa Yunani en yang artinya di dalam dan demos yang artinya
rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa
adanya pengaruh dari luar.
Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani pan yang artinya semua dan demos yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga
syarat berikut telah terpenuhi :
Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan.
Kriteria KLB
Kriteria kerja KLB yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
3
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.
Klasifikasi
Klasifikasi KLB
Menurut Penyebab
- Toksin
Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio,
Cholera, Escherichia, Shigella.
Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin
- Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)
- Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-
tumbuhan)
- Toksin Kimia
Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah), logam lain
Cyanida
Zat kimia organik : nitrit, pestisida
Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Menurut Sumber KLB
- Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti :
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
- Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,
penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
- Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
- Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
- Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
- Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
- Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
4
- Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
Menurut Penyakit Wabah
Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah :
- Cholera - Demam Berdarah - Influenza
- Pes Dengue - Hepatitis
- Demam kuning (DBD)Campak - Tifus perut
- Demam bolak- - Polio - Meningitis
balik - Difteri - Encephalitis
- Tifus bercak - Pertusis - SARS
wabah - Rabies - Anthrax
- Malaria
Faktor yang mempengaruhi KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd
Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki
oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan
dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin
sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi
penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran
penyakit menjadi semakin sulit.
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk
menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1. Proporsi penduduk yang kebal,
2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3. Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa
menhindarkan terjadniya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat
dipastikan, tetapi tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95%
penduduk kebal.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd
immunitymeningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah
penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit
tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.
5
Penanggulangan KLB dan Wabah
1. Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan
Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
b. PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence
Rate.
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000)
disebut Periode Prevalence Rate.
6
c. ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
7
e. INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per
1000 kelahiran hidup.
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan Masyarakat (Pola
Pencarian Pengobatan)
Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua:
8
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya :
seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi.
Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan
stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :
9
Istirahat yang cukup
Pengendalian stres
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan
pelayanan kesehatan).
Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan
yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang
lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya
gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang
diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari
bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh
karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu
maka setiap irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan
tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini
sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik
secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam
menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut
merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan
kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga
10
kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk
mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik
tradisional maupun modern.
11
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian
dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju (
snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play),
Permainan simulasi ( simulation game ).
c. Metode pendidikan massa
Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab /
konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan
bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat
( visual body) seperti Slide , film, film strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids)
disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak ,
elektronik. Media papan ( billboard)
PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system
pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik
pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan
penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit
misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap
dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan
12
Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih ,
pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan
sarang saranng nyamuk ( vector) dll.
KLASIFIKASI PERILAKU
Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara ,
meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti
sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha
usaha mencegah penyakit tersebut.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan
/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga
berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran
dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.
PERUBAHAN PERILAKU
Teori Stimulus dan Transformasi
Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior)
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui
asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana
tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan
13
tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya
sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.
Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang
(8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan
matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah
tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan
tidak bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya
sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku
pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk
memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern).
Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan
membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka
hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata
merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat
kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika
mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu
dengan mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di
sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku
langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui
apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki
dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika
mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang
berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa
yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang
dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal
tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan
adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan
adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program
14
beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas
diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di
polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan
dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur
tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan
perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap
mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu
selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini
resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan
program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal
bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola
keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi
keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan
yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya
dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat
diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci:
Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor sosial budaya.
2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern. Dalam
situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa
mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan
konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat,
sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.
15
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal
dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
16
Mutu Pelayanan Kesehatan
Pengertian Mutu
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston Dictionary, 1956)
Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya
terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna
(Din ISO 8402, 1986)
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Unsur masukan
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur masukan adalah tenaga, dana dan sarana.
Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai
dengan standar yang ditetapkan (standard of personnnels and facilities), serta jika dana yang
tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan
(Bruce, 1990; Fromberg, 1988; Gambone, 1991).
Unsur lingkungan
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi, dan
manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut
tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan
baiknya mutu pelayanan kesehatan (Donabedian, 1980).
