Anda di halaman 1dari 37

Satya Kesumawardani

1102013268
Sasaran Belajar
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa atau Wabah Penyakit di Masyarakat
Berdasarkan Angka Morbiditas dan Mortalitas
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan Masyarakat (Pola
Pencarian Pengobatan)
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Mengenai Cakupan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Serta
Imunisasi
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Aspek Sosial dan Budaya di Masyarakat dalam
Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
LO.5 Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat
LO.6 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dan Konsep KLB
LO.7 Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Dalam Pandangan Islam

1
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa atau Wabah Penyakit di
Masyarakat Berdasarkan Angka Morbiditas dan Mortalitas
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1984).
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka.
1) Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN
1984).
2) Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah
besar orang didaerah luas (KBBI : 1989).
3) Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara
cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP
: 1981).
4) Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu
daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)
5) Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita
penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang
berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
(Last : 1981)
Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan:
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan
penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian
atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara
nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

CONTOH WABAH :
1. Polio
Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan
populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio telah
menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh pertama
1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas pada tahun
1955.
2. Cacar (variola vera)
Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat khusus
untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua bentuk klinis
dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum, ditandai dengan
ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar memiliki tingkat
kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa berakibat fatal.
Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini kurang parah, dengan
angka kematian historis dari 1% atau kurang.
3. Kolera
Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala
utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat
menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.

2
Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit
pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi
berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada dan demos berarti rakyat. Dengan kata
lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah
kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidens
rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan
epidemi, yaitu kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada suatu
populasi. Berasal dari bahasa Yunani en yang artinya di dalam dan demos yang artinya
rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa
adanya pengaruh dari luar.

Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani pan yang artinya semua dan demos yang artinya rakyat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga
syarat berikut telah terpenuhi :
Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.

Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan.

Kriteria KLB
Kriteria kerja KLB yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

3
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.

Istilah-istilah yang sering terdapat dalam kejadian luar biasa :


1. OUTBREAK adalah Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
2. EPIDEMI adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.
3. PANDEMI adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas.
4. ENDEMI adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

Klasifikasi
Klasifikasi KLB
Menurut Penyebab
- Toksin
Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio,
Cholera, Escherichia, Shigella.
Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin
- Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)
- Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-
tumbuhan)
- Toksin Kimia
Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah), logam lain
Cyanida
Zat kimia organik : nitrit, pestisida
Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Menurut Sumber KLB
- Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti :
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
- Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,
penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
- Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
- Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
- Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
- Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
- Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
4
- Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
Menurut Penyakit Wabah
Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah :
- Cholera - Demam Berdarah - Influenza
- Pes Dengue - Hepatitis
- Demam kuning (DBD)Campak - Tifus perut
- Demam bolak- - Polio - Meningitis
balik - Difteri - Encephalitis
- Tifus bercak - Pertusis - SARS
wabah - Rabies - Anthrax
- Malaria
Faktor yang mempengaruhi KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd
Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki
oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan
dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin
sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi
penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran
penyakit menjadi semakin sulit.
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk
menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1. Proporsi penduduk yang kebal,
2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3. Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa
menhindarkan terjadniya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat
dipastikan, tetapi tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95%
penduduk kebal.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd
immunitymeningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah
penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit
tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.

Langkah-Langkah Penyelidikan KLB dan Investigasi Wabah


Langkah-langkah Penyelidikan KLB :
1) Persiapan penelitian lapangan
2) Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3) Memastikan Diagnose Etiologis
4) Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5) Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6) Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7) Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8) Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9) Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10) Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11) Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12) Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey
et al., 1986; Goodman et al., 1990)

5
Penanggulangan KLB dan Wabah
1. Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan
Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC) :


Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan
penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data
penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :
Pengamatan :
Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluarga
Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan
sebagai sumber penularan.
Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi
penyebarannya
Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang ditemukan
di lapangan.
Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga
Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap.

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS


a. INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR):


Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

b. PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence
Rate.
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000)
disebut Periode Prevalence Rate.

