Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan steril

Pada praktikum kali ini akan dibahas tengtang sterilisasi sediaan infus dextrose 5% dan
injeksi vitamin C. Dimana dextrose merupakan monosakarida dijadikan sebagai
sumber energi bagi tubuh. Dextrose juga berperanan pada berbagai
tempat metabolisme protein dan lemak. Dextrose disimpan di dalam tubuh sebagai lemak dan
di otot dan hati sebagai glikogen. Jika diperlukan untuk meningkatkan kadar glukosa secara
cepat, maka glikogen segera akan melepaskan glukosa. Jika suplai glukosa tidak mencukupi
maka tubuh akan memobilisasi cadangan lemak untuk melepaskan atau menghasilkan energi.
Dextrose juga mempunyai fungsi berpasangan dengan protein (protein sparing). Pada
keadaan kekurangan glukosa, energi dapat dihasilkan dari oksidasi fraksi-fraksi asam
amino yang terdeaminasi. Dextrose juga dapat menjadi sumber asam glukoronat, hyaluronat
dan kondroitin sulfat dan dapat dikonversi menjadi pentose yang digunakan dalam
pembentukan asam inti (asam nukleat). Dextrose dimetabolisme menjadi karbondioksida dan
air yang bermanfaat untuk hidrasi tubuh. Sedangkan, Vitamin C adalah salah satu
jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai
penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal
berbagai radikal bebas ekstraselular. Dalam uji sterilitasnya sediaan infus dextrose 5% dan
vitamin C dilakukan dilakukan dengan perbandingan 5 tabung dengan perlakuan yang
berbuda. Pada tabung I berisi media tioglikolat tertutup, pada tabung II berisi media namun di
beri berlakuan dibuka kemudia ditutup kembali atau dapat dikatakan kotrol ruang, tabung III
berisikan injeksi dextrose 5%, tabung IV berisikan injeksi vitamin C, dan terakhir pada
tabung V berisikan campuran injeksi dextrose 5% dan Vitamin C. Pengamatan kali ini
dilakukan lebih dari 7 hari dimana pada hari selasa hingga hari kamis pada minggu pertama
terlihat tidak ada tanda-tanda pertumbuhan bakteri pada semua tabung. Kemudian pada hari
jumat dan sabtu pada minggu pertama dalam tabung II atau kontrol ruang terlihat ada warna
putih pada permukaan media dalam tabung tersebut yang menandakan adanya pertumbuhan
bakteri. Pada minggu kedua dilakukan pengamatan kembali untuk semua tabung tersebut dan
terlihat hanya tabung II yang terlihat ada warna putih pada permukaan tabung yang
menandakan tabung II sudah terkontaminasi oleh bateri. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidak sterilan tabung II atau kontrol ruang yaitu faktor lingkungan dan
faktor paktikan. Lingkungan tempat sterilisasi itu bisa saja tidak steril meskipun sebelum
praktikum ruangan tersebut disempot terlebih dahulu dengan formalin, ruangan yang
dimaksud adalah inkas. Namun dari segi praktikan juga dapat mempengaruhi ketidaksterilan
tabung II karena saat praktikum dominan mahasiswa tidak memakai handscoon dan masker
saat melakukan uji sterilitas. Hal tersebut memungkinkan akan terjadinya kontaminasi oleh
mikroorganisme atau bakteri. Pada tabung I setelah diujikan dari hari selasa minggu pertama
hingga hari kamis minggu kedua didapatkan hasil steril karena tidak terdapat tanda-tanda
tumbuhnya mikroorganisme. Hal tersebut membuktikan bahwa berhasilnya cara sterilisasi
menggunakan autoclave dengan suhu 121C dengan waktu setengah jam. Pada tabung III, IV,
V yang berisikan larutan pengujian berupa injeksi infus dextrose 5% dan injeksi Vitamin C
didapatkan hasil steril dengan tidak adanya tanda dari pertumbuhan bakteri yang
mengkontaminasi. Hal tersebut menandakan bahwa sediaan injeksi tersebut aman dari
mikroorganise sehingga dapat digunakan sebagai sediaan injeksi steril dan layak untuk
diedarkan untuk pengobatan.

Pada praktikum kedua yaitu dilakukanu uji sterilitas untuk larutan injeksi aminofilin.
Dimana larutan aminofilin sudah dibuat dan dibahas pada praktikum sebelumnya. Namum
kali ini larutan injeksi tersebut di uji sterilitasnya dengan metode yang hampir sama dengan
praktikum yang pertama. Dalam uji ini dilakukan dengan tiga tabung yang diberi perlakuan
berbeda. Tabung I berisi media, tabung II berisi media namun dibuka terlebih dahulu atau di
sebut kontrol ruang, dan yang ketiga berisi media ditambahkan larutan injeksi aminofilin.
Pada uji sterilitas ini terdapat hasil bahwa tabung III terdapat busa endapan atau kekeruhan
yang menandakan tabung tersebut terkontaminasi oleh bakteri diperkirakan kontaminasi ini
didapat saat dilakukan pengujian sterilitas ini karena praktikan pada saat melakukan uji
sterilitas tidak menggunakan handscoon dan masker. Sedangkan pada tabung I dan II steril
atau tidak ada tanda-tanda pertumbuhan mikroorganisme hal tersebut menandakan media dan
ruang tempat sterilitas bebas dari mikroorganisme atau bakteri. maka dari itu larutan injeksi
aminofilin tidak dapat digunakan karena dapat membahayakan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai