NIM : 135070101111033
Kelas : PD B 2013
biasanya
banyak,
- Rhinitis Jamur
Etiologi
Penyebab rhinitis jamur diantaranya adalah Aspergillus yang menyebabkan aspergilosis,
Rhizopus oryzae yang menyebabkan mukormikosis, dan Candida yang menyebabkan
kandidiasis. 26
Manifestasi Klinis
Pada aspergilosis yang khas adalah sekret mukopurulen yang berwarna hijau kecoklatan.
Pada mukomikosis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, demam,
oftalmoplegia interna dan eksterna, sinusitis paranasalis, dan sekret hidung yang pekat, gelap,
dan berdarah. 26
Terapi
Untuk terapinya diberikan obat anti jamur, yaitu amfoterisin B dan obat cuci
hidung. 26
-Rinitis Tuberkulosa
Etiologi
Penyebab rinitis tuberkulosa adalah kuman Mycobacterium tuberculosis.
Gambaran Klinis
Terdapat keluhan hidung tersumbat karena dihasilkannya sekret yang
mukopurulen dan krusta. Tuberkulosis pada hidung dapat berbentuk
noduler atau ulkus, jika mengenai tulang rawan septum dapat
mengakibatkan perforasi.(3)
Terapi
Pengobatannya diberikan antituberkulosis dan obat cuci hidung.
Penyeba
b
Gejala
Terapi
Difteri
Corynebacterium
difteria
Demam, toksemia,
limfadenitis, paralisis
Ingus bercampur
darah
Pseudomembran
putih, krusta coklat
di nares dan cavum
nasi
Isolasi
ADS, penisilin
(lokal/IM)
-Rinitis simpleks
Siflis
T Pallidum
TB
M Tuberculosis
Hidung tersumbat,
Sekret mukopurulen,
krusta
BTA (+)
Obat anti TB
Obat cuci hidung
Seba
b
Gejal
a
Terap
i
Simpleks
Virus
jenis virus dan
yang paling
penting ialah
Rhinovirus.
Virus-virus
lainnya adalah
Myxovirus, virus
Coxsackle dan
virus ECHO.
hidung kering,
panas &gatal,
bersin berulang,
hidung
tersumbat,
ingus encer
(kental bila
infeksi sekunder
oleh bakteri)
demam, nyeri
kepala
Istirahat
Analgeti
antipiretik,
dekongestan
Sika
Lingkungan
berdebu, panas,
kering,
orangtua,
anemia, alkohol,
gizi buruk
Hipertrof
Infeksi berulang
di hidung/ sinus
Lanjutan rinitis
alergi/ vasomotor
Ozaena
Klebsiella
ozaena, def Fe,
vitamin A,
sinusitis kronis,
kelainan hormon,
peny kolagen
Iritasi, rasa
kering di hidung
Epistaksis
(kadang2)
Sumbatan
hidung
Sekret banyak
(muko purulen),
nyeri kepala
Konka hipertrofi,
berbenjol2
ditutupi mukosa
hipertrofi
Sekrer
mukopurulen
Sesuai penyebab
Kauterisasi konka
Nafas berbau
(yang mencium
orang lain,
pasien tidak),
hiposmia/anosmi
a, ingus kental
hijau, krusta
hijau, hidung
tersumbat, sakit
kepala
Tergantung
penyebab, obat
cuci hidung
Antibiotik, obat
cuci hidung,
operasi
-Rinitis Difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae.Rinitis difteri
dapat bersifat primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan dan
dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis.Dugaan adanya rinitis difteri
harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak
lengkap.Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan program
imunisasi yang semakin meningkat.Gejala rinitis akut ialah demam,
toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot
pernafasan.Pada hidung ada ingus yang bercampur darah.Membrane
keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian
bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi
perdarahan.Ekskoriasi berupa krusta coklat pada nares anterior dan bibir
bagian atas dapat terlihat.Terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin
sistemik, dan antitoksin difteri.
Etiologi
-Rinitis siflis
Etiologi
Penyebab rhinitis sifilis adalah kuman Treponema pallidum. 26
Manifestasi Klinis
Gejala rhinitis sifilis yang primer dan sekunder serupa dengan rhinitis akut
lainnya.Hanya
pada
rhinitis
sifilis
terdapat
bercak
pada
mukosa.Sedangkan pada rhinitis sifilis tertier ditemukan gumma atau
ulkus yang dapat mengakibatkan perforasi septum.Sekret yang dihasilkan
merupakan sekret mukopurulen yang berbau. 26
Terapi
Sebagai pengobatan diberikan penisilin dan obat cuci hidung. 26
2. Describe the phatophisiology of :
a) Allergic rhinitis
Karakteristik utama dari sistem kekebalan tubuh adalah
pengenalan dari "non-self" yang berpasangan dengan memory.