Prevalence Rate (PR):


Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

6
c. ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

Attack Rate (AR):


Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
(dalam waktu wabah berlangsung)

PENGUKURAN MORTALITY RATE


a. CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun

CDR (Crude Death Rate)


Jumlah semua kematian
--------------------------------- k
Jumlah semua penduduk

b. SPECIFIC DEATH RATE


SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun

SDR (Specific Death Rate

Jumlah kematian penyakit x


----------------------------------- k
Jumlah semua penduduk

c. CASE FATALITY RATE


CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan
kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.

CFR (Case Fatality Rate):

Jumlah kematian penyakit x


------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x

d. MATERNAL MORTALITY RATE


MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup

MMR (Maternal Mortality Rate):

Jumlah kematian Ibu


------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup

7
e. INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per
1000 kelahiran hidup.

IMR (Infant Mortality Rate):

Juml kematian bayi


----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup

f. NEONATAL MORTALITY RATE


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4
minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup

NMR (Neonatal Mortality Rate):

Jumlah kematian neonatus


------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup

g. PERINATAL MORTALITY RATE


PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu
s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup

PMR (Perinatal Mortality Rate):


Jumlah kematian perinatal
---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup

LO.2 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan Masyarakat (Pola
Pencarian Pengobatan)
Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

Perilaku tertutup (covert behavior)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu
bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

Perilaku terbuka (overt behavior)

8
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya :
seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi.

Perilaku Kesehatan Individu

Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan
stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-


usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan
ini terdiri dari 3 aspek :
Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
Perilaku gizi (makanan & minuman).
Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.
Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979)
membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
Menu seimbang
Olahraga teratur
Tidak merokok
Tidak minum-minuman keras dan narkoba

9
Istirahat yang cukup
Pengendalian stres
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan
pelayanan kesehatan).
Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan
yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang
lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya
gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang
diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari
bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh
karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu
maka setiap irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan
tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini
sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik
secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam
menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut
merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan
kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga

10
kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk
mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik
tradisional maupun modern.

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan
sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang
lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan
dan tingkah lakunya sendiri.
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga,
kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.


Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

Dimensi tempat pelaksanaan


Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat
atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan
gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal :
imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and
promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari
dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat
melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien
dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi
dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah
prilaku)

11
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian
dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju (
snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play),
Permainan simulasi ( simulation game ).
c. Metode pendidikan massa
Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab /
konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan
bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat
( visual body) seperti Slide , film, film strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi

e. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids)
disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak ,
elektronik. Media papan ( billboard)

PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system
pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik
pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan
penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit
misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap
dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan

12
Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih ,
pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan
sarang saranng nyamuk ( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU
Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara ,
meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti
sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha
usaha mencegah penyakit tersebut.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan
/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga
berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran
dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.

RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT


Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan.
Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada
kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan
peraturan
Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.

PERUBAHAN PERILAKU
Teori Stimulus dan Transformasi
Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior)
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui
asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana
tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan

13
tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya
sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati

Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang
(8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan
matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah
tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan
tidak bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya
sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku
pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk
memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern).
Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri

Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan
membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka
hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata
merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat
kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika
mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu
dengan mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di
sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku
langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui
apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki
dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika
mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.

Pelayanan Kesehatan Modern

1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang
berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa
yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
dukun bayi dan kader kesehatan.

Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang
dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal
tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan
adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan
adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program

14
beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas
diktum preventif.

Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di
polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan
dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur
tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan
perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap
mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu
selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini
resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan
program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal
bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola
keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi
keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan
yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya
dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat
diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci:
Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor sosial budaya.

2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern. Dalam
situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa
mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan
konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat,
sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.

Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang


megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain
nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana
tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter
medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-
tanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan
bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui kelemahan
yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh
seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat
penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh
yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara
pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal
energy, podorachidian dan lain-lain.

3. Pelayanan Kesehatan Tradisional


Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan
pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8%
menggunakan cara pengobatan.

15
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal
dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.

Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu


bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk
pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam
standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan
sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah.
Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar
budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer)
dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun.
Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan
campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu ciri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan.
Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal
dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-
pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan
dapat selesai dengan cepat. Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit
yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya
dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut
menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Mengenai Cakupan dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Serta Imunisasi

16
Mutu Pelayanan Kesehatan
Pengertian Mutu

Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston Dictionary, 1956)
Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya
terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna
(Din ISO 8402, 1986)
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Jika diperhatikan rumusan tentang mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dikemukakan


diatas, segeralah terlihat bahwa mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjukkan pada
penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum disebutkan, makin
sempurna penampilan pelayanan kesehatan, makin sempurna pula mutunya. Dalam Program
Menjaga Mutu, penampilan pelayanan kesehatan ini disebut dengan nama keluaran (output).
Karena baik atau tidaknya keluaran sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan
(input), dan lingkungan (environment), maka mudahlah dipahami bahwa baik atau tidaknya
mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketiga unsur yang dimaksud. Uraian dari
ketiga unsur Program Menjaga Mutu ini serta kaitannya dengan mutu pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut :

Unsur masukan
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur masukan adalah tenaga, dana dan sarana.
Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai
dengan standar yang ditetapkan (standard of personnnels and facilities), serta jika dana yang
tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan
(Bruce, 1990; Fromberg, 1988; Gambone, 1991).

Unsur lingkungan
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi, dan
manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut
tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan
baiknya mutu pelayanan kesehatan (Donabedian, 1980).

Unsur proses
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis dan tindakan
non-medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ii tidak sesuai dengan standar

17
yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan baiknya mutu
pelayanan (Pena, 1984).
Untuk dapat menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan, ketiga unsur ini haruslah dapat
diupayakan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan standar dan atau kebutuhan. Sekali salah
satu dari ketiga unsur ini berada dibawah standar dan atau tidak sesuai dengan kebutuhan,
sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan. Ketiga unsur ini saling berhubungan dan
mempengaruhi yang kaitannya dengan unsur keluaran yakni yang menunjuk pada mutu
pelayanan kesehatan.

Pelayanan Kesehatan yang Bermutu

Secara umum disebutkan yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi, meskipun diakui tidak mudah, namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini
memang telah ada tolak ukurnya, yakni rumusan kode etik serta standar pelayanan profesi
yang pada umumnya telah dimiliki oleh setiap negara. Kode etik serta standar pelayanan
profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan antar warga profesi sendiri, dan karenanya
wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan
profesi, termasuk pelayanan kesehatan.
Sesungguhnya kehendak untuk mengupayakan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), bermutu
(quality) serta efisien (efficient) yang merupakan bagian dari persyaratan pelayanan
kesehatan, pada dasarnya juga merupakan bagian dari kewajiban etis. Dengan perkataan lain,
kelima persyaratan ini juga akan dapat dicapai apabila kode etik profesi dapat diterapkan
dengan baik.
Dengan pendapat ini, mudahlah dipahami untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, yang perlu diperhatikan hanyalah mengupayakan agar kode etik
serta standar pelayanan profesi dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Penerapan yang
dimaksudkan di sini tidak hanya yang memuaskan para pelaksana pelayanan kesehatan, tetapi
yang terpenting adalah pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Dengan perkataan lain, adalah telah merupakan kewajiban bagi setiap pelaksana pelayanan
kesehatan untuk dapat menerapkan kode etik serta standar pelayanan profesi yang mengacu
pada kepuasan pasien. Apabila kewajiban ini dapat dilaksanakan, dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni pelayanan kesehatan yang
penerapan kode etik serta standar pelayanan profesinya dapat memuaskan para pemakai
jasa palayanan kesehatan.

Akses terhadap fasilitas Pelayanan Kesehatan

Akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Namun dalam kehidupan bermasyarakat saat ini akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan masih sulit. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :
1. Masalah Geografi

18
Geografi yang sulit disekitar tempat tinggal masyarakat pedalaman mempersulit mereka
yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Misalnya fasilitas pelayanan kesehatan yang
jauh dari tempat tinggal.
2. Ketersediaan
Ketersediaan fasilitas kesehatan yang sedikit di daerah pun cukup membuat masyarakat
kesulitan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
3. Distribusi Pelayanan
Distribusi pelayanan yang sedikit juga menghambat masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik.