Unsur proses
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis dan tindakan
non-medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ii tidak sesuai dengan standar
17
yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan baiknya mutu
pelayanan (Pena, 1984).
Untuk dapat menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan, ketiga unsur ini haruslah dapat
diupayakan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan standar dan atau kebutuhan. Sekali salah
satu dari ketiga unsur ini berada dibawah standar dan atau tidak sesuai dengan kebutuhan,
sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan. Ketiga unsur ini saling berhubungan dan
mempengaruhi yang kaitannya dengan unsur keluaran yakni yang menunjuk pada mutu
pelayanan kesehatan.
Secara umum disebutkan yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi, meskipun diakui tidak mudah, namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini
memang telah ada tolak ukurnya, yakni rumusan kode etik serta standar pelayanan profesi
yang pada umumnya telah dimiliki oleh setiap negara. Kode etik serta standar pelayanan
profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan antar warga profesi sendiri, dan karenanya
wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan
profesi, termasuk pelayanan kesehatan.
Sesungguhnya kehendak untuk mengupayakan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), bermutu
(quality) serta efisien (efficient) yang merupakan bagian dari persyaratan pelayanan
kesehatan, pada dasarnya juga merupakan bagian dari kewajiban etis. Dengan perkataan lain,
kelima persyaratan ini juga akan dapat dicapai apabila kode etik profesi dapat diterapkan
dengan baik.
Dengan pendapat ini, mudahlah dipahami untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, yang perlu diperhatikan hanyalah mengupayakan agar kode etik
serta standar pelayanan profesi dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Penerapan yang
dimaksudkan di sini tidak hanya yang memuaskan para pelaksana pelayanan kesehatan, tetapi
yang terpenting adalah pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Dengan perkataan lain, adalah telah merupakan kewajiban bagi setiap pelaksana pelayanan
kesehatan untuk dapat menerapkan kode etik serta standar pelayanan profesi yang mengacu
pada kepuasan pasien. Apabila kewajiban ini dapat dilaksanakan, dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni pelayanan kesehatan yang
penerapan kode etik serta standar pelayanan profesinya dapat memuaskan para pemakai
jasa palayanan kesehatan.
Akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Namun dalam kehidupan bermasyarakat saat ini akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan masih sulit. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :
1. Masalah Geografi
18
Geografi yang sulit disekitar tempat tinggal masyarakat pedalaman mempersulit mereka
yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Misalnya fasilitas pelayanan kesehatan yang
jauh dari tempat tinggal.
2. Ketersediaan
Ketersediaan fasilitas kesehatan yang sedikit di daerah pun cukup membuat masyarakat
kesulitan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
3. Distribusi Pelayanan
Distribusi pelayanan yang sedikit juga menghambat masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik.
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat
sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian
pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi
dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).
Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang
berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun
19
sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang
sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan
dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-
penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda
(karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan
ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.
Waktu dan Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada ibu
hamil
20
a. Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara
aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif
juga dapat di bagi 2 macam:
1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh
sembuh dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.
b. Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum). Pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah terdapat pada bayi yang
baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui
darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi
pasif ini dibagi yaitu:
1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena diturunkan
oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam
kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan
serumuntuk mencegah penyakit tertentu.
21
hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan
di paha 1/3 bagian atas luar.
Vaksin DPT;
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple
vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C
kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT, 5 cc untuk
DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya
biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha.
22
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus
atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan
harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral
berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang
sudah dapat menelan kapsul.
Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi
bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu
sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi
hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 - 12 bulan.
23
Vaksinasi Jadwal Booster/Ulangan Imunisasi
pemberian-usia untuk melawan
Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi
anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita
penyakit system saraf.
Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi
harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan
negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasiyang telah membawa
Buku KIA / KMS di Ruang Imunisasi setelahmendaftar di loket pendaftaran.
b. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS danmenentukan jenis
imunisasi yang akan diberikan.
