Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

RHINITIS NON ALERGI

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, rinitis non-alergi dapat dibagi menjadi rinitis


akut dan rinitis kronis.(1)

1. A. Rinitis Akut
Rinitis akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi virus
atau bakteri. Selain itu, rinitis akut dapat juga timbul sebagai reaksi sekunder akibat iritasi
lokal atau trauma. Penyakit ini seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Yang
termasuk ke dalam rinitis akut diantaranya adalah rinitis simpleks, rinitis influenza dan rinitis
bakteri akut supuratif.

1) Rinitis Simpleks
Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza. Penyakit ini
merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia.(2)

Etiologi
Penyebab rinitis simpleks ialah beberapa jenis virus, yang diklasifikasikan berdasarkan
komposisi biokimia virus. Virus RNA termasuk kelompok seperti rinovirus, virus influenza,
parainfluenza, dan campak. Sedangkan virus DNA termasuk kelompok adenovirus dan
herpes virus.(2)

Gambaran Klinik
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering
dan gatal di dalam hidung. Kemudian memasuki stadium pertama yang biasanya terbatas
tiga hingga lima hari. Pada stadium ini timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat,
sekret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan
lengket. Biasanya disertai demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak
merah dan membengkak.(1)
Penyakit dapat berakhir pada stadium pertama, namun pada kebanyakan pasien penyakit
berlanjut ke stadium invasi bakteri yang ditandai dengan suatu rinore purulen, sumbatan di
hidung bertambah, demam, sensasi kecap dan bau berkurang dan sakit tenggorokan.
Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu.
Rinovirus tidak menyebabkan terjadinya kerusakan epitel mukosa hidung, sedangkan
adenovirus dapat menimbulkan kerusakan epitel mukosa hidung.

Terapi
Terapi terbaik pada rinitis virus tanpa komplikasi adalah istirahat, obat-obatan simtomatis
seperti analgetika, antipiretik dan dekongestan.(1) Selama fase infeksi bakteri sekunder,
dapat diberikan antibiotika.(2)
2) Rinitis Influenza
Etiologi
Rinitis influenza disebabkan oleh virus A, B dan C dari golongan ortomiksovirus.(2)

Gambaran Klinik
Gejala yang sering timbul ialah sekret hidung berair, dan hidung tersumbat. Lebih sering
terjadi infeksi bakteri sekunder dan nekrosis epitel bersilia dibandingkan common cold.(2)

Terapi
Terapi rinitis influenza tidak ada yang spesifik, sama dengan rinitis simpleks, terapi terbaik
adalah istirahat, analgetika, antipiretik dan dekongestan, serta antibiotika bila terdapat
infeksi sekunder.

3) Rinitis Bakteri Akut Supuratif

Etiologi
Penyebab rinitis bakteri akut supuratif adalah Pneumococcus, Staphylococcus, dan Streptococcus.(2)

Gambaran Klinik
Rinitis bakteri akut supuratif merupakan infeksi bakteri sekunder pada rinitis virus. Pada
orang dewasa seringkali disertai sinusitis bakterialis, dan pada anak sering disertai
adenoiditis. Namun pada anak kecil dapat terjadi rinitis bakterialis primer yang gejalanya
mirip common cold.(2)

Terapi
Terapi yang tepat adalah antibiotika, obat cuci hidung, dekongestan dan analgesik.

1. B. Rinitis Kronis
Yang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis hipertrofi, rinitis sika dan rinitis spesifik.
Meskipun penyebabnya bukan radang, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa juga
dimasukkan dalam rinitis kronis.

1) Rinitis Hipertrofi

Etiologi
Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai
lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor.

Gambaran Klinis
Gejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering
ada keluhan nyeri kepala. Konka inferior hipertrofi, permukaannya berbenjol-benjol ditutupi
oleh mukosa yang juga hipertrofi. (1)

Terapi
Pengobatan yang tepat adalah mengobati faktor penyebab timbulnya rinitis hipertrofi.
Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam trikloroasetat) atau dengan
kauter listrik dan bila tidak menolong perlu dilakukan konkotomi.(1)

2) Rinitis Sika

Etiologi
Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja di
lingkungan yang berdebu, panas dan kering. Juga pada pasien dengan anemia, peminum
alkohol, dan gizi buruk.

Gambaran Klinis
Pada rinitis sika mukosa hidung kering, krusta biasanya sedikit atau tidak ada. Pasien
mengeluh rasa iritasi atau rasa kering di hidung dan kadang –kadang disertai epitaksis.

Terapi
Pengobatan tergantung penyebabnya. Dapat diberikan obat cuci hidung.

3) Rinitis Spesifik
Yang termasuk ke dalam rinitis spesifik adalah:

Rinitis Difteri(1)

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae.

Gambaran klinis
Gejala rinitis difteri akut adalah demam, toksemia, limfadenitis, paralisis, sekret hidung
bercampur darah, ditemukan pseudomembran putih yang mudah berdarah, terdapat krusta
coklat di nares dan kavum nasi. Sedangkan rinitis difteri kronik gejalanya lebih ringan.

Terapi
Terapi rinitis difteri kronis adalah ADS (anti difteri serum), penisilin lokal dan intramuskuler.

Rinitis Atrofi

Etiologi
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab rinitis atrofi, yaitu infeksi
kuman Klebsiela, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronis, kelainan hormonal dan
penyakit kolagen.(1)

Gambaran Klinis
Rinitis atrofi ditandai dengan adanya atrofi progresif mukosa dan tulang hidung. Mukosa
hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta yang
berbau busuk. Keluhan biasanya nafas berbau, ingus kental berwarna hijau, ada krusta
hijau, gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung tersumbat.

