Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 8

(RINITIS ALERGIK)
FKK 4
DISUSUN OLEH :
M ABI ROHMAN 19134014A
IMAM CHOIRI 19134016A
ASTRID SCENDHIA RAKA 19134017A
IDA BAGUS ADI SANTIKARA 19134018A
ALFI ROHMAH AULIA 19134019A
DEFINISI RINITIS ALERGIK

Adalah inflamasi pada membran mukosa


hidung yang disebabkan oleh paparan
terhadap materi alergenik yang terhirup
yang mengawali respon imunologik
spesifik, di perantarai oleh imunoglobulin
E (Ig E).
PATOFISIOLOGI

Reaksi awal terjadi ketika alergen di udara memasuki hidung


melalui inhalasi dan kemudian di proses oleh limfosit, yang
menghasilkan antigen spesifik ige. Hal ini menyebabkan
sensitisasipada orang yang secara genetik rentan terhadap
alergen tersebut, pada saat terjadi paparan ulang melalui
hidung, ig E yang berikatan dengan sel mastberinteraksi
dengan alergen dari udara, dan memicu produksi mediator
inflamasi.
Reaksi segera terjadi dalam hitungan menit, yang
menyebabkan pelepasan cepat mediator yang
terbentuk sebelumnya serta mediator yang baru
terbentuk melalui jalur asam arakidonat. Mediator
hipersensitivitas segera meliputi histamin, leukotrien,
prostaglandin, triptase dankinin, mediator ini
menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas
vaskuler, dan produksi sekresi nasal. Histamin
menyebabkan rinorea, gatal, bersin, dn hidung
tersumbat.
Dari 4 hingga 8 jam setelah paparan terhadap
alergen pertama kali, dapat terjadi reaksi tipe
lambat yang disebabakan oleh sitokin yang
dibebaskan terutama oleh sel mast dan t-helper
yang berasal dari timus. Respon inflamasi ini dapat
menjadi penyebab gejala kronik yang menetap
termasuk kongesti hidung.
GEJALA RINITIS ALERGIK

Rinorea Ruam mata telinga


Bersin atau hidung

Kongesti hidung Bersin berulangkali

Sensasi adanya keluaran Tenggorokan, hidung,


ingus dapat disertai Kerongkongan gatal
dengan batuk dan serak Mata merah, gatal,
Konjungtivitis alergik berair
Post-nasal drip
FAKTOR RESIKO
Riwayat keluarga (warisan, genetika)
Alergi lebih dari satu
Asma
Jenis kelamin dan usia
Tanggal lahir
Perokok pasif
Menjadi anak pertama
Bayi dari keluarga yang lebih kecil
Bayi yang lahir dari keluarga yang berpenghailan
tinggi
KASUS
D.W. Is a 56-year-old woman with a longstandinghistory of allergic rhinitis
related to triggers withseasonal ragweed. Her primary symptoms are
rhinorrheaand sneezing, which she has relieved by using various
oralanthistamines (clemastine 1.34 mg daily and, more recently,cetirizine 10 mg
daily) which she takes several weeks eachautumn. Recently (during winter), she
has experienced newrhinitis symptoms associated with the weather and
variousodors that were not a problem in the past, specically, perfumesand food
spices. When she encounters these, sheexhibits watery rhinorrhea and profound
congestion. Shehas tried a combination of cetirizine with pseudoephedrinefor
these episodes, but reports that it doesnt seem tohelp much and it makes me
feel jumpy.How should D.W.S mixed rhinitisbe treated? How is this different
from the management ofallergic rhinitis?
ANALISI KASUS

Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP


(subjective, objective, assesment, dan plan) pada kasus ini
adalah sebagai berikut:

SUBYEKTIF

Nama : DW
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
DATA PEMERIKSAAN FISIK
Gejala utama mengalami rhinorrhea dan bersin sembuh
setelah diberi antihistamin oral(clemastine 1,34 mg dan
cetrizine 10 mg setiap hari) setelah musim dingin tiba gejala
rinitis kambuh yang juga dikaitkan dengan berbagai bau
parfum dan rempah makanan, setelah itu dia menunjukkan
rhinorrhea berair dan sulit nafas.

RIWAYAT TERDAHULU

Rhinitis alergi
ASSESMENT

Berdasarkan riwayat yang diterangkan diatas


maka pasien DW mengalami penyakit rhinitis
alergi katagori interminten sedang sampai
berat.
PLANNING
TUJUAN TERAPI

Untuk meminimalisasi atau mencegah gejala dengan tidak ada


atau sedikit efek samping dan biaya pengobatan yang masuk
akal.
Pasien harus dapat mempertahankan pola hidup sehat,termasuk
berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan dan bermain dengan
hewan peliharaan sesuai keinginan.

SASARAN TERAPI
Rhinitis
Gejala rhinitis
Penyebab rhinitis alergi
STRATEGI TERAPI
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Hindari pencetus (alergen)
Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus
(Debu, serbuk sari, bulu binatang, dll)
Jika perlu, pastikan dengan skin test
Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari
Kegiatan berkebun. Jika harus berkebun, gunakan
Masker wajah
TERAPI FARMAKOLOGI

Jika tidak bisa menghindari pencetus, gunakan


obat-obat anti alergi baik OTC maupun ethical.
Jika tidak berhasil, atau obat-obatan tadi
menyebabkan efek samping yang tidak bisa
diterima, lakukan imunoterapi
OBAT EVALUASI TERPILIH
Dilihat dari riwayat pasien obat yang telah
digunakan memberikan efek yang baik oleh pasien,
dan seiring berjalannya waktu pergantian musim
obat ini tidak lagi bekerja secara efektif sehingga
kami memilihkan obat yang tepat sesuai penyakit
pasien.
Disini kami memilihkan obat sesuai guidelines aria
bahwa pengobatan rhinitis alergi katagori intermiten
sedang sampai berat adalah pemberian steroid
intranasal dan dekongestan oral.
LANJUTAN

STEROID INTRANASAL (FLUTIKASON FUROATE)


Indikasi : Rinitis alergi dan musiman
Interaksi : Pemberian bersama dengan ritonavir tidak
disarankan
Kontraindikasi : -
Efek samping : Sakit kepala, iritasi pada hidung, epitaksis(mimisan)
Dosis : 2 semprot (100 mcg) per lubang hidung sekali
sehari; setelah beberapa hari turunkan jadi 1
semprotan per lubang hidung (maks 200 mcg
sehari)
PSEUDOEFEDRINE
Indikasi : Hidung tersumbat, bersin-bersin
Interaksi : Dengan antidepresan
Kontraindikasi : Hipertensi berat
Efek samping : Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit
kepala.
Dosis : 60 mg 4-6 jam bisa digunakan sebelum
makan atau sesudah makan, frekuensi
per hari 4 kali
KIE
(KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI)

Pasien disarankan untuk menggunakan obat secara patuh agar


gejala rinitis alergik dapat berkurang sehingga tidak
menganggu aktivitas
Jika keadaan membaik hentikan penggunaan obat.
Dan selama menggunkan obat sebaiknya jangan bekendara
dan slalu menggunakan masker saat keluar ruangan.
Pemberian obat pseudoefedrin peroral 60 mg 4-6 jam bisa
sebelum makan dan sesudah makan.
Pemberian obat flutikason furoate intranasal/semprot, 2 kali
semprot perlubang hidung sekali sehari.
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut pasien DW mengalami penyakit


rhinitis katagori interminten sedang sampai berat
Diobati dengan steroid intranasal (flutokason furoate)
dan dekongestan (Pseudoefedrine).

Anda mungkin juga menyukai