NPM : 1102010015
vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di
lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan
frekuensi yang berbeda-beda. epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel
gepeng berlapis dan para pars laringeal berupa epitel respiratori
2. FISIOLOGI PERNAFASAN
3. RHINITIS ALERGI
3.1 DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet,1986).
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun
2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE.
3.2 ETIOLOGI
Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari
pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan.
Genetik secara jelas memiliki peran penting. Pada 20 30 % semua
populasi dan pada 10 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang
tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %.
Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di
seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara
genetik telah memiliki kecenderungan alergi. Adapun alergen yang biasa
dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara pernapasan
yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk
sari, dan lain-lain.
3.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan waktunya, ada 3 golongan rhinitis alergi :
Seasonal allergic rhinitis (SAR), terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya. Seperti musim
bunga, banyak serbuk sari beterbangan
Perrenial allergic rhinitis (PAR), terjadi setiap saat dalam setahun, penyebab utama: debu,
animal dander, jamur, kecoa
Occupational allergic rhinitis, terkait dengan pekerjaan
3.5 PATOFISIOLOGI
(rinorea), bersin dan sumbatan hidung, ditambah gatal hidung. Perlu diperhatikan juga gejala
alergi di luar hidung (asma, dermatitis atopi, injeksi konjungtiva, dan lain sebagainya).
1.7.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk rinitis alergi berfokus pada hidung, tetapi pemeriksaan wajah, mata,
telinga, leher, paru-paru, dan kulit juga penting.
a. Wajah
- Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan
dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung
- Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui
setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung
keatas dengan tangan.
b. Hidung
Pada pemeriksaan hidung digunakan nasal speculum atau bagi spesialis dapat menggunakan
rhinolaringoskopi
Pada rinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat, disertai adanya sekret encer
yang banyak.
Tentukan karakteristik dan kuantitas mukus hidung. Pada rinitis alergi mukus encer dan tipis. Jika
kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis. Namun, mukus yang kental, purulen
dan berwarna dapat timbul pada rinitis alergi.
Periksa septum nasi untuk melihat adanya deviasi atau perforasi septum yang dapat disebabkan
oleh rinitis alergi kronis, penyakit granulomatus.
Periksa rongga hidung untuk melihat adanya massa seperti polip dan tumor. Polip berupa massa
yang berwarna abu-abu dengan tangkai. Dengan dekongestant topikal polip tidak akan menyusut.
Sedangkan mukosa hidung akan menyusut.
Telinga, mata dan orofaring
Dengan otoskopi perhatikan adanya retraksi membran timpani, air- fluid level, atau bubbles.
Kelainan mobilitas dari membran timpani dapat dilihat dengan menggunakan otoskopi pneumatik.
Kelaianan tersebut dapat terjadi pada rinitis alergi yang disertai dengan disfungsi tuba eustachius
dan otitis media sekunder.
Pada pemeriksaan mata
Akan ditemukan injeksi dan pembengkakkan konjungtiva palpebral yang disertai dengan produksi
air mata.
Leher. Perhatikan adanya limfadenopati
Paru-paru. Perhatikan adanya tanda-tanda asma
Kulit. Kemungkinaan adanya dermatitis atopi.
1.7.3. Pemeriksaan sitologi hidung.
Tidak dapat memastikan diagnosis pasti, tetap berguna sebagai pemeriksaan
pelengkap. Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalen.
Jika basofil mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan PMN menunjukkan
adanya infeksi bakteri.
1.7.4. Hitung eosinofil dalam darah tepi.
Jumlah eosinofil dapat meningkat atau normal. Begitu juga dengan pemeriksaan IgE total
seringkali menunjukkan nilai normal, Kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu
penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria.
untuk rinitis alergi musiman/ intermiten lebih besar frekuensinya dibandingkan dengan rinitis
alergi perennial/ persisten.3
3.10 DIAGNOSIS BANDING
1. Rinitis non alergi
2. Rinitis infeksiosa
3. Common cold