Anda di halaman 1dari 7

CKD

 Definisi

Penyakit Ginjal Kronis adalah penurunan fungsi ginjal secara kronis yang
memerlukan waktu bulanan hingga tahunan yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal (Glomerulus Filtration Rate) <60 ml/min/1.73mm2 dan rasio almbuminuria :
kreatinin sebesar > 30mg/g tidak terikat pada umur, tekanan darah, dan apakah
teradapat diabetes atau tidak pada pasien. Penyakit ginjal kronis juga tidak hanya
didefinisikan sebagai penyakit ginjal stase akhir atau End Stage Renal Disease
(ESRD), namun juga diasosiasikan dengan komplikasi-komplikasi penyakit ginjal
kronis seperti: anemia, hiperparatiroid, hiperphospatemia, penyakit jantung, infeksi,
dan fraktur yang khusus terdapat pada CKD-MBD (Chronic Kidney Disease –
Mineral Bone Disorder). Namun penurunan GFR dan albuminuria tidak merupakan
pengukuran yang simptomatis simtomatis namun merupakan pengukuran langsung
dari fungsi ginjal dan kerusakan ginjal.

 Epidemiologi

Angka prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia pada tahun 2018 cukup
tinggi yaitu mencapai 3.8 permil populasi Indonesia menderita penyakit ginjal kronis
yang terdiagnosis dokter. Angka ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi penyakit
ginjal kronis pada tahun 2013 yaitu 2 permil di seluruh Indonesia. Prevalensi tertinggi
terdapat pada provinsi Kalimantan utara yaitu sebanyak 6.4 permil sedangkan
prevalensi terendah di Indonesia terdapat pada provinsi Sulaswesi Barat pada angka
1.8 permil. Penderita penyakit ginjal kronis tersering berada pada umur 65-74 tahun,
lebih banyak terjadi pada laki-laki. Persentase penderita penyakit ginjal kronis yang
sedang menjalani hemodialisa di Indonesia juga cukup rendah dimana hanya 19.3%
penderita penyakit ginjal kronis menjalani terapi hemodialisa.

Di dunia, sebanyak 1 dari 10 orang mempunyai penyakit ginjal kronis.


Daerah-daerah seperti Afrika, Amerika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara merupakan
daerah yang paling sering ditemukannya penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis
merupakan penyebab dari 956.000 kematian di seluruh dunia pada tahun 2013. Pada
tahun 2016, Penyakit ginjal kronis terdapat pada sekitar 753 juta orang di seluruh
dunia yang meliputi 336 juta pada pasien laki-laki dan 417 juta pada pasien
perempuan. Di seluruh dunia terdapat 1,2 juta kematian per tahun akibat penyakit
ginjal kronis, Penyebab tersering penyakit ginjal kronis adalah Hipertensi pada 550
ribu pasien, diabetes melitus pada 418 ribu pasien, dan glomerulonephritis pada 238
ribu pasien

 Etiologi

Penyebab tersering penyakit ginjal kronis yang diketahui adalah diabetes melitus,
selanjutnya diikuti oleh tekanan darah tinggi dan glomerulonephritis. Penyebab
lainnya dapat berupa idiopatik. Namun penyebab-penyebab dari penyakit ginjal kronis
dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi ginjal yang terlibat:

o Penyakit vaskular, yang dapat melibatkan pembuluh darah besar seperti


bilateral artery stenosis, dan pembuluh darah kecil seperti nefropati iskemik,
hemolytic-uremic syndrome, dan vasculitis

Kelainan pada glomerulus yang dapat berupa

 Penyakit glomerulus primer seperti nefritis dan focal segmental


glomerulosclerosis
 Penyakit glomerulus sekunder seperti nefropati diabetic dan lupus
nefritis
o Nefropati obstruktif yang dapat berupa batu ginjal bilateral dan hyperplasia
prostate
o Infeksi parasite (yang sering berupa enterobiasis) dapat menginfeksi ginjal dan
menyebabkan nefropati

