Session
RINITIS ALERGI
Oleh:
Mas Izatul farahana 1840312660
Fitri Yani 1210312001
Preseptor :
Latar Belakang
Metode Penulisan
Metode penulisan Clinical Science Session ini adalah dengan
studi kepustakaan dengan merujuk pada berbagai literatur.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan Clinical Science Session ini adalah
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai rinitis alergi .
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2 Anatomi Hidung Bagian Dalam
RINITIS
ALERGI
Definisi Rinitis Alergi
Sensitisasi
Respon imun dalam alergi diawali dengan proses sensitisasi di mana ketika
suatu allergen terhirup, maka Antigen Presenting Cells (APC) seperti sel
langerhans pada epitelium yang melapisi saluran paru-paru dan hidung, akan
memproses dan mengekpresikan alergen tersebut pada permukaan sel.
Pada respon alergi, sel plasma tersebut memproduksi antibodi IgE yang seperti
isotip imunoglobulin lainnya, mampu berikatan dengan allergen spesifik.
Reaksi alergi fase lambat terjadi 4-8 jam setelah fase cepat. Reaksi
ini disebabkan oleh mediator yang dihasilkan oleh fase cepat beraksi
terhadap sel endotel post-kapiler yang menghasilkan suatu Vascular
Cell Adhesion Mollecule (VCAM) di mana molekul ini menyebabkan
sel leukosit seperti eosinofil menempel pada dinding endotel.
Sel-sel ini kemudian menjadi teraktivasi dan menghasilkan mediator
lain seperti Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosinophilic Derived
Protein (EDP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO) yang
menyebabkan gejala hiperreaktivitas dan hiperresponsivitas hidung.
Gejala klinis yang ditimbulkan pada fase ini lebih didominasi oleh
sumbatan hidung.
GEJALA KLINIS
Telinga:
Retraksi membrane timpani atau otitis media serous karena ada blok pada tuba
eustachius
Faring:
Granular faringitis akibat hyperplasia jaringan submucosa limfoid
Pada anak-anak sering prolonged mouth breathing dan tampak hyperplasia adenoid
Laring:
Suara serak dan edem pada plica vocalis
Klasifikasi Rinitis Alergi