Fungsi dari sistem kekebalan tubuh melibatkan limfosit T dan
limfosit B serta zat terlarut yang disebut sitokin yang bertindak di
dalam dan di luar sistem kekebalan tubuh untuk mempengaruhi
sistem tersebut dan juga beraneka ragam mediator. Gell dan
Coombs menggambarkan empat jenis reaksi hipersensitivitas:
langsung, sitotoksik, komplek imun, dan tertunda. Lainnya
menyarankan penambahan dua jenis lagi (rangsangan antibodi
dan antibodi-dependent, sitotoksisitas dimediasi sel). Namun,
rhinitis alergi melibatkan terutama jenis ,Gell dan Coombs, reaksi
Anamnesis
Uji kulit
Untuk mencari alergen penyebab secara invivo. Jenisnya skin endpoint tetration/SET (uji intrakutan atau intradermal yang tunggal
atau berseri), prick test (uji cukit), scratch test (uji gores), challenge
test (diet eliminasi dan provokasi) khusus untuk alergi makanan
(ingestan alergen) dan provocative neutralization test atau
intracutaneus provocative food test (IPFT) untuk alergi makanan
(ingestan alergen)
DIAGNOSIS
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan:
yang
lengkap
dan
cermat.
Ig E spesifik ( RAST ).
DIAGNOSIS
BANDING
anamnesis
yang
cermat,
Pemeriksaan THT
X Ray / CT
sering dijumpai
- Tidak dijumpai bukti kuat
keterlibatan
sinus
- Umumnya dijumpai
Bakteriologi
Test alergi
Ig E total
Prick Test
penebalan mukosa
- Rinitis bakterial ( - )
- Normal
- Negatif atau positif lemah
RAST
f) Medicamentous rhinitis
Kriteria bagi diagnosis Rhinitis Medikamentosa adalah :i.
ii.
iii.
3,7
kuning,
pemeriksaan
mikrobiologi
dengan
isolasi
3,4
bakteri seperti K. ozaenae dari kultur hidung .
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding rinitis atrofi sebagai berikut :
c.
Melakukan olahraga diruang terbuka
Karena berolahraga diruang terbuka dapat menyebabkan fikiran
menjadi tenang dengan melatih tubuh kita untuk menjadi lebih
bugar dan dengan berolahraga ditempat terbuka kita bisa melihat
pemandangan yang indah dibandingkan berolahraga diruangan.
FARMAKOTERAPI
a)
Dekongestan (pseudoefedrin)
Mekanisme kerja
: menstimulasi secara lansung reseptor Alpa
1 adregenik yang terdapat pada pembulu darah mukosa saluran
pernafasan
bagian
atas
yang
menyebabkan
terjadinya
vasokontriksi.
Efek samping
Dosis penggunaan
:
a. < 2 tahun diberikan dosis 4mg /6 jam.
b. 2 5 tahun diberikan dosis 15mg/6 jam dengan pemberian
maksimal 60mg/24jam.
c. 6 12 tahun diberikan dosis 30mg/6jam dengan pemberian
maksimal 120mg/24 jam
d. >12 tahun diberikan dosis 30 50 mg/4 6 jam dimana
pemberian maksimal 240 mg/24 jam.
Interaksi obat
tersumbat.
b) Antihistamin
Mekanisme kerja
: mengantagonis H1 secara kompotitif dan
reversible, tetapi tidak memblok pelepasan histaminin.
Farmakokinetik
: Absorsinya baik, dimana kadar puncak
plasmanya 2 3 jam. Dimana efek kerja obat 4 6 jam.
Indikasi
: Rhinitis alergika, syok anafilatik, asma,
dermatitis alergika.
Interaksi obat
: mengurangi gejala beringus.
c)
Kortikosteroid
Mekanisme
kerja
:
kortikosteroid
bekerja
dengan
mempengaruhi kecepatan sistesis protein. Mulekul hormone
masuk kedalam sel melewati membrane plasma secara difusi
pasif.
