Anda di halaman 1dari 21

Farmakoterapi I

Rinitis Alergi
Oleh : YENI SUWITA 0911013100

Pendahuluan
Rinitis alergi adalah inflmasi membran mukosa

hidung disebabkan oleh paparan terhadap alergenik yang terhirup yang mengawali respon imunologik spesifik, diperantarai oleh imunglobulin E (IgE). Ada dua tipe:
Musiman (hay fever, di daerah bertemperatur) : terjadi

sebagai respon terhadap allergen spesifik (serbuk sari) yang ada pada waktu tertentu dalam setahun (misalnya saat musim semi) dan secara tipikal menyebabkan gejala yang lebih akut. Perennial (berselang-selang atau menetap): terjadi sepanjang tahun sebagai respons terhadap allergen bukan musiman (misalnya, kutu dan jamur) dan biasanya menyebabkan gejala yang tersembunyi dan

Sejumlah pasien mengalami kedua tipe, dengan

gejala sepanjang tahun dan memburuk pada musim tertentu.

Patofisiologi
Reaksi awal terjadi ketika alergen di udara

memasuki hidung selama inhalasi dan kemudian di proses oleh limfosit, yang menghasilkan antigen spesifik IgE. Hal ini menyebabkan sensitisasi pada orang yang secara genetik rentasn terhadap alergen tersebut. Pada saat terjadi paparan ulang melalui hidung, IgE yang berkaitan dengan sel mast berinteraksi dengan alergen dari udara, dan memicu mediator dari inflamasi.

Reaksi segera terjadi dalam hitungan menit, yang

menyebabkan pelepasan cepat mediator yang terbentuk sebelumnya serta mediator yang baru dibuat. Mediator hipersensitivitas segera meliputi histamin, leukotrien, prostaglandin, triptase, dan kinin. Mediator ini menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan produksi sekresi nasal. Histamin menyebabkan rinorea, gatal, bersin, dan hidung tersumbat.

Manifestasi Klinis
Gejala termasuk :
Rinorea, Bersin , Kongesti hidung,

Sensasi adanya ingus (postnasal drip),


Konjungtivitis alergik, Ruam mata, telinga, atau hidung.

Pasien dapat mengeluh hilangnya penciuman

atau pengecapan, yang pada banyak kasus disebabkan oleh sinusitis. Postnasal drip dapat disertai dengan batuk dan serak.

Gejala rinitis yang tak ditangani dapat

mengakibatkan insomnia, lemas, lelah, dan memburuknya efisiensi kerja atau sekolah. Rinitis alergi merupakan faktor risiko asma; sebanyak 78% pasien asma mempunyai gejala nasal, dan sekitar 38% pasien rinitis alergik menderita asma. Sinusitis berulang dan kronik serta epistaksis (pendarahan hidung yang hebat) berulang dan kronik adalah komplikasi dari rinitis alergik.

Tujuan Terapi
Tujuan terakhir penanganan adalah untuk

meminimalisasi atau mencegah gejala dengan tidak ada atau sedikit efek samping dan biaya pengobatan yang masuk akal. Pasien harus dapat mempertahankan pola hidup normal, termasuk berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan dan bermain dengan hewan peliharaan sesuai keinginan.

Terapi Farmakologi
Antihistamin

Antagonis reseptor histamin H1 berikatan dengan reseptor H1 mengaktivasi reseptor, yang mencegah ikatan dan kerja histamin. Antihistamin lebih efektif dalam mencegah respons histamin daripada melawannya. Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua kategori utama: nonselektif (generasi pertama atau antihistamin sedasi) dan selektif perifer (generasi kedua atau antihistamin nonsedasi). perbedaan gejala disebabkan oleh sifat antikolinergik, yang bertanggung jawab pada pengeringan yang mengurangu hipersekresi

Antihistamin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien yang berkecenderungan retensi urin dan pada merekayang mengalami peningkatan intraokular, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular. Efek samping termasuk hilang nafsu makan, mual, muntah, dan gangguan ulu hati. Mengantuk adalah efek samping yang paling sering dan dapat mengganggu kemampuan mengemudi dan keterampilan kerja. Efek samping pada saluran pencernaan dapat dicegaj dengan mengonsumsi obat bersama makanan atau segelas putih air.

contoh : Klorfeniramin Maleat Dosis : dws -> 4 mg tiap 6 jam 6-12 -> 2 mg tiap 6 jam 2-5 -> 1 mg tiap 6 jam Indikasi : rinitis, urtikaria, hay fever Kontraindikasi : Hipersensitivitas Efek samping : mulut kering, mengantuk, pandangan kabur Perhatian : penderita yang menggunakan obat ini sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin, tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Dekongestan

Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor dalam mukosa nasal yang menyebabkan pembuluh darah mengecil (vasokonstriksi). Dekongestan juga dapat mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan melegakan pernafasan. Dekongestan yang umum meliputi pseudoefedrin,phenylephrine, phenylpropanolamin dan oxymetazolin. Dekongestan apabila dikombinasikan dengan antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda rinitis terutama bila hidung sumbat.

