Anda di halaman 1dari 18

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PUSKESMAS


SEKUPANG BATAM

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

SATYA KESUMAWARDANI
NPM 1102013268

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2017

1
ABSTRAK

ISPA merupakan penyakit menular yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
dunia dan merupakan yang umum terjadi pada masyarakat. Riskesdas 2013 menyatakan prevalensi
ISPA sebesar 25,0 %. Antibiotik seringkali diresepkan untuk mengatasi ISPA sementara antibiotik
ditujukan untuk pengobatan pada penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Dalam Islam pemilihan
antibiotik yang tepat dapat memberikan manfaat yang besar. Berobat termasuk tindakan yang
dianjurkan dan sangat memperhatikan kesehatan untuk kemaslahatan manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit ISPA dan mengetahui penggunaan
jenis-jenis antibiotik pada penyakit ISPA di Puskesmas Sekupang Batam pada bulan Oktober
Desember tahun 2015.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pengambilan data secara
retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien rawat jalan di Puskesmas Sekupang Batam
periode 1 Oktober 31 Desember 2015. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi yaitu pasien
ISPA yang mendapat terapi antibiotika dengan kartu rawat jalan yang memberikan informasi yang
jelas dan lengkap.
Hasil penelitian ini didapatkan pasien ISPA di Puskesmas Sekupang Batam periode 1 Oktober
31 Desember 2015 diperoleh data seluruh pasien rawat jalan adalah 1435 pasien dan data seluruh
pasien infeksi adalah 655 pasien, jumlah data pasien ISPA adalah 458 pasien. Dalam penelitian ini
seluruh pasien ISPA yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 60 pasien digunakan sebagai
sampel. Dari 60 pasien ISPA yang menggunakan antibiotik 31 pasien diantaranya perempuan
(51,7 %), dan 29 pasien laki-laki 48,3 %. Pada usia bayi dan anak-anak 83,3 % dan pasien ISPA
dewasa 16,7 %, dimana pada usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun paling banyak yang didiagnosis ISPA
(36,7%;35,0%). Pasien nasofaringitis akut (common cold) 8 orang (13,3 %), faringitis akut 31
orang (51,7 %), tonsilitis akut 2 orang (3,3 %), pneumonia 6 orang (10,0 %), dan penyakit-
penyakit lain saluran pernapasan 13 orang (21,7 %). Jenis antibiotika yang paling sering digunakan
yaitu amoksisilin (83,3 %), dan kotrimoksazol (16,7 %). Pasien nasofaringitis akut (common
cold) adalah antibiotik amoksisilin 8 pasien dan kotrimoksazol tidak ada. Pasien faringitis akut
menggunakan antibiotik amoksisilin 28 pasien dan kotrimoksazol 3 pasien. Pasien tonsilitis akut
menggunakan antibiotik amoksisilin 2 pasien dan kotrimoksazol tidak ada. Pasien pneumonia
menggunakan antibiotik amoksisilin 2 pasien dan kotrimoksazol 4 pasien. Pasien dengan penyakit-
penyakit lain saluran pernapasan menggunakan antibiotik amoksisilin 10 pasien dan kotrimoksazol
3 pasien.
Sehingga dapat disimpulkan Jumlah pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas Sekupang Batam
periode 1 Oktober 31 Desember 2015 didapatkan 458 pasien dan yang menggunakan antibiotik
yaitu 60 pasien atau 13,1% dari seluruh pasien ISPA yang rawat jalan. Prevalensi pasien ISPA
terhadap pasien infeksi yaitu 0,69 %. Perempuan lebih banyak dari jumlah pasien laki-laki
(51,7%;48,3%) tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan laki-laki dan kelompok usia terbesar
pada pasien ISPA adalah kelompok usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun (36,7%;35,0%). Jenis ISPA
yang paling banyak yaitu faringitis akut sebanyak 31 pasien atau 51,7%. Antibiotik yang diberikan
pada pasien rawat jalan dengan penyakit ISPA di Puskesmas Sekupang Batam ada dua yaitu
antibiotika amoksisilin dengan presentase sebesar 83,3% dan kotrimoksasol dengan presentase
sebesar 16,7%. Amoksisilin digunakan pada semua jenis ISPA nasofaringitis akut, faringitis akut,
tonsilitis akut, pneumonia dan penyakit-penyakit lain saluran pernapasan. Sedangkan
kotrimoksazol digunakan pada jenis ISPA faringitis akut, tonsilitis akut, dan penyakit-penyakit
lain saluran pernapasan. Menurut pandangan Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan
karena memperhatikan kesehatan untuk kemaslahatan manusia. Namun perlu diperhatikan
pengobatan yang dianjurkan adalah yang bersifat halal. Jadi sebaiknya, Dinas Kesehatan Kota
Batam untuk dapat memberikan standar penggunaan antibiotika berbagai penyakit khususnya
pengobatan penyakit ISPA di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Batam sehingga angka
kesakitan dan kematian balita akibat ISPA dapat diturunkan. Terapi yang diberikan selain secara
empiris sebaiknya juga dilanjutkan dengan terapi secara terarah, dengan cara mengetahui bakteri
penyebab infeksi secara pasti dan kerentanan bakteri tersebut pada antibiotika.
Kata kunci : ISPA, Antiibotik, Islam