Interaksi obat
: mengurangi keluhan hidung tersumbat,
rinore dan bersin bersin dengan menekan respon imflamasi local
yang disebabkan oleh mediator vasoaktif.
PROGNOSIS :
Penyakit ini prognosisnya bervariasi, dimana kadang
kadang dapat membaik dengan tiba tiba, tetapi bisa juga
resistensi terhadap pengobatan yang diberikan.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor
penyebab
dan gejala yang menonjol.
Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam : 1-3,5,6,11-17
1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
- Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk
mengurangi
keluhan hidung tersumbat. Contohnya : Pseudoephedrine dan
Phenylpropanolamine ( oral ) serta Phenylephrine dan
Oxymetazoline (
semprot hidung ).
- Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.
- Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat,
rinore
dan bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang
disebabkan oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling
sedikit
selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan.
Contoh steroid topikal : Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau
Beclomethasone
- Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai
keluhan
utamanya. Contoh : Ipratropium bromide ( nasal
spray )
3. Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal ) :
- Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25%
atau
triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik
( electrical cautery ).
- Diatermi submukosa konka inferior ( submucosal diathermy of
the
inferior turbinate )
- Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
- Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate
resection)
- Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
- Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy ), yaitu dengan
melakukan pemotongan pada n. vidianus, bila dengan cara diatas
tidak
memberikan hasil. Operasi sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan
keluhan rinore yang hebat. Terapi ini sulit dilakukan, dengan angka
kekambuhan yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan berbagai
komplikasi
Simptom Jenis terapi Prosedur
Obstruksi hidung Reduksi konka - Kauterisasi konka ( chemical
atau
electrical )
- Diatermi sub mukosa
- Bedah beku ( cryosurgery )
Reseksi konka - Turbinektomi parsial atau total
- Turbinektomi dengan laser ( laser
turbinectomy )
2003 Digital by USU digital library 9
Rinore Vidian neurectomy - Eksisi nervus vidianus
- Diatermi nervus vidianus
Tabel 3. Terapi operatif terhadap rinitis vasomotor
( Dikutip dari kepustakaan 5 )
KOMPLIKASI 11
1. Sinusitis
2. Eritema pada hidung sebelah luar
3. Pembengkakan wajah
PROGNOSIS
Penyakit ini prognosisnya bervariasi, dimana kadang
kadang dapat membaik dengan tiba tiba, tetapi bisa juga
resistensi terhadap pengobatan yang diberikan.
membaik dengan ti
e) Medicamentous rhinitis
Penatalaksanaan
Jika rinitis medikamentosa dikenal pasti akibat penggunaan
dekongentan topikal, maka pasien harus dinasihatkan agar segera
dihentikan penggunaannya. Pasien juga harus diberi edukasi
mengenai keluhan yang dialami dan diberikan pengobatan
alternatif lainnya bagi menggantikan obat yang menyebabkan
terjadinya sumbatan hidung pada pasien. 3,8,22
Penghentian
penggunaan
secara
mendadak
dapat
menyebabkan rebound swelling dan kongesti. Beberapa obat telah
dikenalpasti bagi mengatasi masalah ini yaitu dengan
menggunakan Cromolyn, sedatif / hipnotik, semprotan hidung
yang menggunakan larutan saline. Adenosin trifosfat oral, obat
tetes deksametason dan obat tetes triamcinolon juga membantu
dalam usaha menyembuhkan pasien. 3,8,22
3) Lautenschlager operation
Dengan memobilisasi dinding medial antrum dan bagian dari
etmoid, kemudian dipindahkan ke lubang hidung.
4) Implantasi submukosa dengan tulang rawan, tulang, dermofit,
bahan sintetis seperti Teflon, campuran Triosite dan Fibrin Glue.
5) Transplantasi duktus parotis ke dalam sinus maksila (Wittmack's
operation)
dengan
tujuan
membasahi
mukosa
hidung.Mewengkang N melaporkan operasi penutupan koana
menggunakan flap faring pada penderita ozaena anak berhasil
dengan memuaskan.
Bila pengobatan konsevatif adekuat yang cukup lama tidak
menunjukkan perbaikan, pasien dirujuk untuk dilakukan operasi
penutupan lubang hidung. Prinsipnya mengistirahatkan mukosa
hidung pada nares anterior atau koana sehingga menjadi normal
kembali selama 2 tahun. Atau dapat dilakukan implantasi untuk
menyempitkan rongga hidung.4