(Kepaniteraan Umum)
MODUL NEUROLOGI 1
1.1. Derajat Kesadaran
1.2. Tanda Menigeal
1.3. Nervus III IV VI
1.4. Nervus V
1.5. Nervus VII
1.6. Nervus VIII
1.7. Nervus IX X
1.8. Nervus XII
Editor
Dr dr.Masruroh Rahayu,MKes
dr. Shahdevi NK,Sp.S (K)
dr. Machlusil Husna Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2015
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
PROSEDUR
Mata
1. Meng-inspeksi pembukaan celah mata penderita apakah
membuka spontan atau tidak.
2. Bila mata pasien tidak membuka, memerintah penderita
membuka mata dengan suara.
3. Bila mata pasien tidak membuka , merangsang nyeri
dengan menjepit kuku jari, supraorbita atau di sternum.
4. Penilaian skor mata (eye) dengan nilai 1-4
4 : membuka spontan
3 : membuka dengan perintah suara
2 : membuka dengan rangsang nyeri
1 : tidak ada respon mata
Verbal
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat ,
perhatikan ucapan penderita apakah lancar atau sesuai
dengan pertanyaannya.
6. Bila tidak ada suara yang keluar, merangsang penderita
dengan nyeri di di kuku, supraorbita atau di sternum.
7. Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5
5 : orientasi waktu, orang dan tempat baik dan lancar
4 : disorientasi atau bingung (jawaban tidak
berhubungan)
3 : hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat
kalimat (inappropiate word)
2 : hanya ada suara tanpa arti (incomprehensive
sound)
1 : tidak ada respon suara
Motorik
8. Meng-inspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita.
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota (
tangan dan kaki) baik verbal atau nonverbal.
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita,
lihat apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik
ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate.
11. Penilaian motoris dengan nilai 1-6
6 : bisa diperintah baik verval atau non verbal (obey)
5 : bisa mengetahui asal rangsangan (localizes)
4 : bisa menghindar rangsangan (withdraws)
3 : abnormal posisi flexi (decorticate)
2 : abnormal posisi ekstensi (decerebrate)
1 : tidak ada respon motorik
REFERENSI
Terlampir dibawah
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
1. Talley NJ, OConnor S, A Systemic Guide to Physical
Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System
Including the Eye, Macleods Clinical Examination, Eleventh
Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJongs The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netters Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
II
III
Ket
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
PROSEDUR
Tanda Kernig :
6. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
7. Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 900,
ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut , normal lebih
dari 1350,
8. Menentukan Tanda Kernig positip bila ada tahanan atau
nyeri dan sudut tidak mencapai 1350.
Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI
2.
3.
4.
5.
Tanda Kernig
6.
7.
8.
II
III
Ket
No.
Tanda Brudzinski leher (II)
Diskripsi
10.
11.
13.
14.
ada
Tanda Brudzinski IV
15.
16.
17.
II
III
Ket
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
Ptosis
1. Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi
kedua kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/layuh
(ptosis).
Kedudukan Bola Mata :
2. Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus
kedepan, bila tidak sejajar disebut Strabismus , bila ketengah
disebut Strabismus Konvergen sedang bila keluar disebut
Strabismus Divergen
PROSEDUR
Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI
II
III
Ket
11.
12.
13.
14.
15.
16.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
Reflek Kornea
Pemeriksaan Sensoris
9. Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
10. Memeriksa raba dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
11. Menyebutkan gangguan sensoris tipe Perifer dan tipe sentral
(Nucleus).
Dermatome Central
(Nucleus N.V), A. Lesi Pons
B. Lesi Medulla Oblongata
REFERENSI
Terlampir dibawah
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
1. Talley NJ, OConnor S, A Systemic Guide to Physical
Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleods Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJongs The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netters Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Sensoris wajah
9.
Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
II
III
Ket
10.
11.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
1. Talley NJ, OConnor S, A Systemic Guide to Physical
Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleods Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJongs The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netters Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
No.
Diskripsi
Motorik
1.
Menginspeksi kerutan dahi, kelopak mata, sudut mata dan
lipatan sudut mulut. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada
asimetri (merot) atau kelumpuhan.
2.
Menyuruh penderita mengeryitkan dahi / angkat alis, menutup
mata sekuat-kuatnya, meringis, mencucu dan memperlihatkan
giginya. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot)
atau kelumpuhan.
3.
Menyuruh penderita menutup mata sekuat-kuatnya dan coba
buka dengan tangan pemeriksa. Apakah ada kelumpuhan atau
keadaan tidak bisa menutup mata disebut lagophtalmus,
Tanda Bell
4.
Memperhatikan saat menutup mata sekuat-kuatnya, dengan
adanya lagoptalmos terlihat bola mata berputar keatas disebut
tanda Bell positip
Pengecap
5.
Menanyakan adanya gangguan rasa 2/3 depan lidah dengan
manis, asin, asam (N.VII) dan pahit (N.IX). Keadaan tidak bisa
mengecap rasa disebut ageusia / hipogeusia.
Hiperacusis
6.
Menanyakan apa ada keadaan setiap ada suara, terdengar yang
lebih keras disebut hiperakusis, biasanya penderita mengeluh
gembrebeg.
7.
