Anda di halaman 1dari 4

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Resep Epilepsi


Kasus:
Pasien dengan inisial tn. MS berusia 46 tahun mendapat diagnosa awal mengalami
unspesified epilepsi dari dokter spesialis saraf rumah sakit X dan diberikan resep yang berisi
obat anti-epilepsi Depakote ER 500 mg diminum 1 kali sehari dan suplemen asam folat
diminum 1 kali sehari. Pasien telah rutin mengkonsumsi obat antiepilepsi selama 14 bulan dan
rutin kontrol ke dokter setiap 1 bulan sekali. Sebelum mengkonsumsi obat antiepilepsi,
keluarga pasien mengatakan pasien sangat sering mengalami epilepsi. Serangan epilepsi terjadi
secara mendadak dengan ditandai seluruh badan kaku dan mulut mengeluarkan busa. Frekuensi
terjadinya epilepsi tidak ingat pasti namun dapat terjadi lebih dari 1 kali serangan setiap 1
minggu. Setelah mengkonsumsi obat antiepilepsi, keluarga pasien mengatakan bahwa serangan
epilepsi tidak pernah terjadi lagi. Pasien tidak mengkonsumsi obat lain selain obat antiepilepsi
dan suplemen asam folat. Terdapat riwayat jatuh dan panas tinggi ketika pasien masih kecil.

Tinjauan Subjective-Objective-Assesment-Plan (SOAP)

Subjektive:
- Pasien tn. MS (46 tahun) mendapat diagnosa awal unspesified epilepsi.
- rutin mengkonsumsi obat antiepilepsi selama 14 bulan dan rutin kontrol ke dokter setiap
1 bulan sekali
- Sebelum mengkonsumsi obat antiepilepsi, serangan epilepsi terjadi secara mendadak
dengan ditandai seluruh badan kaku dan mulut mengeluarkan busa dengan frekuensi
lebih dari 1 kali serangan setiap 1 minggu
- Setelah mengkonsumsi obat antiepilepsi, serangan epilepsi tidak pernah terjadi
- Terdapat riwayat jatuh dan panas tinggi ketika pasien masih kecil.

Objektive:
- Tanda-tanda vital: 1. Tekanan darah: - 3. Denyut nadi: -
2. Suhu tubuh : - 4. Laju nafas : -
- Hasil data lab: -
- Obat-obat yang digunakan: 1. Depakote ER 500 mg 1 x sehari
2. asam folat 1 x sehari

Assesment:
- Kemungkinan terjadinya efek samping seperti sakit kepala dan gangguan
gastrointestinal
- Pertimbangkan pemberian parasetamol untuk mengobati sakit kepala
- Pertimbangkan pemberian antasida untuk mengobati gangguan gastrointestinal