2
PENDAHULUAN

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular


di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah (WHO,2007).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29
episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di
negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per
tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus
terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus
yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah
sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun
(Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) (Depkes
RI, 2011).
Period prevalence Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0 persen. Lima
provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa
Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur
juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Insiden dan prevalensi Indonesia
tahun 2013 adalah 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima provinsi yang mempunyai
insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa
Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan
(RISKESDAS, 2013).
Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh
virus tidak memerlukan terapi spesifik, hanya infeksi sekunder oleh bakteri yang
menumpanginya yang memerlukan antibiotik. Upper Respiratory Tract Infection
(URTI) biasanya berupa penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri.

3
Penyebabnya biasanya rhinovirus, coronavirus dan virus influenza. Banyak dokter
yang memberikan pengobatan antibiotik pada URTI dengan dasar hanya untuk
menyenangkan pasien dan berdasarkan pembenaran bahwa antibiotika dapat
mencegah komplikasi. Pemberian antibiotik pada situasi yang seperti ini
menyebabkan banyak mikroorganisme menjadi resisten terhadap antibiotika
(Darmanto, 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat dilakukan penelitian untuk mengetahui
ketepatan penggunaan antibiotik pada penyakit ISPA di puskesmas agar tidak
terjadi resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik dan dampak yang besar pada
keselamatan pasien.

PERUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN


Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting
morbiditas dan mortalitas pada anak. Kelompok usia 6-23 bulan adalah kelompok
umur paling rentan untuk mengalami ISPA (Kholisah et al, 2009). Umumnya
infeksi saluran pernapasan bagian atas disebabkan oleh virus. Antibiotik tidak
dianjurkan untuk sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas karena umumnya
tidak meningkatkan resolusi penyakit atau mencegah komplikasi (Andrew et al,
2010). Terkait hal diatas maka diperlukan penelitian mengenai bagaimanakah
prevalensi penyakit ISPA dan jenis antibiotik apa saja yang digunakan di
Puskesmas Sekupang Batam?

TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui prevalensi penyakit ISPA di Puskesmas Sekupang Batam
pada bulan Oktober Desember tahun 2015.
2. Mengetahui penggunaan jenis-jenis antibiotik pada penyakit ISPA di
Puskesmas Sekupang Batam pada bulan Oktober Desember tahun 2015.