Penyakit ginjal kronis juga dapat idiopatik yang mempunyai gejala yang berupa
penuruhnan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan sel ginjal menjadi nekrosis
Bikbov B, Perico N, Remuzzi G (23 May 2018). "Disparities in Chronic Kidney
Disease Prevalence among Males and Females in 195 Countries: Analysis of the Global
Burden of Disease 2016 Study". Nephron. 139 (4): 313–318. doi:10.1159/000489897

Coresh, J., Levey, A., Levin, A. and Stevens, P. (2013). A stable definition of chronic
kidney disease improves knowledge and patient care. BMJ, 347(sep18 1), pp.f5553-f5553.

Riskesdas 2018 [Internet]. Depkes.go.id. 2018 [cited 6 July 2019]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

GBD 2015 Disease and Injury Incidence and Prevalence, Collaborators. (8 October
2016). "Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability
for 310 diseases and injuries, 1990-2015: a systematic analysis for the Global Burden of
Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1545–1602.

Rahman, Mahboob; Smith, Michael C. (September 1998). "Chronic renal


insufficiency: A diagnostic and therapeutic approach". Archives of Internal Medicine. 158
(16): 1743–52. doi:10.1001/archinte.158.16.174
ISK

 TATALAKSANA

lnfeksi Saluran Kemih (lSK) Bawah

Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin:

 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan


antibiotikatunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim200mg
 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5- 10 hari

 Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa lekosiuria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

 Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi


faktor risiko.
 Tanpa faktor predisposisi:

o Asupan cairan banyak

o Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal


(misal trimetoprim 200 mg)

 Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.

Sindrom uretra akut (SUA). Pasien dengan sindrom uretra akut dengan hitung kuman
103- 105 memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil
yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobik diperlukan
antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon.

lnfeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

Pielonefrits akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan


rawat inap untuk memelihara satus hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling
sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut seperti terungkap pada.

The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga


altematif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 iam sebelum diketahui
MO sebagai penyebabnya:
 Fluorokuinolon
 Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin

 Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.

No Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut

1. Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi


terhadap antibiotika oral

2. Pasien sakit berat atau debilitasi

3. Terapi antibiotic oral selama rawat jalan mengalami


kegagalan

4. Diperlukan investigasi lanjutan

5. Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi

6. Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia


lanjut

 KOMPLIKASI

Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe

Klasifikasi ISK rekuren dan Mikroorganisme (MO)

Klasifikasi ISK Pathogenesis Mikroorganisme Gender

Sesekali – Reinfeksi Berlainan Laki – laki atau


sesekali ISK wanita

Sering ISK Sering episode Berlainan Wanita


ISK

ISK persisten Sama Wanita – laki -laki


sama

ISK setelah Terapi tidak Sama Wanita atau laki - laki


terapi sesuai

Terapi inefektif Sama Wanita atau laki - laki


Tidak adekuat setelah infeksi
(relapsing) Persisten Sama Wanita atau laki - laki

Reinfeksi cepat Sama/ Wanita atau laki – laki


berlebihan

Fistula Berlebihan Wanita atau laki - laki


enterovesikal

Sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (.complicated).

l. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-
obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limitecl
disease ) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama

2.ISK tipe berkomplikasi (Complicated)

o ISK selama kehamilan. ISK selama kehamilan dari umur kehamilan


o ISK pada diabetes melitus. Penelitan epidemiologi klinik melaporkan
bacteriuria dan ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan
perempuan tanpa DM

Morbiditas ISK selama kehamilan

Kondisi Risiko potensial

Pielonefritis
BAS tidak diobati
Bayi premature

Anemia

Pregnancy – induced hypertension

Bayi mengalami retardasi mental


ISK trimesker lll
Pertumbuhan bayi lambat

Cerebral palsy

Fetal death

Anda mungkin juga menyukai