Dekongestan Sistemik

Dekongestan sistemik diberikan secara oral. Dekongestan sistemik adalah seperti efedrin, fenilpropanolamin dan pseudoefedrin. Jenis dekongesta sistemik dapat menyebabkan tekanan darah tinggi terutamanya efedrin dan fenilpropanolamin apabila melebihi dosis terapeutik sebanyak 2-3 kali.

Phenyl Propanolamin

Phenylpropanolamine adalah sebuah dekongestan. bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah (vena dan arteri) dalam tubuh. Phenylpropanolamine (PPA) yang dianggap berbahaya karena menyebabkan pendarahan di otak. Tetapi masih aman jika digunakan pada dosis di bawah 15 mg. Efek samping : insomnia, sakit kepala, takikardia, dsb. Pseudoefedrin Pseudoefedrin adalah suatu stereoisomer dari efedrin Peseudoefedrin merupakan suatu obat simpatomimetik dengan efek langsung pada reseptor adrenergik yang memberikan efek

Efek samping : insomnia, sakit kepala, takikardia, dsb.

Mekanisme Kerja menstimulasi secara langsung reseptor Alpha 1 adrenergik yang terdapat pada pembuluh darah mukosa saluran pernafasan bagian atas yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi. Pseudoefedrin juga menstimulasi reseptor beta adrenergik yang menyebabkan relaksasi bronkus dan peningkatan kontraksi dan laju jantung. Pseudoefedrin merupakan stereoisomer dari efedrin yang kurang kuat dibanding efedrin dalam menimbulkan takikardi, peningkatan tekanan darah atau stimulasi SSP. Fenilpropanolamin mirip dengan pseudoefedrin. Efek farmakodinamik PPA menyerupai efedrin dan potensinya hampir sama dengan efedrin kecuali dalam hal peransangan SSP.

Dekongestan Topikal

Digunakan untuk rinitis akut yang merupakan radang selaput lendir hidung. Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung. Dekongestan topikal (semprot hidung) yang biasa digunakan yaitu oxymetazolin, xylometazolin yang merupakan derivat imidazolin. Dekongestan hidung bekerja dengan menimbulkan venokonstriksi (penyempitan pembuluh vena) dalam mukosa hidung sehingga mengurangi volume mukosa dan akhirnya dapat mengurangi penyumbatan hidung. Penggunaan dekongestan topikal dilakukan pada pagi dan menjelang tidur malam, dan tidak boleh

Penggunaan dekongestan topikal tidak menyebabkan atau sedikit sekali menyebabkan absorpsi sistemik Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari 3-5 hari) dapat menyebabkan rinitis medikamentosa, di mana hidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer batasi penggunaa. Oxymetazolin salah satu jenis dekongestan hidung. bekerja dengan cara mempersempit pembuluh darah di daerah hidung, sehingga mengurangi pembengkakan dan kemacetan pada daerah hidung.

Kortikosteroid nasal

Secara efektif meredakan bersin, rinorea, ruam, dan kongesti nasal dengan efek samping yang minimal. Obat ini mereduksi inflamasi dengan menghambat pembebasan mediator, penekanan kemotaksis neutrofil, menyebabkan vasokontriksi, dan menghambat reaksi lambat yang diperantarai oleh sel mast. Direkomendasikan sebagai terapi awal daripada antihistamin karena tingkat keefektifan tinggi ketika digunakan secara benar disertai penghindaran alergen. Efek samping: bersin, perih, sakit kepala, epistaksis, dan infeksi.

Kromolyn Natrium

Penstabil sel mast, tersedia sebagai obat bebas dalam bentuk semprotan hidung untuk pencegahan gejala dan penanganan terhadap rhinitis alergi. Efek samping : iritasi lokal (bersin dan hidung perih). Dosis: umur 2 tahun satu semprotan pada setiap nostril 3-4 kali sehari dengan interval normal. Ipratropium Bromida Merupakan zat antikolinergik yang berguna dalam rinitis alergik parennial. Zat ini mempunyai sifat antisekretori ketika diberikan secara lokal dan meredakan gejala rinorea yang berkaitan dengan alergi dan bentuk

Dosis pemakaian: larutan 0,03% diberikan sebanyak dua semprotan 2-3 kali sehari Efek samping: tergolong ringan termasuk sakit kepala, epistaksis, dan hidung kering. Montelukast antagonis reseptor leukotrien untuk penanganan rinitis alergik musiman. Efeketif diberikan tunggal atau dikombinasikan dengan antihistamin. Dosis: 15 tahun 1 tablet 10 mg/hari. 6-14 tahun 1 tablet kunyah 5 mg/hari 2-5 tahun 1 tablet kunyah 4 mg/hari atau satu bungkus serbuk/ hari. obat ini harus diberikan pada sore hari jika pasien menderita kombinasi asma dan rinitis alergi musiman.

Anda mungkin juga menyukai