4
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan
data secara retrospektif yang dilaksanakan pada bulan November - Desember
2016 di Puskesmas Sekupang Batam.
Populasi
Subyek dalam penelitian ini adalah data rekam medis seluruh pasien ISPA
yang datang di Puskesmas Sekupang Batam pada periode 1 Oktober 31
Desember 2015.
Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah data rekam medis semua subjek
populasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kriteria Inklusi : Pasien ISPA rawat jalan yang mendapat terapi antibiotika
dengan kartu rawat jalan yang memberikan informasi yang jelas dan lengkap.
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien ISPA yang tidak mendapat terapi antibiotika.
2. Pasien ISPA yang mendapat terapi antibiotika, tetapi data pada kartu rawat
jalannya tidak lengkap.
3. Pasien ISPA yang mendapatkan antibiotik tetapi terapinya untuk penyakit
infeksi yang lain.
Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data yang diperoleh
dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis infeksi, dan jenis antibiotik
yang digunakan. Data tersebut diolah dengan menggunakan software SPSS
version 23.

HASIL
Berdasarkan data rekam medis pasien ISPA di Puskesmas Sekupang
Batam periode 1 Oktober 31 Desember 2015 diperoleh data seluruh pasien

5
rawat jalan adalah 1435 pasien dan data seluruh pasien infeksi adalah 655 pasien,
jumlah data pasien ISPA adalah 458 pasien. Dalam penelitian ini seluruh pasien
ISPA yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 60 pasien digunakan sebagai
sampel. Persentase hasil pasien ISPA dari seluruh pasien di Puskesmas Sekupang
Batam yaitu 4,18 % pasien ISPA. Prevalensi pasien ISPA terhadap pasien infeksi
yaitu 0,69 %. Persentase hasil pasien ISPA yang menggunakan antibiotika dari
seluruh pasien ISPA di Puskesmas Sekupang Batam yaitu 13,1% pasien ISPA.
Pada penelitian Penggunaan Antibiotik terhadap Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Puskesmas Sekupang Batam ini, diperoleh data dan
analisa sebagai berikut :
Persentase hasil pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh di Puskesmas Sekupang
Batam, diperoleh data pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin. Seperti terlihat
pada tabel 5 :
Tabel 5 Persentase Pasien ISPA berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Perempuan 31 51,7 %
Laki-laki 29 48,3 %
Total 60 100 %

Analisa data menunjukkan pasien ISPA perempuan sebanyak 51,7 %, dan


pasien ISPA laki-laki sebanyak 48,3 %.

Persentase pasien berdasarkan usia


Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh di Puskesmas Sekupang
Batam, diperoleh data pasien ISPA berdasarkan usia. Seperti terlihat pada tabel 6 :
Tabel 6 Persentase Pasien ISPA berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
0-12 bulan 5 8,3 %
1-5 tahun 22 36,7 %
5-10 tahun 21 35,0 %
10-15 tahun 2 3,3 %
20-25 Tahun 1 1,7 %
>30 tahun 9 15,0 %
Total 60 100 %

6
Diperoleh hasil pasien ISPA usia bayi dan anak-anak 83,3 % dan pasien
ISPA dewasa 16,7 %, dimana pada usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun paling banyak
yang didiagnosis ISPA (36,7%;35,0%).

Persentase pasien berdasarkan jenis ISPA


Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh di Puskesmas Sekupang
Batam, diperoleh data pasien ISPA berdasarkan jenis ISPA. Seperti terlihat pada
tabel 7 :
Tabel 7 Persentase Pasien Berdasarkan Jenis ISPA
Jenis ISPA Frekuensi Persentase
Nasofaringitis Akut (Common Cold) 8 13,3 %
Faringitis Akut 31 51,7 %
Tonsilitis Akut 2 3,3 %
Pneumonia 6 10,0 %
Penyakit-penyakit lain saluran 13 21,7 %
pernapasan
Total 60 100 %

Diperoleh hasil pasien nasofaringitis akut (common cold) sebanyak 8


orang (13,3 %), faringitis akut sebanyak 31 orang (51,7 %), tonsilitis akut
sebanyak 2 orang (3,3 %), pneumonia sebanyak 6 orang (10,0 %), dan penyakit-
penyakit lain saluran pernapasan 13 orang (21,7 %).
Persentase jenis antibiotika yang digunakan
Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh di Puskesmas Sekupang
Batam, diperoleh data pasien ISPA berdasarkan jenis antibiotik. Seperti terlihat
pada tabel 8 :

