Anda di halaman 1dari 7

Pencegahan

Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak dengan tikus serta
pinjalnya.
Cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak antara tikus beserta pinjalnya dengan
manusia dapat dilakukan seperti berikut.
1. Penempatan kandang ternak di luar rumah.
2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung sehingga mengurangi kesempatan bagi
tikus untuk bersarang (rat proof).
3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca sehingga
sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya.
4. Menggunakan lantai semen.
5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di tempat yang tidak mungkin dicapai atau
mengundang tikus.
6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati tanpa
sebab yang jelas (rat fall).
7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah.
Surasetja (1980), menyatakan bahwa selain upaya pencegahan, ada pula upaya pemberantasan
penyakit pes yaitu sebagai berikut.
1. Keharusan melaporkan terjadinya penyakit pes oleh para dokter supaya tindakan
pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dijalankan. Keharusan ini tercantum
dalam undang-undang karantina danepidemi (UU Wabah 1962).
2. Keharusan melaporkan adanya kematian sebelum mayat dikubur. Pada mayat itu
dilakukan fungsi paru, limfa dan pada bubo. Pes paru primer dapat dinyatakan bila cairan

paru pasitif dan pes cairan limpa negatif. Pes paru sekunder terjadi bila cairan paru dan
cairan limpa positif. Pes septichaemi jika cairan paru negatif dan cairan limpa positif.
3. Tindakan selanjutnya jika telah dinyatakan diagnosa pes adalah penderita pes paru
(primer dan sekunder) harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Penduduk di sekitar
rumah pes divaksinasi. Rumah disemprot dengan DDT. Kemudian rumah itu dibuka
atapnya agar matahari dapat masuk. Lalu rumah tersebut diperbaiki kembali.
4. Suntikan anti pes secara umum.
5. Pembasmian pinjal tikus dilakukan dengan bubuk DDT yang ditaruh pada tempat yang
biasa dilalui oleh tikus. Bubuk DDT akan melekat pada bulu tikus sehingga akan
membunuh pinjal-pinjal itu. Hal ini dapat pula dilakukan serangkaian pemberantasan
nyamuk malaria melalui penyemprotan.
6. Pembasmian tikus dengan racun, perangkap dan kucing.
7. Pengawasan angkutan padi dan lain-lain dengan pikulan, gerobak, dan sebagainya agar
tikus yang tertular pes tidak terangkut dari satu daerah ke daerah yang lain.
8. Perbaikan rumah agar tikus tidak bersarang di dalam rumah.
9. Tindakan kebersihan seperti menjemur alat-alat tidur setiap minggu. Jangan ada sisa-sisa
makanan yang berhamburan dan menarik tikus.

Pengobatan
Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang menularkan maupun yang tertular
adalah sebagai berukut.
1)

2)

Untuk tersangka pes

Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau

Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut

Untuk Penderita Pes

Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut, kemudian


dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari berturut-turut.Setelah panas hilang.

Dilanjutkan dengan pemberian :

Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis diturunkan


menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau

Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut turut, kemudian dosis diturunkan
menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.

3)

Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:

Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo.

Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru.

Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline 500mg/hari selama 10 hari
berturut-turut.
Rehabilitasi
Usaha untuk mencegah terjadinya akibat samping daripenyembuhan penyakit & pengembalian
fungsi fisik, psikologik dan sosial.
* Pemberian makanan yang cukup gizi
* Sesuai dengan Type
Contoh :
TypePneumonik :latihan pernafasan
Type Meningeal : therapi pekerjaan sekuele ( gejala sisa)

Plague treatment guidelines

Pengobatan dilakukan dengan cara terapi. Umumnya diperlukan perawatan inap untuk memulai
terapi. Terapi utama adalah dengan pemberian antibiotik. Pemilihan jenis antibiotik bergantung
pada gejala klinis penderita. Untuk gejala berat seperti tipe septikemia dan tipe pneumonik,
Streptomisin adalah pilihan utama. Obat ini diberikan secara suntik ke dalam otot
(intramuskular) selama 5-7 hari. Antibiotik suntik dapat diganti menjadi obat tablet/pil jika
terdapat perbaikan gejala. Total lama pengobatan pes adalah 7-10 hari. Untuk gejala ringan,
dapat diberikan antibiotik Tetrasiklin. Tetrasiklin diberikan dalam bentuk tablet atau pil (per oral)
selama 10-14 hari. Ada juga berbagai alternatif antibiotik lainnya adalah Gentamisin,
Kloramfenikol, Doksisiklin, Trimetropim-Sulfametoksazol, dan Sulfadiazin.

Penderita yang dicurigai menderita pes pneumonik harus dirawat dalam ruang isolasi sampai
minimal 2 hari pemberian antibiotik atau terbukti tidak menderita pes. Petugas kesehatan harus
menggunakan masker untuk menghidari penularan melalui udara. Pes yang mengalami

komplikasi harus dirawat secara intensif. Pembesaran kelenjar getah bening yang berisi nanah
mungkin memerlukan pengeluaran nanah secara bedah.

Jika tidak diobati, pes menyebabkan kematian pada >50% penderita tipe bubonik dan hampir
100% pada tipe septikemia dan pneumonik. Tingginya angka kematian dipengaruhi juga oleh
keterlambatan diagnosis, kesalahan diagnosis, keterlambatan pengobatan, atau ketidaktepatan
pengobatan.

Tindakan pencegahan pes dapat berupa menghindari daerah yang rawan pes; menghindari hewan
yang sakit atau mati; menggunakan obat pengusir serangga atau baju pelindung jika berisiko
terpapar kutu; serta menggunakan sarung tangan jika harus menangani hewan mati. Tempat
tinggal dan makanan hewan pengerat (sampah, makanan hewan) harus dimusnahkan dari sekitar
tempat tinggal. Jika seseorang diketahui terpapar oleh kutu atau hewan mati, dapat diberikan
pengobatan antibiotik pencegahan selama 5 hari. Vaksinasi pes tersedia dan saat ini digunakan
untuk petugas laboratorium yang berisiko terpapar bakteri pes serta orang-orang dengan
pekerjaan yang berkaitan dengan binatang pengerat.

Dafpus
Dennis DT, Campbell GL. 2008.Chapter 152: Plague and Other Yersinia Infections dalam
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. USA: McGraw-Hill.
Plague Manual: Epidemiology, Distribution, Surveillance and Control, hal. 9 dan 11.
WHO/CDS/CSR/EDC/99.2

Triwibowo. 2006.Bab 404: Penyakit Sampar dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Surasetja, Admiral. 1980. Ilmu Penyakit Khusus untuk Perawat bagian III. Bhatara Karya
Aksara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai