Anda di halaman 1dari 25

Rinitis Alergi

Pembimbing :
dr. M. Bima Mandraguna, Sp THT-KL
dr. Aditya Arifianto, Sp THT-KL

Disusun oleh : Nur Liza septiani (030.12.298)


Definisi

Allergic Rhinitis

kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,


rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
allergen yang diperantarai oleh IgE
Epidemiologi

Di Indonesia, ISAAC (European Community Respiratory Health Survey and


International Study of Asthma and Allergies of Childhood ) prevalensi rinitis alergi
dengan menggunakan kuesioner, Dari hasil studi di Jakarta, didapat
kan 26,71% anak usia 13-14 tahun mengalami gejala rinitis alergi.
Sedangkan di Bandung dan Semarang, prevalensi rinitis alergi
pada anak-anak usia 13-14 tahun berjumlah 19,1% dan 18,4%.
Inhalan Ingestan
Etiologi
Injektan Kontaktan

Berdasarkan cara masuknya allergen


Debu rumah Susu, Sapi Penisilin
dibagi atas:
Perhiasan
1. Alergen Inhalan; yang masuk bersama dengan udara pernafasan
Bulu hewan
2. Alergen Telur,
Ingestan; yang Kacang
masuk ke saluran cerna Leb Kosmetik
Sengatan
ahsuntikan atau tusukan.
3. Alergen Injektan; yang masuk melalui
4. Alergen Kontaktan; yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
Rerumputan
mukosa Udang, Ikan

Jamur Kepiting
musiman
Berdasarkan sifat
berlangsungnya
Sepanjang tahun

Rinitis Intermiten
Lama
alergi serangan
Menetap

Ringan
Derajat
sakitnya
Berat Klasifikasi
Patofisiologi Rhinitis Alergi
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC)

Berlangsung setelah kontak dengan alergen sampai 1 jam


Gejala muncul dalam 5-30menit
Gejala: Bersin, Rhinorea, bronkospasme karena pelepasan
histamin
Reaksi Alergi Fase Lambat

Berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperaktivitas) setelah
pemaparan dan gejala dapat muncul sampai 24-48 jam
Muncul 2-8 jam setelah kontak dengan alergen (tanpa kontak tambahan
dengan alergen)
Gejala berupa bengkak, kongesti, sekret kental karena infiltrasi sel peradangan
F S
a e
s n
e s
i
t
i
s
a
s
i
Gejala klinis
Gejala klinis rinitis alergi yang khas adalah serangan bersin
berulang

Gejala lain :
•Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak
•Hidung tersumbat
•Hidung dan mata gatal
•Kadang disertai banyak air mata keluar
(lakrimasi)
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

– Anamnesis :
berupa bersin, rinore, hidung tersumbat
• Riwayat alergi terhadap bahan tertentu dan
adanya riwayat alergi pada keluarga
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior :
terlihat mukosa hidung edema, basah, pucat kebiruan, ditemukan sekret
encer yang banyak

Pada anak terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic


shiner), timbul garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah
(allergic crease), anak sering menggosok hidung(allergic salute)
Pemeriksaan penunjang

In
In
vintro
vivo
Laboratorium Skin prick
Hitung kadar IgE
test
Penatalaksanaan
Non
farmakologi

operatif penatalaksaan farmakologi

Imunoterapi
Nonpharmacologic Therapy

Menghindari pencetus alergi (allergen):


• Hindari benda-benda apa yang menjadi pencetus
(debu, serbuk sari, bulu binatang, dll)
• Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari
kegiatan berkebun. Jika harus berkebun, gunakan
masker.
TERAPI MEDIKAMENTOSA

• Antihistamin
– Antagonis yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1
– Mengurangi gejala bersin, rinore, gatal

• Decongestant agent
Gol. simpatomimetik  beraksi pada reseptor adrenergik pada mukosa
hidung untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang
membengkak, dan memperbaiki pernafasan
Kortikosteroid
– Kortikosteroid topikal
• Pilihan pertama untuk rinitis alergi persisten sedang-berat 
efek antiinflamasi jangka panjang
• Mula kerja lambat (12 jam), efek maksimum beberapa hari
sampai minggu
• Budesonide, beklometason, fluticason,mometason furoat,
triamcinolon acetonide
• Dosis dws : 1 x II semprot/hr, anak 1 x I semprot /hr
– Kortikosteroid oral
• Jangan gunakan sebagai pengobatan lini I
• Terapi jangka pendek (3 – 5 hr). Dosis tinggi, tapp off
• Pada rinitis alergi berat yang refrakter
TERAPI LAINNYA
•Imunoterapi
•Operatif :
• Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior),
• Konkoplasti bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan
dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat
Kesimpulan
• Rinitis alergi adalah kelainan pada hidung
akibat terpapar alergen dan diperantarai IgE
• Diagnosa rinitis alergi ditegakkan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Skin test)
• Terapi rinitis alergi: edukasi pasien untuk
menghindari alergen, farmakoterapi
Daftar pustaka
• Yahya K. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Rinitis
Alergi Pada Usia 13-14 Tahun di Daerah Ciputat Timur
dengan Menggunakan Kuesioner International Study Of
Asthma And Allergy In Childhood (ISAAC) Tahun 2013.
2013.
• Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., & Restuti,
R. D. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala & leher. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
2007.

Anda mungkin juga menyukai