Tabel 8 Persentase Jenis Antibiotika yang digunakan


Jenis Antibiotika Frekuensi Persentase
Amoksisilin 50 83,3 %
Kotrimoksazol 10 16,7%
Total 60 100 %

7
Golongan antibiotika yang paling banyak digunakan adalah antibiotika
golongan betalaktam golongan amino penisilin yaitu amoksisilin (83,3 %), diikuti
oleh golongan sulfonamida yaitu kotrimoksazol (16,7 %).

Pasien berdasarkan jenis ISPA dan jenis antibiotika yang digunakan


Berdasarkan data rekam medis yang diperoleh di Puskesmas Sekupang
Batam, diperoleh data pasien ISPA berdasarkan jenis antibiotik. Seperti terlihat
pada tabel 9 :
Tabel 9 Pasien ISPA dan Jenis Antibiotika yang digunakan
Jenis ISPA Antibiotika Total
Amoksisilin Kotrimoksazol
Nasofaringitis Akut 8 0 8
(Common Cold)
Faringitis Akut 28 3 31
Tonsilitis Akut 2 0 2
Pneumonia 2 4 6
Penyakit-penyakit 10 3 13
lain saluran
Pernapasan
Total 50 10 60

Jenis antibiotika yang digunakan pada pasien nasofaringitis akut (common


cold) adalah antibiotik amoksisilin 8 pasien dan kotrimoksazol tidak ada. Pasien
faringitis akut menggunakan antibiotik amoksisilin 28 pasien dan kotrimoksazol 3
pasien. Pasien tonsilitis akut menggunakan antibiotik amoksisilin 2 pasien dan
kotrimoksazol tidak ada. Pasien pneumonia menggunakan antibiotik amoksisilin 2
pasien dan kotrimoksazol 4 pasien. Pasien dengan penyakit-penyakit lain saluran
pernapasan menggunakan antibiotik amoksisilin 10 pasien dan kotrimoksazol 3
pasien.

PEMBAHASAN

Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri.


Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala:

8
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak (Depkes RI,
2013).
Berdasarkan laporan SP2TP dari Puskesmas se-Kota Batam selama tahun
2013, diperoleh gambaran 10 penyakit terbesar yang mencerminkan pola penyakit
yang banyak dialami masyarakat Kota Batam seperti terlihat pada gambar 2 :

Gambar 2. Sepuluh Penyakit Terbesar Kunjungan Pasien Di Puskesmas Se-Kota


Batam Tahun 2013 (Bidang Yankesfarmamin Dinas Kesehatan Kota
Batam, 2014)

Gambaran diatas menunjukkan bahwa seperti pada tahun-tahun


sebelumnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi penyakit
yang paling banyak menyerang penduduk Kota Batam.

Faktor risiko ISPA :


1. Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai potensi kebakaran hutan dan
telah mengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim
kemarau. Asap dari kebakaran hutan dapat menimbulkan penyakit ISPA
dan memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita pneumonia
khususnya Balita. Disamping itu asap rumah tangga yang masih
menggunakan kayu bakar juga menjadi salah satu faktor risiko pneumonia.

