Anda di halaman 1dari 2

Cara pemeriksaan atau diagnosis rhinitis alergika:

Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan
uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat
keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas
merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan
fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah
pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan
pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih
terbatas pada bidang penelitian.

Menegakkan diagnosis rinitis alergi dapat dipersulit oleh perilaku buruk


seperti sering mengucek-ucek mata dan hidung, timbullah tanda-tanda khas: allergic
shiner (bayangan gelap di bawah kelopak mata karena sumbatan pembuluh darah
vena), allergic salute (akibat sering menggosok hidung dengan punggung tangan ke
arah atas), dan allergic crease (garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah). Pada
rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau lipid disertai
adanya sekret encer bening dan banyak. Perlu dicari keadaan yang dapat menjadi
faktor predisposisi misalnya polip hidung dan kelainan septum. Sebagai pelengkap,
dapat ditambah pemeriksaan sitologi hidung. Peningkatan eosinofil (5 sel / lapang
pandang) menunjukkan kemungkinan alergi. Untuk mencari penyebab dapat
dilakukan uji kulit dengan cara uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), uji
intrakutan atau intradermal tunggal atau berseri (skin end point titration). Bila alergen
diduga berasal dari makanan, dapat dilakukan diet eliminasi dan provokasi atau
intracutaneous provocative food test (IPFT).
Tabel. Diagnosis banding rhinitis alergika dan rhinitis vasomotor.

Dapus:

1. Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis. Dalam : Byron J, Bailey JB,Ed.


Otolaryngology Head and Neck Surgery. Philadelphia: Lippincott Comp,
1993.p. 269 – 87.
2. Bernstein JM. Peran Hipersensitivitas Dengan Perantaraan Ig E Pada Otitis
Media dan Rinitis. Dalam : Ballenger JJ, Ed.Penyakit THT Kepala & Leher,
Jilid 1, Edisi ke –13. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994 . h. 176 – 9

Anda mungkin juga menyukai