Memeriksa adanya Hiperacusis, menempelkan stetoskop di
kedua telinga pasien, gesek membran stetoskop perlahan-lahan,
tanyakan ke penderita yang lebih keras sebelah mana.
8.
Menentukan hasil pemeriksaan atau menyebutkan ciri lesi N.VII
Perifer / LMN
9.
Menentukan hasil pemeriksaan atau menyebutkan ciri lesi N.VII
tipe sentral / UMN
II
III
Ket
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
1. Tes Bisik :
Melakukan tes bisik atau dengan menggesekkan jari-jari
pemeriksa pada telinga penderita, telinga kanan kiri
bergantian, suruh penderita membandingkan kanan dan kiri.
2. Tes Schwabach
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu
tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak
mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga
pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka
Schwabach memendek.
3. Tes Rinne
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu
tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien
mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala
didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar
maka Rinne positif.
4. Weber
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di
ditempelkan di vertex kepala pasien tepat di garis tengah,
suruh pasien mendengarkan, dan menentukan telinga mana
yang lebih keras bunyinya, bila lebih keras kanan maka
Weber lateralisasi ke kanan.
Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
5. Nistagmus
Lihat pada kedua mata penderita apakah ada nistagmus ,
dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan arah
nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus disebut
arah cepatnya.
6. Tes Romberg
Pemeriksa siap dibelakang pasien, menyuruh penderita
berdiri tegak dengan kedua kaki rapat, kedua tangan lurus
kebawah suruh penderita membuka dan menutup mata,
Bila penderita jatuh disebut Romberg positif, catat arah
jatuhnya
Bila gangguan vestibular maka jatuhnya, baik saat mata
terbuka maupun tertutup dan jatuhnya kesemua arah. Bila
gangguan serebellum jatuhnya baik saat mata terbuka
maupun tertutup dan jatuhnya kesisi lesi. Bila gangguan
proprioseptif saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata
tertutup jatuh kesemua arah.
7. Tes Jalan Tandem
Suruh penderita berjalan setapak demi setapak
menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri
saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat
pasien jatuh atau tidak seimbang, catat arah jatuhnya.
Tandem Walking
Tes Romberg
CHECK LIST &
EVALUASI
DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI
Terlampir dibawah
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
Diskripsi
Tes Bisik
1.
Melakukan tes bisik atau dengan menggesekkan jari-jari
pemeriksa pada telinga penderita, telinga kanan kiri bergantian,
suruh penderita membandingkan kanan dan kiri.
Tes Schwabach
2.
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu
tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak
mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga
pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka Schwabach
memendek.
Tes Rinne
3.
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu
tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien
mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala
didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar
maka Rinne positif.
4.
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di ditempelkan di
vertex kepala pasien tepat di garis tengah, suruh pasien
mendengarkan, dan menentukan telinga mana yang lebih keras
bunyinya, bila lebih keras kanan maka Weber lateralisasi ke
kanan.
5.
Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
6.
Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
II
III
Ket
Nystgmus
7.
Memperlihatkan pada kedua mata penderita apakah ada
nistagmus , dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan
arah nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus
disebut arah cepatnya.
Tes Romberg
9.
Mempersilahkan penderita berdiri, pemeriksa siap dibelakang
pasien, menerangkan apa yang akan diperiksa.
10.
Mempersilahkan penderita berdiri dengan kedua kaki rapat,
kedua tangan lurus kebawah suruh penderita membuka dan
menutup mata,
11. Menentukan Tes Romberg positif, yaitu bila penderita jatuh ,
catat arah jatuhnya.
12. Menentukan ciri-ciri gangguan vestibular pada tes Romberg
maka jatuhnya, baik saat mata terbuka maupun tertutup dan
jatuhnya kesemua arah
13.
Menentukan ciri-ciri gangguan serebellum pada tes Romberg
jatuhnya baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya
kesisi lesi.
14. Menentukan ciri-ciri gangguan proprioseptif pada tes Romberg
saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata tertutup jatuh kesemua
arah.
Jalan Tandem
15.
Menyuruh penderita berjalan setapak demi setapak
menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri
saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat pasien
jatuh atau tidak seimbang, catat arah jatuhnya.
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul
Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
REFERENSI
Terlampir dibawah
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
1. Talley NJ, OConnor S, A Systemic Guide to Physical
Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleods Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJongs The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netters Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
II
III
Ket
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
1.9. NERVUS XI
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
1. Talley NJ, OConnor S, A Systemic Guide to Physical
Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleods Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJongs The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netters Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
6. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
II
III
Ket
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL
NEUROLOGI 1
SUB JUDUL
LEARNING OBJECTIVE
METODA
PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
WAKTU
LATAR BELAKANG
PROSEDUR
REFERENSI
Terlampir dibawah
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S
2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S
3. dr.Masruroh Rahayu,MKes
4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
1. Talley NJ, OConnor S, A Systemic Guide to Physical
Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleods Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJongs The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netters Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
6. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
2.
3.
4.
5.
Diskripsi
Inspeksi
Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah,
fasikulasi, deviasi lidah,
Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi
lidah, catat arah deviasi lidah .
Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita
dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan
lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf
R dan L, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan
fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN
II
III
Ket