9
Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi rumah kurang baik dan dapur
menyatu dengan ruang keluarga atau kamar (Kemenkes RI, 2012).
2. Indonesia juga merupakan negara rawan bencana seperti banjir, gempa,
gunung meletus, tsunami, dll. Kondisi bencana tersebut menyebabkan
kondisi lingkungan menjadi buruk, sarana dan prasarana umum dan
kesehatan terbatas. Penularan kasus ISPA akan lebih cepat apabila terjadi
pengumpulan massa (penampungan pengungsi). Pada situasi bencana
jumlah kasus ISPA sangat besar dan menduduki peringkat teratas
(Kemenkes RI, 2012).
3. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan
90% mengenai Balita. Dikhawatirkan apabila anak Balita menderita
penyakit campak dengan komplikasi pneumonia dapat menyebabkan
kematian (Kemenkes RI, 2012).
4. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi,
demikian juga sebaliknya. Balita merupakan kelompok rentan terhadap
berbagai masalah kesehatan sehingga apabila kekurangan gizi maka akan
sangat mudah terserang infeksi salah satunya pneumonia (Kemenkes RI,
2012).
Analisa persentase pasien ISPA di Puskesmas Sekupang berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa ISPA lebih sering terjadi pada perempuan daripada
laki-laki tetapi tidak terlalu berbeda secara signifikan, sesuai dengan hasil
Riskesdas 2013 menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Hasil penelitian Azri dkk, 2015 menunjukkan bahwa 58% anak laki-
laki menderita ISPA dan laki-laki lebih berisiko terkena ISPA 1,839 kali
dibandingkan dengan perempuan.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Hasil analisa menunjukkan persentase pasien ISPA anak lebih
banyak daripada pasien ISPA dewasa di Puskesmas Sekupang, terutama pada
anak kelompok umur 1-5 tahun dan 5-10 tahun (36,7%;35,0%). Menurut
Riskesdas 2013, karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Hasil penelitian Azri dkk, 2015 menunjukkan

10
bahwa berdasarkan usia, 58% anak berusia 13 tahun menderita ISPA dan anak
usia 13 tahun lebih berisiko 1,77 kali dibanding dengan anak usia 35 tahun. Hal
ini mungkin disebabkan karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah
(Tambayong, 2000). Pada distribusi umur didapatkan kelompok umur terbesar
pada pasien ISPA adalah kelompok umur 13 24 bulan. Hal ini terjadi karena
pada rentang usia tersebut biasanya anak sudah mulai aktif. Mereka mulai bisa
merangkak, berdiri, berjalan, dan bermain-main di luar rumah, serta belajar makan
dan minum sendiri sehingga pada kelompok umur ini lebih rentan terkena
penyakit ISPA dan tertular penyakit ISPA (Kemenkes RI, 2012).
Hasil analisa penelitian pada Puskesmas Sekupang didapatkan yang di
diagnosis nasofaringitis akut (common cold) yaitu 8 orang. Common cold adalah
penyakit virus , yang paling umum disebabkan oleh rhinovirus. Kebanyakan anak
biasanya memiliki 3-8 episode flu per tahun. Gejala termasuk nasal discharge ,
obstruksi hidung , dan iritasi tenggorokan . Terkait dengan hal ini biasanya ada
lowgrade demam , malaise , bersin dan hidung sekresi dapat menjadi purulen.
Durasi gejala biasanya sekitar 7 hari (Neemisha et al, 2001).
Hasil analisa penelitian pada Puskesmas Sekupang didapatkan yang di
diagnosis faringitis akut yaitu 31 orang. Faringitis merupakan peradangan dinding
faring yang disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma,
iritan, dan lain-lain. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali
infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya
(IDI, 2014). Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun di daerah
dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki
anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak (Depkes RI, 2005).
Hasil analisa penelitian pada Puskesmas Sekupang Batam ini didapatkan
yang di diagnosis tonsilitis yaitu 2 orang. Tonsilitis adalah peradangan tonsil
palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis banyak diderita
oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun (IDI, 2014).
Hasil analisa penelitian pada Puskesmas Sekupang didapatkan yang di
diagnosis pneumonia yaitu 6 orang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan

11
hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan
Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian
bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respiratori, terutama pneumonia (IDI, 2014). Berdasarkan kelompok umur
penduduk, Period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur
1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi
pada kelompok umur berikutnya (Riskesdas, 2013).