Plan:
- Pantau kemungkinan efek samping
- Pantau kemungkinan penggunaan obat-obat lain
- Lanjutkan terapi
- Pasien ditekankan untuk teratur minum obat
- Pasien harus rutin kontrol ke dokter
4.2 Analisa kasus
Pada kasus ini pasien dengan inisial tn. MS di diagnosa mengalami epilepsi dan diberikan
Depakote ER 500 mg dimana Depakote merupakan nama dagang dari Natrium Divalproex
yang dosisnya dinyatakan setara dengan Asam Valproat. Natrium Divalproex diformulasikan
dalam bentuk tablet salut enterik untuk meminimalisir efek samping obat tersebut terhadap
saluran gastrointestinal. Natrium Divalproex dimetabolisme di usus menjadi bentuk asam
valporat. Asam valproat merupakan salah satu obat antiepilepsi yang biasanya digunakan
Sebagai terapi pilihan utama pada kejang general seperti absence, myoklonik dan tonik klonik,
juga sebagai terapi tambahan dan terapi tunggal pada kejang parsial (Dipiro, 2015). Kejang
yang dialami pasien MR merupakan tipe kejang tonik klonik yang ditandai dengan serangan
mendadak, otot-otot seluruh badan kaku dan peningkatan produksi air liur yang berlebihan
yang terjadi akibat respon otot-otot di bagian kelenjar saliva yang ikut berkontraksi sehingga
mulut mengeluarkan busa (Dipiro, 2015).
Dari segi tinjauan klinis, obat Depakote yang diberikan kepada tn. MS sudah tepat
sesuai indikasi yaitu asam valproat sebagai obat antiepilepsi lini pertama pada epilepsi jenis
tonik klonik. Dosis awal Depakote ER 500 mg/hari dan dapat ditingkatkan hingga 1000
mg/hari hingga dosis maksimal 5000 mg jika diperlukan atau jika dosis awal tidak adekuat.
Dosis yang diresepkan dokter kepada tn. MR sesuai dengan literatur. Pasien dengan gangguan
hati, pankreatitis dan wanita hamil dikontraindikasikan menggunakan Depakote ER. Dalam hal
ini, pasien tidak mengalami kriteria tersebut sehingga dapat menggunakan obat depakote ER.
Asam valproat dapat berinteraksi terhadap obat-obat tertentu sehingga pasien harus dipantau
kemungkinan penggunaan obat-obat lain terutama obat-obat yang berinteraksi dengan asam
valproat, yaitu:
Asam valproat Interaksi Solusi
Karbamazepin, lamotrigin, menurunkan kadar asam monitor kadar plasma anti
fenobarbital, primidone, valproat kejang saat memulai terapi
fenitoin, topiramat asam valproat
Felbamat meningkatkan kadar asam memerlukan penurunan
valproat dosis
Simetidin meningkatkan konsentrasi memerlukan penurunan
asam valproat dosis
Karbapenem, terutama menurunkan kadar asam hindari terapi kombinasi,
merepenem valproat jika mungkin dan monitor
kadar asam valproat

Obat lain yang digunakan bersama Depakote ER adalah asam folat. Tidak ada interaksi antara
kedua obat tersebut. Penggunaan asam folat pada penderita epilepsi bertujuan untuk
pengobatan anemia megaloblastik defisiensi folat akibat antiepilepsi.
Untuk meminimalisir rasa tidak nyaman terhadap saluran gastrointestinal, Depakote ER
dapat diberikan bersamaan dengan makanan, selain itu obat diminum langsung dan tidak
digerus. Efek samping yang sering terjadi (>10%) diantaranya mual, muntah, sakit kepala,
tremor, nyeri perut, diare, peningkatan berat badan. Efek samping lain yang mungkin terjadi
adalah trombositopenia yang ditandai dengan adanya pendarahan, petekie, purpura basah, dan
memar. Gejala tremor dapat mengindikasian terjadinya overdosis. Oleh sebab itu, penting
untuk melakukan uji laboratorium seperti serum amonia untuk memastikan gejala letargi dan
perubahan status mental, kadar serum valproat tes darah lengkap (Complete Blood Count) dan
tes fungsi hati terutama pada 6 bulan pertama terapi. Pasien harus segera menghentikan
pengobatan dan menghubungi dokter jika terdapat efek samping tersebut.
Pasien harus selalu diingatkan agar minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter
karena pasien epilepsi umumunya mengkonsumsi obat antiepilepsi seumur hidup dan jika
dihentikan secara mendadak akan menimbulkan kekambuhan serangan yang lebih berat. Pasien
dapat berhenti meminum obat antiepilepsi apabila memenuhi salah satu atau seluruh kriteri
berikut ini:
1. Tidak ada bangkitan selama 2-5 tahun terakhir
2. Pemeriksaan neurologi normal
3. Intelegensia normal
4. EEG normal selama terapi
(Pelayanan Kefarmasian untuk Orang dengan Gangguan Epilepsi, Dirjen Binfar 2009)

Dafpus

Pelayanan Kefarmasian untuk Orang dengan Gangguan Epilepsi. Dirjen Binfar 2009

https://reference.medscape.com/drug/depakote-divalproex-sodium-999832

Sianipar N. 2014. Trombositopenia dan Berbagai Penyebabnya. FK Universitas

Brawijaya/Rs Saiful Anwar: Malang. Cdk-217/ Vol. 41 No. 6

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/48-epilepsi/481-antiepilepsi

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug

Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists

Association

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-9-gizi-dan-darah/91-anemia-dan-gangguan-darah-

lain/912-anemia-megaloblastik

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,

Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies,

Inggris.

Anda mungkin juga menyukai