Tenaga Kesehatan Pelayanan Kesehatan


Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang
sangat berperan dalam pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan dengan paradigma
sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan
pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan
kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif
membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi
dalam penyuluhan dan pendidikan. Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan ini diperlukan tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara
dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah
satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang
preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan
pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan
rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan
kemampuannya dibidang tersebut.

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN


1. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum
2. Tindakan medis: Pembersihan luka, balut, dll Bedah minor
3. Pemberian obat/resep sesuai dengan kebutuhan medis dengan dasar DOEN Plus, generik,
dan standar obat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4. Pelayanan Keluarga Berencana (Kondom, pil, dan suntik)
5. Pelayanan KIA termasuk pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan bayi/balita, imunisasi dasar
(BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis)
6. Khitan
7. Konsultasi kesehatan dokter umum
8. Medical Check Up

Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat
sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian
pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi
dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).
Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang
berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun

19
sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang
sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :

A. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)


Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang
85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar
(basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama
(primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.
B. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya
tenaga-tenaga spesialis.
C. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan
memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan
B.
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian
seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang lain ini disebut rujukan.
Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap
satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga
masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan
sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke
fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan
yang setingkat.

Imunisasi

Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan
dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-
penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda
(karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan
ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

Waktu dan Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada ibu
hamil

20
a. Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara
aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif
juga dapat di bagi 2 macam:
1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh
sembuh dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.
b. Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum). Pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah terdapat pada bayi yang
baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui
darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi
pasif ini dibagi yaitu:
1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena diturunkan
oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam
kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan
serumuntuk mencegah penyakit tertentu.

Lima macam Vaksin imunisasi dasar pada bayi yang wajib :


Vaksin Polio;
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh
banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan)
vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut.
Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.
Vaksin Campak;
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan
yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum
menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut
vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan
vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian
mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun
dan hanya bertahan selama 8 jam.
Vaksin BCG;
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku
kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak
terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah
dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin
harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang
sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila
kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan
kanan atas.
Vaksin Hepatitis B;
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat
dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses
pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin

21
hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan
di paha 1/3 bagian atas luar.
Vaksin DPT;
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple
vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C
kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT, 5 cc untuk
DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya
biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha.

Imunisasi yang disarankan :


Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh
kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak dengan kebutuhan
khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan
(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal
dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum
tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin
yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax.
Imunisasi Meningitis
Imunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup besar.
Imunisasi dilakukan bagi bayi dibawah usia satu tahun hingga balita. Imunisasi ini
mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan otak yang banyak terjadi pada
bayi dan balita.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah
infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi
hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat
fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa
memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang
sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit
yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Imunisasi Tipa

22
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus
atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan
harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral
berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang
sudah dapat menelan kapsul.
Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi
bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu
sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi
hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 - 12 bulan.

imunisasi dasar untuk bayi

Vaksinasi Jadwal Booster/Ulangan


pemberian-usia

BCG Waktu lahir -- Tuberkulosis

Hepatitis Waktulahir-dosis 1 tahun-- pada Hepatitis B


B I bayi yang lahir
dari ibu dengan
1bulan-dosis 2 hep B.
6bulan-dosis 3

DPT dan 3 bulan-dosis1 18bulan-booster1 Dipteria,


Polio pertusis,
4 bulan-dosis2 6tahun-booster 2 tetanus,dan
polio
5 bulan-dosis3 12tahun-booster3

campak 9 bulan -- Campak

Imunisasi yang dianjurkan

23
Vaksinasi Jadwal Booster/Ulangan Imunisasi
pemberian-usia untuk melawan

MMR 1-2 tahun 12 tahun Measles,


meningitis,
rubella

Hib 3bulan-dosis 1 18 bulan Hemophilus


influenza tipe B
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3

Hepatitis A 12-18bulan -- Hepatitis A

Cacar air 12-18bulan -- Cacar air

Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi
anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita
penyakit system saraf.
Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi
harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan
negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasiyang telah membawa
Buku KIA / KMS di Ruang Imunisasi setelahmendaftar di loket pendaftaran.
b. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS danmenentukan jenis
imunisasi yang akan diberikan.