Gambar 3. Insidens pneumonia per 1000 balita menurut kelompok umur,


Indonesia 2013 (Riskesdas, 2013)

Hasil analisa terhadap persentase obat antibiotika yang digunakan di


Puskesmas Sekupang, didapatkan bahwa antibiotika yang paling banyak
digunakan adalah amoksisilin (83,3%) dan kotrimoksazol (16,7%), amoksisilin
digunakan pada semuan jenis ISPA nasofaringitis akut, faringitis akut, tonsilitis
akut, pneumonia dan penyakit-penyakit lain saluran pernapasan. Sedangkan
kotrimoksazol digunakan pada jenis ISPA faringitis akut, tonsilitis akut, dan
penyakit-penyakit lain saluran pernapasan. Hal ini sudah sesuai karena antibiotika
yang sering digunakan yaitu amoksisilin dan kotrimoksazol, obat-obat tersebut
merupakan obat yang umum digunakan di Puskesmas untuk berbagai penyakit
sehingga dalam penyediaannya dilakukan secara terpadu dengan program lain dan
proporsi sesuai kebutuhan. Jika memungkinkan dapat disediakan antibiotik
intramuskular: Ampisilin dan Gentamisin (Depkes RI, 2011). Dalam penerapan di
Puskesmas Sekupang Batam, antibiotik yang lebih banyak digunakan untuk terapi

12
pasien ISPA adalah antibiotik amoksisilin dengan presentase 83,3%%. Hal ini
terjadi dimungkinkan karena antibiotik amoksisilin lebih banyak tersedia daripada
antibiotik kotrimoksasol. Selain itu, antibiotik amoksisilin memang lebih sering
diresepkan karena merupakan antibiotik spektrum luas sehingga untuk terapi
empiris dianggap lebih efektif (Sugiarti, et al, 2015).
Nasofaringitis akut (common cold) menurut WHO 2001 tidak disarankan
antibiotik untuk terapi karena penyebabnya yaitu virus, namun pada hasil analisa
di Puskesmas Sekupang terdapat delapan pasien nasofaringitis akut (common
cold) menggunakan antibiotik amoksisilin. Menurut penelitian Neemisha dkk,
2001 pilek pada anak-anak self-limited dan tidak ada terapi khusus yang
diindikasikan pada sebagian besar kasus. Penggunaan antibiotik tidak
memberikan hasil. Pada penggunaan antibiotik berpotensi berbahaya, karena
meningkatkan risiko kolonisasi organisme yang resisten. Hal ini dapat
mengakibatkan berikutnya infeksi bakteri yang tidak responsif terhadap standar
antibiotik (Neemisha et al, 2001). Sedangkan, menurut penelitian Panasiuk dkk,
2015 yaitu 50% pasien dengan common cold mendapatkan terapi antibiotik,
amoksisilin menjadi pilihan pertama terapi.
Jenis antibiotik yang digunakan pada faringitis akut berdasarkan hasil
analisa di Puskesmas Sekupang yaitu lebih sering menggunakan antibiotik
amoksisilin daripada kotrimoksazol, ini sesuai dengan data penggunaan antibiotik
pada ISPA menurut WHO 2001 yaitu antibiotik amoksisilin. Amoksisilin
menempati tempat yang sama dengan penicilin, khususnya pada anak dan
menunjukkan efektivitas yang setara (Depkes RI, 2005). Kotrimoksazol tidak
dianjurkan untuk mengobati faringitis akut oleh S. pyogenes, karena tidak dapat
membasmi mikroba (Rianto, 2012).
Tonsilitis akut pada hasil analisa di Puskesmas Sekupang terdapat dua
pasien mendapatkan terapi antiibotik amoksisilin, ini sesuai dengan pedoman
praktis klinis IDI 2014 pada tonsilitis akut menggunakan antibiotik amoksisilin.
Pneumonia pada hasil analisa di Puskesmas Sekupang terdapat 2 pasien
menggunakan antibiotik amoksisilin dan 4 pasien menggunakan antibiotik
kotrimoksazol, ini sesuai dengan data penggunaan antibiotik pada ISPA menurut

13
WHO 2001 dan Educated Guess 2007 pada pneumonia menggunakan antibiotik
amoksisilin dan kotrimoksazol.
Penyakit-penyakit lain saluran pernapasan pada hasil analisa di Puskesmas
Sekupang lebih banyak mendapakan terapi antibiotik amoksisilin karena
amoksisilin spektrumnya luas dan lebih banyak tersedia (Sugiarti, et al, 2015).

