Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Pembagian secara tradisional, klasifikasi ISK berdasarkan gejala klinis, hasil pemerikasaan
laboratorium, dan penemuan mikrobiologis. Secara praktis, ISK dibagi menjadi ISK Non
Komplikata , ISK Komplikata dan Sepsis. Klasifikasi model berikut ini adalah alat yang
digunakan, baik untuk aktivitas sehari-hari, maupun penelitian klinis.
Tujuan umum klasifikasi ini adalah agar para klinisi dan peneliti mempunyai suatu alat dan
nomenklatur yang terstandarisasi tentang ISK. Panduan yang ada saat ini, merangkum
klasifikasi ISK berdasarkan:
- Infeksi sesuai dengan level anatomis
- Tingkat keparahan infeksi
- Faktor risiko yang mendasari
- Temuan mikrobiologi
Gejala-gejala, tanda-tanda dan hasil pemeriksaan laboratorium dititikberatkan pada level
anatomis dan derajat keparahan infeksi. Analisis faktor risiko berperanan untuk
mendefinisikan terapi tambahan yang diperlukan (misalnya drainase).

Infeksi Sesuai Dengan Level Anatomis


Gejala-gejala yang dikelompokkan berdasarkan infeksi level anatomis, adalah :
- Uretra: Uretritis (UR)
- Kandung kencing : Sistitis (CY)
- Ginjal : Pyelonefritis (PN)
- Darah/sistemik: Sepsis (US)
Dalam diagram berikut ini menggambarkan penanganan dan strategi mengatasi ISK.
Uretritis, yang saat ini hanya sedikit dimengerti, merupakan kondisi menular seksual yang
tidak termasuk ISK. Selain itu, IKAP, orkitis, epididimitis dan prostatitis juga tidak
dimasukan ke dalam klasifikasi ISK.
Bakteriuria asimptomatik sebagai hal yang dipertimbangkan mempunyai penyebab khusus
karena dapat bersumber dari kedua saluran kemih bagian atas maupun bawah yang tidak
memerlukan penanganan, kecuali pasien dalam keadaan hamil atau memerlukan tindakan
pembedahan urologi.

Tingkat Keparahan
Adapun klasifikasi ISK melihat pada tingkat keparahan yang berhubungan dengan risiko
untuk timbulnya keadaan yang membahayakan, berikut adalah Klasifikasi ISK dan Derajat
Keparahannya.
Gambar 1: Klasifikasi ISK sebagaimana yang diusulkan oleh EAU European Section of
Infection in Urology (ESIU)

* Dua pengecualian: selama kehamilan dan sebelum pembedahan/operasi urologi


Gambar 2. Parameter tambahan dari klasifikasi ISK dan derajat keparahan

Daftar Pustaka
Grabe M, Bartoletti R, Johansen Bjerklund T E, et al. Guideline in Urological Infection:
Classification of UTI. European Association of Urology ; 2015.

Pemeriksaan Penunjang Diagnosis


1. Analisis Urin rutin
Pemeriksaan analisis urin rutin merupakan uji saring yang dapat diandalkan bila koreksi
urin benar dan masih segar.
pH urin
Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan
pH lebih dari 8,0 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (urea splitting organism).
Proteinuria
Albuminuria hanya ditemukan pada ISKA, sifatnya ringan kurang dari 1 gram per 24
jam.
Pemeriksaan Mikroskopik urin
Prosedur pemeriksaan ini belum baku terutama untuk visualisasi bakteri, sel-sel
leukosit dan sel epitel. Keuntungan murah, mudah dan dapat dilaksanakan di setiap Pusat
Pelayanan Medik Primer (Puskesmas).
Interpretasi pemeriksaan ini harus kritis, karena sensitivitas dan spesifisitasnya masih
lemah.
 Sedimen urin tanpa putar (100x)
Bila urin masih segar dari pasien bakteriuria CFU per mL < 10 5 hampir 90% bahan
pemeriksaan urin dapat diditeksi satu atau lebih bekteri dan leukosituria satu atau
lebih (75% bahan pemeriksaan).
 Sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit
Pemeriksaan dengan pembesaran 400x. Bila pasien bekteriuria dengan CFU per mL >
105 selalu ditemukan basil dalam sedimen urin, hanya ditemukan 10 % bila CFU per
mL < 105. Leukosituria (piuria) 10 /lpb hanya ditemukan 60-85 % dari pasien-pasien
dengan bakteriuria bermakna (CFU per mL > 105). Kadang-kadang masih ditemukan
leukosituria 10 /lpb dari 25% pasien tanpa bakteriuria (CFU =0). Hanya 40% dari
pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per mL > 105.
Analisa ini membuktikan bahwa piuria (clean-voided midstream urine) mempunyai
nilai lemah untuk prediksi diagnosa bakteriuria bermakna.