24
c. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya( keadaan bayi yang
memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bilatidak akan dirujuk ke Ruang
Pengobatan ).
d. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan kapas airhangat ).
e. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke dalamtermos es ).
f. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada orangbayi tentang tempat
penyuntikan.
g. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalamalat suntik, desinfeksi
tempat suntikan dengan kapas air hangat, memberikansuntikan vaksin / meneteskan
vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi yangakan diberikan.
h. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasikepada orang tua bayi
sasaran imunisasi.
i. Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT,dijelaskan cara dan dosis
pemberian.
j. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwalimunisasi
berikutnya.Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS dan Buku Catatan
Imunisasiserta rekapitulasi setiap akhir bulannya

IMUNISASI TT UNTUK IBU HAMIL


Program Imunisasi TT Ibu Hamil
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Untuk
mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang
tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai.
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan
kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan
terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. yang
pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui
kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan
atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005).
Manfaat imunisasi TT ibu hamil
a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin,
2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000)
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program
imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum
(Depkes, 2004)
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
a. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali,
maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada
kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.
b. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat
TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya
cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.

25
c. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup
mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Cara pemberian dan dosis


a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan
secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan
interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk
mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke
empat
dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke
tiga dan ke
empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan
pada periode
trimester pertama.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama
4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
Efek SampingEfek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.
(Depkes RI, 2005).

Vaksin TT (Tetanus Toxoid)


Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoidtetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat.Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksinmengandung potensi sedikitnya
40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus padabayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibuhamil, juga untuk pencegahan tetanus
pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).

LO.4 Memahami dan Menjelaskan Aspek Sosial dan Budaya di Masyarakat dalam
Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan

Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :
1. Teori Andersen/ Health System Model
Menurut teori Anderson dalam Muzaham (1995), ada tiga faktor yang mempengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan yaitu :
Mudahnya menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan (karakteristik predisposisi)

26
Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada
(karakteristik pendukung)
Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan)Ilustrasi Model
Anderson
2. Model Kepercayaan Kesehatan / Health Belief Model
HBM telah berkembang di tahun 1950 oleh para ahli psikologi sosial.
Berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat akibat kegagalan dari orang atau
masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit
yang diselenggarakan oleh provider (Glanz, 2002).
3. Theory of Reasoned Action
TRA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan,
sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah
usaha untuk melihat hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002).
Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat. Niat akan
ditentukan oleh sikap seseorang. Dan sikap ditentukan oleh keyakinan seseorang
akibat dari tindakan yang akan dilakukan.

Ada 5 variabel yang menyebabkan seseorang mengobati penyakitnya : (Glanz, 2002)


1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Persepsi seseorang terhadap resiko dari suatu penyakit. Agar seseorang bertindak untuk
mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap
penyakit tersebut.
2. Keparahan yang dirasakan (perceived seriousness)
Tindakan seseorang dalam pencarian pengobatan dan pencegahan penyakit dapat
disebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang dirasakan misalnya dapat
menimbulkan kecacatan, kematian, atau kelumpuhan, dan juga dampak sosial seperti
dampak terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.
3. Keuntungan yang dirasakan (perceived benefits)
Penerimaan seseorang terhadap pengobatan penyakit dapat disebabkan karena
keefektifan dari tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penyakit. Faktorlainnya
termasuk yang tidak berhubungan dengan perawatan seperti, berhenti merokok dapat
menghemat uang.
2. Hambatan yang dirasakan (perceived barriers)
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan pencegahan penyakit akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Pada umumnya manfaat tindakan lebih
menentukan daripada rintangan atau hambatan yang mungkin ditemukan dalam
melakukan tindakan tersebut.
3. Isyarat atau tanda-tanda untuk bertindak (cues to action)
Kesiapan seseorang akibat kerentanan dan manfaat yang dirasakan dapat menjadi faktor
yang potensial untuk melakukan tindakan pengobatan. Selain faktor lainnya seperti
faktor lingkungan, media massa, atau anjuran dari keluarga, teman-teman dan
sebagainya.
4. Keyakinan akan diri sendiri (self efficacy)
Kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam pengambilan tindakan

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran
penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.

