Pembagian secara tradisional, klasifikasi ISK berdasarkan gejala klinis, hasil pemerikasaan
laboratorium, dan penemuan mikrobiologis. Secara praktis, ISK dibagi menjadi ISK Non
Komplikata , ISK Komplikata dan Sepsis. Klasifikasi model berikut ini adalah alat yang
digunakan, baik untuk aktivitas sehari-hari, maupun penelitian klinis.
Tujuan umum klasifikasi ini adalah agar para klinisi dan peneliti mempunyai suatu alat dan
nomenklatur yang terstandarisasi tentang ISK. Panduan yang ada saat ini, merangkum
klasifikasi ISK berdasarkan:
- Infeksi sesuai dengan level anatomis
- Tingkat keparahan infeksi
- Faktor risiko yang mendasari
- Temuan mikrobiologi
Gejala-gejala, tanda-tanda dan hasil pemeriksaan laboratorium dititikberatkan pada level
anatomis dan derajat keparahan infeksi. Analisis faktor risiko berperanan untuk
mendefinisikan terapi tambahan yang diperlukan (misalnya drainase).
Tingkat Keparahan
Adapun klasifikasi ISK melihat pada tingkat keparahan yang berhubungan dengan risiko
untuk timbulnya keadaan yang membahayakan, berikut adalah Klasifikasi ISK dan Derajat
Keparahannya.
Gambar 1: Klasifikasi ISK sebagaimana yang diusulkan oleh EAU European Section of
Infection in Urology (ESIU)
Daftar Pustaka
Grabe M, Bartoletti R, Johansen Bjerklund T E, et al. Guideline in Urological Infection:
Classification of UTI. European Association of Urology ; 2015.
3. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses inflamasi
atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap darah, atau didapatkannya
sel-sel muda pada sediaan hapusan darah menandakan adanya proses inflamasi akut.
Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal, hepar, faal hemostasia,
elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman untuk penanganan ISK secara intensif.
4. Pencitraan
Pada ISK uncomplicated (sederhana) tidak diperlukan pemeriksaan pencitraan, tetapi pada
ISK complicated (yang rumit) perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk mencari
penyebab/sumber terjadinya infeksi.
Foto Polos Abdomen. Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radio-
opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akuta.
Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan dari bayangan bentuk
ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses ginjal. Batu kecil atau batu
semiopak kadangkala tidak tampak pada foto ini, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto
tomografi.
PIV. Adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK complicated.
Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akuta dan adanya obstruksi
saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi adanya hidronefrosis,
pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya sangat jelek.
CT scan. Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK dari pada PIV atau
ultrasonografi, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relatif mahal.
Daftar Pustaka
Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed).European
Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male Genital TractInfections. 2001.