Terapi
Karena etiologinya belum diketahui maka belum ada pengobatan yang baku. Pengobatan
dapat diberikan secara konservatif dengan memberikan antibiotika berspektrum luas, obat
cuci hidung, vitamin A dan preparat Fe. Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan operasi
penutupan lubang hidung untuk mengistirahatkan mukosa hidung sehingga mukosa
menjadi normal kembali. (1)

Rinitis Sifilis

Etiologi
Penyebab rinitis sifilis adalah kuman Treponema pallidum.

Gambaran klinis
Gejala rinitis sifilis yang primer dan sekunder serupa dengan rinitis akut lainnya. Hanya
pada rinitis sifilis terdapat bercak pada mukosa. Sedangkan pada rinitis sifilis tertier
ditemukan gumma atau ulkus yang dapat mengakibatkan perforasi septum. Sekret yang
dihasilkan merupakan sekret mukopurulen yang berbau.

Terapi
Sebagai pengobatan diberikan penisilin dan obat cuci hidung.

Rinitis Tuberkulosa

Etiologi
Penyebab rinitis tuberkulosa adalah kuman Mycobacterium tuberculosis.

Gambaran Klinis
Terdapat keluhan hidung tersumbat karena dihasilkannya sekret yang mukopurulen dan
krusta. Tuberkulosis pada hidung dapat berbentuk noduler atau ulkus, jika mengenai tulang
rawan septum dapat mengakibatkan perforasi.(3)

Terapi
Pengobatannya diberikan antituberkulosis dan obat cuci hidung.
Rinitis Lepra

Etiologi
Rinitis lepra disebabkan oleh Mycobacterium leprae.

Gambaran Klinis
Gangguan hidung terjadi pada 97% penderita lepra. Gejala yang timbul diantaranya adalah
hidung tersumbat, gangguan bau, dan produksi sekret yang sangat infeksius Deformitas
dapat terjadi karena adanya destruksi tulang dan kartilago hidung.(3)

Terapi
Pengobatan rinitis lepra adalah dengan pemberian dapson, rifampisin dan clofazimin
selama beberapa tahun atau dapat pula seumur hidup.

Rinitis Jamur

Etiologi
Penyebab rinitis jamur, diantaranya adalah Aspergillus yang menyebabkan
aspergilosis, Rhizopus oryzae yang menyebabkan mukormikosis, dan Candida yang
menyebabkan kandidiasis.(3)

Gambaran Klinis
Pada aspergilosis yang khas adalah sekret mukopurulen yang berwarna hijau kecoklatan.
Pada mukormikosis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, demam,
oftalmoplegia interna dan eksterna, sinusitis paranasalis dan sekret hidung yang pekat,
gelap, dan berdarah.

Terapi
Untuk terapinya diberikan obat anti jamur, yaitu amfoterisin B dan obat cuci hidung.

4) Rinitis Vasomotor

Etiologi
Rinitis vasomotor adalah gangguan fisiologi mukosa hidung yang disebabkan oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis. Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n. vidianus
yang mngandung serat saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsangan pada saraf
parasimpatis menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan
permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar. Rangsangan simpatis sebaliknya.
Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi berbagai faktor yang berlangsung temporer
seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani, dsb.
Pada pasien rhinitis vasomotor, saraf parasimpatis cenderung lebih aktif.

Gambaran Klinis
Gejala dari rinitis vasomotor adalah hidung tersumbat tergantung posisi pasien, rinore yang
mucus/serus, jarang disertai bersin dan gatal pada mata, gejala memburuk pada pagi hari
karena adanya perubahan suhu. Mukosa hidung edema, merah gelap, permukaan konka
licin atau berbenjol, sekret mukoid.

Terapi
Pengobatan yang tepat untuk rinitis vasomotor adalah dengan menghindari penyebab,
memberikan obat simtomatis (dekongestan oral, kauterisasi konka yang hipertrofi,
kortikosteroid topikal), konkotomi konka inferior, neurektomi n. Vidianus. (1)

5) Rinitis Medikamentosa

Etiologi
Rinitis medikamentosa adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor
sebagai akibat pemakaian vasokontriktor topical dalam waktu lama dan berlebihan
sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.
Obat vasokonstriktor topikal dari golongan simpatomimetik akan menyebabkan siklus nasal
terganggu dan dakan berfungsi kembali bila pemakaian dihentikan. Pemakaian
vasokontriktor topical yang berulang dan waktu lama akan menyebabkan terjadinya fase
dilatasi ulang (rebound dilatation) setelah vasokontriksi, sehingga timbul obstruksi. Bila
pemakaian obat diteruskan maka akan terjadi dilatasi dan kongesti jaringan, perttambahan
mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid sehingga sumbatan akan menetap dan
produksi sekret berlebihan.
Selain vasokontriktor topikal, obat-obatan yang dapat menyebabkan edema mukosa
diantaranya adalah asam salisilat, kontrasepsi oral, hydantoin, estrogen, fenotiazin, dan
guanetidin. Sedangkan obat-obatan yang menyebabkan kekeringan pada mukosa hidung
adalah atropin, beladona, kortikosteroid dan derivat katekolamin.

Gambaran Klinis
Pada rhinitis medikamentosa terdapat gejala hidung tersumbat terus menerus, berair,
edema konka.

Terapi
Pengobatan rinitis medikamentosa adalah dengan menghentikan obat tetes/semprot
hidung, kortikosteroid secara penurunan bertahap untuk mengatasi sumbatan berulang,
dekongestan oral.

Anda mungkin juga menyukai