27
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang
menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial
budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan
dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan,
masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.

5. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
6. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada
golongan wanita.
7. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
8. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang
kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek
soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah
faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup,
pelacuran dan homoseksual.
Komunikasi

Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatab. Karena komunikasie


merupakan kegiatan untuk mgnondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya
pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi,
kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka
tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi,
pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para
petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.

Pola Pikir

Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku
pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam
menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.

Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.


Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih
pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik,
orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak
sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka
yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan
hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun
dukun.

Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional.


Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal
dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada

28
penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi
atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis
adalah sia-sia.

Kebiasaan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk
dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal
dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang
lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit :

Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya
tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau
menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab
masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan
makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum
tidur.
Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health
seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang
bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah
penyakit.
2. Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa
sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :

Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit.
Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan
rehabilitatif.

29
Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan
bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.

Penanggulangan

Dampak

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,
merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

LO.5 Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat


Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar
dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.
Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu
system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Tujuan Depkes
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan
RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga
dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian
bayi.

Tugas Sistem Rujukan

30
Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari
Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya

Syarat Rujukan

1.Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima
rujukan .
2.Adanya pencatatan tertentu :
Surat rujukan
Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
Pencatatan yang tepat dan benar
Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
3.Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
4.Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
5.Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Jenis Rujukan

Rujukan medis
Rujukan pasien
Rujukan pengetahuan
Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
Rujukan kesehatan
Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman dokter
ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak
dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam
jangka waktu tertentu.
Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian
peralatan.
Rujukan manajemen
Pengiriman informasi
Obat, biaya, tenaga, peralatan
Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Alur Rujukan

31
Manfaat Rujukan
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :

Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :

Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut tenaga kesehatan :

Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.
Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
LO.6 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dan Konsep KLB
Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan
utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)

32
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama, seperti ayat Al-Quran: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam) (QS Al-Baqarah [2]: 256).

Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin, maka
Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan
murtad: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]:
48).

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)

Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:

Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada
orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau
daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini:

Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik
dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon
pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya.
Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.

3. Memelihara akal (Hifzh al-aqli)

Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan
untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia
kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari
khamar (minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:

Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan
judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah [2]: 219).

33
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa
perjudian.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)

Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam
telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi.
Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.


Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. (QS Al-Baqarah [2]: 221).

Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).

Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional
(dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.

1. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)


Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman,
karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti yang
tertulis di dalam Al-Quran:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah [5]: 38).

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan
yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta
dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya.
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal
laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja
memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti
buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian..

KLB Dalam Pandangan Islam


Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s.
As-Syura: 30)

Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa
atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan
gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain

34
sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena
alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang
menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja
kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat
melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak,
kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang
tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin
Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,

Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu,
tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.

LO.7 Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Dalam Pandangan Islam


Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani,
harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak
heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan.

Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan
kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang
dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat
adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:

Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.

Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan
sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga
kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:

Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang
membersihkan diri.

35
Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan
kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah:
Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]:
4-5).

ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT


Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan,
terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.
(HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami
2643)

2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:

: ( )
:
: ( )
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali
satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan
Ibnu Majah 3436)

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:


Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.
Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini
adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib
untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk
penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih
banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri
dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia
wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan
orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat
menjadi sunnah baginya.

36
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi
hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
1. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan
diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga
kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
2. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari
ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu
Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah
ini.
3. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang
diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik
tidak berobat.
4. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan
dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab
kesabarannya.
5. Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka
berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

Daftar Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta


Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.
Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2011.
Trihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung
Seto

37

Anda mungkin juga menyukai