2. Identifikasi bakteriuria patogen penyebab infeksi saluran kemih


Uji biokimia
Uji biokimia ini berdasarkan pemekaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrir dari
bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Di pasaran beredar berbagai teknik
seperti Griess test (reduksi nitrat), uji oksidasi glukosa, uji reduksi tetrazolium dan
sebagainya. Uji biokimiawi ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya, hanya sebagai
uji saring (skrining) bakteriuria patogen. Keuntungan bersifat ekonomis, mudah, dan
cepat. Kerugian tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.
Mikrobiologi
CFU (ColonyFormingUnit) mL urin
Pemeriksaan kultur secara kuantitatif ini sudah merupakan prosedur rutin untuk
identifikasi bakteriuria pathogen. Indikasi CFU per mL :
- pasien-pasien dengan gejala ISK
- tindak lanjut selama pemberian antimikroba untuk ISK
- pasca kateterisasi
- uji saring bekteriuria asimtomatik selama kehamilan
- pasien instrumentasi
Bahan contoh urin harus cepat dibiak kurang dari 2 jam (suhu kamar) atau disimpan
dalam lemari pendingin (es) atau memakai konservan (boricacidsodiumformate). Bahan
contoh urin dari urin tengah kencing (UTK) dengan prosedur khusus, aspirasi suprapubuk
(selektif), dan kateterisasi (tidak dianjurkan). Interpretasi kultur urin kuantitatif (CFU per
mL urin) sesuai dengan kriteria baku.

3. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses inflamasi
atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap darah, atau didapatkannya
sel-sel muda pada sediaan hapusan darah menandakan adanya proses inflamasi akut.
Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal, hepar, faal hemostasia,
elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman untuk penanganan ISK secara intensif.

4. Pencitraan
Pada ISK uncomplicated (sederhana) tidak diperlukan pemeriksaan pencitraan, tetapi pada
ISK complicated (yang rumit) perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk mencari
penyebab/sumber terjadinya infeksi.

Foto Polos Abdomen. Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radio-
opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akuta.
Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan dari bayangan bentuk
ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses ginjal. Batu kecil atau batu
semiopak kadangkala tidak tampak pada foto ini, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto
tomografi.

PIV. Adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK complicated.
Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akuta dan adanya obstruksi
saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi adanya hidronefrosis,
pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya sangat jelek.

Voiding sistouretrografi. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengungkapkan adanya refluks


vesiko-ureter, buli-buli neurogenik, atau divertikulum uretra pada wanita yang sering
menyebabkan infeksi yang sering kambuh.

Ultrasonografi. Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk


mengungkapkan adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada perirenal/ginjal
terutama pada pasien gagal ginjal. Pada pasien gemuk, adanya luka operasi, terpasangnya
pipa drainase, atau pembalut luka pasca operasi dapat menyulitkan pemeriksaan ini.

CT scan. Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK dari pada PIV atau
ultrasonografi, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relatif mahal.
Daftar Pustaka
Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed).European
Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male Genital TractInfections. 2001.

Anda mungkin juga menyukai