KESIMPULAN

1. Jumlah pasien ISPA rawat jalan di Puskesmas Sekupang Batam periode 1


Oktober 31 Desember 2015 didapatkan 458 pasien dan yang
menggunakan antibiotik yaitu 60 pasien atau 13,1% dari seluruh pasien
ISPA yang rawat jalan. Prevalensi pasien ISPA terhadap pasien infeksi
yaitu 0,69 %.
2. Perempuan lebih banyak dari jumlah pasien laki-laki (51,7%;48,3%) tetapi
tidak berbeda secara signifikan dengan laki-laki dan kelompok usia
terbesar pada pasien ISPA adalah kelompok usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun
(36,7%;35,0%). Jenis ISPA yang paling banyak yaitu faringitis akut
sebanyak 31 pasien atau 51,7%.
3. Antibiotik yang diberikan pada pasien rawat jalan dengan penyakit ISPA
di Puskesmas Sekupang Batam ada dua yaitu antibiotika amoksisilin
dengan presentase sebesar 83,3% dan kotrimoksasol dengan presentase
sebesar 16,7%. Amoksisilin digunakan pada semua jenis ISPA
nasofaringitis akut, faringitis akut, tonsilitis akut, pneumonia dan
penyakit-penyakit lain saluran pernapasan. Sedangkan kotrimoksazol
digunakan pada jenis ISPA faringitis akut, tonsilitis akut, dan penyakit-
penyakit lain saluran pernapasan. Penggunaan antibiotik dilihat dari
kesesuaian dengan standar dari Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Depkes RI 2012, WHO 2011, Pedoman Praktis
Klinis IDI 2014 dan Educated Guess 2007.

14
4. ISPA merupakan penyakit yang bisa menular, dalam Islam menularnya
suatu penyakit merupakan atas kehendak atau izin Allah SWT bukan
dengan sendirinya tanpa izin dan ketentuan dari Allah SWT,
5. Menurut pandangan Islam penggunaan antibiotik terhadap penyakit infeksi
saluran pernapasan akut adalah halal, selagi masih bermanfaat dan tidak
menimbulkan mudharat, jika menimbulkan mudharat maka penggunaan
antibiotik tidak diperbolehkan.

SARAN
1. Dinas Kesehatan Kota Batam untuk dapat memberikan standar
penggunaan antibiotika berbagai penyakit khususnya pengobatan penyakit
ISPA di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Batam sehingga angka
kesakitan dan kematian balita akibat ISPA dapat diturunkan.
2. Terapi yang diberikan selain secara empiris sebaiknya juga dilanjutkan
dengan terapi secara terarah, dengan cara mengetahui bakteri penyebab
infeksi secara pasti dan kerentanan bakteri tersebut pada antibiotika
tertentu, sehingga terapi bisa optimal dan terjadinya resistensi bakteri
penyebab infeksi dapat ditekan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA. Penulis mengucapkan terimakasih
setulus-tulusnya kepada:

1. dr. Insan Sosiawan A. Tunru Ph.D selaku Dekan di Fakultas Kedokteran


Universitas YARSI Jakarta.
2. Bapak Dharma Permana,Apt Ph.D sebagai pembimbing atas kesediaan
waktu dan kesabarannya yang telah dan selalu memberikan saran dan
masukan serta motivasi agar penulis lebih giat lagi selama proses penulisan
hingga penyelesaian skripsi ini.

15
3. Bapak Irwandi M.Ag sebagai pembimbing agama Islam yang telah
memberikan saran dan pengarahan serta kemudahan dalam menyelesaikan
skripsi agama ini.
4. Kedua orang tua saya, Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Desmiati S.Pd, M.Sn
serta adik saya Revi Indriani yang tak henti-hentinya mendoakan dan
memberikan dukungan semangat baik secara materil maupun non materil,
sehingga skripsi ini selesai dan didedikasikan untuk mereka.
5. Pihak Puskesmas Sekupang Batam yang menerima dan mengizinkan saya
untuk meneliti dan menggali informasi yang bermanfaat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Yudhiansyah Eka Saputra, S.KPm yang selalu membantu penulis tanpa lelah
7. Teman sebimbingan Muta, Tiwi, Nadien, Uly yang selalu berbagi suka
maupun duka untuk kelancaran penyelesaian skripsi ini.
8. Anggota Kos Kece khususnya Ike dan Maulidya serta teman-teman Kelas B
FK 2013 atas semangat dan kebersamaannya untuk hari-hari yang melelahkan.

Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan memberikan sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Akhir kata dengan mengucap Alhamdulillah, semoga Allah selalu


meridhai kita semua. Aamiin.

Jakarta, Maret 2017

Satya Kesumawardani
NPM 1102013268

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Urusan Agama Islam, Wakaf, Dawah


dan Irsyad, Kerajaan Saudi Arabia, Kompleks Percetakan Al-Quranul Karim
Kepunyaan Raja Fahd, Medina Al-Munawarrah.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pharmaceutical Care untuk
Infeksi Penyakit Saluran Pernafasan, Direktorat Bina Komunitas dan Klinik
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2011. Pedoman Pengendalian


Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Direktorat Jendral Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013 dalam Laporan Nasional 2013 : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Batam. 2015. Profil Kesehatan Kota Batam. Dinas
Kesehatan Kota Batam. Batam

Djaafar A Zainul et al. 2014.Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Efiaty et al.


Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Djojodibroto Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC

Fashner J, et al. Treatment of the common cold in children and adults. American
Family Physician [Am Fam Physician], 2012 Jul 15; Vol. 86 (2), pp. 153-9;
Publisher: American Academy of General Practice

Franck J Andrew, Smith E Renee. 2010. Antibiotic Use for Acute Upper
Respiratory Tract Infection in a Veteran Population. Journal of The American
Pharmacists Association

Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Pelayanan Primer. Ikatan Dokter Indonesia. 2014

Iskandar Azri, et al. 2015. Hubungan Jenis Kelamin dan Usia Anak Satu Tahun
sampai Lima Tahun dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)

Istiantoro H Yati, Gan H S Vincent. 2007. Aminoglikosid. Dalam: Farmakologi


dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

17
Istiantoro H Yati, Gan H S Vincent. 2007. Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik
Betalaktam Lainnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI

Jain Neemisha et al. 2001. Upper Respiratory Tract Infection. Indian Journal of
Pediatric

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku kesehatan ibu dan anak,
Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Modul tatalaksana standar pneumonia.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Jakarta

Nasution Kholisah et al. 2009. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah
Urban Jakarta. Sari Pediatri
Mangunkusumo Endang, Soetjipto Damajanti. 2014. Sinusitis. Dalam: Efiaty et
al. Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI

Muawiah Abu, 2008. Penyakit Menular dan Thiyarah, Apa Betul Ada?. http://al-
atsariyyah.com
Setiabudy Rianto. 2007. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol. Dalam:
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Setiabudy Rianto. 2007. Pengantar Antimikroba. Dalam: Farmakologi dan Terapi


Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Sugiarti, et al. 2015. Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA
Usia Bawah Lima Tahun. Jurnal Pustaka Kesehatan
Tambayong, J., 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC

WHO. 2001. WHO Model Prescribing Information : drugs used in Bacterial


Infections. World Health Organization

WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut


(ISPA) yang Cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jenewa : Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization)

Zuhroni, Nur, Nazaruddin, 2003. Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan
kedokteran 2. Departemen Agama, Jakarta. Hal 114124.

18

Anda mungkin juga menyukai