24
c. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya( keadaan bayi yang
memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bilatidak akan dirujuk ke Ruang
Pengobatan ).
d. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan kapas airhangat ).
e. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke dalamtermos es ).
f. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada orangbayi tentang tempat
penyuntikan.
g. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalamalat suntik, desinfeksi
tempat suntikan dengan kapas air hangat, memberikansuntikan vaksin / meneteskan
vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi yangakan diberikan.
h. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasikepada orang tua bayi
sasaran imunisasi.
i. Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT,dijelaskan cara dan dosis
pemberian.
j. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwalimunisasi
berikutnya.Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS dan Buku Catatan
Imunisasiserta rekapitulasi setiap akhir bulannya
25
c. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup
mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Aspek Sosial dan Budaya di Masyarakat dalam
Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :
1. Teori Andersen/ Health System Model
Menurut teori Anderson dalam Muzaham (1995), ada tiga faktor yang mempengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan yaitu :
Mudahnya menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan (karakteristik predisposisi)
26
Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada
(karakteristik pendukung)
Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan)Ilustrasi Model
Anderson
2. Model Kepercayaan Kesehatan / Health Belief Model
HBM telah berkembang di tahun 1950 oleh para ahli psikologi sosial.
Berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat akibat kegagalan dari orang atau
masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit
yang diselenggarakan oleh provider (Glanz, 2002).
3. Theory of Reasoned Action
TRA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan,
sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah
usaha untuk melihat hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002).
Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat. Niat akan
ditentukan oleh sikap seseorang. Dan sikap ditentukan oleh keyakinan seseorang
akibat dari tindakan yang akan dilakukan.
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran
penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.
27
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang
menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial
budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan
dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan,
masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
5. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
6. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada
golongan wanita.
7. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
8. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang
kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek
soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah
faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup,
pelacuran dan homoseksual.
Komunikasi
Pola Pikir
Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku
pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam
menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.
28
penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi
atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis
adalah sia-sia.
Kebiasaan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk
dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal
dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang
lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit :
Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya
tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau
menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab
masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan
makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum
tidur.
Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health
seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang
bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah
penyakit.
2. Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa
sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesehatan.
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :
Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit.
Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan
rehabilitatif.
29
Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan
bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.
Penanggulangan
Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,
merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Tujuan Depkes
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan
RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga
dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian
bayi.
30
Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari
Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya
Syarat Rujukan
1.Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima
rujukan .
2.Adanya pencatatan tertentu :
Surat rujukan
Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
Pencatatan yang tepat dan benar
Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
3.Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
4.Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
5.Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Jenis Rujukan
Rujukan medis
Rujukan pasien
Rujukan pengetahuan
Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
Rujukan kesehatan
Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman dokter
ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak
dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam
jangka waktu tertentu.
Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian
peralatan.
Rujukan manajemen
Pengiriman informasi
Obat, biaya, tenaga, peralatan
Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Alur Rujukan
31
Manfaat Rujukan
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :
Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut tenaga kesehatan :
Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.
Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
LO.6 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dan Konsep KLB
Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan
utama dari Syariat Islam, yaitu:
32
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama, seperti ayat Al-Quran: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam) (QS Al-Baqarah [2]: 256).
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin, maka
Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan
murtad: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]:
48).
Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:
Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada
orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau
daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini:
Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik
dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon
pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya.
Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan
untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia
kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari
khamar (minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:
Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan
judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah [2]: 219).
33
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa
perjudian.
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam
telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi.
Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:
Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).
Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional
(dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah [5]: 38).
Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan
yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta
dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya.
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal
laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja
memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti
buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian..
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa
atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan
gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain
34
sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena
alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang
menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja
kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat
melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak,
kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang
tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin
Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu,
tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan
kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang
dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat
adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan
sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga
kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang
membersihkan diri.
35
Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan
kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah:
Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]:
4-5).
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.
(HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami
2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:
: ( )
:
: ( )
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali
satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan
Ibnu Majah 3436)
36
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi
hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
1. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan
diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga
kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
2. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari
ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu
Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah
ini.
3. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang
diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik
tidak berobat.
4. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan
dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab
kesabarannya.
5. Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka
berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.
Daftar Pustaka
37